Anda di halaman 1dari 4

MATERI HJ KE 3 : PENGGOLONGAN JAMINAN

A.ISTILAH & PENGERTIAN JAMINAN

Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yaitu zekerheid atau cautie, yang
mencakup secara umum cara2 kreditur menjamin dipenuhinya tagihannya disamping pertanggungan
jawab umum debitur terhadap barang2nya. Selain istilah jaminan dikenal juga dengan agunan yang
menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah “jaminan tambahan yang diserahkan
nasabah debitur kepada bank dalam rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah”.
Agunan dalam hal ini merupakan jaminan tambahan (accesoir)). Tujuan agunan adalah untuk
mendapatkan fasilitas kredit dari bank. Jaminan ini diserahkan oleh debitur kepada bank.
Unsur2 agunan yaitu :
1. Jaminan tambahan
2. Diserahkan oleh debitur kepada bank
3. Untuk mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan.

Dalam Seminar BPHN di Yogyakarta tgl 20 s/d 30 Juli 1977, disimpulkan bahwa pengertian
jaminan adalah “Menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari
suatu perikatan hukum, oleh karena itu hukum jaminan erat sekali dengan hukum benda”.
Menurut Hartono Hadisoeprapto, “Jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk
menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang
yang timbul dari suatu perikatan”.
Dari kedua pengertian jaminan yang dipaparkan di atas, adalah :
1. Difokuskan pada pemenuhan kewajiban kepada kreditur (bank)
2. Wujudnya jaminan ini dapat dinilai dengan uang (jaminan materiil)
3. Timbulnya jaminan karena adanya perikatan antara kreditur dengan debitur.

Menurut M. Bahsan, jaminan adalah “Segala sesuatu yang diterima kreditur dan diserahkan debitur
untuk menjamin suatu utang piutang dalam masyarakat”.
Alasan digunakan istilah jaminan adalah karena :
1. Telah lazim digunakan dalam bidang ilmu hukum dan berkaitan dengan penyebutan2
seperti, hukum jaminan, lembaga jaminan, jaminan kebendaan, jaminan perorangan, hak
jaminan dsb.
2. Telah digunakan dalam beberapa peraturan per-UU-an tentang lembaga jaminan seperti
yang tercantum dalam UU Hak Tanggungan dan Jaminan Fidusia.

B.JENIS-JENIS JAMINAN

Jaminan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :


1. Jaminan materiil (kebendaan) yaitu jaminan kebendaan  mempunyai ciri2 “kebendaan”
dalam arti memberi hak mendahului di atas benda2 tertentu dan mempunyai sifat melekat
dan mengikat benda yang bersangkutan.
2. Jaminan immateriil (perorangan) yaitu jaminan perorangan  tidak memberikan hak
mendahului atas benda2 tertentu tetapi hanya dijamin oleh harta kekayaan seseorang lewat
orang yang menjamin pemenuhan perikatan yang bersangkutan.
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan memberi pengertian tentang jaminan materiil dan jaminan
immateriil sbb : “ Jaminan materiil adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda, yang
mempunyai ciri2 mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu, dapat dipertahankan
terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya dan dapat dialihkan, Sedangkan jaminan immateriil
adalah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat
dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya”
Dari uraian diatas terdapat unsur2 jaminan kebendaan sbb :
1. Hak mutlak atas suatu benda
2. Cirinya mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu
3. Dapat dipertahankan terhadap siapapun
4. Selalu mengikuti bendanya
5. Dapat dialihkan kepada pihak lainnya.

Unsur2 jaminan perorangan asdalah sbb :


1. Mempunyai hubungan langsung pada orang tertentu
2. Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu
3. Terhadap harta kekayaan debitur tertentu.

Jaminan kebendaan dapat digolongkan menjadi 5 macam, yaitu :


1. Gadai
2. Hipotek
3. Credietverband
4. Hak tanggungan
5. Jaminan fidusia

Yang termasuk jaminan perorangan, adalah :


1. Penanggung (borg), adalah orang lain yang dapat ditagih.
2. Tanggung menanggung, yang serupa dengan tanggung renteng
3. Perjanjian garansi

Yang masih berlaku sampai sekarang adalah :


1. Gadai
2. Hak tanggungan
3. Jaminan fidusia
4. Hipotek atas kapal laut dan pesawat udara
5. Borg
6. Tanggung menanggung
7. Perjanjian garansi

Pembebanan hak atas tanah yang menggunakan lembaga hipotek dan credietverband sudah
tidak berlaku lagi karena telah dicabut dengan UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan,
sedangkan pembebanan jaminan atas kapal laut dan pesawat udara masih tetap menggunakan
lembaga hipotek.

C.LEMBAGA JAMINAN

Di luar negeri, lembaga jaminan dibagi menjadi 2 macam, yaitu :


1. Lembaga jaminan dengan menguasai bendanya
2. Lembaga jaminan dengan tidak menguasai bendanya
Lembaga jaminan dengan menguasai bendanya adalah suatu lembaga jaminan dimana benda yang
dijaminkan berada pada penerima jaminan. Lembaga jaminan ini dibagi menjadi 6 macam, yaitu :
1. Pledge or pawn, yaitu benda yang dijadikan jaminan berada di tangan penerima gadai.
2. Lien, yaitu hak untuk menguasai bendanya sampai hutang yang berkaitan dengan benda tsb
dibayar lunas.
3. Mortgage, yaitu pembebanan jaminan (hipotek) atas benda bergerak. Lembaga ini belum
dikenal di Indonesia
4. Hire purchase, yaitu perjanjian antara penjual sewa dan pembeli sewa, dimana hak milik atas
barang tsb baru beralih setelah pelunasan berakhir.
5. Conditional sale (pembelian bersyarat), yaitu perjanjian jual beli dengan syarat bahwa
pemindahan hak atas barang baru terjadi setelah syarat dipenuhi, misalnya jika harga
dibayar lunas.
6. Credit sale, yaitu jual beli dimana peralihan hak telah terjadi pada saat penyerahan meskipun
harga belum dibayar lunas.

