Anda di halaman 1dari 6

KASUS TINDAK PIDANA PERBANKAN

• Pembobolan Kantor Kas Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tamini Square

Jakarta - Mahkamah Agung (MA) mengabulkan kasasi jaksa atas Agus Mulyana terkait
kasus korupsi di kantor kas Tamini Square PT BRI. Di Pengadilan Tipikor, supervisor kantor kas
tersebut dihukum 8 tahun penjara atas pembobolan uang negara Rp 29 miliar.
"Mengabulkan kasasi jaksa penuntut umum (JPU). Tidak menerima (Niet Ontvankelijk
Verklaard) kasasi terdakwa," kata panitera dalam website MA, Senin (18\/6\/2012).
Perkara bernomor 681 K\/PID.SUS\/2012 diputus pada 14 Mei 2012 lalu dengan ketua
majelis hakim Timur Manurung dan 2 hakim agung adhoc tipikor. Sayangnya, panitera MA
tidak menjelaskan lamanya hukuman putusan kasasi bagi Agus Mulyana itu.
Kasus ini bermula pada 12 Juli 2010 lalu, saat Agus Mulyana membuatkan rekening
untuk Agus Setiawan di BRI Kantor Kas Tamini Square. Berkali-kali Agus Mulyana melakukan
transfer fiktif atau Real Time Gross Settlement (RTGS) fiktif tanpa persetujuan pimpinan
dalam kurun waktu 12 Juli 2010 - 2 September 2010 yang seolah-olah berasal dari rekening
atas Agus Setiawan. Total nilai transfer mencapai Rp 29,63 miliar.
KASUS PENYELEWANGAN KREDIT
• Polri Didesak Tangani Kasus Penyelewengan Kredit

Serikat Petani Nasional telah melaporkan dugaan penyelewenangan kredit di Bank


Kalimantan Timur ke Mabes Polri. Kredit yang dicairkan bank diduga dipakai untuk
pengelolaan perkebunan kelapa sawit di Puan Cepak dan Sedulang, Kecamatan Muara
Kaman, Kutai Kertanegara.

Dalam rilis yang diterima hukumonline, Indonesia Development Monitoring (IDM)


mendesak Mabes Polri untuk menindaklanjuti laporan masyarakat tersebut. “Kami
menantang Polri sebagai institusi agar dapat segera mengungkap kasus kakap mark up dan
penyelewenangan kredit di perbankan sebesar 87 miliar di Bank Kaltim dalam upaya
menyelamatkan uang negara,” demikian IDM dalam rilisnya.

Mabes Polri didesak untuk memeriksa pihak-pihak terkait termasuk kemungkinan


blokir terhadap rekening yang diduga bermasalah.
Uang ini lalu dicuci lewat rekening perusahaan money changer PT Ayu Masagung di
BCA dan Bank Mandiri. Pencucian uang ini melibatkan banyak pihak. JPU mendakwa apa
yang dilakukan Agus Mulayana telah melanggar pasal 2 ayat 1 junto pasal 3 UU Tindak
Pidana Korupsi juncto pasal 49 ayat 2 huruf b UU No 10\/1998 tentang Perbankan.
JPU lalu meminta majelis hakim Pengadilan Tipikor untuk menjatuhkan hukuman 13 tahun
penjara kepada Agus Mulyana. Namun majelis hakim hanya mengabulkan hukuman selama
8 tahun saja pada 2 Juli 2011.

• Cara Mengatasinya

Proses internal lemah

Mengapa begitu banyak bank yang dijebol. Salah satu jawabannya adalah karena
lemahnya proses internal perbankan. Itu sebabnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim
Alamsyah, mendesak agar bank bertanggungjawab atas kasus pembobolan. Sebab, "Dalam
beberapa kasus terjadi karena kelemahan proses internal perbankan" ujarnya.
Kelemahan internal bank itu antara lain. Pertama, pengawasan dan supervisi atasan tidak
optimal. Supervisi yang tidak optimal itu diperparah kolusi antar oknum pegawai bank. Kedua,
kebiasaan nasabah yang mudah percaya pada pegawai bank. Kepercayaan itu dimanfaatkan oleh
oknum pegawai bank.

Karena lemahnya supervisi dan pengawasan, maka bank-bank itu harus diberi peringatan.
Jika tidak memperbaiki diri patut diberi sanksi. Kepala Biro Humas Bank Indonesia, Difi A
Johansyah, menegaskan bahwa sanksi yang dikenakan kepada bank itu berjenjang. Dimulai dari
peringatan tertulis. Peringatan itu sekaligus pembinaan untuk memperbaiki mekanisme kontrol
internal. Jika hal itu tidak cukup, maka Bank Indonesia akan melakukan fit and proper test
ulang terhadap manajemen, khususnya Direktur Kepatuhan.
Bank Indonesia juga akan mendesak sejumlah bank agar memperketat pengawasan
internal. Sebab pengawasan yang ketat bisa meminimalisir oknum yang nakal. Manajemen bank
memang sejatinya harus menerapkan kontrol yang ketat terhadap setiap transaksi.

Pengawasan super ketat itu, kata Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sofyan Basir, bisa
mencegah ulah pegawai bank yang nakal. Hanya saja pengawasan super ketat itu memerlukan
biaya yang mahal. Tapi, kata Sofyan, "Dengan biaya lebih ini diharapkan dapat mencegah
terjadinya fraud" ujarnya.
Repotnya, lanjut Sofyan, jumlah cabang bank dan jumlah karyawannya banyakk sekali.
BRI, misalnya, memiliki 7000 kantor dengan jumlah karyawan 75 ribu orang. "Tidak mungkin
semuanya sempurna, termasuk SDM. Namun, kami melakukan pengawasan untuk
meminimalkan penyelewengan.“ Sejumlah cara yang dilakukan BRI adalah melakukan audit,
sistem kendali, teknologi pengawasan pasif, atau inspeksi saat terjadi perubahan angka pada
pos tertentu. Dengan cara ini karyawan selalu hati-hati.

Anda mungkin juga menyukai