Anda di halaman 1dari 16

Nama : Muhammad Ibnu Akhsanudin

NIM : 141210011
Kelas : EM-A

RESUME BAHASA INDONESIA

Pertemuan 1. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

A. Asal usul Bahasa Indonesia


Apabila ingin membicarakan perkembangan bahasa Indonesia. Mau tidak mau
kita harus membicarakan bahasa Melayu sebagai sumber (akar) bahasa Indonesia yang
kita gunakan sekarang. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu,
yang sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca), bukan saja
di Kepulauan Nusantara melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Pertanyaan
yang mungkin timbul adalah kapan sebenarnya bahasa Melayu mulai digunakan
sebagai alat komunikasi.
Berbagai batu bertulis (prasasti) kuno yang ditemukan, seperti (1) Prasasti
Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683, (2) Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun
684, (3) Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686, dan (4) Prasasti Karang
Brahin, Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi, tahun 688, yang bertuliskan Pra-Nagari
dan bahasanya bahasa Melayu Kuno, memberi petunjuk kepada kita bahwa bahasa
Melayu dalam bentuk bahasa Melayu Kuno sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada
zaman Sriwijaya (Halim, 1979: 6-7).
Prasasti-prasasti yang juga tertulis di dalam bahasa Melayu Kuno terdapat di
Jawa Tengah (Prasasti Gandasuli, tahun 832) dan di Bogor (Prasasti Bogor, tahun 942).
Kedua prasasti di Pulau Jawa itu memperkuat pula dugaan kita bahwa bahasa Melayu
Kuno pada waktu itu tidak saja dipakai di Pulau Sumatra, tetapi juga dipakai di Pulau
Jawa.
Berdasarkan petunjuk-petunjuk lainnya, dapat kita kemukakan bahwa pada
zaman Sriwijaya bahasa Melayu berfungsi sebagai berikut:
1. Bahasa Melayu sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi
aturan-aturan hidup dan sastra;
2. Bahasa Melayu sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) antar suku di Indonesia;
3. Bahasa Melayu sebagai bahasa perdagangan, terutama di sepanjang pantai, baik bagi
suku yang ada di Indonesia maupun bagi pedagang-pedagang yang datang dari luar
Indonesia; dan
4. Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kerajaan.

Ilmu sosial dan bahasa itu sifatnya cair,artinya tidak eksak.Maka jawaban yang
tepat adalah bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau dan sekitarnya.
Pertanyaannya ialah bahasa Melayu yang mana? Sekitar Riau yang lain adalah Jambi,
Bangka Belitung, dan Bengkulu, Serta Sumatera Selatan.

Dalam sejarah,sejak kapan bahasa Melayu yang dimaksud digunakan? Di mana?


Dalam sejarah bahasa Melayu juga digunakan sebagai bahasa resmi kerajaan
Sriwijaya pada abad VII. Selain itu, bahasa Melayu juga digunakan sebagai alat
komunikasi dalam perdagangan, sebagai alat komunikasi antarsuku, antarbudaya, dan
antarpulau. Dengan kalimat lain, sejak itu bahasa Melayu telah menjadi lingua Franca
artinya sebagai bahasa perantara atau alat perhubungan. Bahasa Melayu mulai dipakai
di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7.
Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan
Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M
(Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi
berangka tahun 688 M. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya prasasti batu tulis yang
tulisannya menggunakan bahasa Melayu.
Batu tulis yang dimaksud seperti dishare teman- teman Sdr di atas. Hal ini juga
dibuktikan dalam buku penjelajah china Itzing. Bahasa melayu menjadi Bahasa yang
digunakan oleh raja sriwijaya dan karena adanya sifat paternalistik yang selalu meniru
dan mempelajari dimana saat raja menggunakan bahasa Melayu maka rakyat juga akan
menggunakannya.
Bahasa melayu juga disebarkan melalui ekspansi yang dilakukan kerajaan
sriwijaya. Bangsa portugis masuk ke Indonesia maka terjadilah interaksi Bahasa. Hal
ini dibuktikan dengan di Indonesia bagian timur banyak ditemukan kosa kata Portugis.

Bahasa apa sajakah yang mempengaruhi bahasa Melayu yang dimaksud? Bahasa
Melayu Riau dan sekitarnya termasuk yang digunakan di kerajaan Sriwijaya itu,
sebagaimana organisme, selalu tumbuh dan berkembang. Nah pertumbuhan dan
perkembangan bahasa Melayu dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, dan bahasa.
Sejalan dengan semakin meningkatnya semangat kebangsaan, bahasa Melayu dijadikan
sebagai bahasa resmi organisasi perjuangan sampai pada awal abad XX.

