Istilah gadai berasal dari kata pand (bahasa Belanda), atau pledge (bahasa Inggris). Pengertian
gadai tercantum dalam Pasal 1150 KUHPerdata dan Artikel 1196 vv. Titel 19 Buku III NBW.
Menurut Pasal 1150 KUHPerdata, gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas
suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berpiutang atau oleh seorang lain
atas namanya dan yang memberikan kepuasan kepada si berpiutang untuk mengambil pelunasan
dari barang tsb secara didahulukan dari orang”.
Gadai atau yang disebut juga pandrecht merupakan salah satu hak kebendaan yang memberikan
jaminan menurut Buku II KUHPerdata.
Menurut Subekti pandrecht adalah suat hak kebendaan atas suatu barang bergerak kepunyaan
orang lain, yang se-mata2 diperjanjikan untuk menyerahkan bezit atas benda bergerak, bertujuan
untuk mengambil pelunasan suatu barang dari pendapatan penjualan benda itu lebih dahulu dari
penagih2 lain.
Definisi lain tercantum dalam Artikel 1196 vv, titel 19 Buku III NBW, “gadai adalah hak
kebendaan atas barang bergerak untuk mengambil pelunasan dari barang tsb secara didahulukan”.
Pengertian gadai dalam artikel ini cukup singkat, karena yang ditonjolkan adalah tentang hak
kebendaan atas barang bergerak untuk jaminan suatu piutang. Sedangkan hal2 yang mengsatur
hubungan antara pemberi gadai dan pemegang gadai tidak tercantum dalam definisi tsb.
Berdasarkan pengertian2 tsb diatas, dapat disimpulkan bahwa gadai adalah :
1. Suatu hak atas benda bergerak yang diperoleh seseorang. Hak inilah yang disebut Hak
Jaminan.
2. Didasarkan atas perjanjian pinjam meminjam (uang) dengan pihak lain.
3. Benda tsb harus diserahkan kepada kreditur
4. Memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang untuk mengambil pelunasan dari
barang tsb.
Di Indonesia lembaga yang ditunjuk untuk menerima dan menyalurkan kredit berdasarkan hukum
gadai adalah lembaga pegadaian.
Subyek gadai terdiri atas dua pihak, yaitu pemberi gadai dan penerima gadai.
Pemberi gadai adalah orang atau badan hukum yang memberikan jaminan dalam bentuk benda
bergerak, selaku gadai kepada penerima gadai untuk memberikan pinjaman uang yang diberikan
kepadanya atau pihak ketiga.
Unsur-unsur pemberi gadai adalah :
1. Orang atau badan hukum
2. Memberikan jaminan berupa benda bergerak
3. Kepada penerima gadai
4. Adanya pinjaman uang
Penerima gadai adalah orang atau badan hukum yang menerima gadai gadai sebagai jaminan untuk
pinjaman uang yang diberikannya kepada pemberi gadai
Di Indonesia, badan hukum yang ditunjuk untuk mengelola lembaga gadai adalah perusahaan
pegadaian. Sifat usaha dari perusahaan pegadaian ini adalah menyediakan pelayanan bagi
kemanfaatan umum dan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Usaha yang paling menonjol dilakukan oleh Perum Pegadaian adalah menyalurkan uang (kresdit)
berdasarkan hukum gadai. Artinya bahwa barang yang digadaikan itu harus diserahkan oleh pemberi
gadai kepada penerima gadai, sehingga barang2 itu berada di bawah kekuasaan penerima gadai.
Obyek gadai adalah benda bergerak, yang dibagi menjadi 2 macam yaitu benda bergerak
berwujud dan benda bergerak tidak berwujud.
Benda bergerak berwujud adalah benda yang dapat berpindah dan dipindahkan. Contoh : emas,
arloji, sepeda motor dll.
Benda yang tidak berwujud seperti piutang atas tunjuk, hak memungut hasil atas benda dan atas
piutang
Pada dasarnya prosesdur dalam peminjaman dan pelunasan kredit gadai sangat praktis, karena
tidak memerlukan birokrasi yang panjang dan tidak melibatkan instansi lainnya. Peminjaman kredit
dengan gadai ini hanya melibatkan kembaga pegadaian dan dan biayanya relatif kecil.
E.BENTUK DAN SUBSTANSI PERJANJIAN GADAI
Ketwntuan tentang perjanjian gadai terdapat dalam Pasal 1151 KUHPerdata. Bahwa “Perjanjian
gadai harus dibuktikan dengan alat yang diperkenankan untuk membuktikan perjanjian pokoknya”.
Perjanbjian gadai dapat dilakukan dalam bentuk perjanjian tertulis, sesuai dengan perjanjian
pokoknya, yaitu perjanjian pemberian kredit. Perjanjian kredit ini dapat dilakukan dalam bentuk akta
di bawah tangan dan akta otentik.
Dalam praktiknya perjanjian gadai dilakukan dalam bentuk akta dibawah tangan yang ditanda
tangani oleh pemberi gadai dan penerima gadai. Bentuk, isi dan syarat2 nya telah ditentukan oleh
Perum Pegadaian secara sepihak.
Isi perjanjian kredit dengan jaminan barang bergerak yang ditentukan oleh Perum Pegadaian yaitu :
1. Pegadaian memberikan kredit kepada nasabah atau yang dikuasakan dengan jaminan
barang bergerak yang nilai taksiran sesuai dengan halaman depan.
2. Nasabah atau yang dikuasakan menjamin bahwa barang yang dijaminkan milik yang sah dari
nasabah dan mempunyai wewenang uantuk dijadikan jaminan utang kepada pegadaian.
