PENDAHULUAN
perhatian serius dalam pembinaan di antaranya adalah bidang hukum jaminan.1 Hukum
Jaminan memiliki kaitan yang erat dengan bidang hukum benda dan perbankan.
Dibidang perbankan kaitan ini terletak pada fungsi perbankan yakni penghimpun
dan penyalur dana bagi masyarakat, yang salah satu usahanya adalah memberikan
kredit. Kredit merupakan faktor pendukung bagi pembangunan ekonomi. Ini berarti
disalurkan kepada pengusaha selalu mengandung resiko. Oleh karena itu, perlu
unsur pengamanan, yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam pemberian
Salah satu jenis jaminan kebendaan yang dikenal dalam hukum positif
adalah jaminan fidusia, sebagai lembaga jaminan atas benda bergerak, jaminan fidusia
tersendiri.3
1 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan
dan Jaminan Perorangan, Bina Usaha: Yogyakarta, 1980, hal. 1.
2 H. Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Alumni:
Bandung, 2004, hal. 1
3 Jaminan Fidusia diatur dalam UU No. 42 Tahun 1999, sebelumnya diatur dalam UU No. 16 Tahun
1985 dan UU No. 4 Tahun 1992.
1
2
Istilah Fidusia barasal dari bahasa Belanda, yaitu fiducie dan dalam bahasa
Bahasa Belanda disebut juga dengan Zekerheids eigendom artinya hak milik
sebagai kepercayaan.
Fidusia, menurut asal katanya berasal dari kata “fides” yang berarti
kepercayaan. Sesuai dengan arti kata, maka hubungan hukum antara debitur
mau mengembalikan hak milik barang yang telah diserahkan, setelah dilunasi
utangnya. Sebaliknya penerima fidusia percaya bahwa pemberi fidusia tidak akan
Menurut Mahadi “fidusia” berasal dari bahasa latin yang artinya kepercayaan
tehadap seseorang atau sesuatu, pengharapan yang besar. Juga ada kata “fido”
yang merupakan kata kerja yang berarti mempercayai seseorang atau sesuatu.4
secara bertimbal balik oleh satu pihak kepada yang lain, bahwa apa yang keluar
ditampakkan sebagai pemindahan milik, hanya suatu jaminan saja untuk suatu
utang.5
Fidusia adalah suatu istilah yang berasal dari hukum Romawi, yang
memiliki dua pengertian yakni sebagai kata kerja dan kata sifat. Sebagai kata
benda, istilah fidusia mempunyai arti seorang yang diberi amanah untuk mengurus
4 Mahadi, Hak Milik dalam Hukum Perdata Nasional, Proyek BPHN: 1981, hal. 61.
5 R. Subekti, Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Alumni:
Bandung, 1982, hal. 76.
3
kepentingan pihak ketiga dengan itikad baik, penuh ketelitian, bersikap hati-hati
dan berterus terang. Orang yang diberi kepercayaan dibebani kewajiban melakukan
perbuatan untuk kemanfaatan orang lain. Sebagai kata sifat istilah fidusia menunjukkan
kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda
benda”.
kepemilikan dari pemberi fidusia kepada penerima fidusia atas dasar kepercayaan,
dengan syarat bahwa benda yang menjadi objeknya tetap berada di tangan
pemberi fidusia. Jadi fidusia itu merupakan suatu cara pemindahan hak milik dari
kreditur, tetapi yang diserahkan hanya haknya saja secara yuridis levering dan
hanya dimiliki oleh kreditur secara kepercayaan saja (sebagai jaminan utang
tanpa penyerahan fisik benda sama sekali), fidusia ini pada prinsipnya dilakukan
Pada awalnya, lembaga fidusia dikenal dalam hukum Romawi dengan nama
Fidusia Cum Creditore dengan nama lengkapnya adalah Fiducia Cum Creditore
Contracta yang berarti janji kepercayaan yang dibuat dengan kreditur, dikatakan
bahwa debitur akan mengalihkan kepemilikan atas suatu benda kepada kreditur
dibayar lunas. Dengan fiducia cum creditore ini maka kewenangan yang dimiliki
oleh kreditur akan lebih besar yaitu sebagai pemilik atas barang yang diserahkan
secara moral saja dan bukan kekuatan hukum yang pasti. Debitur tidak akan dapat
berbuat apa-apa jika kreditur tidak mau mengembalikan hak milik atas barang
Belanda. Fidusia ini adalah lembaga jaminan yang lahir dari hasil penemuan
hukum oleh hakim (recthvinding), sebagai akibat dari sempitnya pengaturan gadai
6 Munir Fuady, Jaminan Fidusia, Citra Aditya Bakti: Bandung, 2003, hal. 5-6.
5
meliputi:
Menurut Munir Fuady ada beberapa hal yang mendasari lahirnya jaminan
1. Dalam praktek terdapat kasus dimana benda yang menjadi objek jaminan
utang adalah tergolong benda bergerak tetapi pihak debitur enggan
menyerahkan kekuasaan atas benda tersebut kepada kreditur, sementara
kreditur tidak mempunyai kepentingan bahkan kerepotan jika benda
7 Menurut Pasal 1512 KUHPerdata, Dalam Perjanjian Gadai, Objek Gadai Harus Berada Dalam
Kekuasaan Kreditur.
8 Sri Soedewi Mascjhoen Sofwan, Beberapa Masalah Pelaksanaan Lembaga Jaminan Khususnya
Fidusia di Dalam Praktek dan Pelaksanaannya di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta: 1977, hal. 115-116.
9 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2004,
hal. 57-58.
6
baru yaitu fidusia. Selain fakta di atas yang melatar belakangi lahirnya UU No. 42
konsiderannya yaitu:
1. Kebutuhan yang sangat besar dan terus mengikat bagi dunia usaha atas
(BPM) v. Pedro Clignett tanggal 18 Agustus 1932 dengan objek fidusia adalah
1933 menetapkan bahwa hak grant (grant recht) dapat dijadikan objek jaminan
fidusia.
Pokok Agraria, hak-hak atas tanah yang dapat dijadikan objek jaminan dengan
hak tanggungan adalah hak milik, hak guna bangunan dan hak guna usaha”.11
1973 dikatakan bahwa hak pakai tidak dapat dibebankan dengan hipotik
fidusia. Demikian juga fidusia dapat dibebankan atas bangunan di atas tanah hak
sewa.12
Rumah Susun, objek fidusia adalah rumah susun atau satuan rumah susun yang
didirikan diatas tanah hak pakai atau tanah negara.13 Dalam UU No. 4 Tahun 1992
Tentang Perumahan dan Pemukiman, objek fidusia adalah rumah, tidak diatur
secara rinci apakah rumah itu didirikan di atas suatu jenis hak atas tanah tertentu.14
objek jaminan fidusia dengan melihat hak atas tanah, dalam Undang-Undang
Perumahan dan Pemukiman No. 4 Tahun 1992 yang diutamakan sebagai jaminan
utang adalah rumah terlepas dari hak atas tanah. Sejak keluarnya UU No. 4 Tahun
Susun dicabut dan diganti dengan lembaga hak tanggungan, sedangkan fidusia
dinyatakan secara tegas benda-benda apa saja yang dapat dijadikan jaminan utang
“Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak, khususnya
bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang nomor 4 tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan,
yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi
pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan
kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya”.
utang dengan pembebanan fidusia meliputi benda bergerak dan benda tidak
bergerak. “Benda tidak bergerak” yang dimaksudkan ialah bangunan yang tidak
dapat dibebani dengan hak tanggungan yaitu bangunan di atas tanah hak milik
orang lain.
yang menjadi objek jaminan fidusia adalah benda bergerak yang terdiri dari benda
objek jaminan fidusia diberikan pengertian yang luas, yang antara lain terdapat
dalam ketentuan Pasal 1 angka 4, Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 20. Benda-benda
3. Benda bergerak dan tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan
hak tanggungan
5. Dapat atas satu satuan atau jenis benda dan lebih dari satu jenis atau
satuan benda
6. Termasuk hasil dari benda yang telah menjadi objek fidusia dan juga
Hukum benda adalah sub sistem dari sistim hukum perdata nasional di satu
sisi dan di sisi lain hukum adat adalah salah satu komponen dalam penyusunan
hukum perdata nasional. Oleh karena itu penyusunan hukum benda harus
Pasal 3 UU No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia yang isinya adalah:
”Bangunan di atas tanah milik orang lain yang tidak dapat dibebani dengan hak
dijadikan objek jaminan fidusia” dan Pasal 1 angka (4) UU No. 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia yang isinya: “Benda adalah segala sesuatu yang dapat
dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang
terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tak bergerak
fidusia. “Bank tidak perlu menyediakan tempat khusus barang jaminan seperti
pada lembaga gadai (pand)”.17 Dalam perjanjian gadai, barang jaminan harus
diserahkan kepada kreditur sesuai dengan pasal 1150 ayat 2 Kitab Undang
Undang Hukum Perdata yang isinya: “Gadai adalah suatu hak yang diperoleh
seorang berpiutang atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh
Dengan syarat gadai tersebut barang jaminan tidak dapat lagi menunjang
usaha debitur. Dan “Bagi bank dapat menimbulkan masalah mengenai tempat
gudang-gudang yang cukup luas yang mereka miliki”.18 Akibat pengaturan gadai
yang terlalu sempit, fidusia lahir untuk mengisi kekosongan hukum jaminan
pemberian kredit selalu mengandung resiko. Salah satu cara mengatasi resiko
Jaminan yang diminta bank dapat berupa jaminan pokok berupa barang
Agunan tambahan adalah agunan yang tidak termasuk di dalam batasan agunan
pokok tersebut di atas. Sebagai contoh: aktiva tetap diluar proyek yang dibiayai,
surat berharga, garansi risiko, jaminan pemerintah, lembaga penjamin dan lain-lain.
Perdata mengandung prinsip bahwa harta kekayaan debitur menjadi jaminan utang
untuk segala perikatan yang dibuat19. Untuk menutupi kelemahan itu, perlu
diperjanjikan secara khusus benda-benda tertentu dari debitur yang diikat sebagai
jaminan utang. Secara teoritis, jika seorang pemberi fidusia wanprestasi, objek
jaminan fidusia dapat dieksekusi, kalau harga jual melebihi utang debitur, kreditur
mencukupi untuk membayar utang, bank dapat menyita barang-barang lain milik
debitur. Selain jaminan fidusia bank meminta jaminan lainnya yang diikat dengan
surat kuasa memasang hak tanggungan atau surat kuasa menjual atas hak
Tidak logis bahwa benda jaminan fidusia tidak mencukupi untuk menutupi
pembayaran utang debitur karena pada saat perjanjian kredit dengan pengikatan
jaminan fidusia, pihak bank telah melakukan analisis faktor agunan terhadap
debitur. Nilai agunan lebih besar dari pinjaman kredit yang diberikan yaitu
sebesar 50%. Oleh karena itu tidak sepantasnya kreditur meminta penyitaan atas
benda-benda lainnya milik debitur. Namun asas hukum jaminan dan doktrin
hukum perdata menyatakan bahwa semua harta debitur memikul beban untuk
19 Prinsip Hukum Jaminan tercantum dalam Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
20 Lihat Pasal 34 UU No. 42 Tahun 1999.
12
tetap, hakim telah membatalkan eksekusi jaminan yang tidak disebutkan dalam
perjanjian pokok dan juga disebabkan penjualan benda jaminan yang tidak sesuai
dengan harga pasar pada saat itu. Hakim berpendapat bahwa walaupun debitur
dinyatakan wanprestasi, sita dibatalkan dengan alasan tidak sah dan melawan
perjanjian pokok dengan alasan bahwa ketika membuat perjanjian kredit, pihak
bank sudah menaksir bahwa benda agunan lebih tinggi nilainya dari jumlah
Secara teori jaminan tambahan lebih dahulu dieksekusi, jika belum cukup
pokok, dalam proses eksekusi penjualan dilakukan sesuai dengan harga pasar
perjanjian kredit bank (perjanjian pokok). Apabila debitur wanprestasi, bank dapat
mengambil pelunasan utang dari hasil penjualan barang jaminan. Dalam praktik
ada kecendrungan bahwa objek jaminan fidusia akan dikuasai oleh bank, jika
fidusia?, apakah kreditur diakui sebagai kreditur separatis murni seperti yang
bagaimana dengan asas-asas hukum yang dipakai sehingga tidak tumpang tindih
13
pemberi fidusia dan kreditur penerima fidusia pada PT Bank BRI (Persero) Tbk
penelitian yang akan ditulis dalam sebuah tesis dengan judul: “Pelaksanaan
Padangsidimpuan”.
