Anda di halaman 1dari 21

PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA,

MASALAH DAN DILEMA DALAM PELAKSANAANNYA

Oleh :
Aermadepa, S.H., M.H.
Dosen Fakultas Hukum UMMY Solok

ABSTRAK
Fiduciary not properly implemented in practice, in accordance with that
stipulated in Fiduciary Lawguarantees. Fiduciary must bemade with
Notarill deed, and must be registered with the Registrar of Fiduciary.
Then, registration office offiduciary publish Fiduciary Warranty
certificaten that have the power eksekutorial. But in practice, most of the
fiduciary ismadeunder the hand (not madeby anotary), and is not
registered on fiduciary registration office. The cause is, among other the
costof loading and the fiduciary deed registration fiduciary registration
carried outin the provincial capital, and not specifically rulein fiduciary
law about the deadline to register fiduciary and sanction sare
notarranged if the fiduciary is not in the register.

Keywords : Fiduciary, registration of fiduciary, the power of


eksekutorial.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan pinjam meminjam uang sudah merupakan kegiatan yang sangat
lumrah dalam kehidupan bermasyarakat sekarang ini. Perkreditan mempunyai arti
penting dalam berbagai aspek pembangunan meliputi bidang produksi baik
pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan ataupun produksi bidang industri,
investasi, perdagangan, eksport import dan sebagainya. Dalam pembangunan
sarana prasarana fisik dalam pembangunan seperti halnya gedung-gedung,
jembatan-jembatan, irigasi, perumahan dan sebagainya.1
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit yang diberikan
oleh Kreditur tentunya mengharuskan Kreditur merasa aman. Maka untuk
kepentingan keamanan, terutama sekali guna menjamin pelunasan utang tersebut
diperlukan alat pengaman bagi Kreditur. Salah satu bentuk pengaman kredit yang

1
Sri Gambir Melati Hatta, Perkreditan Dan Tantangan Dunia Perbankan,
Legalitas.Org, 16 Agustus 2007, diakses dari http://www.legalitas. org/node/258, diakses tanggal
28 November 2011.
Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
paling mendasar dalam pemberian fasilitas kredit antara lain adalah objek
jaminan, disamping kemampuan seorang Debitur.
Salah satu bentuk jaminan yang ada dan berlaku sekarang adalah Fidusia,
sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia (UUJF), (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999, Nomor 168).
Fidusia itu adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan
tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Ciri-ciri jaminan fidusia diantaranya adalah memberikan hak kebendaan,
memberikan hak didahulukan kepada kreditur, memungkinkan pemberi jaminan
fidusia untuk tetap menguasai objek jaminan utang, memberikan kepastian
hukum, dan mudah dieksekusi.2 Secara hukum untuk adanya jaminan fidusia
sebagaimana dalam Undang-Undang Jaminan fidusia tersebut wajib di daftarkan
pada Kantor Pendaftaran Fidusia,3 sebagaimana diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran
Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000, Nomor 170).
Hukum jaminan fidusia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 42
Tahun 1999 tersebut dibuat dan diberlakukan salah satu nya adalah untuk lebih
memberikan kepastian hukum bagi kreditur, disamping itu juga sebagai
pembaharuan hukum. Karena lembaga jaminan fidusia yang selama ini sudah
hidup dan berkembang dalam tatanan hukum Indonesia dan berlaku ditengah-
tengah kehidupan masyarakat masih bersandarkan pada yurisprudensi atas kasus
bierbrouwerij aresst di Belanda, dan setelah itu muncul pula persoalan hukum di
indonesia dalam perkara Bataafsche Petroleum Maatschappij v. Pedro Clignett
yang diputus pada tanggal 18 agustus 1932 oleh Hooggerechtschof (Hgh).
Putusan tersebut merupakan tonggak awal lahirnya fidusia di indonesia dan
sekaligus menjadi yurisprudensi pertama sebagai jalan keluar untuk mengatasi
masalah dalam jaminan gadai.
Sejak keputusan tersebut kehidupan lembaga jaminan fidusia semakin
diminati oleh pelaku usaha khususnya yang membutuhkan kredit bank dengan
jaminan barang bergerak yang masih dapat dipergunakan untuk melanjutkan
usahanya tanpa harus melepaskan kekuasaan atas barang jaminan itu secara fisik.
Berbeda dengan jaminan kebendaan bergerak yang bersifat possessory, seperti
gadai, jaminan fidusia memungkinkan sang debitur sebagai pemberi jaminan
untuk tetap menguasai dan mengambil manfaat atas benda bergerak yang telah
dijaminkan tersebut.4

2
Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, Hal. 51
3
Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, tentang Jaminan
Fidusia
4
Aria Suyudi, Jaminan Fidusia dan Potensinya dalam Mendorong Laju
Ekonomi , Legal Banking, 16 Agustus 2008.
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu 725
Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
Dengan lahir dan diberlakukannya UUJF tentunya diharapkan lembaga
jaminan fidusia yang sudah berkembang dan hidup semenjak lama itu lebih
memainkan perannya sebagai lembaga jaminan dan tentunya juga dalam rangka
pembaharuan hukum. Dimana yang harus menjadi perhatian dalam pembaharuan
hukum itu, adalah sarana yang dapat mempelancar jalannya perekonomian.
Menurut studi yang dilakukan Burg’s mengenai hukum dan pembangunan
terdapat 5 (lima) unsur yang harus dikembangkan supaya tidak menghambat
ekonomi, yaitu “stabilitas” (stability), “prediksi” (preditability), “keadilan”
(fairness), “pendidikan” (education), dan “pengembangan khusus dari sarjana
hukum” (“the special development abilities of the lawyer”).5
Namun dalam prakteknya pada banyak kredit dengan jaminan fidusia ini
tidak didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Padahal salah satu tujuan dari
pendaftaran jaminan fidusia itu adalah untuk kepastian hukum bagi kreditur
sendiri, disamping itu tentunya harus selalu ditaati karena UUJF sudah
diberlakukan dan mengikat semenjak diundangkan. Sebagaimana teori hukum
Hans Kelsen yang menyatakan bahwa apapun isi dari suatu norma, dan apapun
perbuatan manusia memungkinkan untuk menjadi isi suatu norma, dapat
memperoleh validitasnya. Suatu norma adalah valid dan mengikat hanya
berdasarkan persyaratan bahwa telah dibuat dalam bentuk tertentu dan lahir
dengan prosedur dan peraturan tertentu.6
Hal ini-lah yang menjadi latar belakang tulisan penulis ini yang penulis
beri judul ”Pendaftaran Jaminan Fidusia, Masalah dan Dilema dalam
Pelaksanaannya”.

B. Rumusan Masalah :
Adapun yang menjadi masalah dalam makalah ini dapat penulis rinci
dalam dua masalah pokok, yang termuat dalam rumusan masalah yang penulis
uraikan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia untuk jaminan kredit,
apakah sudah sesuai dengan aturan tentang Jaminan Fidusia ?
2. Bila tidak sesuai, apakah penyebab ketidaksesuaian pelaksanaan pendaftaran
jaminan fidusia tersebut dengan aturan (norma) nya ?

C. Tujuan Penulisan :
Dari rumusan masalah yang diuraikan diatas, dapatlah diperinci lebih
lanjut bahwa tujuan tulisan ini, antara lain :
a. Untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan pendaftaran jaminan fidusia
dengan dengan aturan jaminan fidusia.
b. Bila tidak sesuai, untuk mengetahui faktor-faktor penyebab ketidak-sesuaian
tersebut.
5
Leonard J. Theberge, Law and Economic Development, Journal of International Law and
Policy¸ Volume 9, 1980, hal. 232, dimuat dalam Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22, Jakarta, 2003
6
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen tentang Hukum,
Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006,
Hal.97.
726 Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
D. Kegunaan/Manfaat :
Adapun kegunaan/manfaat tulisan ini dibedakan antara kegunaan/
manfaat terotis dan kegunaan/manfaat secara praktis. Adapun secara teoritis,
tulisan ini diharapkan akan berguna atau bermanfaat untuk menjawab dan
menambah pengetahuan tentang jaminan fidusia, serta diharapkan akan dapat
berpartisipasi dalam mengembangkan ilmu terkait. Sementara itu secara praktis,
tulisan ini diharapkan akan dapat berguna bagi para praktisi dan pihak-pihak yang
terlibat atau berkepentingan dengan jaminan fidusia.

