DOSEN PENGAMPU
Eriyani, SE, M.Pd
Disusun Oleh:
1. Achmad Sochib
2. Ayu Widiyawati
3. Liffian Sasmito
4. Hardika Karunia Rahma
5. Muhammad Hario Senoadji
6. Pipit Puspita R
7. Putri Eka Anjelia
8. Rokhaitul Jannah
9. Sofiana
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah
darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3)
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama
Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa
Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa
Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak semakin jelas dari sisa-sisa kerajaan
Islam, baik berupa batu-batu berukir,
Seperti teks pada batu nisan Minye Tujoh di provinsi Aceh pada tahun 1380 M, maupun
karya-karya sastra yang dihasilkan (16 abad ke-17), seperti puisi Hamzah Fansuri, kisah Raja
Pasai, sejarah Melayu, Tajussalatin dan Bustanussalatin. Dengan penyebaran Islam di
Nusantara, bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima
oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa komunikasi antar pulau, suku, pedagang, bangsa
dan kerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal kemahiran bahasa.
Bahasa Melayu dituturkan di mana-mana di nusantara dan semakin kuat. Bahasa Melayu
yang digunakan di wilayah Nusantara dipengaruhi oleh budaya daerah dalam
perkembangannya. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama bahasa
Sansekerta, Persia, Arab, dan Eropa. Bahasa Melayu juga mengalami berbagai perubahan
dalam perkembangannya. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara
mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa
Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa
Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar
mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk
seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Seiring dengan berjalannya waktu, bahasa Melayu diresmikan sebagai bahasa Indonesia.
Dan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa
Indonesia.
Hampir seabad berlalu, bahasa Indonesia tidak lagi identik dengan bahasa Melayu, bahasa
Indonesia bukan hanya sebagai alat pemersatu, tetapi juga untuk kepentingan yang lebih luas
dalam berkomunikasi. Bahasa Indone sia memperkaya dirinya dengan mengambil unsur
bahasa daerah dan bahasa asing. Unsur-unsur bahasa tersebut disesuaikan dengan sifat bahasa
Indo nesia; seperti terbaca dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.1
Perjalanan zaman berdampak pada perubahan bahasa, ada unsur lama yang tenggelam
dan ada yang justru menggunakan unsur lama untuk konsep baru. Misalnya, dalam buku
pelajaran dulu ada kalimat Mengendarai kereta angin, Mengenakan baju, Menonton gambar
hidup, Ayahnya seorang perburu, Kakaknya seorang upas. Kalimat tersebut tidak kita jumpai
lagi sekarang, menurut tuturan sekarang kalimat tersebut menjadi Mengendarai sepeda,
Memakai baju, Menonton film, Ayahnya seorang pemburu, sedangkan kata upas tidak ada
lagi karena jabatan tersebut tidak terdapat lagi di Indonesia. Sementara penggunaan konsep
baru, dalam dunia teknik informatika menggunakan unsur lama, misalnya kata situs, portal.2
1
Hery Suwignyo dan Anang Santoso, Bahasa Indonesia Berbasis Area Isi Dan Ilmu, UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang, Jakarta, Malang, 2008, hlm9
2
Ibid., hlm. 9
1) Lambang Kebanggaan Nasional Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial
budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Melalui bahasa Indonesia bangsa Indonesia me
nyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dijadikan pegangan hidup.
1. Ragam bahasa ditinjau dari segi pokok persoalan berhubungan dengan iingkungan
yang dipilih dan dikuasai, bergantung pada luasnya pergaulan, pendidikan,
propesi, kegemaran, pengalaman, dan sebagainya.
2. Ragam bahasa sastra ditinjau dari segi sarananya dibedakan menjadi ragam lisan
dan ragam tulis (tulisan).
a. Ragam bahasa lisan.
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasiikan alat ucap (organ of speech)
dengan lonem sebagai unsur dasar.
3
Widjono HS, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Di Perguruan Tinggi, PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2007
Ciri-ciri ragam tulis:
1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
2. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
3. Harus memperhatikan unsur gramatikal
4. Dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar dan huruf miring
5. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu
dengan tanda baca.