B. Rumusan Permasalahan
cabang Padangsidimpuan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Teoritis
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penelitian
ini bertujuan:
dan kreditur penerima fidusia pada PT Bank BRI (Persero) Tbk cabang
14
Padangsidimpuan.
2. Tujuan Praktis
hukum bagi debitur pemberi fidusia dan kreditur penerima fidusia yang
Padangsidimpuan.
D. Manfaat Penelitian
masyarakat.
15
1. Kerangka Teoritis
secara teratur dan diikuti dengan pembentukan hukum jaminan fidusia berjalan dari
undang-undang tersendiri.
terdiri dari 3 unsur yaitu: Struktur (structure), substansi (substance), dan budaya
landasan, di atas mana dibangun tertib hukum.23 Berdasarkan teori sistim ini,
asas-asas hukum yang merupakan landasan, tempat berpijak di atas mana tertib
hukum jaminan kebendaan itu dibangun. Jadi dengan ikatan asas-asas hukum
1993 di Medan yang dikutip oleh Tan Kamelo, mengemukakan sejumlah asas-asas
“Pertama, asas hak kebendaan (real right). Sifat hak kebendaan adalah
21 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Angkasa: Bandung, 1984, hal. 102.
22 Lawrence M. Friedmann, American Law, W.W Norton dan Company: New York London,
1984, hal. 5-6.
23 Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni: Bandung, 1983,
hal. 15.
16
absolute, artinya hak ini dapat dipertahankan pada setiap orang. Pemegang
hak benda berhak menuntut setiap orang yang mengganggu haknya. Sifat lain
dari hak kebendaan adalah droit de suite, artinya hak kebendaan mengikuti
bendanya dalam tangan siapapun ia berada. Di dalam karakter ini terkandung
asas hak yang tua didahulukan dari hak yang muda (droit de preference). Jika
beberapa kebendaan diletakkan di atas suatu benda, berarti kekuasaan hak itu
ditentukan oleh urutan waktunya. Selain itu, sifat hak kebendaan adalah
memberikan wewenang yang kuat kepada pemiliknya, hak itu dapat dinikmati
dialihkan, dijaminkan, disewakan.
Kedua, asas assesoir artinya hak jaminan ini bukan merupakan hak yang
berdiri sendiri (zelfstandingrecht), tetapi ada dan hapusnya bergantung
(accssotium) kepada perjanjian pokok. Ketiga, hak yang didahulukan artinya
hak jaminan merupakan hak yang didahulukan pemenuhannya dari piutang
lain.
Keempat asas asesi yaitu perlekatan antara benda yang ada diatas tanah
dengan tapak tanahnya. Kelima, asas pemisahan horizontal yaitu dapat
dipisahkan benda yang ada di atas tanah dengan tanah yang merupakan
tapaknya. Keenam, asas terbuka artinya ada publikasi sebagai pengumuman
agar masyarakat mengetahui adanya beban yang diletakkan di atas suatu benda.
Ketujuh, asas spesifikasi/pertelaan dari benda jaminan. Kedelapan, asas mudah
dieksekusi”.24
hukum jaminan kebendaan tidak boleh bertentangan satu sama lainnya, kesatuan
jaminan fidusia sebagai sub sistem hukum jaminan kebendaan harus diterapkan
hak pemilikan secara yuridis untuk sementara. Penyerahan secara yuridis artinya
benda jaminan masih dapat dipergunakan oleh pemberi fidusia agar bisnisnya
tetap berjalan. Jadi dengan demikian dalam perjanjian jaminan fidusia, konstruksi
yang terjadi adalah pemberian jaminan fidusia bertindak sebagai pemilik manfaat,
No. 42 Tahun 1999), benda jaminan dalam hak tanggungan adalah hak atas tanah
berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah
negara. Pembedaan hak tanggungan dapat juga dilakukan terhadap hak atas tanah
berikut bangunan, tanaman dan hasil karya yang merupakan satu kesatuan dengan
Secara konseptual hak tanggungan hanya dibebankan atas tanah saja, dan
benda-benda yang ada di atasnya memiliki hukum sendiri, ini berarti Undang-Undang
adalah kepunyaan dari pemilik hak atas tanah. Pengecualian semacam ini
tanah dan bangunan/rumah yang ada di atasnya adalah terpisah dan ini sesuai
didasarkan pada benda bergerak dan benda tidak bergerak lagi, seperti yang
terdapat dalam hukum perdata tetapi didasarkan pada benda terdaftar dan tidak
1961 yang diubah dengan PP No. 24 Tahun 1997, pendaftaran kenderaan bermotor,
pendaftaran kapal laut, pendaftaran pesawat terbang dan lain sebagainya. Dalam
jaminan hipotik yang menjadi objek adalah kapal yang beratnya paling sedikit
Hipotik juga dapat dibebankan atas pesawat udara dan helikopter yang
hipotik terletak pada aspek pendaftaran dari kapal, pesawat udara dan helikopter.
benda tersebut dianggap sebagai benda tidak bergerak yang menjadi objek hipotik.
Sebagai konsekuensinya jika pesawat udara, helikopter itu tidak terdaftar tentunya
tidak dapat dibebani dengan jaminan hipotik dan alternatif yang dapat diterapkan
(Pasal 1152 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), dan ini sangat
pesawat udara dan helikopter yang tidak terdaftar adalah jaminan fidusia (Pasal 31
Fidusia sebagai salah satu jaminan adalah unsur pengaman kredit bank, yang
dilahirkan dengan didahului oleh perjanjian kredit bank. Ini Menunjukkan jaminan
untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda jaminan fidusia.
No. 42 Tahun 1999), hak didahulukan dari penerima fidusia tidak hapus karena
benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak termasuk dalam harta pailit
kreditur separatis.
janji yang memberi kewenangan kepada penerima fidusia untuk memiliki benda
19
yang menjadi objek jaminan fidusia apabila debitur cidera janji, batal demi
hukum. Dengan demikian objek jaminan fidusia tidak menjadi bagian harta pailit
penerima fidusia oleh karena hak kepemilikan atas objek jaminan fidusia tersebut
Hak kebendaan jaminan fidusia baru lahir pada tanggal dicatatnya jaminan
fidusia dalam buku daftar fidusia dan sekaligus untuk memenuhi asas publisitas.
Karena itu konsekuensi yuridis adalah kalau jaminan fidusia tidak dicatatkan
dalam buku daftar fidusia berarti hak jaminan fidusia bukan merupakan hak
akibatnya kreditur fidusia tidak dapat dilindungi dengan asas droit de suite dan
dari tahap perjanjian kredit, pembuatan akta jaminan fidusia oleh notaris dan
diikuti dengan pendaftaran akta jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia.
Tahapan proses perjanjian fidusia tersebut memiliki arti yang berbeda sehingga
2. Kerangka Konseptual
27 Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminto, Balai Pustaka, Jakarta, 1988. hal.
553.
20
bentuk tertulis.
c. Jaminan adalah: setiap yang diberikan oleh debitur kepada kreditur guna
pemberi dan penerima fidusia pada PT Bank BRI (Persero) Tbk cabang
Padangsidimpuan
F. Methode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
dilapangan dan dihubungkan dengan data sekunder yang diperoleh dari kasus
jaminan pada pengadilan negeri Padangsidimpuan dan data yang diperoleh dari
tertentu dan pada saat tertentu. Penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atau
fidusia.
menangani fidusia, dan notaris yang pernah menangani fidusia mitra PT Bank
pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan
data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan informan yaitu kepala
Bank BRI (Persero) Tbk cabang Padangsidimpuan, notaris M dan notaris L mitra
mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang akan diteliti. Alat
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui literatur atau pustaka
dan dokumen-dokumen yaitu berupa kasus jaminan fidusia yang telah diputus
kekuatan hukum tetap, Surat Edaran BRI 2004, perjanjian membuka kredit dan
konsep dan pendapat pakar yang dianut dalam kerangka teoritis. Akhirnya ditarik
5. Jalannya Penelitian
mendapatkan data dari PT Bank BRI (Persero) Tbk, menurut pegawai PT Bank
BRI (Persero) Tbk banyak data yang sifatnya rahasia sehingga tidak dapat
diperoleh, terutama data nasabah yang mengambil kredit pada PT Bank BRI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Jaminan
Zekerheid atau cautie. Zekerheid atau cautie mencakup secara umum cara-cara
debitur kepada bank dalam rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan
hukum”.31
diterima kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu utang piutang
dalam masyarakat”.32
31 Mariam Darus Badrulzaman, Bab-bab Tentang Creditverban, Gadai, dan Fiducia, Cet. IV,
Alumni: Bandung, 1987, hal. 227.
32 M. Bahsan, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Rejeki Agung: Jakarta, 2002,
hal. 148. 24
24
B. Jenis Jaminan
4
Jaminan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
2. Jaminan Kebendaan
tertentu dan mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan.
benda tertentu, tetapi hanya dijamin oleh harta kekayaan seseorang lewat orang
adalah suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga guna kepentingan si
“Jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda, dengan ciri-ciri
mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu, dapat dipertahankan
terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya dan dapat dialihkan. Sedangkan
jaminan perorangan adalah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung
pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu,
terhadap harta kekayaan debitur umumnya”.33
33Sri Soedewi Masjhoen, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum dan Jaminan
Perorangan, op. cit., hal. 46-47.
25
3. Akibat hak dari tanggung renteng pasif, hubungan hak bersifat ekstren,
hubungan hak antara para debitur dengan pihak lain (debitur). Hubungan
hak bersifat intern, hubungan hak antara sesama debitur itu satu dengan
yang lainnya.
akta notariil.
yang dimilikinya baik untuk pemberian kredit baru dan tambahan, atau untuk
kredit yang berjalan. Dalam hal penjamin adalah perusahaan maka dimintakan
hak bank atas harta kekayaan penjamin tetap hanya terbatas pada jumlah dan
jaminan, dimana benda yang menjadi objek jaminan tidak berada atau tidak
dikuasai oleh penerima jaminan. Yang termasuk lembaga jaminan ini adalah:
1. Mortage, yaitu pembebanan atas benda tak bergerak atau sama dengan
hipotik.
2. Chattel Moetgage, yaitu mortgage atas benda-benda bergerak.
Umumnya ialah mortgage atas kapal laut dan kapal terbang dengan
tanpa menguasai bendanya.
3. Fiduciary transfer of ownership, yaitu perpindahan hak milik atas
kepercayaan yang dipakai sebagai jaminan utang.
4. Leasing, yaitu suatu perjanjian dimana si peminjam (leassee) menyewa
barang modal untuk usaha tertentu dan jaminan angsuran tertentu”.36
hak yang digunakan dalam pemasangan jaminan, dengan opsi jenis jaminan yang
pegadaian.
atau lembaga keungan non bank (perjanjian utang piutang). J. Satrio dengan
Perjanjian pokok ini dijumpai dalam perjanjian kedit bank. Dalam Pasal 1
kredit yaitu: “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
syarat, kondisi atau keadaan dalam perjanjian dasar yang menjadi dasar dari
pembentukannya”.39
Meskipun tidak sepenuhnya benar, dalam berbagai hal, pengalihan hak atas
prestasi dalam perjanjian dasar dari pihak kreditur kepada pihak ketiga membawa
serta akibat hukum beralihnya perjanjian assesoir kepada pihak ketiga yang
Secara umum diterima prinsip bahwa segala peristiwa hukum yang belum
kepastian hukum itu tidak cukup hanya demi undang-undang atau sampai pada
tahap pelaksanaan undang-undang saja, tetapi tidak dipungkiri bahwa awal dari
masyarakat, baik yang bersifat publik maupun yang privat. Undang-undang dibuat
dilandasi oleh prinsip-prinsip hukum. Agar norma hukum itu dapat melindungi
ketertiban akan dapat terwujud dalam masyarakat. Apakah kepastian hukum itu
dapat terwujud?
undang tersebut”.41
Jika perumusan norma dan prinsip hukum itu sudah memiliki kepastian
hukum tetapi hanya berlaku secara yuridis saja, kepastian hukum itu tidak pernah
ada masalah. Apakah kepastian hukum yang sudah tercipta dalam undang-undang
berlakunya suatu kaidah hukum itu dapat dilihat dari tiga aspek yakni aspek
dapat pula diterima dan diakui oleh masyarakat. Jadi, secara sosiologis,
Apabila norma hukum dalam undang-undang itu belum pernah dilaksanakan atau
kepastian hukum merupakan suatu hal yang terletak pada substansi undang-
Salah satu gejala tersebut dapat dilihat dari pengaturan fidusia dalam
Susun, fidusia diartikan sebagai hak jaminan yang berupa penyerahan hak atas
piutang kreditur.43
pereferents, juga tidak jelas tentang sifat penyerahan yang menjadi ciri khas dari
fidusia yakni benda yang dialihkan tetap berada pada pemberi fidusia. Dan juga
tidak dijelaskan tentang apa yang dialihkan kepada pemegang fidusia karena itu
juga merupakan hal yang penting yakni kepemilikan yang berupa hak bukan
bendanya.