Bahasa Sansekerta, bahasa Arab, bahasa Parsi, bahasa Potugis, bahasa Belanda, bahasa
Inggris, bahasa Tamil, bahasa Cina, bahasa Jepang, bahasa Perancis, dan bahasa-bahasa
daerah di Nusantara.
Bahasa-bahasa di atas memberi kontribusi berupa banyak kosa kata pada bahasa
Melayu, sehingga kosa kata bahasa Melayu tumbuh pesat.Dari waktu ke waktu
pertumbuhan kosa kata itu diikuti oleh perkembangam kaidah bahasa termasuk ejaan.
Dalam sejarah, salah satu perkembangan yang dimaksud adalah diterbitkan dan
diberlakukannya Ejaan Van Ophuisenj.
Mengapa Bahasa riau yang dipilih?
1. Penutur bahasa Riau meliputi 15% karena persebaran Bahasa melayu yang besar
di nusantara.
2. Bahasa Melayu Riau bersifat demokratis yg berarti tidak membedakan status
sosial, misalnya pada bahasa Jawa ada kromo, kromo inggil, dan ngoko, jika rakyat
berbicara pada raja harus menggunakan kromo inggil.
3. Perwakilan jong jong seperti Jong Sumatra, Jong bali, dll menerima dengan
ikhlas penggunaan bahasa Melayu.
4. Bahasa Melayu Riau memilki kemampuan mewadahi perkembangan
kebudayaan dalam pengertian luas IPTEKS.

Kapan ditetapkan? 28 Oktober 1928 bahasa Melayu diakui secara yuridis sebagai
Bahasa Indonesia secara politis karena pernyataan pada salah satu ikrar sumpah pemuda
Pertemuan 2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

1. Kedudukan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting karena bahasa
Indonesia bahasa Nasional, kedudukannya di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu,
dalam Undang Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36)
mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa Negara adalah
bahasa Indonesia. Dengan kata lain, ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia.
Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasioanl sesuai dengan
Sumpah Pemuda 1928; dan kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
Negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Fungsi Bahasa Indonesia
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) lambang kebanggan kebangsaan, (2) lambang identitas nasioan, (3) alat
perhubungan antarwarga dan antarbudaya, dan (4) alat mempersatukan suku-suku
bangsa dengan latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda ke dalam kesatuan
kebangsaan
Indonesia.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan,
(3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan
dan teknologi. Di samping itu, sekarang ini fungsi bahasa Indonesia telah pula
bertambah besar. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai media massa. Media massa cetak
dan elektronik, baik visual, audio, maupun audio visual harus memakai bahasa
Indonesia. Media massa menjadi tumpuan kita dalam menyebarluaskan bahasa
Indonesia secara baik dan benar.
Pertemuan 3,4, dan 5. Ragam Bahasa

A. Pengertian Ragam Bahasa


Sejak 28 Oktober 1928 sampai 2021 sekarang, secara politik, bahasa Indonesia
itu hanya satu, karena kelahiran bahasa Indonesia itu berfungsi mempersatukan seluruh
aspek kehidupan bangsa. Hal tampak jelas terlihat dalam butir 3 Sumpah
Pemuda.Secara yuridis seperti tersebut dalam pasal 36 Undang- Undang Dasar 1945,
bahasa resmi negara ialah bahasa Indonesia, bahasa Indonesia itu juga satu. Dalam
naskah- naskah kaidah bahasa Indonesia, bahasa Indonesia itu juga hanya satu. Namun,
tatkala bahasa Indonesia itu dipergunakan oleh penutur bangsa Infonesia dari Sabang
sampai Merauke, mulai terdengar adanya varian- varian bahasa Infonesia. Varian-
varian bahasa Indonesia itu muncul, karena perbedaan : tempat penggunaan, penutur,
sarana penggunaan, bidang penggunaan, dan suasana penggunaannya. Varian bahasa
Indonesia yang disebabkan oleh perbedaan: tempat penggunaan, penutur, sarana
penggunaan, bidang penggunaan, dan suasana penggunaan inilah yang dinamakan
Ragam Bahasa Indonesia ( RBI).
Mengapa varian Bahasa berbeda?
1. Intonasi (Jogja datar sedangkan Medan fluktuasinya naik turun)
2. Pelafalan varian Bahasa Indonesia yang disebabkan oleh perbedaan tempat
penggunaan, penutur, sarana, bidang penggunaan, perbedaan suasana penggunaan
bahasa