E. Metode Penelitian :
Tulisan ini dilakukan dengan pendekatan penelitian hukum empiris atau
sosisologis (socio legal research), yaitu dengan meneliti langsung pelaksanaan di
lapangan dalam rangka memperoleh data primer. Yaitu mencari bahan hukum
langsung ke lapangan berkenaan dengan pendaftaran jaminan fidusia dan
dilemanya.

II. PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Pendaftaran Jaminan Fidusia
Aspek-aspek filosofis dari hukum diantaranya adalah kepastian hukum
(legal certainty), nilai kemanfaatan (utility) dan keadilan (justice) menjadi bagian
penting dari roh suatu norma hukum yang ada, baik dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, peraturan perunang-undangan, dan aturan
hukum lainnya. 7
Demikian juga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang merupakan
peninggalan penjajahan Kolonial belanda yang masih berlaku sampai sekarang.
Hal ini juga sesuai dengan tujuan hukum sebagaimana dinyatakan oleh
Prof.Subekti, S.H., dalam bukunya ”Dasar-Dasar Hukum dan Keadilan”, bahwa
hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang dalam pokoknya adalah
mendatangkan kemakmuran dan kebahagian pada rakyatnya. 8 Jadi pada dasarnya
hukum itu (termasuk aturan-aturan yang dibuat) adalah untuk menyelenggarakan
keadilan dan ketertiban.
Hal ini juga didukung dengan teori utilitis dari Jeremy Bentham, dalam
bukunya ”Introduction to the morals and legislation” yang menyatakan bahwa
tujuan hukum adalah memuwujudkan semata-mata apa yang berfaedah bagi
orang. Dan karena apa yang berfaedah bagi orang yang satu, mungkin merugikan
orang yang lain, maka menurut teori utilitis, tujuan hukum ialah menjamin adanya
kebahagian sebanyak-banyaknya pada orang yang sebanyak- banyaknya. 9

7
Bambang Sutiyoso, Aktualita Hukum dalam Era Reformasi,
PT.RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2004, Hal.XIII.
8
C.S.T.Kansil, Pengantar Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN.Balai
Pustaka,
Cetakan ketiga, 1980, Hal. 39.
9
Ibid, Hal.42.
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu 727
Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
Istilah jaminan merupakan terjemahan bahasa Belanda zekerheid atau
cautie. 10 Yaitunya mencakup secara umum cara-cara kreditur menjamin
dipenuhinya tagihannya, disamping pertanggungan jawab umum debitur terhadap
barang-barangnya. Selain jaminan juga dipergunakan istilah agunan. Istilah
agunan dapat dilihat pada Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998, Nomor 182),
agunan yaitu jaminan tambahan diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam
rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
Jadi agunan atau jaminan ini adalah konstruksi jaminan tambahan (accessoir), dan
tujuannya untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank.
Dari Pasal 8 dan penjelasannya UU Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
diketahui bahwa jaminan dan agunan tidaklah sama. Yang dimaksud dengan
jaminan adalah keyakinan atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah
debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud
sesuai dengan yang diperjanjikan. Sedangkan jaminan dalam pengertian lama
(collateral) yang berupa barang atau benda tertentu yang bernilai ekonomis yang
akan dipakai sebagai pelunasan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah bila nasabah debiturnya wanprestasi disebut dengan agunan. 11
Selanjutnya dari penjelasan Pasal 8 UU Perbankan ini dikenal dua jenis
jaminan, yaitu agunan pokok dan agunan tambahan. Jaminan pokok yaitu barang
yang berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang
bersangkutan, sementara jaminan tambahan yaitu barang yang tidak berkaitan
langsung dengan kredit yang bersangkutan yang ditambahkan sebagai agunan.
Hukum jaminan tergolong bidang hukum yang akhir-akhir ini secara
populer disebut The Economic Law (Hukum Ekonomi), Wiertschaftrecht atau
Droit Economique12 yang mempunyai fungsi menunjang kemajuan ekonomi dan
kemajuan pembanguan pada umumnya. Sehingga terhadap bidang hukum jaminan
ini pengaturannya dalam undang-undang perlu diprioritaskan.
Jaminan fidusia sebagai salah satu lembaga jaminan yang ada dan
berkembang dewasa ini tentunya juga mengandung aspek-aspek filosofis hukum
sebagaimana tersebut diatas. Dan pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana
diamanatkan oleh UUJF adalah dalam rangka kepastian hukum.

10
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT.Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004, Hal 21
11
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia,
PT.Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2001, Hal. 282.
12
Djoko Muljadi, Pengaruh Penanaman Modal Asing Atas Perkembangan
Hukum Persekutuan Perseroan Dagang (Vennoottschapsrecht) Dewasa ini,
Majalah Hukum dan Keadilan, No.5/6, Tahun 1972, sebagaimana dikutip oleh Sri
Soedewi Masjchoen Sofwan, , Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-
Pokok Hukum Dan Jaminan Perorangan, BPHN Departemen
Kehakiman RI, Jakarta, 1980, Hal.1
728 Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
Fidusia menurut asal katanya berasal dari bahasa Romawi fides yang
berarti kepercayaan. Fidusia merupakan istilah yang sudah lama dikenal dalam
bahasa Indonesia. Dalam terminologi Belanda istilah ini sering disebut secara
lengkap yaitu Fiduciare Eigendom Overdracht (F.E.O) yaitu penyerahan hak
milik secara kepercayaan. Sedangkan dalam istilah bahasa Inggris disebut
Fiduciary Transfer of Ownership.
Fidusia merupakan salah satu lembaga jaminan kebendaan berdasarkan
kepercayaan, yaitu kreditur dan debitur sepakat mengikat suatu benda sebagai
agunan sebagai jaminan atas utang debitur dimana objek jaminan tersebut
pengalihannya secara constitutum possesorium. Objek jaminan tetap berada pada
kekuasaan nyata debitur sedangkan hak milik objek jaminan berpindah kepada
kreditur. Kreditur yang berkedudukan sebagai penerima Fidusia selama perjanjian
jaminan Fidusia berlangsung memegang hak milik tersebut hanya sebagai benda
jaminan, bukan sebagai pemilik seterusnya.13
Hal seperti ini diistilahkan oleh Susilawettysebagai transfer dokumen
kepemilikan. Dimana karena objekyangsangat dibutuhkan olehpemilik
untukmencari nafkah, maka dilakukanlahtransferdokumenkepemilikan.Yang
terakhir iniberlakudengan cara yang samadalamhipotek,dimanahanyatransfer
dokumenkepemilikanterjadi. Perbedaan utamaterletak pada kenyataanbahwa
dalamfidusiayangditransfer/dialihkan adalahbenda-bendayang dapat ditrnasfer
(benda bergerak) sepertiperhiasan, mobil atausepeda motorsementara dihipotekhal
itu dilakukan untukbendanonditransfer(benda tetap) seperti tanah, rumah
perkebunan. 14
Jaminan fidusia ini tidak hanya berkembang di Inodonesia, beberapa
negara lain juga mengenal dan mepergunakan lembaga fidusia sebagai pranata
jaminan dalam pemberian kredit-nya. Misalnya saja di Brazil, dimana untuk
jaminan kredit atas perjanjian penjualan real estate juga mempergunakan lembaga
jaminan fidusia, 15 sebagaimana layaknya untuk rumah susun di Indonesia yang
tidak bisa dijaminkan dengan Hak Tanggungan melainkan dengan pranata
jaminan fidusia. Demikian juga Uni Eropa yang kembali mengadopsi hukum
jaminan fidusia untuk lembaga jaminan dengan pengalihan kepemilikan