Tidak dijelaskan apakah hak jaminan fidusia yang diatur dalam Undang-
Undang Rumah Susun objeknya hanya berlaku pada hak pakai atas tanah negara
khusus rumah susun dan hak milik satuan rumah susun.44 Atau juga berlaku atas
Hak milik atas satuan rumah susun dapat dijaminkan melalui hipotik
apabila dibangun di atas tanah hak milik atau hak guna bangunan, dan dijaminkan
melalui lembaga jaminan fidusia apabila dibangun di atas tanah hak pakai atas
tanah negara. 45 Hal ini membuktikan bahwa Undang-Undang No. 16 Tahun 1985
sebagai implementasi dari asas yang dianut dalam Undang-Undang No. 5 Tahun
Susun, penggunaan fidusia terhadap hak pakai atas tanah negara adalah untuk
jaminan yang hidup dan dalam kenyataannya diperlukan oleh masyarakat, oleh
demikian dapat ditafsirkan objek fidusia terhadap hak pakai atas tanah negara
dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 1985 itu hanya bersifat temporer. Menurut
Maria Sumardjono yang dikutip oleh Tan Kamelo, penjaminan dengan fidusia tidak
dijumpai dengan pembebanan rumah susun atau hak milik satuan rumah susun.46
Jadi dapat disimpulkan bahwa kepastian hukum jaminan fidusia dalam Undang-
Pemukiman (UUPP) dijumpai pada Pasal 15, dinyatakan bahwa pemilikan rumah
dapat dijadikan jaminan utang dengan jaminan fidusia. Pembebanan fidusia atas
rumah dalam Pasal 15 Undang-Undang Perumahan dan Pemukiman ada dua cara:
1. Pemilik rumah bukan pemilik hak atas tanah dengan izin pemilik hak atas
tanah.
Objek fidusia adalah rumah bukan hak atas tanah. Dalam undang-undang
ini tidak dijelaskan bagaimana status hak atas tanah. Hal ini menunjukkan bahwa
pengertian rumah tanpa mengaitkan dengan hak atas tanah, dan dalam Pasal 6
Rumah Susun dinyatakan tidak berlaku lagi.47 Tetapi tidak dinyatakan berlaku
juga pada Undang-Undang Perumahan dan Pemukiman. Hal ini dapat dipahami
sebab Undang-Undang Hak Tanggungan bertitik tolak dari hak atas tanah,
Persoalan objek fidusia mengenai tanah belum terdaftar telah diatur dalam
diberikan.48
Upaya tersebut terwujud dalam UU No. 42 Tahun 1999 dengan nama Jaminan
Fidusia.
1. Perjanjian Fidusia
agar barang agunan dijadikan jaminan fidusia, maka caranya adalah dengan
membuat perjanjian fidusia terlebih dahulu. Bentuk perjanjian fidusia wajib dibuat
perjanjian yang berkaitan dengan suatu benda yang dapat dibebani dengan
(perjanjian utang piutang), yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk
memenuhi suatu prestasi yang berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu yang dapat dinilai dengan uang. Konsekuensi dari perjanjian
assesoir ini adalah apabila perjanjian pokok tidak sah atau tidak berlaku secara
hukum, perjanjian fidusia sebagai perjanjian assesoir juga ikut menjadi batal dan
apabila perjanjian pokok yaitu utang piutang telah lunas dengan sendirinya
jaminan Fidusia No. 42 tahun 1999, yang dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen yang disebut dengan “Akta Jaminan Fidusia”. Akta jaminan fidusia ini
dibuat dalam bentuk akta otentik, yang dibuat dihadapan notaris dengan
Yang dimaksud dengan fidusia ulang adalah atas benda yang sama yang
Undang-Undang Jaminan Fidusia ini terlihat, ada beberapa pasal yang seolah-olah
saling bertentangan namun mengenai fidusia ulang ini dapat disimpulkan bahwa
pada prinsipnya tidak dapat dibenarkan. Hal ini secara tegas diatur dalam Pasal 17
36
melakukan fidusia ulang terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang
fidusia sebagai peralihan hak milik (secara kepercayaan) bukan hanya sebagai jaminan
utang.
Fidusia ulang oleh pemberi fidusia, baik debitur maupun penjamin pihak
ketiga, tidak dimungkinkan atas benda yang menjadi objek jaminan fidusia karena
hak kepemilikan atas benda tersebut telah beralih kepada penerima fidusia.
Ada satu kemungkinan fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu pihak
Jaminan Fidusia yang isinya adalah: “Jaminan fidusia dapat diberikan kepada
lebih dari satu penerima fidusia atau kepada kuasa atau wakil dari penerima
tersirat bahwa yang dimaksud adalah pemberian fidusia kepada lebih dari satu
fidusia diberikan secara bersama-sama pada waktu yang bersamaan dan semua
3. Pendaftaran Fidusia
Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Peraturan Pemerintah ini
37
terdiri dari atas 4 bab dan 14 Pasal. Hal-hal yang diatur dalam Peraturan
Fidusia ditentukan bahwa benda, baik yang berada di dalam wilayah negara
Republik Indonesia maupun benda yang berada di luar wilayah negara Republik
Indonesia yang dibebani jaminan fidusia wajib didaftarkan. Untuk pertama kalinya
1. Benda objek jaminan fidusia yang berada di dalam negeri (pasal 11 ayat
2. Benda objek jaminan fidusia yang berada di luar negeri (pasal 11 ayat 2
50 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2004,
hal. 82.
38
5) Nilai jaminan;
jaminan fidusia;
Daftar Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan
fidusia, sertifikat jaminan fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal
maka penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek
Fidusia). Jaminan fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya
telah diterima pemohon, dalam waktu 60 hari setelah menerima sertifikat itu,
jaminan.
suatu perwujutan dari asas publisitas. Dengan adanya publikasi terhadap jaminan
adanya pendaftaran fidusia, diharapkan agar pihak debitur terutama debitur yang
tidak beritikat baik, tidak dapat lagi membohongi/menipu kreditur atau calon
debitur dengan memfidusiakan sekali lagi atau bahkan menjual benda objek
fidusia yang menjadi objek jaminan fidusia yang ada pada Kantor Pendaftaran
Salah satu unsur yuridis dalam sistem hukum jaminan adalah asas hukum.
Istilah asas merupakan terjemahan dari bahasa Latin “principium”, bahasa Inggris
“principle” dan bahasa Belanda “beginsel”, yang artinya dasar yaitu sesuatu yang
menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat. Asas hukum bukan suatu perintah
hukum yang konkrit yang dapat dipergunakan terhadap peristiwa hukum yang
konkrit dan tidak memiliki sanksi yang tegas. Dalam peraturan-peraturan (pasal-
pasal) dapat ditemukan aturan yang mendasar berupa asas hukum yang
asas-asas jaminan fidusia yang menjadi asas fundamen dari pembentukan norma
tanggungan.
Hak kebendaan jaminan fidusia baru lahir pada tanggal dicatatnya jaminan
fidusia dalam buku daftar jaminan fidusia. Karena itu, konsekwensi yuridis adalah
pemberlakuan asas droit de suite baru diakui sejak tanggal pencatatan jaminan
fidusia dalam buku daftar fidusia. Maksud penegasan ini adalah kalau jaminan
fidusia ini tidak dicatatkan dalam buku daftar fidusia berarti hak jaminan fidusia
Akibatnya, bagi pihak ketiga adalah tidak dihormatinya hak jaminan fidusia dari
dilindungi berdasarkan asas droit de suite (tidak didahulukan dari kreditur lain)
Asas droit de suite ini tidak berlaku pada semua objek jaminan fidusia,
ada pengecualian yaitu terhadap objek jaminan fidusia berupa benda persediaan.
dengan benda persediaan tetapi hanya dijelaskan apa yang tidak termasuk benda
persediaan yaitu: mesin produksi, mobil pribadi, atau rumah pribadi yang menjadi
benda yang menjadi objek jaminan fidusia adalah benda bergerak yang terdiri dari
dan kendraan bermotor.54 Jadi belum ada kejelasan tentang benda persediaan yang
persediaan adalah benda yang diuraikan dalam suatu daftar secara detail, spesifik
sesuai dengan cara dan prosedur yang lazim dalam dunia perdagangan. Misalnya,
dengan cara menjual kepada pihak ketiga, peralihan ini adalah sah dan pembeli
adalah pemilik yang sempurna. Pada prinsipnya, pemberi jaminan fidusia dilarang
jaminan fidusia, kecuali terhadap objek jaminan fidusia yang berupa benda
persediaan.
hak tanggungan.
mengenai karakter jaminan fidusia yang bersifat assesoir dan bukan perjanjian
piutang dari pemegang jaminan fidusia lama kepada pemegang jaminan fidusia
yang baru. Hal ini berarti terjadi pemindahan hak dan kewajiban dari pemegang
fidusia yang lama kepada pemegang fidusia yang baru, dengan syarat bahwa
yang akan ada. Asas ini telah diakui setelah keluarnya Undang-
yang akan ada juga benda yaitu benda tidak berwujud untuk itu
barang perniagaan dengan barang yang akan ada. Barang perniagaan objek
jaminan fidusia sering terjadi sedangkan barang yang akan ada pergantian itu
tidak terjadi dengan cepat seperti: taksi-taksi sebagai objek jaminan fidusia.
bisnis dan sekaligus dapat menjamin kelenturan objek jaminan fidusia yang tidak
hanya terpaku pada benda yang sudah ada. Perwujutan asas ini merupakan
No. 42 Tahun 1999 asas ini tidak secara tegas diatur, berbeda
bagi kreditur.
mendaftarkan kemudian
Hukum Jaminan
Pengertian sistem secara umum, sistem hukum dan sistem hukum jaminan
Menurut Tan Kamelo, kata sistem secara garis besar dapat dikelompokkan
fidusia adalah sistem dalam arti entitas, memiliki tatanan tertentu yang
Dan secara etimologi sistem adalah seperangkat unsur yang berkaitan yang
sistem adalah suatu susunan atau tatanan yang teratur, suatu keseluruhan yang
terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain, tersusun menurut suatu
Suatu sistem adalah “suatu kesatuan yang bersifat kompleks, yang terdiri
dari bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain yang bekerja bersama secara
aktif untuk mencapai tujuan pokok dari kesatuan tersebut”.66 Dari dua pengertian
sistem diatas dapat dipahami bahwa penekanan arti sistem terletak pada
Teori sistem ini adalah aliran yang paling penting dalam positivisme
hukum, yang intinya bahwa hukum adalah suatu stelsel dari aturan yang berkaitan
satu sama lain secara organis, secara piramida dari norma-norma yang terbentuk
secara hirarkhi.
65 Subekti, Perbandingan Hukum Perdata, Pradya Paramita: Jakarta, 1983, hal. 99.
66 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni: Bandung, 1986, hal. 88.
50
yakni kumpulan asas-asas hukum yang terpadu, yang merupakan landasan, di atas
Menurut Sudikno sistem hukum adalah: suatu kesatuan yang terdiri dari
unsur-unsur yang mempunyai interaksi satu sama lain dan berinteraksi satu
sama lain dan bekerjasama untuk mencapai tujuan kesatuan hakiki dan
terbagi-bagi dalam bagian-bagian, di dalam mana setiap masalah atau
persoalan menemukan jawaban atau penyelesaiannya.68
Rumusan sistem hukum di atas hanya dilihat dari segi komponen substansi
hukum saja. Padahal komponen sistem hukum (element of legal system) meliputi
tiga hal yakni: structur (sturucture), substansi (substance), dan budaya hukum
(legal culture).69
1. Struktur hukum adalah jumlah dan ukuran pengadilan, jurisdiksi dan cara-cara
banding dari satu pengadilan kepada pengadilan lainnya. Struktur juga
dapat berarti bagaimana badan pembuat undang-undang diatur dan
sebagainya.
2. Substansi hukum diartikan sebagai aturan-aturan yang berlaku, norma-
norma, dan pola-pola prilaku manusia di dalam sistem.
