Anda di halaman 1dari 3

MATERI HJ KE 5 : JAMINAN PERORANGAN

Jaminan perorangan yaitu jaminan seorang pihak ketiga guna kepentingan si


berpiutang,mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang jika orang ini tidak dapat
memenuhinya. Pihak ketiga bertindak untuk menjamin kewajiban2 debitur.
Dasar hukum dari jaminan perorangan/penanggungan terdapat dalam Buku III KUHPerdata pasal
1820 tentang penanggungan.

A.PENGERTIAN PERORANGAN

Di dalam hukum perdata Istilah orang/persoon berarti pendukung hak dan kewajiban. Hak yang
dimaksudkan disini adalah hak keperdataan yang tidak tergantung kepada agama, golongan, jenis
kelamin atau umur, dan kedudukannya dalam negara yang menyangkut hal2 ketatanegaraannya.
Hak keperdataan menurut Sri Soedewi MS, ada 2 macam, yaitu :
1. Hak yang bersifat mutlak, terdiri atas :
a. Hak kepribadian, contoh : hak atas namanya, kehormatannya, hak untuk hidup,
kemerdekaan dsb.
b. Hak2 yang terletak dalam hukum keluarga, yaitu hak dan kewajiban suami istri,
hubungan orang tua dan anak.
c. Hak mutlak atas suatu benda, disebut hak kebendaan.
2. Hak yang bersifat relatif, yaitu semua hak yang timbul karena adanya hubungan perikatan,
baik yang bersumber pada perjanjian maupun UU. Hak ini disebut hak perorangan.

Meskipun menurut hukum setiap orang adalah pembawa hak tanpa terkecuali, namun ada
pembatasan2. Yang membatasi kecakapan berhak adalah sbb :
1. Kewarganegaraan  hanya WNI yang dapat mempunyai hak milik (Pasal 21 ayat 1 UUPA)
2. Tempat tinggal  hanya orang yang bertempat tinggal di kecamatan yang sama dengan
letak tanah pertanian yang dapat menjadi pemiliknya. (Pasal 1 ayat 2 UUPA)
3. Kedudukan atau jabatan  bagi seorang hakim dan pejabat hukum lainnya tidak boleh
memperoleh barang2 yang masih dalam perkara.
4. Jenis kelamin  Pasal 7 ayat 1 UU Perkawinan, “Perkawinan hanya dapat diijinkan jika pihak
pria sudah mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun”
Pasal 11 UU Perkawinan, “bagi seorang wanita yang sudah putus perkawinannya berlaku
jangka waktu tunggu”.
5. Tingkah laku dan perbuatan  Pasal 49 ayat 1 UU Perkawinan, “kekuasaan orang tua dapat
dicabut karena melalaikan kewajibannya terhadap anaknya dan kelakuannya buruk sekali”
6. Keadaan tidak hadir Pasal 463 KUHPerdata.
7. Kecakapan bertindak  ada golongan orang2 yang dianggap tidak cakap untuk melakukan
perbuatan2 hukum

B.PENGERTIAN DAN ISTILAH JAMINAN PERORANGAN

Pengertian jaminan perorangan terdapat dalam KUHPerdata maupun pendapat para ahli. Dalam
Pasal 1820 KUHPerdata dikatakan bahwa jaminan perorangan sebagai penanggungan, yaitu suatu
persetujuan dimana pihak ketiga, demi kepentingan kreditur, mengikatkan diri untuk memenuhi
perikatan debitur bila debitur itu tidak memenuhi kewajibannya.
Istilah jaminan perorangan disebut juga dengan istilah “borgtocht” dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah jaminan imateriil.
Soebekti mengartikan jaminan perorangan sebagai “Suatu perjanjian seorang berpiutang
(kreditur) dengan orang ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban si berhutang (debitur) . Ia
bahkan dapat diadakan di luar (tanpa) si berhutang tsb”.
Lebih lanjut Soebekti mengemukakan bahwa maksud adanya jaminan ini adalah untuk
pemenuhan kewajiban si berhutang, yang dijamin pemenuhannya keseluruhannya atau sampai
suatu bagian tertentu, harta benda penanggung (penjamin) dapat disita dan dilelang menurut
ketentuan pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan.
Unsur2 jaminan perorangan adalah :
1. Mempunyai hubungan langsung pada orang tertentu
2. Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu
3. Terhadap harta kekayaan debitur umumnya.

C,JENIS-JENIS JAMINAN PERORANGAN

Jaminan perorangan dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu :


1. Penanggungan (borg) adalah orang lain yang dapat ditagih. Berdasarkan Pasal 1820
KUHPerdata terdapoat beberapa unsur penangungan hutang, yaitu :
a.Penanggungan hutang adalah suatu bentuk perjanjian
b. melibatkan keberadaan suatu hutang yang telah ada.
c.Dibuat untuk kepentingan kreditur
d.mewajibkan penanggung memenuhi kewajibannya kepada kreditur.
Syarat dalam perjanjian penanggungan hutang sama dengan syarat sahnya perjanjian
2. Tanggung menanggung yang serupa dengan tanggung renteng
3. Akibat hak yang bersifat ekstern, yaitu hubungan hak antara para debitur dengan pihak lain
(kreditur), dan hubungan hak bersifat intern, yaitu hubungan hak antara sesama debitur satu
dengan yang lainnya.
4. Perjanjian garansi yaitu bertanggung jawab utk kepentingan pihak ketiga (Pasal 1316
KUHPerdata).