13
Nur Laily, Kepemilikan Objek Jaminan Fidusia Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999, Jurnal Garuda Kemdiknas, diakses dari http://garuda.kemdiknas.go.id/jurnal diakses
tanggal 30 Oktober 2011.
14
Susilawetty, Rules and Regulation On ecurity Rights In Indonesia, Artikel Universitas
Muhammadiyah Jakarta, diakses dari - http://www.umj.ac.id/main/artikel/
index.php?detail=20100409042536, diakses tanggal 16 November 2011
15
Biro hukumLevy&SalomaoAdvogados, Brazilian Real Estate Law Aims To
Stimulate Markets, Inter-American Trade Report - January 23, 1998, Volume 5
Nomor 2, Halaman 1.
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu 729
Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
16
(fidusia). Malah Boston University School ofLawmenyelenggarakan
Konferensikhusus tentang hukumjaminan fidusia pada tanggal 29 Oktober2010.17
Untuk memberikan kepastian hukum Pasal 11 Undang-Undang Jaminan
Fidusia mewajibkan benda yang dibebani dengan jaminan fidusia didaftarkan
pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Pendaftaran dilaksanakan ditempat kedudukan
pemberi fidusia dan pendaftarannya mencakup benda, baik benda yang berada di
dalam maupun diluar wilayah negara Republik Indonesia untuk memenuhi asas
publisitas, sekaligus merupakan jaminan kepastian terhadap kreditur lainnya
mengenai benda yang telah dibebani dengan jaminan fidusia.
Menurut Prof.Mariam Darus Badrulzaman dengan pendaftaran fidusia
maka jaminan fidusia mendapatkan karakter sebagai "hak barang" dan tidak lagi
sebagai kesepakatan. Sebagai hak barang, jaminan fidusia membawa prinsip-
prinsip antara lain menjamin hak berikut barang, memiliki posisi utama dalam
kaitannya dengan kreditur lainnya, dan jaminan tidak termasuk dalam aset
bangkrut jika debitur tersebut diputuskan bangkrut .18
Selanjutnya Kantor Pendaftaran Fidusia akan melakukan pencatatan
jaminan fidusia dalam Buku Daftar Fidusia, dimana pencatatan ini dianggap
sebagai lahirnya jaminan fidusia. Ini berarti tiada jaminan fidusia tanpa dilakukan
pendaftaran pada Kantor Pendafataran Fidusia.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran jaminan fidusia dan
biaya pendafataran diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000
tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta
Jaminan Fidusia. Sebagai bukti bagi kreditur bahwa ia merupakan pemegang
jaminan fidusia adalah Sertipikat Jaminan Fidusia yang diterbitkan oleh Kantor
Pendafataran Fidusia. Dan sertipikat jaminan fidusia ini sebenarnya merupakan
salinan dari Buku Daftar Fidusia yang memuat catatan tentang hal-hal yang sama
dengan data dan keterangan yang ada saat pernyataan pendaftaran.
Dengan mendaftarkan objek jaminan fidusia ke Kantor Pendaftaran
Fidusia, kedudukan kreditur menjadi kuat, hak kreditur merupakan hak kebendaan
yang dapat dipertahankan terhadap siapapun.19 Jadi sesuai dengan UUJF, maka
pendaftaran fidusia itu merupakan suatu keharusan. Artinya kedudukan kreditur
sebagai pemegang jaminan fidusia baru sah bila jaminan fidusia yang

16
Ivan P. Mangatchev, LLM, PhD, Fiducia Cum Creditore Contracta in EU Law, diakses dari
http://jura.ku.dk/focofima/nyheder/fiducia_cum_creditore /copenhagen__ lecture_1609.pdf/,
diakses tanggal 16 November 2011
17
Symposium, The Role of Fiduciary Law and Trust in The Twenty-First Century: A Confrence
Inspired by The Work of Tamar Fankel, Editor’s Foreword, Boston University Law Review,
Volume 91: 833, diakses dari http://www.bu.edu/law/central/jd/organizations/
journals/bulr/documents/EDITORSFOREWORD_000.pdf, diakses tanggal 29 Oktober 2011.
18
Mariam Darus, Mengatur Hukum Jaminan Fidusia : Dengan Undang -
Undang dan Penerapan Sistem Pendaftaran, Jurnal Hukum Bisnis Volume 9,
1999, Halaman 62-65.
19
Betty Dina Lambok, Akibat Hukum Persetujuan Tertulis dari Penerima
Fidusia kepada Pemberi Fidusia untuk Menyewakan Objek Jaminan Fidusia
kepada Pihak Ketiga, Jurnal Hukum Pro Justitia, Juli 2008, Volume 26, No.3.
730 Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
dipergunakan untuk menjamin kredit yang disalurkannya sudah didaftarkan pada
Kantor Pendaftaran Fidusia.
Namun dalam prakteknya para kreditur, baik itu lembaga keuangan bank
maupun lembaga keuangan lainnya (bukan bank), seperti lembaga pembiayaan
yang tumbuh subur bak jamur di musim hujan saat ini 20 tidaklah melaksanakan
ketentuan tentang keharusan membuat akta jaminan fidusia dengan akta notaris
dan ketentuan keharusan mendaftarkan jaminan fidusia. Walau sudah sangat
dimaklumi bahwa tujuan pendaftaran fidusia adalah untuk melindungi dan
memberikan kepastian hukum bagi jaminan yang dipegangnya.
Dalam beberapa tulisan/penelitian terdahulu bisa ditemukan fakta bahwa
fidusia sebagai jaminan tidak dilaksanakan sesuai dengan aturan yang sudah
diberlakukan semenjak tahun 1999. Diantaranya jaminan kredit pada KSP
ArthaTani Mandiri dilakukan hanya dengan menambahkan jaminan fidusia untuk
penyaluran kreditnya pada perjanjian kredit, namun dalam praktek jaminan
fidusianya belum melaksanakan kewajiban dan aturan yang terdapat dalam UU
Jaminan Fidusia. Jaminan fidusia tidak didaftarkan dan tidak dbuatkan akta
Notaris.21Dalam pelaksanaan Kredit Angsuran Sistim Fidusia (Kreasi) di Perum
Pegadaian Cabang Solok, untuk kredit Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah) hanya
diikat dengan “Perjanjian Utang Piutang Dengan Kuasa Menjual” yang
di”daftarkan” (di-waarmeerking) oleh Notaris, dan kredit antara Rp.5.000.000,-
(lima juta rupiah) sampai dengan Rp.25.000.000,- (duapuluh lima juta rupiah)
dibuatkan akta jaminan fidusianya oleh Notaris, namun tidak didaftarkan pada
Kantor Pendaftaran Fidusia. 22
Demikian juga di PT. BPR Arthaprima Danajasa Bekasi akta jaminan
fidusia tidak dituangkan dalam Perjanjian tersendiri melainkan hanya dituangkan
di dalam perjanjian kredit dan kuasa menjual yang diwaarmerking berupa Surat
Kuasa dengan Hak Substitusi, dimana Jaminan Fidusia tersebut tidak didaftarkan
ke KPF. 23