3 Budaya hukum adalah sikap masyarakat terhadap
hukum dan sistem hukum kepercayaan-kepercayaan,
nilai-nilai, pandangan-pandangan pikiran-pikiran,
harapan-harapan, hal ini adalah merupakan bagian
dari budaya umum yang berkenaan dengan sistem
masyarakat hukum itu berubah-ubah dari waktu ke waktu, konsep budaya hukum
substantive memerlukan unsur yang dinamis. Jadi jelas bahwa hukum tidak dapat
dan peraturan hukum. Hukum dalam realitas pernyataannya harus dilihat sebagai
jelas kepada para penegak hukum dalam rangka menerapkan atau menjalankan
hukum dengan menyediakan sarana dan prasarana yang cukup, juga meliputi
penataan aturan hukum yang pasti adil dan benar. Sistem hukum juga harus
jaminan merupakan sub sistem dari sistem hukum benda, sedangkan sistem
hukum benda adalah sub sistem dari sistem hukum perdata. Demikian pula sistem
hukum perdata merupakan sub sistem hukum nasional. Dengan pendekatan sistem
hukum yang demikian, dapat dikatakan sistem hukum jaminan yang akan dibentuk
struktur, sarana dan prasarana serta budaya hukum tersebut, peranan sistem
72B. Arief Sidharta, Peranan Praktisi Hukum dalam Perkembangan Hukum di Indonesia, Jurnal
Hukum No. 1: 1999, Pusat Penelitian Perkembangan Hukum Lembaga Penelitian Universitas
Padjajaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hal. 14.
53
54
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
oleh seorang Patih Banyumas bernama Raden Bei Aria Wirjaatmadja, dengan
Surat Keputusan Ratu Belanda No. 118 tanggal 10 Juli 1912, Staatsbld 1912 No.
Pemerintah Jepang menutup semua bank termasuk AVB. Namun pada tanggal 3
Oktober 1942, AVB dengan cabangnya di Jawa dan Madura kembali dibuka
dengan nama “Syomin Gink” (Syomin = Rakyat, Ginko = Bank). Syomin Ginko
Lembaran Negara No. 28/1960 tanggal 26 Oktober 1960, tiga buah bank yaitu
BRI, Bank Tani dan Nelayan (BTN) serta Nederlansche Handels Maatschappij
73 BRI 2006, Laporan Tahunan BRI Tahun 2005, Bank Rakyat Indonesia: Jakarta, 2006, hal. 1.
74 Ibid.
55
(NHM) dilebur menjadi sebuah lembaga perbankan baru bernama Bank Koperasi
Tani dan nelayan (BKTN). Bank ini bertujuan untuk membentuk usaha koperasi,
Presiden No. 17 tanggal 27 Juli 1965 dibentuk bank tunggal dengan nama Bank
Negara Indonesia (BNI) dan BI-UKTN dilebur kedalamnya dengan nama BNI
Perbankan, BNI unit II bidang rural diubah menjadi Bank Rakyat Indonesia.76
Pemerintah No. 21 Tahun 1992, telah terjadi perubahan kepemilikan BRI yang
Bank BRI Perubahan ini dimaksudkan agar Bank BRI menjadi lebih professional
Sesuai dengan Corporate Plan 2003-2007, visi PT Bank BRI Tbk yaitu
75 Ibid.
76 Ibid.
77 Ibid.
56
Bertitik tolak dari visi dan misi PT Bank BRI (Persero) Tbk, dibidang
sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hal ini terlihat dari komposisi
pembiayaan yang diberikan kepada sektor usaha UMKM di atas 80% dari
fortopolio Kredit PT Bank BRI (Persero) Tbk. Di bidang pendanaan PT Bank BRI
(Persero) Tbk berusaha untuk tetap peduli dan mengutamakan kepuasan nasabah
78 BRI 2003, Corporate Plan Bank BRI 2003-2007, Tidak dipublikasikan, BRI: Jakarta, 2003, hal.
8.
57
situasi dan kondisi perekonomian di Indonesia. Pada saat krisis moneter 1997
kondisi penyaluran kredit PT Bank BRI (Persero) Tbk menjadi tidak maksimal
karena sektor riil belum dapat menyerap dana perbankan secara baik. Keuntungan
perbankan juga masih mengandalkan bunga obligasi rekap dan bunga SBI yang
mempunyai tingkat resiko relatif kecil walaupun margin yang diperoleh tidak
maksimal. Di lain pihak PT Bank BRI (Persero) Tbk juga harus memenuhi
peraturan dan ketentuan bank sentral yang semakin ketat dalam hal ketentuan
Capital Adequacy Ratio (CAR) minimal 8% dan Non Performing Loan (NPL)
Indonesia sehingga PT Bank BRI (Persero) Tbk juga harus sanggup memenuhi
(BIS).
PT Bank BRI (Persero) Tbk sebagai bank public dan merupakan salah satu
bank yang menerima dana rekapitulasi dari pemerintah, dari tahun ke tahun
menunjukkan kinerja yang semakin baik. Dana rekap yang diterima dari
pemerintah sebesar 29,2 triliun meningkat CAR menjadi 8%. Setelah go public
pada tahun 2003 permodalan PT Bank BRI (Persero) Tbk telah mencapai 12%.
PT Bank BRI (Persero) Tbk dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang
membawahi Bidang Bisnis Mikro dan Ritel, Bidang Bisnis Menengah, Bidang
dan Bidang Kepatuhan. Secara structural Direksi membawahi para Kepala Divisi
Unit kerja di kantor pusat PT Bank BRI (Persero) Tbk meliputi berbagai
bidang bisnis, operasional dan penunjang yang masing-masing dipimpin oleh para
Kepala Divisi dibantu Wakil Kepala Divisi yang membawahi para Kepala Bagian
dan Staf. Unit Kerja di tingkat wilayah PT Bank BRI (Persero) Tbk dipimpin oleh
membawahi Kepala Bagian dan Pemimpin Cabang yang ada di wilayah tersebut.
Unit kerja di tingkat Kantor Cabang PT Bank BRI (Persero) Tbk dipimpin oleh
Pemimpin Cabang yang membawahi para Officer, Kepala Bagian dan Kepala
Seksi serta seluruh PT Bank BRI (Persero) Tbk unit yang ada di wilayah kantor
Cabang tersebut.
Jaringan kerja PT Bank BRI (Persero) Tbk meliputi wilayah yang sangat
luas dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia di samping beberapa kantor cabang
dan perwakilan di luar negeri. Saat ini jaringan kerja PT Bank BRI (Persero) Tbk
terdiri dari satu (1) buah Kantor Pusat, tiga belas (13) Kantor Wilayah, dua belas
(12) Kantor Inspeksi, satu (1) buah Kantor Cabang Khusus, tiga ratus dua puluh
empat (324) Kantor Cabang, delapan (8) Kantor Cabang Syariah, seratur enam
puluh tiga (163) Kantor Cabang Pembantu, satu (1) Kantor Cabang Luar Negeri,
dua (2) Kantor Perwakilan Luar Nageri, enam (6) buah Kas Mobil, seratus empat
puluh tiga (143) Payment Point, empat ribu sembilan puluh enam (4096) Kantor
PT Bank BRI (Persero) Tbk Unit, seratus enam puluh (160) Pos Pelayanan Desa
59
PT Bank BRI (Persero) Tbk memilki berbagai jenis usaha yang secara garis
besar dapat di bagi dalam bidang usaha simpanan, pinjaman dan jasa bank
lainnya.
1. Usaha simpanan meliputi Girobri dan depobri dalam mata uang rupiah
2. Usaha pinjaman meliputi kredit Prioritas atau Kredit Program, Kredit Non
3. Usaha jasa bank meliputi transper, inkaso, wesel, Safe Deposit Box, Wali
pegadaian.
merupakan salah satu dari 17 kantor cabang PT Bank BRI (Persero) Tbk yang
kegiatan pelayanan kepada sektor mikro dan ritel. Dalam kegiatannya Pinca
mikro di Bank BRI unit. AMBM dibantu oleh lima orang penilik
Jumlah unit usaha yang menjadi supervisi Kanca PT Bank BRI (Persero)
Tbk Padangsidimpuan terdiri dari 15 PT Bank BRI (Persero) Tbk Unit yang
Tapanuli Selatan dan Kabupaten Mandailing Natal, serta sebuah Kantor Cabang
Natal.
(Persero) Tbk Unit yang ada di Kanca PT Bank BRI (Persero) Tbk
PT Bank BRI (Persero) Tbk merupakan salah satu bank yang cukup
berbagai opsi pelayanan jasa perbankan yang disediakan oleh PT Bank BRI
(Persero) Tbk. Dalam Surat Edaran BRI 11 Mei 2004 Obyek jaminan fidusia
adalah:
dagang/usaha
c. Jika tidak diperjanjikan lain, maka jaminan fidusia meliputi hasil dari
benda yang menjadi obyek jaminan fidusia, juga klaim asuransi dalam
Khusus mengenai jaminan fidusia dari pihak PT Bank BRI (Persero) Tbk
diperoleh data bahwa perjanjian jaminan yang diikat dengan jaminan fidusia dari
tahun 2000 sampai 2007 berjumlah 4 buah, dan semua statusnya hanya sebagai
jaminan tambahan dan jaminan pokoknya adalah jaminan dalam bentuk hak
tanggungan. Jaminan tambahan berupa benda bergerak yaitu sepeda motor, truk,
mesin padi, mobil/taxi. Menurut Pak Riza bagian marketing PT Bank BRI
jaminan fidusia pada PT Bank BRI (Persero) Tbk Cabang Padangsidimpuan sangat
sedikit jumlahnya.
ternyata jaminan pokok yang berupa hak tanggungan dinilai masih kurang
mencukupi dengan besarnya nilai kredit yang akan disalurkan. PT Bank BRI
Praktek perbankan yang terjadi pada PT Bank BRI (Persero) Tbk cabang
sebagai pelengkap dari hak tanggungan dan bukan sebagai jaminan primer. Dan
objek jaminan fidusia yang telah diikat semuanya adalah benda bergerak.
bangunan di atas tanah orang lain, hak sewa atau hak pakai dan rumah susun
belum ada nasabah yang mengajukan pinjaman. Dengan tegas pihak Bank BRI
bentuk bangunan di atas tanah orang lain, hak pakai, hak sewa, dan tanah yang
tidak bersertifikat dengan alasan terlalu beresiko dan kurang bahkan tidak
tanpa terlebih dahulu menyelidiki keadaan moral maupun financial standing dari
calon debitur, mengingat barang bergerak itu tetap dikuasai debitur, berhasil atau
Landasan operasional Bank BRI adalah surat edaran yang terbaru yaitu
tinggi dalam hukum jaminan fidusia adalah Undang-Undang Jaminan Fidusia No.
42 Tahun 1999. Dalam Surat edaran ini ditegaskan bahwa objek jaminan fidusia
adalah benda bergerak dan benda tidak bergerak dapat atas bangunan yang berdiri
di atas tanah orang lain termasuk rumah susun, hak pakai dan hak sewa dan ini
sesuai dengan Undang-Undang Jaminan Fidusia No.42 Tahun 1999 tetapi dalam
nasabah yang memberikan agunan dengan objek jaminan seperti bangunan di atas
tanah hak milik orang lain, hak sewa, dan hak pakai.
hak sewa, hak pakai dan bangunan yang ada di atas tanah orang lain, juga tanah
yang tidak memiliki sertifikat, hal ini dapat dikaitkan dengan asas konsensualitas
dan kebebasan berkontra, artinya apa yang diinginkan oleh pihak yang satu
64
dikehendaki juga oleh pihak yang lain. Konsensualitas dalam perjanjian tersimpul
dalam pasal 1320 yang mengatur syarat sahnya suatu perjanjian dan salah satu
syarat tersebut adalah “sepakat” mereka yang mengikatkan dirinya, artinya para
pihak bebas untuk melakukan perjanjian apa saja selama tidak bertentangan
dengan nasabah yang mempunyai agunan berupa bangunan diatas tanah orang
lain, hak pakai dan hak sewa, meskipun undang-undang Jaminan Fidusia
mengatur tentang hal ini tetapi PT Bank BRI (Persero) Tbk cabang
oleh suatu prinsip bahwa jaminan fidusia lahir karena diperjanjikan bukan karena
undang-undang.
mengikuti perkembangan hukum jaminan yang sudah jauh lebih maju dengan
objek jaminan yang lebih luas seperti yang telah diatur dalam ruang lingkup
jaminan fidusia yang diatur dalam Pasal 2 dan 3 UU No. 42 Tahun 1999 Tentang
Jaminan Fidusia.
BRI (Persero) Tbk cabang Padangsidimpuan sangat sedikit, hal ini disebabkan
pada PT Bank BRI (Persero) Tbk cabang Padandsidimpuan sampai dengan hari
terakhir penelitian belum/ tidak ada kasus tentang jaminan fidusia yang sampai ke
jaminan sekunder sebagai pelengkap dari jaminan hak tanggungan. Mungkin ini
diperoleh data bahwa ada satu kasus debitur yang melakukan wanprestasi pada PT
G/1992/PN.PSP.
wanprestasi atau hal lain, disebabkan oleh kesadaran hukum masyarakat kota
kewajibannya dengan baik, disamping agunan yang dapat diikat dengan jaminan
81 Wawancara dengan Hakim Afandi SH, Hakim pada Pengadilan Negeri Padangsidimpuan
tanggal 8 Januari 2007.
