antara pembeli fasilitas dengan penerima fasilitas, dalam hal ini pemberi fasilitas
menyediakan dana untuk memberi barang dari penjual barang, untuk digunakan
pinjaman itu, baik berupa pokok dan bunga, sesuai dengan jangka waktu yang
disimpulkan bahwa perjanjian jaminan fidusia ialah perjanjian formil yang harus
dituangkan dalam suatu akta notaris. Dalam Pasal 4 Undang – Undang fidusia
yang berbunyi “ jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian
pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu
prestasi.” Dari ketentuan tersebut, dari kata “ikutan”, maka dapat disimpulkan
pokoknya. Arti dari perjanjian ikutan itu mestinya sama dengan perjanjian
pemberi fidusia dengan penerima fidusia, bahwa suatu benda tertentu diserahkan
hak miliknya secara kepercayaan, dari pemberi fidusia kepada penerima fidusia,
tentang Jaminan Fidusia yang berarti bahwa pihak kreditur adalah pihak pemberi
dengan syarat adanya barang yang akan dijaminkan kepada debitur. Jaminan
Fidusia sendiri, diatur dalam Pasal 1 angka 2 Undang – Undang Fidusia. Proses
peminjaman uang atau hutang atas dasar kepercayaan antara kreditur dan debitur
Selain itu adanya perjanjian fidusia juga dapat digunakan untuk menjamin tidak
ada pihak yang dirugikan, baik dari penerima pijaman maupun pemberi pinjaman.
3. Bagaimana fakta yang terjadi dalam praktek yang sering terjadi kalau
terjadi wanpresrasi dan bagaimana praktek yang sering dilakukan oleh
pelaku usaha atau kreditur dalam upayanya untuk eksekusi jaminan
fidusia tersebut
- Pihak Adira Finance Magelang tidak melakukan permohonan pengamanan kepada
melakukan penarikan objek, pihak Adira Finance Magelang juga tidak melakukan
aggunan fidusia, sehingga tidak sesuai dengan regulasi dan tidak bisa
kredit yang seringkali menyebabkan tibanya gejala pokok masalah aturan dalam
melaksanakan eksekusi anggunan fidusia ialah sebagai status regulasi dari objek
anggunan fidusia.
Orang beranggapan bahwa kreditur tidak memiliki hak yang dapat dipaksakan,
sehingga setiap kali penegakan hokum ditegakkan, mereka percaya bahwa itu
adalah benuk penyitaan dan pelanggaran hokum. Sebab debt collector bukanlah
pegawai lembaga keuangan, melainkan pemilik tunggal yang dibayar jika berhasi
sesuai sesuai dalam Pasal 29 Undang – Undang Nomor 42 tahun 1999 eksekusi secara
langsung dapat dilaksanakan tanpa melalui pengadilan dan bersifat final serta mengikat para
pihak untuk melaksanakan putusan tersebut. Eksekusi merupakan tindakan hukum yang
dilakukan oleh pengadilan kepada pihak yang tumbang di dalam suatu perkara. Aturan tata
cara lanjutan dari proses pemeriksaan yang berkesinambungan dari keseluruhan proses
dijaminkan secara fidusia, namun tidak dibuatkan akta notaris dan tidak didaftarkan di kantor
pendaftaran fidusia untuk mendapat sertifikat. Akta seperti itu dapat disebut akta jaminan
fidusia dibawah tangan. Jaminan fidusia yang dibuatkan akta notariil dan didaftarkan di
kantor pendaftaran fidusia untuk dibuatkan sertifikat jaminan fidusia menguntungkan karena
jika penerima fidusia yaitu lembaga pembiayaan mengalami kesulitan di lapangan, maka
dapat meminta pengadilan setempat melalui juru sita membuat surat penetapan permohonan
bantuan pengamanan eksekusi. Bantuan pengamanan eksekusi ini bisa ditunjukan kepada
aparat kepolisian sesuai payung hukum dalam PERKAP nomor 8 Tahun 2011. Pembuatan