3. Nasabah menjamin barang yang digadaikan tidak sedang menjadi jaminan suatu hutang,
tidak dalam sitaan, tidak dalam sengketa dengan pihak lain atau tidak berasal dari barang
yang diperoleh secara tidak sah atau melawan hukum.
4. Bila barang jaminan rusak atau hilang akan diganti sebesar 125% dari nilai taksiran setelah
dikurangi uang pinjaman dan sewa modal.
5. Apabila terjadi barang jaminan tidak dapat menutup uang pinjaman, nasabah harus
menyerahkan tambahan barang jaminan yang nilainya minimal sama dengan nilai pinjaman
ditambah sewa modal maksimum.
6. Kewajiban pemberi gadai untuk membayar uang pinjaman ditambah sewa modal.
7. Pemberi gadai dapat mengalihkan haknya, menebus atau mengulang gadai barang jaminan
kepada orang lain .
8. Pelunasan dapat dilakukan dengan cara melunasi seluruhnya, mengangsur atau mengulang
gadai.
9. Hasil penjualan barang jaminan digunakan untuk menutup pinjaman ditambah sewa modal
dan biaya lelang.
10. Apabila hasil lelang lebih rendah dari pinjaman, pemberi gadai tetap harus melunasi
selisihnya.
11. Apabila terjadi permasalahan dikemudian hari akan diselesaikan secara musyawarah
mufakat.
Sejak terjadinya perjanjian gadai antara pemberi dan penerima gadai, maka sejak saat itulah
timbul hak dan kewajiban para pihak yang diatur dalam Pasal 1155 KUHPerdata.
Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan prestasinya dengan baik, maka lembaga pegadaian
dapat memberikan somasi kepada pemberi gadai agaer dapat melaksanakan prestasinya sesuai
dengan yang dijanjikan. Apabila somasi itu telah dilakukan sebanyak 3 kali dan tidak diindahkan,
maka lembaga pegadaian dapat melakukan pelelangan terhadap barang gadai.
Hapusnya gadai
Ditentukan dalam Pasal 1152 KUHPerdata, bahwa ada 2 cara hapusnya hak gadai yaitu :
1. Barang gadai itu hapus dari kekuasaan pemegang gadai
2. Hilangnya barang gadai atau dilepaskan dari kekuasaan penerima gadai /surat bukti kredit
Dalam surat bukti kredit telah diatur tentang berakhirnya gadai. Salah satunya adalah jika jangka
waktu gadai telah berakhir , yaitu minimal 15 hari dan maksimal 120 hari.
Ari Hutagalung mengemukakan 5 cara hapusnya hak gadai, yaitu :
1. Hapusnya perjanjian pokok yang dijamin dengan gadai
2. Terlepasnya benda gadai dari kekuasaan penerima gadai
3. Musnahnya barang gadai
4. Dilepaskannya barang gadai secara sukarela
5. Percampuran penerima gadai menjadi pemilik benda gadai
Perjanjian pokok dalam perjanjian gadai adalah perjanjian pinjam meminjam uang dengan
jaminan gadai.Apabila pemberi gadai telah membayar pinjamannya kepada penerima gadai, maka
sejak saat itulah hapusnya perjanjian gadai,
Sejak terjadinya perjanjian antara pemberi gadai dan penerima gadai, maka sejak saat itulah
timbul hak dan kewajiban para pihak. Kwwajiban pemberi gadai adalah membayar pokok pinjaman
dan bunga sesuai dengan yang ditentukan oleh penerima gadai. Didalam surat bukti kredit telah
ditentukan tanggal mulainya kredit dan tanggal jatuh temponya atau tanggal pengembalian kredit.
Di samping itu dalam surat bukti kredit telah ditentukan syarat, yaitu :
“Jika sampai dengan tanggal jatuh tempo pinjaman tidak dilunasi/diperpanjang. Maka barang
Jaminan akan dilelang pada tanggal yang sudah ditentukan”.
Tanggal jatuh tempo berbeda 20 hari dengan tanggal pelelangan. Ini dimaksudkan untuk memberi
kesempatan kepada pemberi gadai untuk melunasi pinjaman pokok dan bunga kredit. Apabila pada
tanggal pelelangan pemberi gadai tidak melaksanakan kewajibannya, maka barang jaminan akan
dilelang oleh penerima gadai. Ketentuan tentang lelang diatur dalam Pasal 1155 KUHPerdata).
Cara melakukan penjualan barang gadai adalah dilakukan dihadapan umum menurut kebiasaan
setempat dan persyaratan yang lazim. Untuk barang dagangan atau efek, maka penjualan dapat
dilakukan di tempat itu juga, asalkan dengan perantaraan 2 orang makelar yang ahli dalam bidang
itu. Tujuan penjualan di muka umum agar jumlah hutang, bunga dan biaya yang dikeluarkan dapat
dilunasi dengan hasil penjualan tsb. Apabila ada kelebihan penjualan barang di muka umum tsb,
uang sisanya diberikan kepada pemberi gadai
Di dalam praktiknya, bahwa poenerima gadai tidak memberikan teguran kepada pemberi gadai
yang lalai melaksanakan kew ajibannya. Ketentuan ini hanya terhadap benda gadai yang nilainya
kecil, tetapi jika uang gadai nilainya besar, maka terhadap pemberi gadai yang lalai diberi somasi 1
kali oleh pihak penerima gadai Apabila soimasi tidak diindahkan, maka penerima gadai dapat
melakukan pelelangan terhadap barang gadai.