66
telah memberikan peluang yang luas bagi para pihak debitur (nasabah) dengan
kreditur (pihak bank) menawarkan beberapa opsi dalam hal eksekusi, apabila
objek fidusia dengan kekuasaan sendiri karena sertifikat jaminan fidusia yang
Penjelasan Pak Afandi ini cukup beralasan jika dilihat dari tujuan
hukum yang dapat lebih memacu pembangunan nasional dan untuk menjamin
kepastian hukum serta mampu untuk memberikan perlindungan hukum bagi pihak
yang berkepentingan.
proses eksekusi yang lebih praktis, efisien, murah dan cepat bagi para pihak dalam
syarat bahwa perjanjian jaminan fidusia tersebut harus dibuat dengan akta notaris
fidusia yang dibuat di bawah tangan hingga proses eksekusinya lewat gugatan
biasa, yang melalui proses birokrasi berbelit-belit dan proses peradilan yang
penyalur dana masyarakat secara aktif memberikan kredit kepada nasabah, dalam
menyalurkan kredit didasarkan kepada prinsip kehati-hatian, dan ini terlihat dalam
modal, agunan dan prospek usaha dari debitur. Prinsip ini lebih dikenal dengan
terhadap watak, kemampuan, kapital, serta kondisi dan prospek usaha nasabah dan
agunan.83 Oleh karena itu, dalam menentukan kecukupan jaminan kredit, setiap
Dari hasil analisis yang dilakukan secara mendalam terhadap unsur watak,
kemampuan, kapital serta kondisi ekonomi/politik dari seorang debitur atau calon
yang diberikan akan dapat dibayar kembali (sesuai dengan yang diperjanjikan).
macam agunan yang dipersyaratkan, yaitu apakah cukup agunan pokok saja atau
berdasarkan aspek-aspek lain dalam ”first way out” (watak, kemampuan, modal
utangnya.
pengikatan dan penguasaan agunan pokok, sehingga tidak dapat memberikan hak
preference bagi Bank BRI, maka agunan tambahan menjadi wajib dipenuhi.
keyakinan dari Pejabat kredit Lini (pemrakarsa dan pemutus) bahwa nilai agunan
tersebut akan dapat meminimalkan tingkat kerugian (loss given default) dan
agar agunan kredit (baik untuk agunan pokok maupun agunan tambahan) tersebut
c. Kecukupan Jaminan
serta kondisi dan prospek usaha seperti di atas ), serta nilai agunan yang ada
seperti diuraikan. di atas, pejabat pemrakarsa dan pejabat pemutus kredit harus
debitur. Semakin besar jumlah modal yang dimiliki oleh debitur akan semakin
baik karena keterlibatan debitur terhadap maju dan mundurnya usaha sangat besar.
Penilaian jaminan menyangkut tentang harta benda milik debitur atau milik pihak
kredit.
politik secara makro (kondisi dan situasi yang memberikan dampak positif bagi
prospek usaha debitur). Dari kelima faktor penilaian yang dilakukan oleh PT Bank
Jaminan kredit dalam arti luas bukan hanya menyangkut agunan yang
diberikan oleh debitur tetapi juga meliputi faktor-faktor lain seperti: bonafiditas
70
dan prospek usaha. Dalam arti sempit, jaminan kredit hanya ditujukan kepada
benda agunan yang diberikan debitur yang lazim disebut dengan jaminan
objek yang dibiayai, dan meminta jaminan kredit sebagai jaminan tambahan
bukan suatu kewajiban bank.84 Pemberian kredit tanpa jaminan tambahan dikenal
dengan unsecured loans. PT Bank BRI (Persero) Tbk memberikan kredit model
ini jika dalam analisis jaminan, jaminan utama telah memenuhi standar untuk
Pada umumnya, yang diterima bank adalah tanah yang sudah bersertifikat
Undang-Undang Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996 pengikatan atas tanah yang
memberikan kredit kepada nasabah yang mempunyai agunan tanah yang belum
bersertifikat.
tidak menerima lagi tanah yang belum bersertifikat untuk dijadikan sebagai
agunan, dengan alasan bahwa bentuk pengikatan jaminan baik surat kuasa jual
lembaga jaminan yang memberikan perlindungan hukum yang kuat bagi bank dan
dinyatakan bahwa tanah yang tidak bersertifikat tidak dapat dijadikan sebagai
agunan dan sebagai jalan keluarnya dapat diikat dengan fidusia. PT Bank BRI
(Persero) Tbk dengan jelas menyatakan bahwa tanah belum bersertifikat tidak
dapat dijadikan sebagai agunan baik untuk bentuk jaminan dengan hak
tanggungan maupun dalam bentuk jaminan fidusia. Dengan argumen bahwa tanah
yang tidak bersertifikat terlalu beresiko bagi bank artinya jika debitur melakukan
waprestasi pihak bank berada pada posisi yang sangat lemah dan debitur punya
Dari penelitian ini ditemukan fakta bahwa jaminan fidusia yang dijumpai
pada PT Bank BRI (Persero) Tbk adalah jaminan fidusia yang merupakan jaminan
pelengkap dari jaminan hak tanggungan. Jika dilihat dari sistim hukum jaminan
kebendaan, jaminan fidusia dan hak tanggungan memiliki kekuatan yuridis yang
sama, hanya berbeda dalam objeknya. Jaminan fidusia cenderung lebih kecil nilai
pinjaman kreditnya jika dibandingkan dengan pinjaman kredit yang diikat dengan hak
tanggungan.
keamanan bank yakni sebagai suatu kepastian bahwa debitur akan melunasi
pinjaman kredit. Perjanjian jaminan fidusia bukan suatu hak jaminan yang lahir
dengan debitur. Oleh karena itu , fungsi yuridis pengikatan jaminan fidusia lebih
bersifat khusus jika dibandingkan dengan jaminan yang lahir berdasarkan Pasal
jaminan fidusia dalam akta jaminan fidusia merupakan bagian yang sangat urgen
dari perjanjian kredit. Hubungan fungsi yuridis jaminan fidusia sebagai pengaman
kredit bank dapat dilihat dari akta jaminan fidusia di bawah ini:
fidusia akan lebih menguatkan kedudukan bank sebagai kreditur preferen. Dan
membuat perjanjian membuka kredit dibuat dengan akta notaris yang mengatur
tentang:
c. Besarnya bunga
e. Pengakuan utang
86 Dikutip dari Akta Penyerahan Hak Milik Atas Kepercayaan Nomor 132 tanggal 30 Juni 2006
yang dibuat Notaris L di Padangsidimpuan. Pihak pemberi kredit adalah PT Bank BRI (Persero)
Tbk dan nasabahnya adalah seorang wiraswasta.
73
besarnya hak Bank BRI atas agunan kredit yang diikat, dan merupakan perkiraan
besarnya kewajiban debitur kepada Bank BRI yang dapat ditutup oleh agunan
Hukum Perdata, yaitu: “segala harta kekayaan debitur, baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak, baik yang sekarang ada maupun yang akan ada di
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1131 tersebut masih dirasakan terlalu umum
mengatasi hal tersebut, serta untuk dapat memberikan rasa aman bagi kreditur
74
(bank), maka kreditur dapat meminta benda tertentu dalam bentuk barang, baik
bergerak maupun tidak bergerak, sebagai agunan atas kredit yang diberikan.
fidusia adalah perjanjian ikutan (accessoir) dari suatu perjanjian pokok yang
o Pembebanan Fidusia
1. Dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia
2. Memuat sekurang-kurangnya :
• Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia, meliputi: nama
lengkap, agama, tempat tinggal/ tempat kedudukan, tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan dan pekerjaan.
3. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia
4. Uraian mengenai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia,
antara lain :
• Mencantumkan benda tersebut dan bukti kepemilikannya,
• Dalam hal benda yang menjadi obyek jaminan fidusia merupakan
benda yang selalu berubah-ubah dan atau tidak tetap seperti stok
bahan baku, barang jadi atau portofolio perusahaan efek, maka
dalam akta jaminan fidusia dicantumkan uraian mengenai jenis,
merek dan kualitas dari benda tersebut.
5. Nilai penjaminan
6. Nilai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia
7. Jaminan fidusia dapat diberikan kepada lebih dari 1 (satu)
penerima fidusia dalam hal kredit konsorsium atau kredit
sindikasi
8. Jaminan fidusia wajib didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia
ditempat kedudukan pemberi fidusia dan pendaftarannya
mencakup benda baik yang berada di dalam maupun diluar
wilayah Negara Republik Indonesia.
9. Pendaftaran jaminan fidusia dimaksud dilakukan oleh penerima
fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan
pendaftaran jaminan fidusia yang memuat :
• Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia
• Tanggal dan nomor akta jaminan fidusia, nama dan tempat
kedudukan notaris yang membuat akta jaminan fidusia
• Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia
• Uraian mengenai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia
• Nilai penjaminan
75
Fidusia pendaftaran jaminan fidusia belum menjadi suatu kewajiban, tetapi setelah
sebagai suatu rangkaian yang tidak terpisah dari proses terjadinya perjanjian
jaminan fidusia. selain itu, pendaftaran jaminan fidusia merupakan syarat untuk
yang berkarakter kebendaan seperti droit de suite dan hak preferensi melekat pada
Yang didaftarkan adalah akta jaminan fidusia dan bendanya. Hal ini dapat
dianalisis langsung dari akta jaminan fidusia yang dibuat oleh notaris, ditemukan
fakta yuridis bahwa yang didaftarkan adalah akta jaminan fidusia dan benda
jaminan fidusia. Contoh pendaftaran jaminan fidusia yang dituangkan dalam akta
Pernyataan bahwa yang didaftar adalah akta jaminan fidusia dan benda/
objek jaminan fidusia ini juga didukung oleh keterangan yang diberikan oleh
satunya adalah foto copy surat kemilikan kendraan bermotor yang telah
dilegalisasi oleh notaris untuk agunan fidusia yang berbentuk benda bergerak.
masih ada perjanjian jaminan fidusia yang tidak didaftarkan. Hal ini diungkapkan
oleh notaris M yang menyatakan bahwa masih ada perjanjian jaminan fidusia
yang dibuat di bawah tangan dan tidak didaftarkan dan ada juga yang dibuat
dengan akta notaris tetapi tidak didaftarkan ke kantor pendaftaran fidusia.90 Tetapi
hukum perikatan walaupun memiliki dimensi hukum kebendaan. Salah satu ciri
hukum perikatan, adalah sifatnya yang fakultatif (tidak memaksa). Sesuai azas
Walaupun para pihak bebas menyusun klausulanya, perjanjian itu wajib memuat
beberapa unsur yang ditentukan undang-undang. Hal ini jelas terlihat dalam
Jaminan Fidusia”).
penjaminan tidak berakibat perjanjian itu sendiri batal. Namun, pihak yang
memiliki hak atas perjanjian itu tidak bisa menikmati haknya yang diberikan
akta jaminan fidusia dalam Pasal 6 Undang-Undang Jaminan Fidusia yaitu tidak
dibuat secara notariil) tidak akan dapat didaftarkan pada Kantor Pendaftaran
Fidusia. Akibatnya sang kreditur tidak menikmati hak mendahului yang lazimnya
eigendom overdracht atau biasa disingkat FEO) tetap sah dan berlaku mengikat
pada kedua belah pihak. Namun, perjanjian itu tidak memberikan hak mendahului
pada sang kreditur untuk mengambil pelunasan terlebih dahulu dibanding kreditur
lainnnya. Kreditur hanya berhak atas pelunasan dari hasil penjualan objek jaminan
titel eksekutorial yang lazimnya dinikmati kreditur pemegang fidusia (lihat Pasal
Konsekuensi bagi kreditur yang tidak melakukan pendaftran jaminan fidusia adalah
Tentang Jaminan Fidusia dan Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2000 tentang
Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan
atau wakilnya pada Kantor Pendaftaran fidusia. Permohonan itu diajukan secara tertulis
• Tanggal, tempat dan nomor akta jaminan fidusia, nama dan tempat
• Nilai penjaminan.
Jaminan Fidusia).
a. Kantor Pendaftaran Fidusia mencatat jaminan dalam buku daftar fidusia pada
Rp. 50.000.
2 > Rp 50.000.000. s.d. Rp 100.000.000. Rp. 100.000.
3. > Rp 100. 000. 000 s.d Rp. 250. 000.000. Rp. 200.000.
4. > Rp 250.000.0000.s.d. Rp. 500.000.000. Rp. 500.000.