20
Akhmad Aulawi, Analisis Yuridis Beberapa Permasalahan Perusahaan
Pembiayaan, Legalitas.Org, 15 November 2010, diakses dari
http://www.legalitas.org/artikel/analisis/
yuridis/beberapa/permasalahan/perusahaan/pembiayaan, diakses tanggal 28
November 2011.
21
Achmad Lukman Hakim, Tinjauan Yuridis Sosiologis Terhadap Pelaksanaan
Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Tanpa Pendaftaran Oleh Kreditur
(Studi d KSP ArthaTani Mandiri Banyuwangi), Docstoc, diakses dari
http://www.docstoc.com/docs/ 95313334/ Tinjauan-Yuridis-Sosiologis-Terhadap-
Pelaksanaan-Perjanjian-Kredit, diakses tanggal 20 November 2011.
22
Aermadepa, Pelaksanaan Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Kredit Angsuran
Sistim Fidusia (Kreasi) di Perum Pegadaian Cabang Solok, Tesis, Program
Pascasarjana, Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Andalas, Padang, 2009.
23
Ilda Agnes, Eksekusi Jaminan Fidusia yang Tidak di Daftarkan ke Kantor
Pendaftaran Fidusia (Studi Kasus PT.BPR Arthaprima Danajasa Bekasi),
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu 731
Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
Di Makassar juga demikian, pada Perusahaan Pembiayaan Kendaraan
Sepeda Motor PT. Adira Finance Kota Makassar, misalnya jaminan fidusia juga
tidak didaftarkan hingga bila customer yang melakukan wanprestasi dilakukan
pengambilan kembali barang jaminan dari tangan customer maupun di tangan
pihak ketiga, bila tidak bisa ditarik tidak bisa ditarik, maka langkah yang diambil
adalah melakukan pelaporan adanya tindak pidana pengelapan kepada kepolisian.
24
Penarikan mana biasanya juga dilakukan dengan bantuan jasa, karena jaminan
fidusia hanya embel-embel di surat perjanjian bahwa seakan-akan leasing sudah
melakukan hukum fidusia. Padahal tidak dibuat dengan akta notaries, apalagi
didaftarkan sebagaimana ketentuannya. Dan bila kredit macet, maka Debt
Collector-lah yang akan bekerja.25
Sementara di Kabupaten Tuban kewajiban mendaftarkan jaminan fidusia
sebagaimana dalam Pasal 11 UUJF, yang juga merupakan bagian dari penerimaan
negara bukan pajak (PNBP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 87 tahun 2000 tentang perubahan atas peraturan
pemerintah nomor 26 tahun 1999 tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan
pajak yang berlaku pada departemen kehakiman juga tidak dilakukan oleh
lembaga pembiayaan (Finance) untuk memenuhi kebutuhan kredit masyarakat,
baik kendaraan roda dua maupun barang elektronik lainya. Berdasarkan data
Jurnal Berita.Com, bahwa per-bulan sekitar 2.000 sampai dengan 2.500 unit
kendaraan roda dua baru dibeli masyakat. Dan jika ditambah dengan potensi
jaminan fidusia dari barang-barang elektronik dapat dibuat rata-rata 2.000 potensi
jaminan fidusia tiap bulan. Jika sebulan 2.000 potensi fidusia dikalikan Rp.
25.000 dikalikan 12 bulan, maka potensi pendapatan negara per-tahun mencapai
Rp. 600 juta. Dan jika dikalikan lamanya lembaga pembiayaan beroperasi, maka
selain telah melanggar kewajiban Undang-Undang tentang keharusan
mendaftarkan jaminan fidusia, juga sekaligus berpotensi untuk kerugian negara
dari PNBP dapat mencapai milyaran.26 Itu baru hitung-hitungan dari satu
kabupaten/kota di Indonesia, sementara jaminan fidusia yang tidak didaftarkan ini

Tesis, Program Pascasarjana, Program Studi Magister Kenotariatan, Universitas


Diponegoro, Semarang, 2009.
24
RM. Leonardo Charles Wahyu Wibowo, Eksekusi Jaminan Fidusia dalam
Penyelesaian Kredit Macet di Perusahaan Pembiayaan Kendaraan Sepeda
Motor PT. Adira Finance Kota Makassar, Tesis, Program Pascasarjana,
Program Studi Magister Kenotariatan, Universitas Diponegoro, Semarang, 2010.
25
Ahmad Arif, Menertibkan Premanisme Eksklusif (Debt Collector), Jurnal Medan,07 April
2011 diakses dari http://www.jurnalmedan.co.id/ index.php?option=com_
ontent&view=article&id=58261:menertibkan-premanisme-eksklusif-debt-collector&catid=
57:opini&Itemid=65, diakses tanggal 29 Oktober 2011
26
DPRD Segera Panggil Lembaga Pembiayaan, Jurnal Berita.Com, 7 Oktober 2011, diakses dari
http://jurnalberita.com/2011/10/dprd-segera-panggil-lembaga-pembiayaan/, diakses tanggal 29
Oktober 2011.
732 Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
27
hampir terjadi di seluruh Indonesia, bisa dihitung kira-kira berapa kerugian
negara dari PNBP yang tidak diterima negara pertahunnya.
Dalam praktek juga tidak jarang terjadi Lembaga Pembiayaan (Leasing)
mengatakan kepada Pemberi Fidusia yang lagi macet pembayaran, bahwa benda
Jaminan tersebut telah dipasang dan/atau didaftarakan, akan tetapi Lembaga
Pembiayaan (Leasing) dimaksud tidak memperlihatkan Sertipikat Jaminan
Fidusia, sehingga bagi orang awam hal tersebut kadang menjadikan momok dan
menakut-nakuti saja, padahal bila Jaminan Fidusia tersebut tidak didaftarkan pada
instansi yang berwenang.28
Dalam hal debitur wanprestasi, biasanya kreditur melakukan pemaksaan
dan pengambilan barang secara sepihak. 29 Padahal tindakan tersebut dapat
dikategorikan sebagai Perbuatan Melawan Hukum (PMH) sesuai diatur dalam
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan dapat digugat ganti
kerugian. Dalam konsepsi hukum pidana, eksekusi objek fidusia di bawah tangan
masuk dalam tindak pidana Pasal 368 KUHPidana jika kreditor melakukan
pemaksaan dan ancaman perampasan.
Dan hal ini, jaminan fidusia yang tidak didaftarkan ini hampir terjadi di
seluruh wilayah Indonesia sebagaimana laporan hasil penelitian BPHN tersebut
diatas, tentu akan muncul pertanyaan ada apa dengan UUJF yang sudah disahkan
dan berlaku selama 13 tahun semenjak tahun 1999, namun masih belum
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang sudah dengan tegas mengatur lembaga
jaminan fidusia.

B. Penyebab Ketidaksesuaian Pelaksanaan Pendaftaran Jaminan Fidusia


dengan Aturan (Norma) Jaminan Fidusia
Pembebaban jaminan fidusia diatur dalam Pasal 4 sampai Pasal 10 UU
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia ini. Pembebanan jaminan fidusia
dibuat dengan Akta Notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta jaminan
fidusia. Akta jaminan fidusia itu sekurang-kurangnya memuat :
1. Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia
Meliputi nama, agama, tempat tinggak, atau tempat kedudukan, tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan dan pekerjaan.

27
Marulak Pardede, Implementasi Jaminan Fidusia dalam Pemberian Kredit di
Indonesia, Laporan Akhir Penelitian Hukum, Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta, 2006.
28
Agus Pramudijono, Jaminan Fidusia, diakses dari http://kabargres.wordpress.
com/artikel/jaminan-fidusia/, diakses tanggal 10 November 2011.
29
Grace P. Nugroho, Jaminan Fidusia - Tindakan Eksekutorial Terhadap Benda Objek
Perjanjian Fidusia dengan Akta di Bawah Tangan, Legalitas.Org, 11 November 2007, diakses
dari http://www. legalitas.org/Jaminan%20Fidusia%20-0Tindakan%20Eksekutorial%
20Terhadap%20Benda%20Objek%20Perjanjian%20Fidusia%20dengan%20Akta%20di%20Bawah
%20Tangan, diakses tanggal 28 November 2011.