sertifikat jaminan fidusia melindungi penerima fidusia kreditor atau lembaga pembiayaan,
jika pemberi fidusia atau debitur gagal memenuhi kewajiban sebagaimana tertuang dalam
Eksekusi benda jaminan fidusia berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011
harus memenuhi beberapa syarat untuk dapat melaksanakan eksekusi benda jaminan fidusia
yaitu ketika ada permintaan dari pemohon, memiliki akta jaminan fidusia, jaminan fidusia
terdaftar pada kantor pendaftaran fidusia, memiliki sertifikat jaminan fidusia, dan jaminan
fidusia berada di wilayah negara indonesia. Benda jaminan fidusia jika tidak didaftarkan
maka tidak bersifat eksekutorial sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU Nomor 42 tahun
1999 tentang jaminan fidusia, apabila tidak memiliki sertifikat jaminan fidusia pihak lembaga
pembiayaan atau pengadilan tidak dapat mengeksekusi. PT. Adira Finance Magelang tidak
melakukan pendaftaran pada kantor pendaftaran fidusia, apabila PT. Adira Finance Magelang
tidak mendaftarkan benda jaminan pada kantor pedaftaran fidusia maka tidak memenuhi
persyaratan untuk dilakukannya pendampingan pengamanan oleh pihak kepolisian seperti apa
Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 tersebut belum nyatanya dijalankan oleh perusahaan
pembiayaan konsumen terbukti dengan masih adanya penarikan benda jaminan fidusia
melalui collector dan tidak ada permohonan pendampingan pengamanan kepada pihak
kepolisian seperti yang tertera pada Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 tentang eksekusi
benda jaminan fidusia. Walaupun secara legal formal telah memiliki kekuatan hukum
mengeksekusi objek jaminan fidusia terhadap debitur yang melakukan cidera janji tidak
semudah apa yang telah dituangkan dalam peraturan, satu dan lain hal disamping terdapat
peraturan prosedural legal formal yang memakan waktu cukup lama dan biaya yang tidak
sedikit, disamping itu memungkinkan juga untuk membuat laporan polisi (LP), pemanggilan
dan pemeriksaan dalam BAP sampai ke tahap lapangan untuk eksekusi, dalam prosesnya
akan melebar ke pihak dealer atau showroom sebagai pihak yang menyerahkan barang
kepada debitur, hal tersebut akan menjadi masalah tersendiri, dealer akan keberatan jika
dilibatkan dalam rangkaian pemeriksaan dalam BAP, hal ini bukan malah meraih untung
didaftarkan pada kantor lembag fidusia oleh notaris. Pendaftaran akta jaminan merupakan
suatu bentuk perlindungan terhadap perusahaan pembiayaan sebagai kreditur bila debitur
melakukan kredit macet. Beberapa macam faktor penghambat dalam eksekusi jaminan
fidusia, seperti gaji buruh yang belum dibayar, sehingga perusahaan pembiayaan akan
melakukan eksekusi terhadap objek jaminan yang lain yang telah diikat dalam perjanjian
pembiayaan, seperti hak tanggungan. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk keamanan dan
menghindari faktor penghambat dalam eksekusi objek jaminan fidusia tersebut, maka
surat kuasa jual atas objek jaminan fidusia yang telah diikat sebagai jaminan terhadap
perusahaan pembiayaan. Sehingga saat terjadi kredit macet, kreditur dapat melakukan
seperti adanya upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) yang dilakukan oleh pihak yang kalah
ke Mahkamah Agung, perlawanan oleh pihak ketiga (Derden Verzet) hal ini disebabkan
terhadap objek eksekusi terambil hak dari pihak ketiga. Derden Verzet adalah salah satu
