Anda di halaman 1dari 6

Santun Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi, berkomunikasi merupakan interaksi antara


penutur dengan mitra tutur. Ada tiga hal penting ketika penutur berinteraksi dengan mitra
tutur. Pertama, mitra tutur diharapkan dapat memahami maksud yang disampaikan oleh
penutur. Kedua, setelah mitra tutur memahami maksud penutur, mitra tutur akan mencari
aspek tuturan yang lain. Ketiga, tuturan penutur kadang-kadang juga disimak oleh orang lain
(orang ketiga) yang sebenarnya tidak berkaitan langsung dengan komunikasi antar penutur
dengan mitra tutur.
Kehidupan berbahasa dalam bermasyarakat merupakan sutu kunci
untuk memperbaiki atau tata cara berkomunikasi.  Bahsa santu menuntut proses
pembelajaran bukan hanya mengajarkan kosa kata dan kalimat bahasa yang santun tetapi
menurut penghayalan terhadap norma yang mendasarinya. Bahasa santun menuntut gerak
isyarat dan mimik sesuai dengan kosa kata atau kalimat yang diucapkannya. Seseorang
dapat melakukan kesantunan semacam itu, jika telah terjadi penghayatan yang menddalam
terhdap nilai dan norma yang melingkupinya. Proses penghayatan bukan hanya melibatkan
pikiran saja, tetapi juga [erasaan-perasaan, sehingga nuansa berbahasa dapat dihayati dan
dialami dengan sempurna. Proses pendidikan seperti itu bukan proses transformasi
pengetahuan, melainkan penanaman, penghayatan, pertimbangan dan aktualisasi nilai-nilai.

Bahasa dan perilaku santun adalah perilaku yang didasarkan pada sifat kelembutan
ucapan, orientasi untuk menghormati dan menyenangkan pihak lain yang mendengarnya.
Perilaku yang didasarkan kejujuran hati dalam mencapai dan memberikan kebaikan kepada
sesama. Kaidah kesantunan dipakai dalam setiap tindak bahasa. Agar pemakaian bahasa
terasa semakin santun, penutur dapat berbahasa menggunakan bentuk-bentuk tertentu
yang dapat dirasa sebagai bahasa santun, seperti:
1.    Menggunakan tuturan tidak langsung biasanya terasa lebih santun jika dibandingkan
dengan tuturan yang diungkapkan secara langsung.
2.    Pemakaian bahasa dengan kata-kata kias terasa lebih santun dibandingkan dengan
pemakaian bahasa dengan kata-kata lugas.
3.    Ungkapan memakai gaya bahasa penghalus terasa lebih santun dibandingkan dengan
ungkapan biasa.
4.    Tuturan yang dikatakan berbeda dengan yang dimaksud biasanya tuturan lebih santun
5.    Tuturan yang dikatakan secara implisit biasanya lebih santun dibandingkan dengan tuturan
yang dikatakan secara eksplisit.
1. Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda
dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1)
bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda
ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. 
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa
Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah
bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18
Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945
disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain,
menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia
tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah
dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan
Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang
menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun
683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur
berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi).
Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu
tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga
ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka
tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu
bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa
perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai
bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para
pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di
Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-
louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand,
1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-
lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-
luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa
Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak semakin jelas dari
peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu
nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16
dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah
Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya
agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat
Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang,
antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang
dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah
Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa
Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta,
bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam
perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi
antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para
pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar
mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan
untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan
pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat
besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai
oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Nah, itulah sejarah singkat perjalanan bahasa Indonesia yang kini dikukuhkan
sebagai bahasa nasional yang menyatukan seluruh bangsa Indonesia. Yuk, bersama-
sama kita mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah
sebagai bagian dari kekayaan budaya nusantara, serta tidak lupa untuk belajar
menguasai belajar asing. 

2. Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara, hal ini tercantum
dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, pasal 36).
Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu sebagai
bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, fungsi bahasa Indonesia di
antaranya adalah untuk mempererat hubungan antar suku di Indonesia. Fungsi ini
sebelumnya sudah ditegaskan di dalam butir ketiga ikrar Sumpah Pemuda 1928 yang
berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia”.

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dikukuhkan sehari setelah


kemerdekaan RI atau seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar 1945. Bab XV
Pasal 36 dalam UUD 1945 menegaskan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia.
Sebagai bahasa negara, fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa dalam
penyelenggaraan administrasi negara, seperti dalam penyelenggaraan pendidikan dan
sebagainya.
Kaum muda dan pelajar lebih bangga akan bahasa asing, seperti bahasa Inggris,
Mandarin, Arab dan lainya, yang menyampingkan bahasa nasional dan negara kita, hal ini
karena bahasa Indonesia adalah bahasa Ibu yang mudah untuk dipahami dan tidak
memerlukan belajar khusus. Dalam kenyataanya masih banyak kaum muda dan pelajar yang
tidak tahu bahsa Indonesia yang baik dan benar, mulai dari tingkatan pendidikan dasar
sampai dengan tingkatan perguruan tinggi, hal ini sesuai dengan kenyataan yang pernah
diteliti oleh salah satu mahasiswa yang pernah penulis bimbing.