5. > Rp 500.000.000. s.d. Rp 1.000.000.000. Rp. 1.000.000.
6. > Rp 1.000.000.000. s.d. Rp.2.5 000.000.000. Rp. 2.000.000.
7. > Rp. 2.500.000.000. s.d. Rp. 5.000.000.000. Rp. 3.000.000.
8. > Rp. 5.000.000.000. s.d. 10.000.000.000. Rp. 5.000.000.
9. > Rp. 10.000.000.000. ke atas Rp. 7.500.000.
Tabel biaya Pembuatan Akta 92
Pemerintah, namun para notaris juga telah menentukan tarif yang dikenakan pada
93
nasabah. Tarif yang ditentukan oleh notaris sebesar 2% dari nilai jaminan.
Menurut notaris L sebagai mitra kerja PT Bank BRI (Persero) Tbk cabang
dikenakan biaya yang sama yaitu sebesar Rp. 150.000 untuk setiap pembuatan
akta fidusia, tanpa melihat besarnya nilai jaminan. Untuk bank lain ada yang Rp.
Dapat disimpulkan bahwa biaya pembuatan akta jaminan fidusia ini tidak
Tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta
Jaminan Fidusia oleh karena itu diharapkan ke depan agar pemerintah lebih
notaris yang nakal. Diharapkan pemerintah dalam pendaftaran jaminan fidusia ini
juga memberikan solusi yang lebih baik artinya biaya pendaftaran jaminan secara
fidusia ini dibuat dengan harga/tarif yang seimbang dan sama menurut jumlah
yang telah ditetapkan untuk menjamin kepastian hukum dan juga melakukan
permohonan pendaftaran.
jaminan fidusia, akan tetapi hanya melakukan pengecekan data yang dimuat
fidusia dalam buku daftar fidusia ini dianggap sebagai saat lahirnya jaminan
fidusia. Hal ini berlainan dengan FEO dan cessi jaminan yang lahir pada waktu
fidusia adalah sertifikat jaminan fidusia yang diterbitkan kantor pendaftran fidusia
jaminan fidusia. Penyerahan sertifikat ini kepada penerima fidusia juga dilakukan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Apabila debitur
cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi
objek jaminan fidusia atas kekuasannya sendiri. Sertifikat jaminan fidusia ini
sebenarnya merupakan salinan dari buku daftar fidusia yang memuat catatan
tentang hal-hal yang sama dengan data dan keterangan yang ada saat pernyataan
pendaftaran.
83
yang sangat urgen dalam jaminan fidusia mengingat bahwa pada umumnya objek
jaminan fidusia adalah benda bergerak yang tidak terdaftar sehingga sulit
Undang-Undang Hukum Perdata yaitu siapa yang menguasi benda bergerak maka
bahwa jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya
bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak tanggungan yang tetap dalam
penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang
kreditur lainnya.
jaminan fidusia adalah agunan atas kebendaan atau jaminan kebendaan (Zakelijke
fidusia, yaitu hak yang didahulukan terhadap kreditur yang lainnya. Hak ini tidak
hapus karena adanya kepailitan dan atau likuidasi pemberi fidusia (Pasal 27 ayat 3
dapat diketahui secara pasti bahwa sifat perjanjian jaminan fidusia adalah
assesoir yang sebelumnya masih meragukan bagi para ahli hukum. Pasal 4
memenuhi suatu prestasi yang berupa memberikan sesuatu, atau tidak berbuat
Asas-asas Fidusia yang dimuat dalam surat edaran BRI tahun 2004 tertulis
dari perjanjian kredit bank. Artinya perjanjian jaminan fidusia tidak akan ada
tanpa didahului oleh suatu perjanjian yang disebut dengan perjanjian pokok/dasar
dilihat dari isi perjanjian jaminan fidusia baik yang dibuat dengan akta notaris
maupun yang dibuat di bawah tangan. Hal ini erat kaitannya dengan asas hukum
yang paling urgen yang mendasari sistem hukum perjanjian yakni asas yang
menentukan lahirnya perjanjian, asas yang berkenaan dengan isi perjanjian dan
Perjanjian jaminan fidusia selalu dan harus dibuat secara tertulis, oleh
tersendiri baik dari segi bentuk maupun dari segi isi perjanjiannya. Hal ini
didasarkan kepada asas kebebasan berkontra yang dianut dalam hukum perjanjian
Perjanjian jaminan fidusia adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
ditentukan hal-hal yang telah disepakati oleh debitur dan kreditur, antara lain
bentuk perjanjian fidusia secara tegas dinyatakan harus dibuat dengan akta
pembuktian sempurna.
Namun menurut Sutan Remy Sjahdeini: tidak jelas alasan harus dibuatnya
pembebanan benda dengan jaminan fidusia secara notaril, mengingat selama ini
Lagi pula catatan pada notaris yang berkenaan dengan lahirnya pembebanan
fidusia tidak dapat diakses oleh publik. Berbeda dengan catatan pada kantor
registrasi yang dinyatakan pada Pasal 18 UU No. 42 Tahun 1999 sebagai terbuka
untuk umum yang pada kelanjutannya tidak dapat dimanfaatkan sama sekali oleh
Masih banyak hal-hal yang perlu dikaji lebih jauh sehubungan dengan
berlakunya UU No. 42 Tahun 1999, jaminan fidusia ini dapat menjadi amat
berguna bagi ekonomi nasional secara makro. Oleh karena itu, perlu kiranya ada
suatu komitmen yang kuat dari pihak-pihak terkait, seperti Menteri Kehakiman
Mahkamah Agung agar memiliki persepsi yang sama atas visi dan misi Undang-
Undang fidusia ini, sehingga fidusia sebagai suatu instrumen jaminan yang
kreditur tidak memperoleh hak untuk didahulukan (preferen) dan juga tidak
dilindungi dengan asas droit de suite. Penegasan bentuk perjanjian jaminan fidusia
dengan aka notaris harus diartikan bersifat fakultatif (tidak memaksa) sebab
dengan akta notaris dan tidak didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia tetapi
kreditur hanya tidak akan mendapatkan haknya sebagai kreditur yang pereferen
jaminan fidusia yang tidak dibuat dengan akta notaris dan tidak didaftarkan,
perbuatan dari lembaga pembiayaan bisnis tersebut tidak sesuai dengan tujuan
lembaga pembiayaan bisnis bukan bank tetapi dari kata-kata “setiap perjanjian”
yang tercantum dalam pasal 2 Undang- Undang Jaminan Fidusia dapat ditafsirkan
Fidusia yang isinya adalah “Undang-Undang ini berlaku terhadap setiap perjanjian
yang bertujuan untuk membebani benda dengan jaminan fidusia.” Harus diartikan
sebagai elemen yang mempunyai makna penting dalam kaitannnya dengan pasal-
sebagai jaminan fidusia. Dapat disimpulkan dengan penelitian ini bahwa sifat
perjanjian jaminan fidusia merupakan perjanjian yang bersifat assesoir dan bukan
luas mencakup hak milik atas benda dan hak penguasaan atas benda. Jika seorang
bisnis jika dibandingkan dengan lembaga jaminan gadai. Keuntungan ini dilihat
dari adanya penguasaan terhadap benda jaminan sehingga usaha tetap berjalan dan
dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap
dalam penguasaan pemilik benda. Tetapi penyerahan hak milik atas benda
jaminan fidusia tidaklah sempurna seperti pengalihan hak milik dalam jual beli,
pengalihan hak hanya secara constitutum prossesorium, artinya secara yuridis hanya
pemberi fidusia.
89
satu syarat yaitu apabila pemberi fidusia melakukan wanprestasi. Ini berarti
yuridis yang sudah terjadi, hak miliknya terbatas sebagai pemilik jaminan.
Hal ini sejalan dengan surat edaran BRI tahun 2004, bahwa pembebanan
fidusia/bank, namun obyek jaminan tersebut tetap berada pada dan dalam
2. Pemberi jaminan fidusia bukan pemilik benda secara yuridis tetapi sebagai
pemilik manfaat.103
Dalam hal yang pertama, pengalihan hak milik atas benda jaminan fidusia
membawa akibat hukum bahwa debitur pemberi jaminan fidusia semula sebagai
pemilik kemudian berubah sebagai peminjam pakai. Sebaliknya dalam hal yang
kedua pihak debitur pemberi jaminan fidusia tetap merupakan pemilik benda
jaminan fidusia hanya menerima penyerahan benda sebagai jaminan utang dalam
arti yuridis.
perjanjian jaminan fidusia merupakan perjanjian kebendaan yang murni dan diatur
secara tersendiri dalam undang-undang sebagai bagian dari sistem hukum jaminan
hanya sebagai pemilik benda jaminan. Dilihat dari aspek hukum perikatan, hak
kreditur sebagai pemilik benda jaminan baru muncul apabila dipenuhinya syarat
Perdata.
belum lagi mempunyai daya kerja perikatan atau pemenuhan perikatan belum
untuk melakukan setiap perbuatan yang diwajibkan oleh bank dari waktu ke
segera menyerahkan kepada bank segala surat-surat serta dokumen yang dianggap
perlu oleh bank untuk memperoleh manfaat juga hak-hak serta kuasa-kuasa penuh
dengan ini memberikan kuasa yang tidak dapat ditarik kembali kepada bank untuk
bertindak dan untuk menandatangani setiap dokumen atau surat atas nama si
peminjam.
yang jatuh pembayarannya dan yang wajib dibayar oleh si peminjam di bawah
atau pemberitahuan untuk memperoleh keputusan, perintah atau kuasa dari suatu
pengadilan, bank dapat menjual atau melepaskan dengan cara lain barang-barang
agunan atau sesuatu bagian dari barang-barang itu. Setiap pembayaran atau
pelepasan lainnya dapat dilakukan pada setiap waktu dan tempat, umum atau di
bawah tangan, dengan atau tanpa iklan atau pemberitahuan mengenai waktu dan
Pembeli barang-barang itu memiliki hak mutlak, bebas dari setiap tuntutan
atau setiap jenis hak dari si peminjam, termasuk penguasaan kembali, hak-hak itu
akan perlu bagi bank untuk membuktikan jumlah, yang pembayarannya jatuh pada
waktu itu dan harus dibayar oleh si peminjam kepada bank di bawah dokumen-
dokumen utang atau perjanjian, bank atau wakilnya berhak menentukan jumlah,
pembayarannya pada waktu itu dan harus dibayar oleh si peminjam kepada bank
dari jumlah yang ditentukan semula oleh bank atau wakilnya, untuk memperoleh
selisihnya dari bank, tetapi bank tidak bertanggung jawab kepada si peminjam
kuasa penuh dengan hak substitusi kepada bank atau wakilnya apabila untuk
92
pelaksanaan hak-hak tersebut. Surat kuasa merupakan bagian yang tidak dapat
tidak akan dibuat. Oleh karena itu surat kuasa tidak akan dapat ditarik kembali
dan tidak akan berakhir karena peristiwa dalam Pasal 1813 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang isinya adalah: “Pemberian kuasa berakhir: dengan ditariknya
menerima kuasa”.
utang si peminjam dan apabila lebih akan dibayar oleh bank kepada si peminjam
tetapi tanpa kewajiban pada pihak bank untuk membayar bunga dan kerugian
lainnya.
masalah yuridis adalah ketika debitur pemberi jaminan fidusia tidak melaksanakan
yaitu:
pembinaan dan kunjungan secara kekeluargaan, teguran I, II, III jika masih belum
debitur.105
Menurut Pak Lubis sebagai Supervisor ADK pada PT Bank BRI (Persero)
Tbk cabang Padangsidimpuan sebelum dilayangkan surat teguran I, II, III pihak
BRI sudah mengetahui bahwa pemberi fidusia/debitur mulai goyang dalam arti
usahanya tidak stabil, ini diketahui misalnya jika dia seorang pengusaha yang
perjalanan akan macet dan tertunda yang akibatnya pendapatan perusahaan akan
menurun yang akan berdampak terhadap pembayaran kredit. Dalam hal ini pihak
Bank BRI akan mengunjungi nasabah secara kekeluargaan dan berusaha untuk
agunan tapi masih memberikan tenggang waktu 60 hari lagi untuk melakukan
maka PT Bank BRI (Persero) Tbk akan menetapkan debitur pemberi fidusia telah
melakukan wanprestasi.
bagi kreditur penerima fidusia yaitu melahirkan hak untuk melakukan eksekusi
terhadap barang jaminan. Tapi bukan berarti memberikan hak kepada kreditur
untuk langsung dapat memiliki benda jaminan. Tetapi dalam praktek bank selalu
menguasai benda jaminan kalau debiturnya macet, padahal secara normatif hal ini
debitur melakukan wanprestasi adalah sah, hal ini terkait dengan hal-hal yang
telah disepakati oleh para pihak pada awal perjanjian dan dinyatakan dalam
substansi perjanjian harus dilaksanakan dan mengikat bagi para pihak sebagai
undang-udang.106
Dalam penelitian yang dilakukan pada PT Bank BRI (Persero) Tbk cabang
menyangkut rahasia bank) tetapi dapat dianalisa dari pengikatan agunan PT Bank
BRI (Persero) Tbk dalam surat edaran tahun 2004 menegaskan bahwa bila suatu
untuk menjual langsung benda jaminan fidusia yang dijumpai dalam asas-asas
jaminan fidusia yang menjadi landasan operasional PT Bank BRI (Persero) Tbk
106 Lihat Pasal 1320 jo 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
95
cabang Padangsidimpuan. Menurut Keterangan dari Notaris L ada juga bank yang
dahulu meminta tanda tangan dalam sebuah kwitansi. Dan ini biasanya model
antara Tuan Hakim Pandapotan, Ny. Sioe Pie Tju sebagai penggugat melawan Tn
Matheuis Sahertiam (tergugat I), Kantor Lelang Negara (tergugat II), Pemerintah
Cabang Medan (tergugat III), BRI Pusat Jakarta, Cq. BRI Cabang
bersama sebidang tanah hak milik dengan sertifikat hak milik No. 31 Tahun 1982
beserta bangunan rumah toko di atasnya yang terletak di jalan Thamrin No. 68
agunan tanah hak milik Viktor Harahap dengan sertifikat hak milik No. 1 tanggal
Padangsidimpuan.