Dari keempat jenis jaminan perorangan tsb di atas yang berhubungan dengan jaminan perorangan
adalah penanggungan utang dan garansi bank
Perjanjian penanggungan utang diatur dalam Pasal 1820 s/d 1850 KUHPerdata.
Yang diartikan dengan penaggungan utang adalah suatu perjanjian di mana pihak ketiga, demi
kepentingan kreditur, mengikatkan dirinya untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur tidak
memenuhi perikatannya.
Alasan adanya perjanjian penanggungan utang ini adalah karena si penanggung mempunyai
perasamaan kepentingan ekonomi dalam usaha dari peminjam.
Sifat perjanjian penanggungan utang adalah bersifat accesoir (tambahan) sedangkan perjanjoan
pokoknya adalah perjanjian kredit atau perjanjian pinjam uang antara kreditur dan debitur.
Akibat2 penanggungan antara kreditur dan penanggung adalah :
1. Penanggung melepaskan hak istimewanya untuk menuntut barang2 debitur lebih dulu untuk
disita dan dijual
2. Mengikatkan diri bersama debitur utama secara tanggung menanggung
3. Debitur dapat mengajukan eksepsi hanya mengenai dirinya sendiri secara pribadi
4. Debitur dalam keadaan pailit
5. Dalam hal penanggungan yang diperintahkan hakim.

Akibat penanggungan antara debitur dan penanggung adalah :


1. Penanggung menuntut pembayaran kepada debitur supaya membayar apa yang dilakukan
oleh penanggung kepada kreditur.
2. Penanggung berhak meminta pokok dan bunga, penggantian biaya kerugian.
3. Penanggung dapat menuntut debitur untuk dibebaskan dari suatu perikatan

Hapusnya penanggungan hutang diatur dalam Pasal 1845 s/d 11850 KUHPerdata.
Dalam Pasal 1845 KUHPerdata disebutkan bahwa perikatan yang timbul karena penanggungan,
hapus karena sebab2 yang sama dengan sebab2 berakhirnya perikatan yang terdapat dalam Pasal
1381 KUHPerdata

Pasal 1381 KUHPerdata menentukan 10 cara berakhirnya perjanjian oenanggungan utang yaitu :
1. Pembayaran
2. Penawaran pembayaran dengan penitipan
3. Pembaruan hutang
4. Perjumpaan hutang
5. Percampuran hutang
6. Pembebasan hutang
7. Musnahnya benda yang berhutang
8. Lalai menyerahkan barang
9. Pembatalan perjanjian
10. Berlakunya syarat batal

D.CARANSI BANK

Istilah garansi bank berasal dari terjemahan bahasa Belanda, yaitu bank garantie. Pengertian
garansi bank adalah jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank atau lembaga
keuangan non bank yang mengakibatkan kewajiban membatar terhadap pihak yang menerima
jaminan apabila pihak yang menerima jaminan cedera janji.
Warkat bank adalah surat yang diterbitkan oleh bank untuk menjamin pembayaran kepada pihak
ketiga, apabila pihak yang menerima jaminan wanprestasi.
Ada beberapa peraturan per-UU-an yang mengatur tentang garansi bank, yaitu :
1.Pasal 1820 s/d 185- KUHPerdata merupakan ketentuan umum yang mengatur tentang jaminan
Penanggungan pada umumnya.
2.UU No. 7 Tahun 1992 jo UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
3.Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang pemberian jaminan oleh bank dan lembaga
Keuangan non bank..
4.Surat Edaran Bank Indonesia No. SE11/11 kepada Bank2 Umum. Bank2 Pembangunan dan
Lembaga2 Keuangan Bukan bank di Indonesia tentang Pemberian Jaminan oleh Bank dan
Lembaga Keuangan non bank.

Garansi bank merupakan perjanjian yang bersifat tambahan, dan lahir karena adanya perjanjian
pokok. Perjanjian pokoknya adalah perjanjian yang dibuat antara para pihak yang dijamin dengan
pihak yang lainnya.Misalnya dalam pelaksanaan kontrak konstruksi. Para pihak dalam kontrak
konstruksi ini adalah pengguna jasa dan penyedia jasa. Salah satu syarat yang diharuskan oleh
pengguna jasa adalah harus ada garansi bank yang dimiliki oleh penyedia jasa, yang keberadaannya
adalah untuk menjamin kelancaran dari penyedia jasa dalam melaksanakan kontrak konstruksi.
Karena sering kali penyedia jasa yang tidak memiliki garansi bank tidak dapat melaksanakan isi
kontrak dengan baik, dengan alasan biaya untuk melanjutkan proyek tsb sudah tidak ada lagi.

Anda mungkin juga menyukai