B. Macam RBI
Dari pengertian di atas, bahasa Indonesia dapat dibedakan atas beberapa macam
RBI. Perbedaan tempat penggunaan melahirkan RBI yang dinamakan “dialek” yaitu
ciri khas ucapan bunyi bahasa sekelompok masyarakat tertentu yang membedakannya
dengan ciri khas ucapan bunyi bahasa sekelompok masyarakat yang lain. Dalam realitas
komunikasi di Indonesia, kita mendengar dengan jelas adanya bahasa Indonesia:
1. Dialek Jakarta
2. Dialek Bandung
3. Dialek Banyumas
4. Dialek Madura
5. Dialek Bali
6. Dialek Medan
7. Dialek Padang
8. Dialek Pontianak
9. Dialek Banjarmasin
10. Dialek Ambon
11. Dialek Papua dll.
12. Dialek Makasar
13. Dialek Manado dll.
Perbedaan latar belakang pendidikan menimbulkan RBI berpendidikan/
terpelajar/ cendikia dan RBI tak berpendidikan/tak terpelajar/tak cendikia.Berdasarkan
konsep RBI, tampak ada lima dasar pengelompokan macam RBI.
1. Tempat penggunaannya yang berbeda-beda melahirkan RBI yang disebut
Dialek. Bahasa Indonesia yang digunakan di Jakarta melahir RBI Dialek Jakarta.
Bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Barat melahirkan RBI Dialek Jawa Barat.
Bahasa Indonesia yang digunakan di Tegal melahirkan RBI Dialek Jawa Tengah
Tegal.
Bahasa Indonesia yang digunakankan di Bali melahirkan RBI Dialek Bali.
Bahasa Indonesia yang digunakan di Medan melahirkan RBI Dialek Medan dst.
2. Latar sosial,ekonomi,pendidikan yang berbeda melahirkan RBI:
a. Berpendidikan
b. Tidak berpendidikan
3. Sarana Penggunaan bahasa Indonesia yang berbeda melahirkan RBI:
a. Lisan
b. Tulis

4.Bidang Penggunaan yang berbeda-beda melahirkan RBI antara lain;

a. RBI Ekonomi dan Bisnis


b. RBI Politik
c. RBI Hukum
d. RBI Sosial
e. RBI Medis
f. RBI Jurnalistik
g. RBI Agama
h. RBI Sastra
5.Suasana Penggunaan bahasa Indonesia yang berbeda melahirkan RBI:
a. Resmi/Formal
b. Tidak Resmi/Tidak Formal/santai
Selain RBI lisan dan RBI tulis,ada pula RBI baku dan RBI tidak baku. Dari sini lahirlah
RBI lisan baku, RBI lisan tidak baku, RBI tulis baku dan RBI tulis tidak baku. RBI
baku ditandai dengan ketatnya penerapan kaidah bahasa Indonesia. Sebaliknya, RBI
tidak baku ditandai dengan longgarnya penerapan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah
bahasa Indonesia meliputi:
1. Tata Bahasa Indonesia Baku
2. PUEBI
3. Pedoman Pembentukan Istilah
4. Kamus Kosa Kata Indonesia Baku
Nomor 1, meliputi tata bunyi (fonologi), tata kata dan pembentukannya (morfologi)
,tata kalimat (sintaksis),dan tata makna (semantik). RBI Tulis baku digunakan dalam
kegiatan komunikasi resmi ilmiah, seperti makalah, artikel ilmiah, karya ilmiah
akademik termasuk skripsi yang akan ditulis, dalam surat dinas, dalam surat resmi
termasuk dalam surat lamaran kerja, surat perjanjian yang berkekuatan hukum seperti
surat perjanjin: jual beli, kontrak, sewa, dan dalam surat-surat yang sifatnya resmi. RBI
lisan baku digunakan saat berbicara dalam situasi resmi atau formal seperti dalam rapat
resmi organisasi termasuk organisasi profesi, berpidato dalam tugas kenegaraan atau
kedinasan, menjawab pertanyaan dalam acara wawancara resmi di media elektronik.
Pertemuan 6 dan 7. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)