bentuk upaya hukum yang dilakukan oleh pihak ketiga terhadap putusan Hakim yang
berkekuatan hukum tetap. Hal ini dapat disebabkan Panitera atau Jurusita salah melakukan
eksekusi atau objek eksekusi telah berpindah ketangan pihak. Putusan Hakim bersifat
declaratoir atau constitutif tidak dapat dilakukan eksekusi (non executabel), karena yang
dapat dilakukan eksekusi hanyalah putusan Hakim yang bersifat comdemnatoir yaitu putusan
Hakim yang amar putusannya bersifat penghukuman, misalnya menghukum pihak yang kalah
prikemanusian misalnya, tereksekusi sedang ditimpa musibah atau sedang berduka cita
Eksekusi perkara tidak dapat dilakukan, yang disebabkan objek perkara sudah berpindah
tangan kepada pihak ketiga. Untuk mencegah berpindah objek perkara ketangan pihak ketiga,
pihak penggugat selama pemeriksaan perkara dapat mengajukan permohonan sita jaminan
agar objek perkara dan harta benda tergugata diletakan sita jaminan. Jika gugatan penggugat
dikabulkan, maka sita jaminan yang telah diletakan pada objek perkara menjadi sita
eksekutorial artinya benda yang dijadikan jaminan terhadap gugatan penggugat dapat
dilakukan eksekusi secara paksa. Tujuan dilakukan penyitaan terhadap objek perkara atau
terhadap harta benda milik tergugat sebelum adanya putusan Hakim adalah untuk melindungi
kepentingan penggugat. Jika gugatan penggugat dikabulkan, maka objek perkara yang
diletakan sita jaminan dapat dieksekusi secara paksa, sehingga penggugat tidak menang
hampa atau menang diatas kertas yang disebabkan objek perkara atau objek jaminan sudah
Ketidakjelasan objek yang dieksekusi, yang disebabkan salah dalam melakukan penyitaan
terhadap objek perkara akan menimbulkan masalah dalam pelaksanaan eksekusi. Petugas
pengadilan dalam hal ini Panitera atau Jurusita dalam melakukan penyitaan terhadap objek
perkara harus cermat dan teliti sesuai dengan fakta yang sebenarnya yang didukung oleh
bukti bukti yang kuat. Oleh sebab itu dalam melakukan penyitaan Panitera atau Jurusita harus
membuat berita acara penyitaan dan disaksikan oleh dua orang saksi. Hambatan dalam
pelaksanaan eksekusi akan dapat dicegah apabila pihak yang kalah perkara bersedia
melaksanakan putusan Hakim secara sukarela atau kemauan sendiri tanpa ada paksaan dari
pihak manapun. Itikad baik dari pihak yang kalah melaksanakan putusan Hakim akan adapat
mencegah timbulnya pelaksanaan eksekusi secara paksa. Sebaliknya itikad tidak baik dari
pihak yang kalah dalam melaksanaakan putusan Hakim akan menyebaknan eksekusi
dilakukan secara paksa berdasar permintaan dari pihak yang dimenangkan dalam perkara
Haambatan dalam pelaksanaan eksekusi dapat dicegah jika pihak yang kalah bersedia
menyerahkan apa yang merupakan hak dari pihak yang menang, Namun dalam praktek
eksekusi secara paksa dilakukan karena pihak pihak kalah tidak bersedia melaksanaakan
amar putusan Hakim. Hambatan pelaksanaan eksekusi secara paksa di lapangan antara lain
pihak yang kalah melakukan berbagai cara antara lain tereksekusi mengerahkan massa,
mengahalangi dengan mengunakan benda, Panitera atau jurusita tetap melakukan eksekusi
sesuai dengan bunyi putusan Hakim dibawah pimpinan dan pengawasan dari Ketua
Pengadilan Negeri, kalau perlu untuk mencegah timbulnya hambatan selama pelaksanaa
eksekusi pihak pengadilan dapat meminta bantuan kepada aparat keamanan (polisi) untuk