Lembaga jaminan dengan tidak menguasai bendanya adalah suatu lembaga jaminan, dimana benda
yang menjadi obyek jaminan tidak berada atau tidak dikuasai oleh penerima jaminan.
Yang termasuk lembaga jaminan ini adalah :
1. Mortgage, yaitu pembebanan atas benda tak bergerak atau sama dengan hipotek.
2. Chattel mortgage, yaitu pembebanan atas benda2 bergerak. Umumnya ialah mortgage atas
kapal laut dan kapal terbang dengan tanpa menguasai bendanya.
3. Leasing, yaitu suatu perjanjian dimana si peminjam (leassee) menyewa barang modal untuk
usaha tertentu dan jaminan angsuran tertentu.
4. Fiduciary transfer of ownership, yaitu perpindahan hak milik atas kepercayaan yang dipakai
jaminan hutang.

D.SYARAT DAN MANFAAT BENDA JAMINAN

Pada prinsipnya tidak semua benda jaminan bisa dijaminkan ke lembaga perbankan atau
lembaga keuangan non bank, namun benda2 yang dapat dijaminkan harus memenuhi syarat2
tertentu. Syarat2 benda jaminan yang baik adalah :
1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang memerlukannya.
2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) pencari kredit untuk melakukan atau meneruskan
usahanya.
3. Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu
tersedia untuk dieksekusi, bila perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi hutangnya
penerima (pengambil) kredit.

Manfaat benda jaminan bagi kreditur adalah :


1. Mewujudkan keamanan dalam transaksi dagang
2. Memberikan kepastian hukum bagi kreditur

Manfaat benda jaminan bagi debitur adalah :


1. Dapat memperoleh fsilitas kredit dari lembaga keuangan atau lembaga pembiayaan.
2. Tidak menimbulkan rasa khawatir dalam mengembangkan usahanya.

Memberikan kepastian hukum bagi kreditur dan debitur. Kepastian bagi kreditur adalah
kepastian pengembalian pokok kredit dan bunga dari kreditur. Sedangkan bagi debitur adalah
kepastian untuk mengembalikan pokok kredit dan bunga yang ditentukan.
E .SIFAT PERJANJIAN JAMINAN

Pada dasarnya perjanjian kebendaan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu perjanjian pokok
dan perjanjian accesoir.
Perjanjian pokok merupakan perjanjian untuk mendapatkan fasilitas kredit dari lembaga perbankan
atau lembaga keuangan lainnya. Contoh perjanjian pokok adalah perjanjian kredit bank. Kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga
(Pasal 1 UU Perbankan).
Unsur-unsur kredit meliputi :
1. Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
2. Didasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam.
3. Para pihaknya, yaitu bank dan pihak lain (nasabah).
4. Jangka waktu
5. Adanya bunga

Perjanjian accesoiir adalah perjanjian yang bersifat tambahan dan dikaitkan dengan perjanjian
pokok.Contoh perjanjian accesoir adalah perjanjian pembebanan jaminan, seperti perjanjian gadai,
tanggungan dan fidusia.
Jadi sifat perjanjian jaminan adalah perjanjian accesoir yaitu mengikuti perjanjian pokok.

F.BENTUK DAN SUBSTANSI PERJANJIAN JAMINAN

Perjanjian pembebanan jaminan dapat dilakukan dalam bentuk lisan dan tertulis.
Perjanjian pembebanan dalam bentuk lisan, biasanya dilakukan dalam kehidupan masyarakat
pedesaan, masyarakat yang satu membutuhkan pinjaman uang kepada masyarakat yang
ekonominya lebih tinggi. Biasanya pinjaman itu cukup dilakukan secara lisan. Misalnya, A ingin
mendapatkan pinjaman uang dari B , maka A cukup menyerahkan surat tanahnya kepada B. Setelah
surat tanah diserahkan maka uang pinjaman diserahkan oleh B kepada A. Sejak terjadinya konsensus
kedua belah pihak, maka sejak saat itulah terjadinya perjanjian pembebanan jaminan.

Perjanjian pembebanan jaminan dalam bentuk tertulis, biasanya dilakukan dalam dunia perbankan,
lembaga keuangan non bank maupun lembaga pegadaian.
Perjanjian pembebanan ini dapat dilakukan dengan :
1. Akta dibawah tangan  biasanya dilakukan pada lembaga pegadaian. Bentuk, isi dan
syarat2nya telah ditentukan oleh Perum Pegadaian secara sepihak, sedangkan nasabah
tinggal menyetujui isi perjanjian tsb.
2. Akta autentik  dilakukan dimuka dan dihadapan pejabat yang berwenang untuk membuat
akta jaminan yaitu PPAT yang ditunjuk oleh Menteri Hukum dan HAM. Biasanya perjanjian
pembebanan dengan menggunakan akta autentik dapat dilakukan pembebanan pada
jaminan atas hak tanggungan, jaminan fidusia, dan jaminan hipotek atas kapal ,laut atau
pesawat udara.

Anda mungkin juga menyukai