Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mikhaill Nuryansah

NIM : 1710611002

Kasus Pencucian Uang Oleh Bank Mega Cabang Bekasi-Jababeka


Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menyimpulkan kasus
pembobolan dana PT Elnusa Tbk dan Pemkab Batubara di PT Bank Mega Tbk, merupakan
tindak pidana pencucian uang. Wakil Ketua PPATK Gunadi mengatakan aliran dana Elnusa
mengarah ke perorangan dan diinvestasikan di deposito. Sedangkan dana Pemkab Batubara
mengarah ke rekening perseorangan dan diinvestasikan deposito.
 
“Kami juga menemukan adanya penyalahgunaan Jabatan di Bank Mega Cabang Bekasi-
Jababeka,” kata Gunadi dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI, Rabu (25/5).
 
Gunadi menjelaskan, berdasarkan penelusuran PPATK sejak April 2011, dalam kasus Elnusa
terdapat 33 laporan transaksi keuangan mencurigakan (LTKM) dan 69 laporan transaksi
keuangan tunai (LTKT). Untuk Dana Pemkab Batubara, terdapat 18 LTKM dan 34 LTKT.
Saat ini, PPATK telah mengirim laporan tersebut kepada penyidik Polda
dan Kejaksaan Agung.
 
Dalam kasus dana Pemkab Batubara, PPATK telah membekukan 10 rekening yang dicurigai
menerima dana dari rekening Pemkab Batubara yang ada di Bank Mega Jababeka. “Kami
menstop 10 rekening yang ditengarai dari rekening Pemerintah Kabupaten Batubara yang
jumlahnya senilai Rp4,4 miliar,” tuturnya.
 
Menurut Gunadi, uang Rp4,4 miliar itu bisa dapat menjadikan asset recovery Bank Mega.
Selain itu, PPATK menemukan adanya kesamaan modus yang terjadi pada pembobolan di
Bank Mega yakni adanya tindak pidana pencucian uang. 
 
Atas kasus ini, PPATK memberikan lima rekomendasi kepada Bank Indonesia (BI) agar
lebih mengamankan sistem perbankan nasional. Pertama, penyidik dan penuntut umum harus
mencantumkan adanya pengenaan sanksi pidana pencucian uang sesuai dengan Pasal 7
Undang-undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
(PPTPPU).
 
Kedua, PPATK mengusulkan peningkatan kerjasama antar bank dan penyedia jasa keuangan
lainnya dalam membantu proses penyelamatan dana hasil tindak pidana seperti penundaan
transaksi dalam Pasal 26 Undang-undang PPTPPU.
 
Ketiga, peningkatan peran aktif penyedia jasa keuangan, PPATK dan penegak hukum untuk
melaksanakan kewenangan yang diberikan UU PPTPPU, seperti penundaan transaksi,
penghentian sementara transaksi dan pemblokiran guna mencegah berpindahnya dana dari
hasil tindak pidana.
 
Kelima, penyedia jasa keuangan khususnya bank wajib melakukan enhanced due
diligence dalam hal terdapat transaksi penempatan Deposito on Call (DoC) dana milik
Pemerintah Daerah/BUMN dalam jumlah yang signifikan atau besar pada kantor cabang
bank atau cabang pembantu bank yang relatif kecil.
 
Sekadar catatan, Pasal 7 UU PPTPPU menyatakan, selain terkena sanksi denda, korporasi
bisa terancam izin usahanya. Sanksi berat ini berlaku jika perusahaan ikut terlibat atau
menikmati hasil kejahatan. Sanksi paling ringan berupa denda maksimal Rp1 miliar, bila
bank sebagai penyedia jasa keuangan sengaja tidak melaporkan keberadaan transaksi
mencurigakan. 
 
BI sendiri baru saja menjatuhkan sanksi kepada Bank Mega terkait kasus pembobolan dana
Elnusa sebesar Rp111 miliar dan Pemkab Batubara Rp80 miliar. Namun, BI memutuskan
tidak mencabut izin usaha bank milik taipan Chairul Tanjung tersebut.