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu 733


Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
2. Data perjanjian pokok yang dijamin dengan fidusia
Yaitu mengenai data perjanjian dan utang yang dijamin dengan fidusia.
Dimana utang itu dapat berupa : utang yang telah ada, utang yang akan timbul
dikemudian hari (kontinjen), ataupun utang yang pada saat eksekusi dapat
ditentukan jumlahnya berdasarkan perjanjian pokok yang menimbulkan
kewajiban memenuhi suatu prestasi. Yaitu utang bunga atas pinjaman pokok
dan biaya lain yang jumlahnya dapat ditentukan kemudian.
3. Uraian mengenai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia
Sesuai dengan penjelasan Pasal 6 huruf c UU Jaminan Fidusia, bahwa uraian
mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia cukup dilakukan dengan
mengidentifikasi benda tersebut, dan dijelaskan mengenai surat bukti
kepemilikannya.
4. Nilai penjaminan, dan
5. Nilai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia
Jadi pembebanan Fidusia dilakukan dengan menggunakan instrument yang
disebut dengan akta jaminan fidusia, yang harus memenuhi syarat-syarat yaitu
30
berupa Akta Notaris dan didaftarkan pada Pejabat yang berwenang.
Menurut Sutan Remy Sjadeini kecenderungan diwajibkannya pelibatan
profesi hukum tertentu dalam memenuhi syarat dan prosedur peraturan
perundang-undangan dalam pembebanan jaminan fidusia, sebagaimana dalam
Pasal 5 Undang-undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (UUJF),
yang mengharuskan dibuatnya pembebanan benda dengan Jaminan Fidusia
dengan akta notaries tanpa alasan yang jelas, mengingat di dalam praktik selama
31
ini, perjanjian Fidusia cukup dibuat dengan akta di bawah tangan. Dan ternyata
pada saat itu juga tidak menuai masalah dalam pelaksanaannya.
Pendapat Sutan Remy Sjahdeini juga diperkuat oleh Peri Umar Farouk
yang menyatakan secara ekonomis pembebanan secara notariil akan sangat
memberatkan para debitur, terutama bagi debitur pengusaha lemah. Bahkan terjadi
dalam praktik sekarang ini, walaupun mengenai biaya pembuatan akta telah diatur
dengan Peraturan Pemerintah, namun karena tidak ada pilihan lain kecuali
memakai jasa notaris yang ijin prakteknya di daerah yang bersangkutan, maka
notaris tersebut dapat secara sewenang-wenang untuk menetapkan besarnya biaya
pembuatan akta. 32
Hal ini tentu tidak bisa pula dibenarkan seutuhnya, karena dari salah satu
tujuan pengaturan jaminan fidusia dengan UU Jaminan tersendiri adalah untuk
kepastian hukum, maka Notariil akta menurut saya memang lebih punya

30
Agus Pramudijono, op-cit.
31
Sutan Remy Sjahdeini, Komentar Pasal Demi Pasal Undang-undang No. 42
Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 10, 2000, hal.
43.
32
Peri Umar Farouk, Analisis Ekonomi Atas Perkembangan Hukum Bisnis Indonesia, Jurnal
Bank dan manajemen, Jakarta, 2001, diakses dari http://mhugm.wikidot.com/artikel:004, diakses
tanggal 26 Oktober 2011.
734 Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
kekuatan, hingga dengan demikian tentu lebih menjamin kepastian hukum itu
sendiri.
Dengan adanya ketentuan untuk mendaftarkan fidusia pada kantor
pendaftaran fidusia maka pendaftaran fidusia lebih memudahkan pihak kreditur
untuk mengeksekusi objek jaminan fidusia dari debitur yang tidak beritikad baik.
Karena kepada kreditur diberikan hak mengeksekusi langsung karena akta fiduisa
tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap.33
Dengan akta jaminan fidusia yang didaftarkan maka bila debitur
wanprestasi pemegang jaminan fidusia (kreditur) mempunyai kekuatan
eksekutorial atas benja jaminan, dan memberikan alternatif eksekusi barang
jaminan fidusia melalui penjualan secara lelang dan penjualan di bawah tangan, 34
atas kekuasaan penerima fidusia sendiri dengan menggunakan Parate Eksekusi.35
Arti parate eksekusi menurut kamus hukum, ialah pelaksanaan yang langsung
tanpa melewati proses (pengadilan atau hakim). Arti parate eksekusi yang
diberikan doktrin adalah kewenangan untuk menjual atas kekuassaan sendiri apa
yang menjadi haknya, dalam arti tanpa perantaraan hakim, yang ditujukan atas
sesuatu barang jaminan, tanpa harus minta fiat dari ketua pengadilan.36
Disini ditemui inkonsistensi dari pasal-pasal dalm UUJF, pengertian Parate
Eksekusi di dalam UUJF kurang lebih merupakan kewenangan yang diberikan
oleh undang-undang atau oleh putusan pengadilan oleh salah satu pihak untuk
melaksanakan sendiri secara paksa isi perjanjian atau putusan hakim manakala
pihak yang lainnya cidera janji. Pasal 15 ayat (2) dan (3) dan Pasal 29 ayat (1)
huruf a dinyatakan bahwa sertipiakat jaminan fidusia memiliki title eksekusi yang
memiliki kekuatan hukum tetap yang setara dengan putusan pengadilan.
Dalam keadaan debitur wanprestasi, kreditur baru dapat melaksanakan
haknya untuk mengeksekusi objek jaminan karena objek jaminan tersebut sebagai
jaminan pelunasan utang debitur. Karena kreditur memegang hak milik atas objek
jaminan hanya sebagai benda jaminan, maka kreditur tidak dapat secara otomatis
memiliki objek jaminan tersebut apabila debitor wanprestasi. Selain itu dalam
pasal 33 UU Fidusia menyebutkan bahwa setiap janji yang memberikan
kewenangan penerima Fidusia untuk memiliki objek jaminan adalah batal demi