PUEBI : salah satu kaidah di dalam penggunaan bahasa Indonesia yang mengatur
pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan.
PUEBI berlaku : 26 November 2015 berdasarkan peraturan menteri pendidikan dan
kebudyaan Indonesia No. 50 tahun 2015 EYD:
- pemakaian huruf
- penulisan huruf- penulisan kata
- penulisan unsur serapan
- pemakian tanda baca PUEBI:
- pemakaian huruf
- penulisan kata
- pemakaian tanda baca
- penulisan unsur serapan
Penulisan huruf tidak masuk ke dalam PUEBI, karna :
Pemakaian huruf itu kan ada 2, dilisankan dan ditulis. ketika dilisankan/ dilafalkan ia
menjadi satuan lingual menjadi bunyi ujaran. ketika ditulis, penulisan huruf itu dah
masuk ke pembahasan cakupan pemakaian huruf. Dengan kata lain, penulisan huruf itu
bagian dari pembicaraan pemakaian huruf, selain penulisan huruf ada juga pelafalan
huruf (dua-duanya termasuk pemakaian huruf).
Kesimpulan : dari segi cakupan EYD tak berbeda
dengan PUEBI, detail penjelasannya/contohnya/analisisnya tentu berbeda.
EYD tidak diberlakukan lagi karena:
EYD (ejaan yang disempurnkan) hasil yang disempurnakan itu sudah sempurna,
padahal EYD sebagai kaidah yang mengatur satuan lingual/bahasa adalah sebagai
organisme bahasa termasuk EYD itu pasti tumbuh dan berkembang, kalau tumbuh dan
berkembang EYD tidak pernah sempurna, kaidah selalu mendapat tantangan dan
masalah ketika dihadapkan dengan perkembangan iptek, oleh karna itu satuan bahasa
tidak pernah sempurna ia selalu tumbuh dan berkembang. EYD sudah berpuluh-puluh
kali revisi, fakta itu menunjukkan bahwa EYD itu tak sempurna, jadinya ga tepat
dikasih nama EYD. Kemudian diganti jadi puebi (pedoman umum ejaan bahasa
indonesia). Semakin IPTEK berkembang pesat, semakin ejaan harus diadaptasi dengan
perkembangan IPTEK.
Pertemuan 8. UTS

Pertemuan 9. Kata Diksi dan Istilah

Pilihan kata atau diksi pada dasarnya merupakan hasil dari upaya memilih kata tertentu
untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Pemilihan kata dilakukan apabila tersedia
sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Dari senarai kata itu dipilih
satu kata yang paling tepat untuk mengungkapan suatu pengertian. Pemakaian kata
bukanlah sekadar memilih kata yang tepat, melainkan juga kata yang cocok. Cocok
dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks di mana kita berada, dan maknanya tidak
bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Sebagai contoh, kata mati
bersinonim dengan mampus, meninggal, wafat, mangkat, tewas, gugur, berpulang,
kembali ke haribaan, Tuhan, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Mengapa?
Ada nilai rasa nuansa makna yang membedakannya. Kita tidak akan
mengatakan Kucing kesayanganku wafat tadi malam. Sebaliknya, kurang tepat pula jika
kita mengatakan Menteri Fulan mati tadi malam.
Di atas sudah disebutkan bahwa kemahiran memilih kata terkait erat dengan
penguasaan kosakata. Seseorang yang menguasai kosakata, selain mengetahui makna
kata, ia juga harus memahami perubahan makna seperti yang telah diuraikan dalam bab
empat buku ini. Di samping itu, agar dapat menjadi pemilih kata yang akurat, seseorang
harus menguasai sejumlah persyaratan lagi. Syarat tersebut menurut Keraf (1994: 88)
ada enam.
Berikut ini adalah rincian keenam syarat itu beserta contohnya dan anjuran
untuk melatih ketajaman pemahamannya.
a) Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi.
Contoh:
1. Bunga edelweis hanya tumbuh di tempat yang tinggi (gunung).
2. Jika bunga bank tinggi, orang enggan mengambil kredit bank.
b) Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim. Contoh:
1. Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?
2. Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan yang
selama ini memberatkan pengusaha.
c) Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaannya. Contoh:
intensif-insentif interferensi-inferensi)
d) Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak.
Contoh: keadilan, kebahagiaan, keluhuran, kebajikan, kebijakan, kebijaksanaan e)
Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
e) Dapat membedakan antara kata-kata yang umum dan kata-kata yang khusus.
Kata melihat adalah kata umum yang merujuk pada perihal ‘mengetahui sesuatu
melalui indera mata’. Kata melihat tidak hanya digunakan untuk menyatakan
membuka mata serta menunjuk objek tertentu, tetapi juga untuk mengetahui hal yang
berkenaan dengan objek tersebut.
Pertemuan 10. Kalimat