Analisis:
Dalam kasus PT. Elnusa dicurigai terjadi pembobolan dana deposito yang di simpan di Bank
Mega KCP Bekasi dan deposito PT Elnusa yang disimpan di Bank Mega telah raib. Pihak
Elnusa  mendatangi Bank Mega untuk mencairkan dana deposito, tetapi pihak Bank
menginformasikan bahwa dana tersebut suda tidak ada karena telah dicairkan. Fraud dicurigai
terjadi pada dana deposito PT. Elnusa sebesar Rp. 111 milliar yang telah raib yang disimpan
di Bank Mega.

Pihak-pihak yang diduga terlibat dalam kasus ini adalah Direktur Keuangan PT. Elnusa,
Kepala Cabang Bank Mega Jababeka, Direksi PT. Discovery, Komisaris PT. Har, dan staf
dari PT. Har.  Adanya pembobolan dana deposito PT. Elnusa oleh sindikat yang didalamnya
melibatkan direktur keuangan Elnusa. Tindakan ini dilakukan secara berkolaborasi dengan
beberapa pihak terkait, dan Bank Mega digunakan sebagai lembaga tempat untuk
bertransaksi. Modus tindakan ini menggunakan dana perusahaan untuk kepentingan pribadi
dengan menginvestasikannya di pihak ketiga yang bergerak dibidang pengelolaan investasi.
Jumlah dana deposito yang telah hilang adalah sebesar Rp. 111milliar. Dana tersebut
merupakan sisa dari simpanan dana Elnusa yang semula ditempatkan sebesar Rp. 161 milliar,
yang dilakukan secara bertahap pada tanggal 7 September 2009- 16 Juli 2010. Dan pada
tanggal 5 Maret 2010, PT. Elnusa hanya pernah mencairkan satu kali dananya sebesar Rp. 50
milliar dari dana yang tersimpan sebanyak Rp. 161 milliar.

Penyelesaian:
Rapat Dewan Gubernur BI tanggal 23 Mei 2011 memutuskan;
Pertama, mengenakan sanksi kepada Bank Mega dengan menghentikan penambahan nasabah
DoC baru dan perpanjangan DoC lama, termasuk untuk produk sejenis seperti Negotiable
Certificate of Deposit (NCD), selama satu tahun, menghentikan pembukaan jaringan kantor
baru selama satu tahun. Sanksi tersebut berlaku sejak 24 Mei 2011.
Kedua, BI akan melakukan fit and proper test terhadap manajemen dan pejabat eksekutif
Bank Mega. Ketiga, BI menginstruksikan Bank Mega untuk mereview seluruh kebijakan dan
prosedur, khususnya aktivitas pendanaan (funding) termasuk penetapan target, limit dan
kewenangan untuk kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor kas dan individu, baik
nominal maupun suku bunga, pengaturan wilayah kerja kantor serta mekanisme inisiasi
nasabah baru.
BI juga menginstruksikan agar Bank Mega untuk memperbaiki fungsi internal control dan
risk management, termasuk kecukupan jumlah auditor di setiap kantor, proses check and
balance baik melalui tahapan kewenangan maupun sistem, fungsi pengawasan kantor pusat
terhadap kantor-kantor di bawahnya dan prinsip know your employee.
Kemudian, bank sentral meminta Bank Mega memberhentikan pegawai di bawah pejabat
eksekutif yang terlibat dalam kasus dana nasabah atas nama PT Elnusa dan dana Pemkab
Batubara, Sumatera Utara di KCP Bekasi Jababeka. Bank Mega juga diinstruksikan segera
membentuk escrow account senilai dana Elnusa dan Pemkab Batubara.
Pencairan escrow account tersebut hanya dapat dilakukan dengan persetujuan BI dalam hal
sudah tidak terdapat sengketa antara bank dengan nasabah, baik yang diselesaikan melalui
keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atau melalui kesepakatan para pihak.
Kendati telah menjatuhkan sanksi kepada Bank Mega, BI meminta nasabah bank tersebut
untuk tenang dan tidak panik. Bank sentral menilai, secara keseluruhan kondisi keuangan
bank masih tetap apik. Menurut Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah, Bank Mega bukanlah
bank yang buruk. Hanya saja, kelemahan terjadi di dalam konteks koordinasi kantor cabang
dengan kantor pusat.

Anda mungkin juga menyukai