33
Syukri, Fungsi Pendaftaran Fidusia dalam Eksekusi terhadap Objek Jaminan,
researchgate.net-publication, diakses dari http://www.researchgate.net/
publication/42323235_Fungsi_Pendaftaran_Fidusia_Dalam_Eksekusi_Terhadap_Objek_Jaminan,
diakses tanggal 16 November 2011
34
Bachtiar Sibarani, Aspek Hukum Eksekusi Jaminan Fidusia, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 11
Tahun 2000, Jakarta: Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Hal. 21.
35
Teddy Anggoro, Parate Eksekusi : Hak Kreditur Yang Menderogasi Hukum
Formil (Suatu Pemahaman Dasar dan Mendalam), diakses dari
http://www.scribd.com/doc/ 6588967/Artikel-Parate-Executie, diakses tanggal 29
Oktober 2011.
36
Arie Hutagalung, Praktek Pembebanan dan Pelaksanaan Eksekusi Hak
Tanggungan di Indonesia, Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No. 2,
April-Juni 2008, Jakarta: Badan Penerbit FHUI. Hal. 162.
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu 735
Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
hukum. Guna pelunasan utang debitur, maka dapat dilakukan eksekusi menurut
ketentuan pasal 29 UU Fidusia.37
Selanjutnya terhadap kredit macet dengan jaminan kebendaan di
lingkungan Bank Pemerintah penyelesaiannya secara hukum pelaksanaan
lelangnya oleh BUPLN (Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara) berdasar
Undang Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang
Negara. Walaupun dalam prakteknya dalam praktek pelaksanaan pengurusan
piutang negara ini juga dijumpai masalah-masalah yuridis yang secara umum
timbul akibat tindakan hukum yang dilakukan oleh debitur ataupun pihak ketiga
yang bekepentingan.38
Bagi Bank Swasta terhadap jaminan fidusia dibuat secara Notariil yang
diikuti oleh Sertifikat Fidusia pelaksanaan (praktek) lelangnya dilakukan oleh
Pengadilan Negeri. Akan tetapi terhadap kredit macet yang perjanjian fidusiannya
dibuat dibawah tangan pelaksanaan lelangnya harus melalui gugatan hukum
terlebih dahulu, baru dengan adanya Putusan Pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap atau pasti kreditur dapat melaksanakan eksekusi lelang
melalui Pengadilan Negeri. Dengan gugatan perdata tentu memakan waktu yang
lama dan biaya yang jauh lebih besar dari pada biaya pendaftaran jaminan fidusia.
Dan dalam pelaksanaan eksekusi setelah adanya putusan Pengadilan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap, terhadap perjanjian jaminan fidusia yang
dibuat dengan akta dibawah tangan pelaksanaannya banyak mengalami hambatan
antara lain, apabila dalam upaya gugatan hukum barang jaminan fidusia tidak
diletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) oleh Pengadilan, barang jaminan
fidusia dijadikan jaminan kepada pihak lain atau barang jaminan fidusia telah
dipindah-tangankan.39
Jadi jelaslah bahwa pendaftaran jaminan fidusia itu sebenarnya merupakan
hal yang penting bagi pemegang jaminan fidusia, yaitu adanya kemudahan dalam
hal eksekusi bila debitur wanprestasi. Namun mengapa dalam prakteknya ternyata
pendaftaran jaminan fidusia ini tidak dilaksanakan oleh para pihak, terutama
sekali pihak kreditur yang berkepentingan ?
Salah satu faktor penyebab tidak dilaksanakannya aturan pembebanan dan
pendaftaran jaminan fidusia ini sebagaimana diatur dalam UUJF adalah faktor
biaya.
Karena untuk menuruti hukum fidusia ini memerlukan biaya yang tidak
sedikit maka biasanya pihak leasing hanya mencantumkan saja dalam perjanjian
37
Nur Lailly, Kepemilikan Objek Jaminan Fidusia Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999, Jurnal Garuda Kemdiknas, diakses dari http://garuda.kemdiknas.go.id/ jurnal, diakses
tanggal 29 Oktober 2011.
38
Zulkarnain Sitompul, Jaminan Kredit Kendala dan Masalah, Disampaikan pada Pelatihan
Aspek Hukum Perkreditan bagi Staf PT Bank NISP Tbk, diselenggarakan oleh HKGM & Partner
Law Firm, Jakarta, 16 September 2004, diakses dari http://zulsitompul.files.
wordpress.com/2007/06/makalah-hkgmver1.pdf, diakses tanggal 25 Oktober 2011.
39
Yuli Purnamawati, Kajian Hukum terhadap Kredit Macet dalam Perjanjian Kredit dengan
Jaminan Fidusia yang Dibuat Dibawah Tangan, Forum Penelitian, Tahun 19, Nomor 1, Juni
2007, diakses dari http://lemlit. um.ac.id/wp- content/uploads2009/12/
FORUM___________JUNI-2007.pdf, diakses tanggal 29 Oktober 2011.
736 Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu
Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
sewa beli secara fidusia. Jadi leasing tidak menjalankan proses ini secara resmi
tetapi hanya embel-embel di surat perjanjian bahwa seakan-akan leasing sudah
melakukan hukum fidusia.40
Dalam laporan BPHN tahun 2006 juga diungkapkan bahwa Dalam
praktek, biaya pendaftaran Akta Jaminan Fidusia (AJF) di Kantor Pendaftaran
Fidusia (KPF) lebih mahal dan ada yang memungut berdasarkan prosentase dari
nilai penjaminan fidusia. Hal tersebut tidak sejalan dengan ketentuan biaya
pembuatan akta jaminan fidusia sebagaimana ditentukan dalam peraturan
pemerintah Nomor 86 tahun 2000 tentang tata cara pendaftaran jaminan fidusia
dan biaya Pembuatan Akta jaminan Fidusia, khususnya pasal 11.41
Faktor penyebab lainnya menurut laporan BPHN pendaftaran belum
sepenuhnya bisa dilaksanakan juga karena kantor pendaftaran tersebut belum
dapat dijalankan secara utuh, dan kantor pendaftaran hanya berada di tingkat
propinsi, 42 serta minimnya sarana dan prasarana.43
Karena UUJF adalah hukum positif yang berlaku bagi jaminan fidusia,
maka tentunya pelanggaran terhadap keharusan pembebanan dan pendaftaran
jaminan fidusia ini dalam segala bentuk kelalaian dan/atau kesengajaan baik yang
disebabkan oleh Pemberi Fidusia, Penerima Fidusia atau Notaris dapat dianggap
melakukan suatu perbuatan melanggar hukum.
Kelalaian atau kesengajaan tersebut dapat terjadi, karena Undang-undang
Jaminan Fidusia tidak merinci lebih tegas sampai kapan pendaftaran jaminan
fidusia tersebut harus didaftarkan, setelah Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia
menandatangani akta Jaminan Fidusia dihadapan Notaris. Ketidaktegasan
Undang-undang Jaminan Fidusia tersebut menyebabkan adanya celah bagi
Pemberi Fidusia, Penerima Fidusia atau Notaris untuk tidak membebani objek
jaminan fidusia dan tidak mendaftarkannya kepada instansi yang berwenang.44
Hingga mungkin ada benarnya pendapat yang menyatakan bahwa Produk
hukum yang dilahirkan DPR bersama Presiden hanya merespon kebutuhan sesaat
dan instant, apalagi Undang-Undang yang berkaitan dengan kepentingan
ekonomi. Pembuat hukum masih sangat lengah dengan proyeksi reformasi hukum
yang lebih jangka panjang, yaitu membuat sistematika dan kerangka hukum yang

40
Ahmad Arif , Loc-Cit.
41
Marulak Pardede, Loc-Cit.
42
Ibid
43
Ahmad Sanusi, Evaluasi Pendaftaran Fidusia dalam Rangka Meningkatkan Jasa Pelayanan
Hukum Guna Menciptakan Kepastian Hukum, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum Vol.1 No.2,
Oktober 2007.
44
Sutan Akhmad Jambek, Masalah Hukum Jaminan Fidusia dan Pertanggungjawaban Para
Pihak, diakses dari http://s2.hukum.univpancasila.ac.id/
attachments/061_SUTAN%20AKHMAD%20JAMBEK%205205220029%20MASALAH%20HU
KUM%20%20JAMINAN%20%20FIDUSIA%20%20DAN%20%20PERTANGGUNGJAWABA
N%20%20PARA%20%20PIHAK.pdf, diakses tanggal 29 Oktober 2011.
Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu 737
Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
lebih komprehensif, tidak parsial hingga mengakibatkan banyaknya judicial
review belakangan ini di Mahkamah Konstitusi.45
Jadi ketidaktegasan UUJF ini juga merupakan salah satu faktor penyebab
lainnya dari ketidaksesuaian antara pelaksanaan jaminan fidusia dengan aturan
hukum jaminan fidusia tersebut. Malah mungkin menjadi faktor dominan
disamping faktor biaya tentunya. Karena untuk suatu Undang-Undang yang sudah
berlaku selama 12 tahun lebih namun tidak punya kekuatan mengikat yang
maksimal, hingga tujuan dari pengundangan aturan tersebut tidak tercapai, maka
tentulah wajar bila Undang-Undang tersebut perlu dikaji ulang dan dilakukan
restrukturisasi.
Hingga kedepan dapat dicapai maksud yang sesungguhnya dari pembuatan
aturan jaminan fidusia, yaitu salah satunya agar UUJF memberikan penerima
fidusia hak untuk melakukan parate eksekusi jika terjadi wanprestasi. Hingga bisa
membuat fidusia merupakan alternatif metode penjaminan atas pembiayaan yang
cukup menjanjikan di masa yang akan datang. Rezim hukum yang mendasari
hukum jaminan memungkinkan jaminan atas benda bergerak dapat dilahirkan
secara cepat, murah, dan sederhana. 46
Dan dengan memaksimalkan aturan tentang pendaftaran jaminan fidusia,
melalui suatu kantor registrasi jaminan yang mencatat seluruh pembebanan
jaminan tersebut dengan biaya mínimum, serta informasi yang ada di kantor
tersebut dapat diakses pada seluruh wilayah negara untuk menghindari terjadinya
duplikasi. Eksekusi dilakukan hanya dengan menunjukkan slip pendaftaran
jaminan tersebut.

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jaminan fidusia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia
(UU.No.42 Tahun 1999) tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam
praktek. Dalam pemberian kredit oleh Bank dan Lembaga Pembiayaan dengan
jaminan fidusia, yang seharusnya wajib dibebani dengan Notarill akta, dan
wajib didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia (KPF), hingga pada
akhirnya KPF mengeluarkan Sertipikat Jaminan Fidusia yang punya kekuatan
eksekutorial, namun dalam prakteknya sebagian besar jaminan fidusia masih
dibuat secara dibawah tangan (tidak dibuat oleh Notaris), dan tidak didaftarkan
pada KPF.
2. Penyebab ketidaksesuaian antara pelaksanaan jaminan fidusia (dalam praktek)
dengan aturan jaminan fidusia adalah disebabkan oleh beberapa faktor. Antara

45
Andi Syafrani, Hukum dan Opini Publik: Perlunya Reformasi Sistem
Hukum, Legalitas.Org, 2 Februari 2010, diakses dari http://www.legalitas.org
/content/hukum-dan-opini-publik-perlunya-reformasi-sistem-hukum, diakses
tanggal 28 November 2011.
46
Aria Suyudi, Jaminan Fidusia dan Potensinya dalam Mendorong Laju Ekonomi , Legal
Banking, 16 Agustus 2008.