A. Definisi Kalimat
Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara
lain karena dengan perantara kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan
maksudnya secara lengkap dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal
sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (mis. tidak) dan frasa atau kelompok
kata (misal. tidak tahu). Kata dan frasa tidak dapat mengungkapkan suatu maksud
secara lengkap dan jelas, kecuali jika kata dan frasa itu sedang berperan sebagai kalimat
minor. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu struktur
dasar suatu kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan
predikat (P) dan intonasi yang menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan
makna.
Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, tanda
tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan
kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai
kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus
mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penulis atau
penuturnya.
Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melainkan acuan atau patern untuk
membuat berbagai tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur kalimat
yang dibentuk dengan lima unsur kalimat, yaitu S, P, O, Pel, Ket. sejalan dengan batasan
bahwa struktur kalimat minimal S-P, sedangkan O, Pel, Ket merupakan tambahan yang
berfungsi melengkapi dan memperjelas arti kalimat, pola kalimat dasar yang paling
sederhana adalah yang bertipe S-P, dan yang paling kompleks adalah yang bertipe S-P-
O-Ket.
B. Jenis Kalimat

Menurut Jumlah Klausanya

Menurut jumlah klausa pembentukannya, kalimat dapat dibedakan atas dua macam,
yaitu
(a) Kalimat Tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa.
Kalimat tunggal hanya mengandung satu unsur S, P, O, Pel dan Ket. tentu saja kelima
unsur itu tidak harus muncul samua sekaligus karena unsur minimal sebuah kalimat
adalah S dan P.
Mengingat unsur pembentuk utamnya yaitu S dan P yang serba tunggal itulah
kalimatnya dinamakan kalimat tunggal. Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi P-nya,
kalimat tunggal dapat dipilah lagi menjadi empat macam, dan kalimat-kalimat tunggal
itu diberi nama sesuai dengan unsur P-nya masing-masing seperti yang tampak pada
contoh kalimat berikuti. Contoh: Kami mahasiswa Indonesia.
Kalimat tunggal ada yang dapat dilengkapi atau diperluas dengan menambah
satu unsur O, Pel, dan Ket. Selain itu, unsur S, O dapat pula diperluas lagi dengan
memberinya berbagai keterangan. Jadi, kalimat tunggal tidak mesti berupa kalimat
pendek. Bila fungsi sintaksis utama, yaitu S dan P-nya tidak lagi tunggal, alias sudah
menjadi majemuk, nama kalimatnya pun berubah menjadi kalimat majemuk.
(b) Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih
kalimat tunggal. Mengingat kalimat tunggal hanya terdiri atas satu klausa, berarti
kalimat majemuk mengandung lebih dari satu klausa. Perhatikan contoh di bawah
ini. Contoh : Seorang manajer harus mempunyai wawasan yang luas dan S P1 O1
harus menjunjung tinggi etika profesi.
Mengingat kalimat majemuk merupakan gabungan kalimat, lebih tepat rasanya
jika kalimatkalimat yang digabung itu disebut dengan istilah klausa. Penggabung atau
konjungtor yang menghubungkan klausa-klausa dalam kalimat majemuk setara,
jumlahnya cukup banyak.
Konjungtor-konjungtor itu menunjuk beberapa jenis hubungan dan
menjalankan beberapa fungsi. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini dibuatkan tabel kata
yang berfungsi sebagai penghubung klausa dalam kalimat mejemuk setara.