Bahwa tanah hak milik penggugat I dan II dengan sertifikat hak milik no.
107 Hasil wawancara dengan Notaris L, pada tanggal 9 Desember 2006.
96
31 tahun 1982 tidak diikutsertakan sebagai agunan pada akte kredit verband
credit beserta bunganya kepada tergugat IV, maka atas permintaan tergugat IV,
maka tergugat II dan Tergugat III melakukan pelelangan atas barang agunan tanah
hak milik sertifikat No. 1 Tahun 1974 bersama tanah hak milik sertifikat no.31
rumah toko di atasnya adalah harta para penggugat yang tidak turut diagunkan
kepada tergugat IV ternyata telah turut dilelang oleh tergugat II dan III dan
tergugat I sebagai pembeli lelang pada tanggal 16 Januari 1992 No. 35/1991-1992.
Seharusnya bank tidak meletakkan sita jaminan terhadap barang miliknya yang
lain sebab tidak disebutkan dalam substansi perjanjian pokok, yang seharusnya
benda-benda bergerak milik debitur yang lain terlebih dahulu diekekusi seperti
benda bergerak yang dijadikan sebagai jaminan tambahan dalam bentuk fidusia
yaitu berupa barang dagangan yang dinilai pada penelitian terahir sejumlah
ini karena tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku dan merugikan para
penggugat. Ditambah lagi pada tanggal 25 Februari 1992 dengan surat No. 3/Pdt-
para penggugat untuk mengosongkan tanah dan rumah toko kepunyaan para
Januari 1992 juga telah membayar kepada tergugat III uang sebesar Rp.
4.090.910. (empat juta sembilan puluh ribu sembilan ratus sepuluh rupiah) sebagai
angsuran utang kepada tergugat IV oleh karena itu tidak pantas tergugat III dan
97
tergugat IV melakukan secara sepihak lelang eksekusi atas tanah dan rumah toko
yang berada di atasnya di Jl. Thamrin No. 68 dengan sertifikat hak milik No. 31
Tahun 1982.
Demikian juga dengan lelang terhadap tanah dengan sertifikat hak milik
No. 1 Tahun 1974 atas nama Viktor Harahap yang berlangsung pada tanggal
harga lelang sebesar Rp. 3000000. (tiga juta rupiah) padahal dengan harga sedikit
dibawah harga pasaran yang berlaku pada saat itu, tanah tersebut dapat dijual
dengan nilai sebesar Rp. 30.000.0000.(tiga puluh juta rupiah) dengan demikian
yang dengan sengaja handak merugikan para penggugat oleh karena itu para
penggugat cukup punya alasan untuk menggugat dan memohon pembatalan lelang
eksekusi atas tanah dengan sertifikat No. 1 Tahun 1974 karena jelas bertentangan
memohon pembatalan lelang eksekusi atas tanah dengan sertifikat No. 1 Tahun
1974 tersebut dan mengangkat sita jaminan terhadap harta debitur yang tidak
disebutkan dalam perjanjian pokok berupa tanah dan rumah toko dengan sertifikat
terhadap agunan dengan sertifikat tanah No. 1 Tahun 1974 tersebut adalah tidak sah
dan melawan hukum serta membatalkan jual beli lelang tersebut. Dan juga
menyatakan sita jaminan yang telah dilaksanakan oleh Jurusita Pengadilan Negeri
98
Padangsidimpuan atas tanah dan rumah toko yang ada di atasnya dengan sertifikat
hak milik No. 31 Tahun 1982 yaitu sita tanggal 25 April 1992 No.
BRI sebagai pihak yang kalah dalam perkara ini mengajukan banding ke
Dalam kasus ini jaminan fidusia (jaminan tambahan) yang diletakkan atas barang-
langsung sebagai pemilik agunan, tetapi masih melalui proses lelang secara umum
terhadap agunan tetapi nilai penjualannya tidak sesuai dengan harga pasaran pada
tersebut adalah disebabkan harga barang agunan jauh dibawah harga pasaran,
walaupun dalam klausul perjanjian telah diatur tentang substansi perjanjian jika
pemberi fidusia memiliki kewajiban dan tanggung jawab atas keadaan dari setiap
nilai dan kerusakan barang-barang yang dijadikan objek jaminan fidusia. Oleh
karena itu debitur pemberi fidusia harus melakukan pemeliharaan agar benda
108 Materi Kuliah Hukum Bisnis Bu Yulfasni pada Tanggal 4 Januari 2007.
99
jaminan fidusia dalam keadaan baik. Debitur pemberi fidusia wajib mengganti
benda jaminan fidusia apabila benda tersebut rusak atau hilang atau tidak dapat
lagi dipakai.
Kreditur penerima fidusia memiliki hak atas benda jaminan fidusia dalam
kaitannya dengan penjaminan utang debitur. Dan realisasi ini terjadi apabila
atas barang/benda yang menjadi agunan yang kemudian akan dijual menurut
Apabila agunan jaminan fidusia dalam keadaan rusak, dan debitur fidusia
tidak dapat melunasi utangnya, penyitaan benda jaminan, atas permintaan kreditur
fidusia tidak harus menunggu memperbaiki benda tersebut seperti dalam keadaan
semula seperti pada saat debitur fidusia menyerahkan benda jaminan itu.
Kelalaian atas kewajiban merawat benda jaminan fidusia adalah tanggung jawab
debitur fidusia. Bagaiman jika terjadi keadaan memaksa artinya rusak, musnah,
berada di luar kekuasaannya, seperti karena adanya gempa bumi, banjir, lahar,
dan 1245 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal 1244 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata isinya adalah :”Debitur harus dihukum untuk mengganti
biaya, kerugian dan bunga, bila tak dapat membuktikan bahwa tidak
perikatan itu disebabkan oleh suatu hal yang tidak terduga, yang tak dapat
ada penggantian biaya, kerugian, dan bunga, bila karena keadaan memaksa atau
karena hal yang tejadi karena kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau
terhalang olehnya”.
Dari isi Pasal 1244 dan Pasal 1245 dapat dipahami bahwa undang-undang
dan bunga kepada kreditur oleh karena keadaan memaksa diluar kekuasaan
debitur, tetapi keadaan memaksa itu harus dapat dibuktikan oleh debitur.
sekali tidak dapat memenuhi utangnya kepada kreditur, oleh karena adanya gempa
haru dilakukan dengan memberikan korban yang besar, yang tidak seimbang, atau
kemungkinan tertimpa bahaya kerugian yang sangat besar. Dari pengertian di atas
dapat dipahami bahwa keadaan memaksa absolut, debitur tidak diwajibkan untuk
mengganti biaya kerugian dan bunga sedangkan keadaan memaksa relatif debitur
101
waktu pembayaran.
ini dalam Surat Edaran BRI yang isinya adalah hapusnya jaminan fidusia karena
hapusnya hutang, pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia dan
bahwa apabila benda agunan musnah di luar kekuatan manusia maka jaminan
fidusia dianggap hapus. Tetapi Menurut keterangan Pak Lubis sebagai kepala
bagian admistrasi kredit, menyatakan bahwa: objek jaminan fidusia yang musnah
itu telah diasuransikan (pihak PT Bank BRI (Persero) Tbk selalu mewajibkan
Bank BRI (Persero) Tbk terlebih dahulu dan musnahnya disebabkan oleh faktor
yang sama dengan jenis asuransi yang dipilih oleh pemberi fidusia berdasarkan
untuk kenderaan bermotor maka apabila terjadi kebakaran maka pemberi fidusia
tidak berkewajiban lagi untuk membayar ganti rugi. Dan akan dikurangkan
dengan jumlah utang yang dinilai sesuai dengan penjaminan yang telah
diperjanjikan dengan pihak bank sejak awal atas kenderaan tersebut, apabila
pemberi fidusia wajib membayar sisanya, dan bila lebih kreditur akan
asuransi yang dipilih, pemberi fidusia tetap harus mengganti sesuai dengan
Salah satu ciri dari jaminan utang kebendaan yang baik adalah jika hak
tanggungan itu dapat dieksekusi secara cepat dengan proses yang sangat
boleh mengambil sendiri barang agunan tetapi dengan syarat dapat menghindari
perkelahian.
Jaminan fidusia juga memiliki unsur cepat, murah dan pasti yang diatur
keluarnya UU No. 42 Tahun 1999 ketentuan tentang proses eksekusi ini sangat
tidak jelas. Sehingga banyak kalangan yang menafsirkan bahwa proses eksekusi
ini harus melalui gugatan biasa lewat pengadilan yang panjang, mahal dan
tahun 1985 diatur dengan eksekusi di bawah tangan, tetapi ini hanya berlaku
tanggungan yang mengatur eksekusi fidusia secara bervariasi, sehingga para pihak
109 Pasal 3 bagian c Akta Perjnjian Penyerahan Hak Milik Atas Kepercayaan (Fiducia Barang No.
132 Format PT Bank BRI (Persero) Tbk Cabang Padangsidimpuan.
103
sebagai berikut:
D. Lewat gugatan biasa (meskipun tidak secara tegas diatur dalam UU No.
42 Tahun 1999)
harus dibuat dengan akta notaris dan didaftarkan ke kantor pendaftaran fidusia
untuk mendapatkan kepastian hukum bagi kreditur. Dalam akta fidusia yang
dibuat oleh notaris ini selalu terdapat irah-irah yang berbunyi “DEMI
Dengan demikian akta tersebut dapat langsung dieksekusi (tanpa perlu lagi
dengan cara meminta “fiat” dari ketua pengadilan yaitu memohon penetapan dari
ketua pengadilan untuk melakukan eksekusi dan ketua pengadilan yang akan
memimpin eksekusi.