738 Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu


Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
lain besarnya biaya pembebanan dan pendaftaran akta jaminan fidusia tersebut,
Kantor Pendaftaran Fidusia sampai saat ini baru hanya terdapat di Ibu Kota
Propinsi, sehingga untuk mandaftarkan akta jaminan fidusia disamping
dikenakan biaya akta, tentunya juga biaya pengurusan ke KPF oleh Notaris.
Masih minimnya sarana dan prasana pendaftaran. Dan yang tak kalah penting
adalah tidak tegasnya aturan dalam UUJF, berupa lama batas waktu wajib
mendaftarkan dan sanksi bilamana jaminan fidusia tersebut tidak didaftarkan,
tidak diatur di dalam UUJF.

B. Saran
Perlu kiranya dilakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap
keberadaan lembaga jaminan yang sekarang diatur dengan UU Nomor 42 Tahun
1999. Karena ternyata sudah 12 tahun lebih UU ini berlaku, namun tidak punya
kekuatan yang maksimal untuk mencapai kepastian hukum dalam hal pelaksanaan
jaminan fidusia.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Lukman Hakim, Tinjauan Yuridis Sosiologis Terhadap Pelaksanaan


Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Tanpa Pendaftaran Oleh
Kreditur (Studi d KSP ArthaTani Mandiri Banyuwangi), Docstoc,
diakses dari http://www.docstoc.com/docs/95313334/ Tinjauan-Yuridis-
Sosiologis-Terhadap-Pelaksanaan-Perjanjian-Kredit, diakses tanggal 20
November 2011.
Ahmad Arif, Menertibkan Premanisme Eksklusif (Debt Collector), Jurnal
Medan,07 April 2011 diakses dari http://www.jurnalmedan.
co.id/index.php?option=com_ontent&view=article&id=58261:menertibka
n-premanisme-eksklusif-debt-collector&catid=57: opini&Itemid=65,
diakses tanggal 29 Oktober 2011
Aermadepa, Pelaksanaan Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Kredit Angsuran
Sistim Fidusia (Kreasi) di Perum Pegadaian Cabang Solok, Tesis,
Program Pascasarjana, Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Andalas,
Padang, 2009.
Ahmad Sanusi, Evaluasi Pendaftaran Fidusia dalam Rangka Meningkatkan
Jasa Pelayanan Hukum Guna Menciptakan Kepastian Hukum, Jurnal
Ilmiah Kebijakan Hukum Vol.1 No.2, Oktober 2007.
Agus Pramudijono, Jaminan Fidusia, diakses dari http://kabargres.wordpress.
com/artikel/jaminan-fidusia/, diakses tanggal 10 November 2011.
Akhmad Aulawi, Analisis Yuridis Beberapa Permasalahan Perusahaan
Pembiayaan, Legalitas.Org, 15 November 2010, diakses dari
http://www.legalitas.org/artikel/analisis/yuridis/beberapa/permasalahan/per
usahaan/pembiayaan, diakses tanggal 28 November 2011.
Andi Syafrani, Hukum dan Opini Publik: Perlunya Reformasi Sistem Hukum,
Legalitas.Org, 2 Februari 2010, diakses dari http://www.legalitas.org

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu 739


Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
/content/hukum-dan-opini-publik-perlunya-reformasi-sistem-hukum,
diakses tanggal 28 November 2011.
Aria Suyudi, Jaminan Fidusia dan Potensinya dalam Mendorong Laju
Ekonomi , Legal Banking, 16 Agustus 2008.
Arie Hutagalung, Praktek Pembebanan dan Pelaksanaan Eksekusi Hak
Tanggungan di Indonesia, Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke 38,
Nomor 2, April-Juni 2008, Jakarta: Badan Penerbit FHUI.
Bachtiar Sibarani, Aspek Hukum Eksekusi Jaminan Fidusia, Jurnal Hukum
Bisnis, Volume 11, 2000, Halaman 20-23.
Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Bambang Sutiyoso, Aktualita Hukum dalam Era Reformasi, PT.Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Betty Dina Lambok, Akibat Hukum Persetujuan Tertulis dari Penerima Fidusia
kepada Pemberi Fidusia untuk Menyewakan Objek Jaminan Fidusia
kepada Pihak Ketiga, Jurnal Hukum Pro Justitia, Juli 2008, Volume 26,
No.3.
Biro hukumLevy&SalomaoAdvogados, Brazilian Real Estate Law Aims To
Stimulate Markets, Inter-American Trade Report - January 23, 1998,
Volume 5 Nomor 2, Halaman 1.
Bismar Nasution, Implikasi AFTA Terhadap Kegiatan Investasi dan Hukum
Investasi Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis Volume 22, Jakarta, 2003.
C.S.T.Kansil, Pengantar Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN.Balai
Pustaka Cetakan ketiga, 1980.
DPRD Segera Panggil Lembaga Pembiayaan, Jurnal Berita.Com, 7 Oktober
2011, diakses dari http://jurnalberita.com/2 011/10/dprd-segera-panggil-
lembaga-pembiayaan/, diakses tanggal 29 Oktober 2011.

Grace P. Nugroho, Jaminan Fidusia - Tindakan Eksekutorial Terhadap Benda


Objek Perjanjian Fidusia dengan Akta di Bawah Tangan, Legalitas.Org,
11 November 2007, diakses dari http://www.
legalitas.org/Jaminan%20Fidusia%20-0Tindakan% 20Eksekutorial%
20Terhadap%20Benda%20Objek%20
Perjanjian%20Fidusia%20dengan%20Akta%20di%20Bawah%20Tangan,
diakses tanggal 28 November 2011.
Heru Soepraptomo, Analisis Ekonomi Terhadap Hukum Perbankan, Newsletter
Pusat Pengkajian Hukum, No. 28 - Tahun VIII, Jakarta, 1997.
Heru Soepraptomo, Masalah Eksekusi jaminan Fidusia dan Implikasi Lembaga
Fidusia dalam Praktek Perbankan, diakses dari
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/261074857.pdf, diakses tanggal 5
November 2011
Hikmawati, Nurhayati Abbas dan Nurfaidah Said, Kekuatan Hukum Perjanjian
Jaminan Fidusia dengan Akta Di Bawah Tangan (The Power of Law
Fiduciary Agreement With The Deed Under The Hand), diakses dari

740 Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu


Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/ files/ea965011551945
f0db099ae4d4f8be3d.pdf, diakses tanggal 16 November 2011.
Ilda Agnes, Eksekusi Jaminan Fidusia yang Tidak di Daftarkan ke Kantor
Pendaftaran Fidusia (Studi Kasus PT.BPR Arthaprima Danajasa
Bekasi), Tesis, Program Pascasarjana, Program Studi Magister
Kenotariatan, Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.
Indira Mappangadjak dan Mustafa, Bentuk Eksekusi terhadap Objek Jaminan
Fidusia dalam Rangka Melindungi Kepentingan Hukum Lembaga
Pembiayaan pada Perjanjian Pembiayaan Konsumen di Divisi Lembaga
Keuangan Astra di Yogyakarta, Sosiosains, 18 (2), April, 2005.
Ivan P. Mangatchev, LLM, PhD, Fiducia Cum Creditore Contracta in EU Law,
diakses dari http://jura.ku.dk/focofima/nyheder/ fiducia_cum_creditore
/copenhagen__lecture_1609.pdf/, diakses tanggal 16 November 2011
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen tentang Hukum,
Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta,
2006, Hal.97.
Jinlong Zhao, Si Lv , On Fiduciary Duties of Controlling Shareholders of
Targeted Corporation, Journal of Politics and Law, Vol. 4, No. 2;
September 2011, ISSN 1913-9047 (Print) ISSN 1913-9055 (Online),
diakses dari http://ccsenet.org/journal/index.php/ jpl/article/view/11993,
diakses tanggal 15 November 2011.
Leonard J. Theberge, Law and Economic Development, Journal of International
Law and Policy¸ Volume 9, 1980, hal. 232, dimuat dalam Jurnal Hukum
Bisnis, Volume 22, Jakarta, 2003
Mariam Darus, Mengatur Hukum Jaminan Fidusia : Dengan Undang -Undang
dan Penerapan Sistem Pendaftaran, Jurnal Hukum Bisnis Volume 9,
1999, Halaman 62-65.
Marulak Pardede, Implementasi Jaminan Fidusia dalam Pemberian Kredit di
Indonesia, Laporan Akhir Penelitian Hukum, Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta, 2006.
Nova Faisal, Tinjauan Yuridis atas Jaminan Fidusia Berkaitan Dengan
Ketentuan Angka 2 Surat Edaran Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia, Direktorat Jendral Administasi Hukum
Umum Nomor : C.HT.01.10-22 Tanggal 12 Maret 2005 tentang
Standrisasi Prosedur Pendaftaran Fidusia, Jurnal Hukum dan
Pembangunan Tahun ke-36 No.4, Oktober-Desember 2006.
Nur Laily, Kepemilikan Objek Jaminan Fidusia Menurut Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999, Jurnal Garuda Kemdiknas, diakses dari
http://garuda.kemdiknas.go.id/jurnal diakses tanggal 30 Oktober 2011.
Perkembangan Hukum Bisnis di Indonesia Analisis Ekonomi atas
Pekembangan Hukum Bisnis Indonesia, diakses dari
http://okky19.student. umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article
_74.pdf, diakses tanggal 29 Oktober 2011