Menurut Hubungan Aktor-Aksi

(a) Kalimat Aktif


(b) Kalimat Pasif

Menurut Susunan subjek dan predikatnya

(a) Kalimat Versi


(b) Kalimat Inversi
Pertemuan 11. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan kepada pembaca seperti yang digagas oleh penulis.
Syarat kalimat efektif menurut Lamudin:
1. Memenuhi prinsip kesatuan gagasan (kohesi)
2. Memenuhi prinsip kepaduan unsur (koherensi)
3. Memenuhi prinsip keparalelan/kesejajaran bentuk
4. Ketegasan makna
5. Memenuhi prinsip kehematan kata 6. Memenuhi prinsip kelogisan bahasa Ciri
penggunaan kalimat efektif:
1. Bentuk gramatikal singkat namun memuat pesan yang cukup padat
2. Menghindari bentuk-bentuk yang redundan/berlebih
3. Adanya kesepadanan antar struktur gramatik dengan laur pikir
4. Singkat, padat, jelas, dan benar
5. Menghindarii bentuk lebay/berlebih
Pertemuan 12. Paragraf

Jenis Paragraf

Menurut fungsinya yaitu(1) pembuka (2) penghubung/pengembang (3) penutup.


Menurut letak poko pikiran yaitu (1) deduktif (2) induktif (3) Deduktif-Induktif (4)
Deskriptif
Menurut bentuknya yaitu (1) Deskriptif (2) Eksposisi (3) Persuasif (4) Argumentasi (5)
Narasi.
Pertemuan 13 dan 14. Karya Ilmiah

Menurut Prof. Suparno, karya ilmiah adalah tulisan yang berisi permasalahan
yang diungkapkan dengan metode ilmiah. Karya ilmiah secara umum adalah karya
sastra yang diciptakan dengan penulisan terkait metode-metode ilmiah pada masalah
seharihari. Karya ilmiah mengandung data, fakta, kesimpulan, dan pemecahan masalah,
serta ditulis secara rapi dan runtut. Penulisan karya ilmiah menggunakan logika berpikir
dan gaya bahasa yang sistematis, karya tulis yang dibuat untuk memecahkan suatu
permasalahan dengan landasan teori dan metode-metode ilmiah.
Otak dari karya ilmiah terletak pada daftar isi. Karya ilmiah ada 2 yaitu karya
ilmiah populer dan karya ilmiah akademik.
Karya ilmiah populer terbagi 3 yaitu :
1) Tajuk rencana/ Editorial/ Pojok
2) Artikel/ Essay
3) Pikiran pembaca.

Ciri-ciri karya ilmiah

- Pengungkapan pendapat didukung oleh fakta


- Bersifat tepat, lengkap, dan benar
- Pengembangannya secara sistematis dan logis
- Bersifat tidak memihak dan tidak emosional

Jenis karya ilmiah

Atas dasar tingkat akademisnya dibagi menjadi 5:


- Laporan
- Makalah
- Skripsi
- Tesis
- Disertasi

Teknik penulisan karya ilmiah a. Penggunaan Kertas

Kertas yang dipakai adalah HVS 80 gram ukuran kuarto (21,5 x 28 cm) dan ditulis di
salah satu sisi (tidak blak-balik). Untuk kepentingan khusus misalnya gambar atau
grafik dapat menggunakan kertas lain, sampul naskah dapat menggunakan jenis dan
warna kertas yang sama dengan naskah atau berbeda. b. Teknik Pengetikan -
Penggunaan huruf
- Jarak pengetikan (spasi)
- Batas tepi pengetikan
- Penulisan angka
- Penulisan nama
- Penulisan alinea baru
- Penulisan bab
- Penulisan tabel dan gambar c. Sistematika Penomoran - Penomoran halaman baru
awal bab - Penomoran halaman naskah utama d. Penulisan sumber / referensi
e. Penulisan daftar pustaka
- Penulisan buku
Nama pengarang. Tahun terbit. Nama buku. Nama tempat penerbitan: Nama penerbit.
- Penulisan artikel
- Penulisan publikasi lain
- Pengurutan penulisan daftar

Bahasa yang digunakan karya ilmiah

- Bahasa yang digunakan adalah bahasa baku.


- Penulisannya disesuaikan dengan EYD.
- Menggunakan istilah-istilah ilmiah yang relevan dengan bahasan karya ilmiah.
- Memilih kalimat yang efektif, sehingga dapat menyampaikan gagasan secara singkat
dan jelas.
- Hubungan setiap masalah, penyelesaian, pencegahan dan sebagainya saling
berkesinambungan.
- Hindari berbahasa ambigu atau memiliki pengertian lain sehingga sulit dipahami.
- Menggunakan kalimat pasif dari kalimat aktif.
- Konsisten terhadap tema yang dibahas, juga dengan hal yang dituliskan dari awal
hingga akhir.

Anda mungkin juga menyukai