Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN AKAD WADIAH PADA LAYANAN PENITIPAN KENDARAAN

(Studi Kasus di Kelurahan Pekan Sabtu Kota Bengkulu)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E)

OLEH:

S ISKA KURNIA SARI


NIM. 1811130117

PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang sangat sempurna, sehingga bisa dikatakan
sebagai agama yang bersifat universal dan komprehensif. Islam adalah agama yang
mencakup seluruh aspek kehidupan baik itu dalam beribadah maupun dalam
bermuamalah. Sedangkan yang di maksud dalam bidang muamalah sendiri
mempunyai arti yang cukup luas, salah satunya seperti jual beli, sewa menyewa dan
titipan (wadi’ah) maka pada dasarnya hal tersebut adalah pertukaran kemaslahatan
diantara orang-orang, tolong menolong untuk mencapai kemaslahatan dan saling
melengkapi sebagian atas sebagian lagi. Begitu juga ketika allah mensyariatkan
wadi’ah.
Salah satu hikmah disyariatkannya wadiah selain menjaga harta adalah untuk
memenuhi kebutuhan manusi dan menghilangkan kesusahan mereka. Wadi’ah adalah
amanah, dimana apabila yang menerima titipan memanfaatkannya maka akan berubah
menjadi tanggungan. Dalam perkembangannya, wadi’ah tidak hanya terjadi antar
individu, namun juga melibatkan lembaga atau suatu perusahaan. Ada yang
berpendapat bahwa pada hakikatnya wadi’ah adalah wadi;ah yang selama ini dikenal
dalam literatur fiqih, ada juga yang berpendapat bahwa wadi’ah adalah utang piutang.
Titipan murni adalah penitipan barang yang terjadi secara suka rela atau
secara terpaksa, penitipan barang suka rela terjadi karena ada perjanjian timbal balik
antara pemberi titipan dan peneriman titipan. Sedangkan penitipan barang terpaksa
biasanya dilakukan kerena terjadi suatu malapetaka. Contoh penitipan murni yang
dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah penitipan kendaraan. Untuk daerah
daerah strategis sendiri, tempat penitipan kendaraan menjadi salah satu sumber
pendapatan atau lapangan usaha. Contohnya penitipan mobil dan motor didaerah
sekitar bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu.
Disekitar lokasi tersebut ada banyak individu maupun perusahaan yang
membuka jasa titip kendaraan baik mobil maupun motor. Biasanya pelanggan jasa
titip kendaraan merupakan orang yang bepergian dengan pesawat namun dalam
perjalanannya menuju bandara tersebut membawa kendaraan pribadi. Pelayanan yang
diberikan oleh jasa titip kendaraan pun banyak macamnya selain itu biasanya
keamanan dan tanggung jawabnya lah yang membuat orang lain mempercayai untuk
menitipkan kendaraannya di tempat penitipan tersebut.
Setelah melalui proses penelitian, penulis mendapatkan fakta bahwa sesuatu
yang dititipkan oleh seseorang kepada orang lain agar dijaga (dalam hal ini adalah
pelayanan jasa titip kendaraan dengan upah) dinamakan dengan wadi’ah karena
pelanggan meninggalkan kendaraannya pada orang yang menerima titipan tersebut.