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu 741


Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
Peri Umar Farouk, Analisis Ekonomi atas Perkembangan Hukum Bisnis
Indonesia, Jurnal Bank dan Manajemen, Jakarta, 2011, diakses dari
http://mhugm.wikidot.com/artikel:004, diakses tanggal 26 Oktober 2011
Pornsakol Panikabutara, The Role of Administator : Fiduciary Duty
Introduction,Thailand Law Forum, Law Journal, Originally Published in
The Journal of the Bar Association (March 2005), diakses
darihttp://www.thailawforum.com/articles/ roleadministrator.html, diakses
tanggal 19 November 2011
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia,
PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.
Rebecca LEE, In Search of The Nature and Function Of Fiduciary Loyalty of
Company Directors : Some Observations on Conaglen’s Analysis,
Faculty of Law, The University of Hong Kong, diakses dari
http://www.clta.edu.au/professional/papers/
conference2007/2007RL_ISNFFLCD.pdf, diakses tanggal 5 November
2011
RM. Leonardo Charles Wahyu Wibowo, Eksekusi Jaminan Fidusia dalam
Penyelesaian Kredit Macet di Perusahaan Pembiayaan Kendaraan
Sepeda Motor PT. Adira Finance Kota Makassar, Tesis, Program
Pascasarjana, Program Studi Magister Kenotariatan, Universitas
Diponegoro, Semarang, 2010.
Rully Akbar, Perlindungan Hukum bagi Kreditur pada Perjanjian Jaminan
Fidusia dalam Praktek, Tesis, Program Pascasarjana, Program Magister
Kenotariatan, Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT.Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004
Scott FitzGibbon, Fiduciary Relationships Are Not Contracts, MARQUETTE
LAW REVIEW, Volume 82 Winter 1999 Number 2.
Sobirin, Kajian Hukum terhadap Pendaftaran Jaminan Fidusia di Kantor
Pendaftaran Fidusia Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Tesis, Program
Pascasarjana, Program Studi Magister Kenotariatan, Universitas
Diponegoro, Semarang, 2008.
Soetandyo Wignjosoebroto, Masalah Pluralisme dalam Pemikiran dan
Kebijakan Perkembangan Hukum Nasional (Pengalaman
Indonesia),Artikel, Media Online Univ.Pancasila, 5 Juni 2009, diakses
dari http://s2.hukum.univpancasila.ac.id/
index.php?option=com_content&view=article&id=68:masalah-pluralisme-
dalam-pemikiran-dan-kebijakan-perkembangan-hukum-nasional-
pengalaman-indonesia-&catid=45:artikel-dosen&Itemid=54, diakses
tanggal 28 Oktober 2011.
Sri Gambir Melati Hatta, Perkreditan Dan Tantangan Dunia Perbankan,
Legalitas.Org, 16 Agustus 2007, diakses dari http://www.legalitas.
org/node/258, diakses tanggal 28 November 2011.

742 Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu


Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
Susanti Arsi Wibawani, Eksekusi Objek Jaminan Fidusia dalam Hal Debitur
Pailit, Legal Banking, 16 Agustus 2008.
Susilawetty, Rules and Regulation on Security Rights in Indonesia, Artikel
Universitas Muhammadiyah Jakarta, diakses dari -
http://www.umj.ac.id/main/artikel/index.php?detail=20100409042536,
diakses tanggal 16 November 2011\
Sutan Akhmad Jambek, Masalah Hukum Jaminan Fidusia dan
Pertanggungjawaban Para Pihak, diakses dari http://s2.hukum.
univpancasila.ac.id/attachments/061_
SUTAN%20AKHMAD%20JAMBEK%205205220029%20MASALAH%
20HUKUM%20%20JAMINAN%20%20FIDUSIA%20%20DAN%20%20
PERTANGGUNGJAWABAN%20%20PARA%20%20PIHAK.pdf,
diakses tanggal 29 Oktober 2011.
Sutan Remy Sjahdeini, Komentar Pasal Demi Pasal UU No. 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia : Apakah Undang-Undang ini Telah
Memberikan Solusi Kepada Kepatian Hukum, Jurnal Hukum Bisnis,
Volume 10 (2000), Halaman 38-48.
Syarip Hidayat, Pengaruh Globalisasi Ekonomi Dan Hukum Ekonomi
Internasional Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi Di Indonesia,
Legalitas.Org, 19 Agustus 2008, diakses dari http://www.legalitas.org/
content/pengaruh-globalisasi-ekonomi-dan-hukum-ekonomi-inter
nasional-dalam-pembangunan-hukum-ekonomi, diakses tanggal 28
November 2011.
Syukri, Fungsi Pendaftaran Fidusia dalam Eksekusi terhadap Objek Jaminan,
researchgate.net-publication, diakses dari http://www.researchgate.net/
publication/42323235_
Fungsi_Pendaftaran_Fidusia_Dalam_Eksekusi_Terhadap_Objek_Jaminan,
diakses tanggal 16 November 2011
Symposium, The Role of Fiduciary Law and Trust in The Twenty-First
Century: A Confrence Inspired by The Work of Tamar Fankel, Editor’s
Foreword, Boston University Law Review, Volume 91: 833, diakses dari
http://www.bu.edu/ law/central/jd/organizations/ journals/bulr/documents/
EDITORSFOREWORD_000.pdf, diakses tanggal 29 Oktober 2011
Teddy Anggoro, Parate Eksekusi : Hak Kreditur Yang Menderogasi Hukum
Formil (Suatu Pemahaman Dasar dan Mendalam), diakses dari
http://www.scribd.com/doc/6588967/Artikel-Parate-Executie, diakses
tanggal 29 Oktober 2011.
Unan Pribadi, Pelanggaran-Pelanggaran Hukum Dalam Perjanjian Kredit
Dengan Jaminan Fidusia, Jurnal Kanwil Kementerian Hukum dan
HAM DIY, Desember 2010.
Yuli Prasetyo Adhi, Penerapan Eksekusi Jaminan Fidusia, MMH, Jilid 37,
No.3, September 2008, diakses dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/
jurnal/37308194199.pdf, diakses tanggal 5 November 2011.

Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu 743


Vol. 5 No.1 Juni 2012 ISSN : 1979 - 5408
Yuli Purnamawati, Kajian Hukum terhadap Kredit Macet dalam Perjanjian
Kredit dengan Jaminan Fidusia yang Dibuat Dibawah Tangan, Forum
Penelitian, Tahun 19, Nomor 1, Juni 2007.
Zulkarnain Sitompul, Jaminan Kredit Kendala dan Masalah, Disampaikan pada
Pelatihan Aspek Hukum Perkreditan bagi Staf PT Bank NISP Tbk,
diselenggarakan oleh HKGM & Partner Law Firm, Jakarta, 16 September
2004, diakses dari http://zulsitompul.files.
wordpress.com/2007/06/makalah-hkgmver1.pdf, diakses tanggal 25
Oktober 2011

744 Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu

Anda mungkin juga menyukai