Fungsi Bahasa Indonesia

a. Alat Perhubungan antarwarga, antardaerah, antarbudaya.

Masyarakat dapat berpergian ke seluruh plosok tanah air dengan hanya memanfaatkan
bahasa Indonesia sebagai satusatunya alat komunikasi.

b. Alat pemersatu suku, budaya dan bahasanya

Bahasa Indonesia memungkinkan keserasian di antara suku-suku, budaya dan bahasa


di Nusantara, tanpa harus menghilangkan indentitas kesukuan dan kesetiaan kepada
nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan.

c. Lambang kebanggaan kebangsaan

Atas dasar kebangaan ini, bahasa Indonesia harus terus dijaga, pelihara dan
kembangkan serta rasa kebanggan pemakainya senantiasa kita bina.

d. Lambang identitas nasional

Bahasa Indonesia memiliki indentitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya terutama


kaum muda dan pelajar membina dan mengembangkanya sedemikian rupa sehingga bersih dari
unsur-unsur bahasa lain.
3. Ragam Bahasa Indonesia
a. Ragam bahasa dilihat dari cara penuturannya
-Ragam dialek
Variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bangsawan di tempat tertentu, istilah
lain disebut logat. Contoh, logat orang Batak dikenali dengan nada
bicara/tekanan kata yang kuat dan jelas.
-Ragam terpelajar
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan
menggunakan kata yang pelafalan kata yang berasal dari haliusa asing atau
menggunakan bahasa baku. Seperti “Saya sudah membaca buku itu.”
-Ragam resmi
Ragam resmi biasa digunakan dalam situasi resmi, seperti pertemuan-pertemuan
formal, peraturan-peraturan dan sebagainya.
-Ragam tidak resmi
Ragam bahasa resmi atau tidak resmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa
yang digunakan. Semakin tinggi tingkat kebakuan suatu bahasa, berarti semakin
resmi bahasa yang digunakan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat
keformalannya, semakin rendah tingkat kebakuan bahasa yang digunakan
b. Ragam bahasa dilihat dari cara berkomunikasi
-Ragam lisan
Ragam bahasa lisan merupakan bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap dengan
fonem sebagai unsur dasarnya. Ciri-ciri dari ragam lisan adalah:
a.Memerlukan lawan bicara
b.Unsur gramatikal tidak diungkapkan secara lengkap
c.Terikat ruang dan waktu
d.Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara
-Ragam tulis
Berbeda dengan ragam lisan, ragam tulis merupakan bahasa yang dihasilkan atau
memanfaatkan rangkaian huruf sebagai unsur dasarnya. Ciri unsur ragam tulis
sebagai berikut :
a.Tidak memerlukan orang lain
b.Adanya unsur gramatikal
c.Tidak terikat oleh ruang dan waktu
d.Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan
c. Ragam bahasa dilihat dari topik pembicaraan
-Ragam sosial
Ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya berdasarkan atas
kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial. Seperti ragam bahasa yang
digunakan dalam keluarga.
-Ragam fungsional
Ragam fungsional menjadi bahsa negara dan bahasa teknis keprofesian.
-Ragam jurnalistik
Ragam bahasa yang digunakan oleh dunia persuratkabaran
-Ragam sastra
Ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif.
Penggambaran yang sejelas - jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi
sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta
pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
-Ragam politik dan hukum
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka menata
dan mengatur kehidupan masyarakat. Salah satu ciri khas bahasa hukum adaiah
penggunaan kalimat yang panjang dengan pola kalimat luas.
d. Ragam bahasa dilihat dari kebakuan bahasa
- Topik yang sedang dibahas
- Hubungan antar pembicara
- Medium yang digunakan
- Lingkungan atau situasi saat pembicaraan terjadi

1. http://pujirokhayanti999.blogspot.com/2014/05/makalah-tentang-santun-
berbahasa.html
2. https://pengertiankomplit.blogspot.com/2015/10/pengertian-santun-
berbahasa.html
3. https://ditsmp.kemdikbud.go.id/dari-mana-datangnya-bahasa-indonesia/
#:~:text=Bahasa%20Indonesia%20lahir%20pada%20tanggal,menjunjung
%20bahasa%20persatuan%2C%20bahasa%20Indonesia.
4. http://repository.unib.ac.id/11134/1/29.%20Agung%20Nugroho.pdf
5. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
d54a798dd7ad3011f11487712ec9573f.pdf
6. https://kumparan.com/berita-hari-ini/ragam-bahasa-indonesia-macam-macam-
dan-ciri-cirinya-1v7MYNW3HPU/full

Anda mungkin juga menyukai