Kelas : EM-A
Nim : 141210006
UAS Aspek hukum dalam bisnis
Dengan memiliki polis asuransi, tertanggung akan terhindar dari kemungkinan timbul risiko
kerugian di kemudian hari dan menjadi tenang jiwanya karena objek yang diasuransikan
dijamin oleh penanggung.
B. Memberikan kepastian
Merupakan manfaat utama asuransi karena pada dasarnya asuransi berusaha untuk
mengurangi konsekuensi yang tidak pasti dari suatu keadaan yang merugikan (peril), yang
diperkirakan sebelumnya sehingga biaya atau akibat finansial dari kerugian tersebut menjadi
pasti atau relatif pasti.
C. Meminimalisir kerugian
dengan memiliki asuransi, maka dapat meminimalisir biaya kerugian jika mengalami
kejadian tidak terduga. jadi, kebutuhan akan tetap terpenuhi secara stabil. sebab, sebagian
biaya sudah ditanggung oleh perusahaan asuransi untuk mengganti kerugian yang kamu
alami
D. Sarana menabung
Sarana menabung, untuk asuransi jenis tertentu, uang yang diasuransikan memiliki nilai tunai
yang dapat diambil, yaitu seperti pada asuransi whole life atau endowment. Ada pula produk
asuransi yang sengaja digabungkan dengan investasi,
G. Jaminan kredit
polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan kredit (insurance server as a basis of credit)
biasanya hanya untuk asuransi jiwa dan sangat selektif pada jenis kredit dan bank tertentu.
H. Alternatif Investasi
Sudah sering dijelaskan bahwa asuransi bisa juga dijadikan lahan untuk berinvestasi. Investasi
dalam asuransi ini bisa juga diartikan sebagai tabungan untuk menutup loss of earning power.
Artinya, ketika suatu badan usaha atau perorangan sudah tidak lagi produktif bekerja maka
asuransi ini bisa menjadi tabungan untuk digunakan ketika kegiatan usaha sudah tidak lagi
dilakukan.
❖ Dasar hukum asuransi:
b. KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) Pasal 1320 dan Pasal 1774
Undang-Undang Pasal 1320 KUH Perdata dan Pasal 1774 menyatakan bahwa asuransi
mengandung unsur perjanjian antara dua belah pihak di dalamnya. Karena mengandung unsur
perjanjian maka akan termasuk dalam ruang lingkup hukum pidana, sebagaimana dalam
KUHP bagian dua menjelaskan bab tentang syarat-syarat terjadinya suatu perjanjian yang
sah.
b. Menurut Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 8 Ayat (4) UU Kepailitan No 37 Tahun 2004
ada dua syarat, yaitu :
1. ada dua atau lebih kreditor. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena
perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan “Kreditor”
di sini mencakup baik kreditor konkuren, kreditor separatis maupun kreditor preferen;
2. ada utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Artinya adalah kewajiban untuk
membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah diperjanjikan, karena
percepatan waktu penagihannya sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan sanksi
atau denda oleh instansi yang berwenang, maupun karena putusan pengadilan, arbiter,
atau majelis arbitrase; dan
3. kedua hal tersebut (adanya dua atau lebih kreditor dan adanya utang yang telah jatuh
tempo dan dapat ditagih) dapat dibuktikan secara sederhana.
6. Putusan arbitrase Nasional dan Internasional sebenarnya sama saja. Yang membedakannya
adalah asas teritory yang terdapat pada putusan arbitrase internasional yang digunakan untuk
menentukan hukum yang akan digunakan. Putusan arbitrase baik Nasional maupun
Internasional bersifat Final dan Binding yang artinya tidak dapat dibanding dan atau dikasasi.
Hal ini dikarenakan memang arbitrase merupakan alternatif penyelesaian sengketa non-
ligitasi yang putusannya harus dilakukan secara sukarela. Selain itu arbitrase
nasional memiliki ruang lingkup Nasional yang hanya meliputi kawasan negara yang
bersangkutan, Memiliki kewenangan untuk menyelesaikan sengketa nasional maupun
internasional, sesuai dengan kesepakatan para pihak.
Sementara dalam Putusan Arbitrase Internasional asas teritory memang sangat ditekankan
disini. Selain itu untuk masalah pengaturannya sebenarnya sudah diatur dalam Konveksi New
York 1958 mengenai arbitrase internasional yang juga diterima di Indonesia dengan
dimasukkannya pengaturan arbitrase internasional dalam Undang-Undang No. 30 Tahun
1999 tersebut. Meskipun dalam putusan arbitrase internasional memiliki 3 hukum sekaligus
yang digunakan dalam menentukan putusan arbitrasenya. Selain itu arbitrase Internasional
memiliki fungsi untuk menangani sengketa-sengketa tertentu antara para pihak yang memiliki
kewarganegaraan yang berbeda.