Selanjutnya, untuk mengetahui apakah pelayanan jasa ttitip kendaraan


disekitar bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu atau di kelurahan Pekan Sabtu itu
sesuai dengan prinsip-prinsip wadi’ah maka penulis ingin mengangkat tema penelitian
“Tinjauan Akad Wadiah Pada Layanan Penitipan Kendaraan (Studi Kasus di
Kelurahan Pekan Sabtu Kota Bengkulu)”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelayanan penitipan kendaraan di Kelurahan Pekan Sabtu Kota
Bengkulu?
2. Bagaimana tinjauan akad wadiah pada layanan penitipan kendaraan di
Kelurahan Pekan Sabtu Kota Bengkulu?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelayanan penitipan kendaraan di Kelurahan Pekan Sabtu
Kota Bengkulu.
2. Menjelaskan tinjauan akad wadiah pada layanan penitipan kendaraan di
kelurahan Pekan Sabtu Kota Bengkulu.
D. Penelitian Terdahulu
Desminar, meneliti tentang “Akad Wadiah Dalam Perspektif Fiqih
Muamalah” dari penelitian ini dapat di ambil kesimpulan bahwa Wadi‟ah adalah
penitipan, yaitu akad seseorang kepada yang lain dengan menitipkan benda untuk
dijaganya secara layak. Apabila ada kerusakan pada benda titipan tidak wajib
menggantinya, tapi bila kerusakan itu disebabkan oleh kelalaiannya maka diwajibkan
menggantinya. Wadi’ah yang ada di perbankan syariah bukanlah wadiah yang
dijelaskan dalam kitab-kitab fiqih. Wadi’ah perbankan syariah yang saat ini
dipraktekkan, lebih relevan dengan hukum dain/piutang, karena pihak bank
memanfaatkan uang nasabah dalam berbagai proyeknya. Adanya kewenangan untuk
memanfaatkan barang, memiliki hasilnya dan menanggung kerusakan atau kerugian
adalah perbedaan utama antara wadi’ah dan dain (hutang-piutang) . Dengan demikian,
bila ketiga karakter ini telah disematkan pada akad wadi’ah, maka secara fakta dan
hukum akad ini berubah menjadi akad hutang piutang dan bukan wadi’ah.
Fatillah D. Koem, meneliti tentang “Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Jasa
Profesi Tukang Parkir (Studi Kasus Pasar 45 Kota Manado)” Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui Akad apa yang digunakan dalam transaksi perparkiran dan
mengetahui pandangan ekonomi Islam terhadap profesi jasa tukang parkir. Selain itu,
berguna untuk menambah wawasan penulis dalam pengembangan ilmu pengetahuan
kususnya di bidang ekonomi Islam, serta bisa menjadi sumbangan pemikiran bagi
para pembaca. Setelah melalui proses penelitian, peneliti mendapat fakta bahwa akad
yang digunakan dalam transaksi perparkiran di taman Kesatuan Bangsa dan pasar 45
Akad Antara tukang Parkir dan UPT Perparkiran, secara Islam, transaksi ini disebut
dengan transaksi wadiyah dan jika dikaitkan dengan transaksi dalam Islam, akad yang
akan dan bisa digunakan antara Unit Penaksana Terpadu Perparkiran dan tukang
parkir adalah ijarah, sedangkan dari cara pandang ekonomi islam dapat diketahui
bahwa profesi tukang parkir pada dasarknya sudah mengikuti prosedur yang ada,
namun ada beberapa persoalan seperti pengupahan masih terdapat ketidak jelasan.
Mufti Afif, meneliti tentang “Tabungan: Implementasi Akad Wadi’ah Atau
Qard (Kajian Praktik Wadi’ah Di Perbankan Indonesia) hasil dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa para ahli fikih (fuqaha dari empat madzhab)
sependapat bahwa wadi’ah bersifat yad amanah yaitu titipan murni tanpa ada
penjaminan ganti rugi. Sedangkan pada tabungan, ulama fikih kontemporer seperti
Wahbah Zuaili berpendapat bahwa akadnya yang tepat adalah qard.
Bagi lembaga keuangan, seharusnya berhati-hati dalam memahami fatwa,
terkait dengan aplikasi yang terjadi di lapangan. Di perbankan dan lembaga keuangan
mengklaim tabungan sebagai akad wadi’ah yad dhamanah, padahal makna dhamanah
itu adalah bertanggung jawab (ganti rugi). Kesepakatan ulama fikih, wadi’ah dasarnya
adalah amanat. Sedangkan yad dhamanah mengandung makna tidak amanat.
Bagaimana bisa instansi keuangan yang berlogo syariah tapi melegalkan aktifitas
yang tidak amanat. Dengan mengaplikasikan transaksi wadi’ah yad dhamanah berarti
penyelewangan amanat telah diizinkan.
Asep Hendang Waluya, meneliti tentang “Hakikat Al-Wadiah Al-
Mashrifiyyah” hasil dari penelitian ini adalah Wadi’ah disyariatkan berdasarkan al-
Quran, Sunah dan Ijma. Wadi’ah mashrifiyyah pada hakikatnya berbeda dengan
wadiah pada umumnya sebagaimana yang dikenal dalam literatur fikih, dinamakan
wadiah berdasarkan sejarahnya dan merupakan penamaan barat. Wadi’ah
mashrifiyyah pada hakikatnya adalah utang piutang, hal ini dikarenakan wadiah pada
perbankan adalah tanggungan, dimana bank mesti memberikan ganti rugi kepada
nasabah ketika terjadi musibah, baik hilangnya karena disengaja maupun tidak, begitu
juga apabila karena kelalaian maupun tidak. Sedangkan pada wadiah, tidak ada ganti
rugi atas musibah yang terjadi kecuali apabila karena kelalaian atau disengaja, adapun
jika bukan karena kelalaian dan tidak disengaja maka tidak ada ganti rugi. Selain itu
wadiah mashrifiyyah adalah utang piutang karena mengambil ibarat dalam akad itu
memandang kepada tujuannya bukan lafadnya. Oleh karena itu Wadi’ah mashrifiyyah
dibangun atas prinsip yad dhaman, bukan yad amanah.
Ahmad Adha, meneliti tentang “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jasa
Penitipan Motor Tanpa Jaminan (Studi Kasus di Cikoromoy Kecamatan Cimanuk,
Pandeglang-Banten)” jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sistem pengelolaan parkir dan mengetahui tanggung
jawab penyedia jasa parkir atas hilangnya kendaraan bermotor dan kerusakan di
tempat parkir yang kemudian dikaitkan dengan tinjauan hukum islam.

Anda mungkin juga menyukai