Pada dasarnya. ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak
baku.
1. Ragam baku Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian
besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka
rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
2. Ragam tidak baku Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan
ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur.
a. Ragam Dialek Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh
kelompok bahasawan ditempat tertentu
b. Ragam Terpelajar Tingkat pendidikan penutur bahasa indonesia juga mewarnai
penggunaan bahasa Indonesia
c. Ragam resmi Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi,
seperti pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan, dan undangan-undangan
3.1 KESIMPULAN.
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda
dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1)
bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda
ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda
merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan
bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara
pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945
disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Keputusan
Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa
bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai
bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan
juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu telah digunakan di Asia
Tenggara sejak abad ke-7. Bukti menunjukkan bahwa penemuan itu terjadi di
Kedukan Bukit pada 683 M (Palembang), Talang Tuwo pada 684 M (Palembang),
Kota Kapur (Benggala Barat) pada 686 M dan Karang Brahi (Jimbei) pada Prasasti
688 M. Prasasti tersebut adalah aksara Pranagari yang ditulis dalam bahasa Melayu
Kuno. Bahasa Melayu Kuno tidak hanya digunakan pada zaman Sriwijaya, seperti di
Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti dari tahun 832 M, dan di Bogor,
prasasti dari tahun 942 M juga ditemukan dalam bahasa Melayu Kuno.
Bahasa Melayu dituturkan di mana-mana di nusantara dan semakin kuat. Bahasa
Melayu yang digunakan di wilayah Nusantara dipengaruhi oleh budaya daerah dalam
perkembangannya. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama
bahasa Sansekerta, Persia, Arab, dan Eropa.
DAFTAR PUSTAKA
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/627/Sekilas%20Tentang
%20Sejarah%20Bahasa%20Indonesia
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5876568/5-fungsi-bahasa-indonesia-sebagai-bahasa-
negara#:~:text=Kedudukan%20Bahasa%20Indonesia&text=Dalam%20kedudukannya
%20sebagai%20bahasa%20nasional,dan%20alat%20komunikasi%20antarbudaya
%20daerah.
http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/Paradigma/article/download/1617/1340
https://www.researchgate.net/publication/339484538_sejarah_bahasa_indonesia
Abdullah, A. A. (2013). Metode penelitian bahasa: Buku perkuliahan Program S-1 Program
Studi Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel
Surabaya. IAIN Press.
Arief, E. (2012). “Performance” Pembawa Acara yang Profesional. Komposisi: Jurnal
Pendidikan Bahasa, Sastra, Dan Seni, 10(1).
Bawa, I. W. (1983). Bahasa Bali di daerah propinsi Bali: Sebuah analisis geografi dialek I.
Hery Suwignyo.2008.Bahasa Indonesia Berbasis Area Isi dan Ilmu;Malang.UPT Penerbitan
Universitas Muhammdiyah Malang.
Madiar G Arsjad dan Mukti US.1988.Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia.Jakarta;Erlangga.
Pertanyaan
1) Mengapa ragam bahasa resmi dan terpelajar tidak dijadikan satu?
2) .Bagaimana proses perkembangan dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia?
3) Mengapa bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi bahasa Indonesia bukan bahasa Jawa?
4) Apa saja yang menjadi faktor ragamnya bahasa Indonesia?
Jawaban
1) ?
2) Bahasa Indonesia memperkaya dirinya dengan mengambil unsur bahasa daerah dan bahasa
asing. Unsur-unsur bahasa tersebut disesuaikan dengan sifat bahasa Indonesia; seperti
terbaca dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah.
3) Karena di Indonesia memiliki berbagai macam bahasa, jika memilih salah satu Bahasa
daerah,maka kedudukan Bahasa Indonesia bukan lagi sebagai pemersatu bangsa karena akan
terjadi perpecahan akibat rasa iri karena memilih salah satu Bahasa daerah sebagai Bahasa
nasional