Menurut Hakim afandi kreditur yang minta penetapan pengadilan ini tidak
104
pernah terjadi lagi setelah keluarnya UU No. 42 tahun 1999 sebab para pihak
kreditur dan debitur telah mempunyai opsi eksekusi yang jelas diakui sah secara
hukum yang prosesnya jauh lebih cepat, mudah dan praktis serta lebih
umum (kantor lelang), dan hasil pelelangan tersebut diambil untuk melunasi
pembayaran piutang debitur. Parate eksekusi ini dapat dilakukan tanpa melibatkan
pengadilan yang diatur dalam pasal 29 ayat (1) huruf b yang isinya adalah:
”Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima
(mengeksekusi tanpa lewat pengadilan) dengan cara menjual benda objek fidusia
tersebut dibawah tangan, dengan memenuhi syarat yang telah diatur dalam UU
penerima fidusia.
mengambil barang fidusia untuk menjadi milik kreditur secara langsung tanpa
lewat transaksi apapun. UU No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia secara
tegas melarang eksekusi secara mendaku ini. Diatur dalam Pasal 33 UU No. 42
Tahun 1999 yang isinya adalah: “Setiap janji yang memberikan kewenangan
kepada penerima fidusia untuk memiliki benda yang menjadi jaminan fidusia
UU No. 42 Tahun 1999 ini kurang konsekuen sebab hukum jaminan fidusia
kepercayaan ini, maka benda tersebut sudah menjadi milik pihak kreditur,
mestinya larangan eksekusi mendaku ini tidak perlu ada.Tetapi secara logika bila
Tahun 1999 dengan larangan eksekusi secara mendaku ini adalah untuk
janji, artinya agar kreditur melakukan eksekusi yang fair dan transparan sehingga
106
debitur tidak merasa dirugikan sebab eksekusi melalui badan pelelangan negara
secara umum saja dapat menyebabkan harga barang jaminan sangat tidak
seimbang dengan harga pasar (kasus yang diperoleh dari pengadilan negeri
bahwa pihak kreditur dapat menempuh prosedur eksekusi lewat gugatan biasa ke
hukum acara yang umum, tetapi untuk menambah ketentuan yang ada dalam
No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia adalah untuk mempermudah dan
waktu yang lama dan prosedur yang berbelit-belit, tidak praktis dan sangat tidak
efisien.
dalam hal eksekusi ini Pak Riza memberikan penjelasan sebenarnya belum ada
kasus tentang wanprestasi debitur yang berakibat lahirnya hak kreditur untuk
tahun 1999, tetapi pada saat ini kalaupun misalnya ada debitur yang melakukan
dapat berbuat apa-apa karena sedang menunggu peraturan baru yang mengatur
tentang eksekusi terhadap agunan bank pemerintah. Tetapi selama ini jika ada
dan Badan Usaha Piutang dan Lelang Negara (BUPLN), yang dibentuk dengan
Keputusan Presiden No.21 Tahun 1991. Pasal 2 dari Keppres No. 21 tahun 1991
piutang negara dan lelang baik yang berasal dari penyelenggaraan pelaksanaan
tugas PUPN maupun lainnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Dalam hal
tertentu, kredit macet pada bank pemerintah, atau bank swasta yang ada dana
tuduhan korupsi ini adalah heboh kredit macet di BAPINDO diawal tahun 1994.111
bagi bank milik negara menyelesaikan kredit macetnya harus dilakukan melalui
piutang macet kepada badan tersebut secara hukum wewenang penguasaan atas
110 Hasil wawancara dengan Pak Riza, Bagian Marketing Bank BRI Cabang Padangsidimpuan
pada tanggal 26 Desember 2006.
111 Frans Hendra Winarta, Teknisi Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Pendekatan Hukum,
2003, www… hukumonline.com (terakhir dikunjungi pada bulan Februari 2007).
108
Jaminan perkreditan selalu keliru dengan istilah berwenang untuk bertindak dan
dianut ajaran bahwa untuk sahnya suatu penyerahan mempunyai syarat antara lain
Biasanya orang tersebut adalah pemilik benda. Jadi yang dimaksud oleh Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata adalah orang yang wenang menguasai dan bukan
dirujuk kepada hukum jaminan fidusia, sehingga jaminan fidusia hanya dapat
fidusia. secara yuridis, prinsip ini akan membawa konsekuensi bahwa apabila
menguasai terhadap harta benda jaminan fidusia, berarti jaminan fidusia yang
dilahirkan adalah cacat hukum. Sebab syarat bagi sahnya jaminan fidusia adalah
bahwa pemberi fidusia mempunyai hak kepemilikan atas benda yang menjadi
objek jaminan fidusia pada waktu menyerahkan jaminan fidusia. Secara yuridis
jika salah satu syarat sahnya perjanjian tidak dipenuhi menyebabkan perjanjian itu
diselidiki terlebih dahulu apakah pihak pemberi jaminan fidusia adalah pemilik
yang wenang menguasai bendanya atau hanya sebagai pemegang saja. Dan hal ini
milik pemberi jaminan fidusia. Dalam penelitian ini dokumen perjanjian jaminan
Tahun 1999 yang dibuat dengan akta notaris diperoleh gambaran sebagai berikut :
Gadai dan hipotik lebih tinggi kedudukannya dari hak privilege kecuali undang-
tidak ada dinyatakan secara tegas bahwa jaminan fidusia memiliki hak preferen
tetapi karena jaminan fidusia juga merupakan jaminan kebendaan seperti halnya
dengan kreditur lain) atas pelunasan piutangnya yang diambil dari hasil penjualan
112 Dikutip dari Pasal 2 dan 3 Akta Jaminan Fidusia No. 132 tanggal 30 Juni 2006, Akta Notaris
Model PT Bank BRI (Persero) Tbk Cabang Padangsidimpuan
110
Pasal 27 ayat 2 yang menjelaskan bahwa: “Hak preferensi adalah hak penerima
fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang
Hak preferensi bagi penerima fidusia diatur dengan tegas di dalam Pasal
27 ayat 1 UU No. 42 Tahun 1999 yaitu: ”Penerima fidusia memiliki hak yang
memberikan kedudukan yang sama dengan hak tanggungan, hipotik, dan hak
gadai.
Hak preferen ini baru didapatkan oleh pemegang fidusia pada saat
penjelasan pasal 27 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 ayat (1): Hak yang
Jaminan fidusia adalah salah satu hak jaminan kebendaan, maka hak preferen
merupakan sifat yang melekat pada jaminan fidusia. Hak preferen bukanlah hak
kebendaan melainkan hak terhadap benda dan hak tersebut tidak timbul karena
Permasalahan yuridis ini dapat dilihat dari kasus yang terungkap dalam
Putusan Pengadilan Negeri Medan dalam Perkara Bank Bumi Daya v Kantor
Pelayanan Pajak Medan Barat dan P.T Mahogani Indah Industri No.
penerima fidusia atas benda jaminan fidusia dari P.T Mahogani Indah Industri dan
Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat sebagai kreditur atas pajak debitur. Dalam
fidusia diberikan kepada kreditur Kantor Pelayanan Pajak. Alasan hukum yang
tagihan pajak di atas segala tagihan lainnya, kecuali atas tagihan ongkos perkara
dan hak komisioner. Tagihan jaminan fidusia tidak merupakan kekecualian dari
sebab bank tersebut adalah bank pemerintah, hanya bedanya piutang pajak terbit
dari undang-undang sedangkan piutang bank adalah piutang yang terbit dari
perjanjian jaminan fidusia. Berdasarkan Pasal 1133 dan 1134 ayat (2) Kitab
memang tidak selalu sempurna untuk mengatur semua permasalahan yang timbul,
oleh karena itu harus selalu dilakukan koreksi dan penyempurnaan hukum
mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek
jaminan fidusia. Hak untuk mengambil pelunasan ini mendahului dari kreditur
lainnya. Bahkan sekalipun pemberi fidusia dinyatakan pailit atau dilikuidasi. Hak
yang didahulukan dari penerima fidusia tidak hapus karena benda yang menjadi
objek jaminan fidusia tidak termasuk dalam harta pailit pemberi fidusia.116
Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur Pailit yang
secara eksplisit diatur tentang kreditur pemegang fidusia sebagai kreditur separatis
yaitu dalam Pasal 55 ayat (1) yang isinya antara lain adalah: Setiap kreditor
pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas
kepailitan.
ayat (1) dinyatakan bahwa Hak eksekusi kreditur sebagaimana dimaksud dalam
pasal 55 ayat (1) dan hak pihak ketiga untuk menuntut hartanya yang berada
dalam penguasaan debitur pailit atau curator, ditangguhkan untuk jangka waktu
paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit
apabila debitur pemberi fidusia dinyatakan pailit sebab benda agunan tidak masuk
kreditur penerima fidusia dapat mengeksekusi benda agunan seperti tidak terjadi
seluruh hak dan kewajiban bank sebagai akibat pembubaran badan hukum bank.118
kredit seperti jaminan fidusia, segala piutang bank terhadap nasabah diambil alih
oleh tim likuidasi. Hal ini berarti tim likuidasi yang menggantikan kedudukan
bank tersebut sebagai pemilik benda jaminan fidusia. Penagihan piutang terhadap
dalam perjanjian kreditnya. Tim likuidasi tidak dapat menjual benda jaminan
baik.
janji yang memberi kewenangan kepada penerima fidusia untuk memiliki benda
118 Pasal 17 ayat (1) PP No. 40 Tahun 1997 Tentang Perubahan atas PP No. 68 Tahun 1996
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank.
114
yang menjadi objek jaminan fidusia apabila debitur cidera janji, batal demi
hukum. Dengan demikian objek jaminan fidusia tidak menjadi bagian harta pailit
penerima fidusia oleh karena hak kepemilikan atas objek jaminan fidusia tersebut
jaminan fidusia berada di luar kepailitan dan atau likuidasi. Penjelasan Pasal 27
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
fidusia.
tinggi.
B. Saran
kebendaan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan ......................................
.....................................................................................1
B. Rumusan Permasalahan ................................................
...................................................................................13
119
.....................................................74
5. Perjanjian Fidusia Merupakan
Perjanjian Yang Bersifat Assesoir
.....................................................82
6. Perubahan Status Yuridis Atas Kemilikan Benda Jaminan
Fidusia .............................................................................
......................................................................................88
E. Perlindungan Hukum Terhadap Pemberi dan Penerima
Jaminan Fidusia .....................................................................
............................................................................................92
1. Objek Jaminan Fidusia Tidak
Dapat Dimiliki Oleh Bank ..............
.....................................................92
2. Terjadinya Overmach Terhadap Objek
Jaminan Fidusia ..................................
.....................................................98
3. Proses Eksekusi Barang Jaminan
Fidusia ............................................
...................................................102
4. Kewenangan Pemberi Fidusia
Terhadap Barang Jaminan ..............
...................................................108
5. Hak Preferensi Dari Penerima
Fidusia .............................. 109
6. Pengaruh Kepailitan Pemberi
Fidusia/Debitur dan Likuidasi Bank
Terhadap Objek Jaminan Fidusia.....
...................................................112
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................
....................................................................................115
B. Saran ................................................................................
122
....................................................................................116
DAFTAR KEPUSTAKAAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Tahun 1992.
Sertifikat Fidusia
ABSTRAK
perjanjian fidusia pada Bank BRI Cabang Padangsidimpuan dibuat dengan akta
notaris dan didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia, kreditur mendapatkan hak untuk
didahulukan/preferen, dilindungi dengan asas droit de suite, berkedudukan sebagai
kreditur separatis dan memiliki titel eksekutorial.
DAFTAR PUSTAKA
I. Buku
M. Friedmann, Lawrence, American Law ,W.W Norton & Company, New York
London, 1984.
Mahadi, Filsafat Hukum Suatu Pengantar, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989.
______, Hak Milik dalam Hukum Perdata Nasional, Proyek BPHN, 1981.
Jakarta: 2003
Remy Sjahdeini, Sutan, Komentar Pasal Demi Pasal UU No. 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 10, 2000.
TESIS
Oleh :
DERMINA DALIMUNTHE
NO. BP 05211013
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan
129
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini
dengan baik. Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Hukum pada Program Pascasarjana Universitas Andalas Padang. Tesis
ini berjudul:
PELAKSANAAN PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA PADA
PT Bank BRI (Persero) Tbk CABANG PADANGSIDIMPUAN
Penyelesaian karya ilmiah berupa tesis ini dapat diselesaikan penulis
dengan baik walaupun melalui jalan panjang, dengan ridho Allah swt serta
dorongan dan bantuan dari semua pihak. Namun dengan segala keterbatasan serta
ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis, dalam penulisan tesis ini banyak
kekurangan dan kelemahan. Dengan kerendahan hati penulis menerima kritikan
dan saran untuk kesempurnaan tesis ini.
Dalam penyelesaian tesis ini penulis sadar bahwa banyak pihak yang telah
memberikan bantuan kepada penulis, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Yang mulia dan tercinta suami, ibu dan ayah,
serta anak-anakku (Irvan Arya, Rosihan Arbi
dan Suty Suhaimi) yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materil kepada
penulis mudah-mudahan segala pengorbanan
yang telah diberikan dibalas dengan pahala yang
berlipat ganda.
2. Bapak Dekan, Pembantu Dekan beserta Staf
Pengajar Fakultas Hukum Universitas Andalas
yang telah memberikan bantuan kepada penulis
dalam proses menyelesaikan studi dan tesis ini.
3. Bapak Direktur, Ibu dan Bapak Sekretasis
Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana
Universitas Andalas, Padang.
4. Ibu Prof. Dr. Yulia Mirwati SH, CN, MH
sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak
Tasman SH, MH sebagai anggota Komisi
130
Penulis
131
RIWAYAT HIDUP
Tesis
Judul : PELAKSANAAN PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA PADA
PT Bank BRI (Persero) Tbk CABANG PADANGSIDIMPUAN
Yudicium :
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya tulis dengan judul
saya sendiri dan bukan jiplakan dari hasil kerja atau karya orang lain, kecuali
ternyata tidak benar, maka status kelulusan dan gelar yang saya peroleh menjadi
Dermina Dalimunthe
Bp 05211013