Anda di halaman 1dari 6

HAK MILIK DAN PERMASALAHANNYA

A. Pengertian Hak Milik


a. Pengertian Hak

Kata hak berasal dari bahasa Arab al-haqq, yang secara etimologi mempunyai
beberapa pengertian yang berbeda, di antaranya berarti : milik, ketetapan dan
kepastian, menetapkan dan menjelaskan, bagian (kewajiban), dan kebenaran.1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hak diartikan sebagai tentang
sesuatu yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat
sesuatu, derajat atau martabat.2

Contoh al-haqq diartikan dengan ketetapan dan kepastian terdapat dalam


surat yasin ayat 7:

(٧) ‫ق اؤلقنؤوُنل نعنلىَ أنؤكثنمرمهؤم فنهنؤم ل ينؤؤممننوُنن‬


‫لنقنؤد نح ق‬

“Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka,


kerena mereka tidak beriman”.3

Contoh al- haqq diartikan dengan kebenaran sebagai lawan dari kebatilan
tercantum dalam surat Yunus ayat 35 :

‫ققؤل هنؤل ممنَّ نشنرنكاَئمنكم قمنَّ ينؤهمديِ إمنلىَ اؤلنح ق‬


‫ق‬

“Katakanlah: Apakah diantara sekutu- sekutumu ada yang menunjuki


kepada kebenaran ?”

Dalam terminologi fiqh terdapat beberapa pengertian pengertian al-haqq


yang dikemukakan oleh para ulama fiqh sebagai berikut :

1
Abdul, Rahman Ghazaly, dkk. Fiqh Muamalat. Prenadamedia. Jakarta. 2010. Hlm. 45.
2
http://id.m.wikipedia.org/wiki/hak. diakses pada tanggal 12 maret 2017. Pukul 22.10.

3
http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-yasin-ayat-1-12.html.#sthash.3MwoqDk8.dpuf. Diakses
pada 12, maret 2017. Pukul 22.42 wib.

1
2. Menurut sebagian ulama mutaakhkhirin
‫ان ؤلنح ق‬
‫ق هوُ النحكنم القثاَ بم ن‬
‫ت نشؤر عاَ ا‬
“ Hak adalah hukum yang tetap (pasti) menurut syara’
3. Menurut Syaikh Ali Al- Khafif
‫صلنحة ة نمؤستنمحققةا نشؤرعاَ ا‬ ‫ان ؤلنح ق‬
‫ق هوُ نم ؤ‬
“ Hak adalah suatu kemaslhatan yang dimiliki menurut syara’
4. Menurut Mushthafa Az- Zarqa
َ‫ع نسؤلطْةا أو تنؤكلمؤيفْا‬
‫ص ينقن ق مر نر به القشؤر ن‬ ‫ان ؤلنح ق‬
‫ق هوُ امؤخمتصاَ ة‬

“ Hak adalah suatu ikhtishash ( fasilitas) yang ditetapkan oleh syara’


sebagai kekuasaan atau beban ( perintah)”
Defnisi dari Mushthafa Az- Zarqa dikemukakan bahwa hak itu adalah
suatu ikhtishash, yaitu hubungan khusus dengan orang tertentu, seperti hak
penjual untuk menerima harga barang , atau hak pembeli untuk menerima
barang yang dibelinya. Apabila tidak ada hubungan khusus dengan seseorang
melainkan kebolehan secara umum ( milik umum), seperti memanfaatkan
jalan raya, maka hal itu tidak disebut hak, melainkan rukhshah yang berlaku
secara umum untuk semua orang4
Dalam definisi tersebut juga dikemukakan bahwa hak itu merupakan
kekuasaan (sulthah) atau beban/ perintah (taklif). Kekuasaan tersebut bisa
terhadap orang ataupun terhadap barang atau benda. Sedangkan taklif (beban)
adalah suatu kewajiban yang berhubungan dengan mal (harta), seperti
melunasi hutang, atau melaksanakan pekerjaan oleh seorang tenaga kerja.
Dalam definisi dari Mushthafa Az- Zarqa tersebut juga dikemukakan
bahwa hak itu ditetapkan oleh syara’. Hal ini dikarenakan dalam pandangan
islam, hak itu adalah anugerah dari Allah SWT yang disandarkan pada
sumber hukum syara’. Dengan demikian sumber hak itu adalah Allah, karena
tidak ada pembuat hukum selain Allah.5

b. Pengertian Milik
Sedangkan kata milik berasal dari bahasa Arab: َ‫ ملكا‬-‫ ملك اشيء‬, yang
secara etimologi berarti penguasaan terhadap sesuatu. 6Al-milk juga berarti
sesuatu yang dimiliki (harta). Milk juga merupakan hubungan seseorang

4
Ahmad, Wardi Muslich. Fiqh Muamalat. Amzah. Jakarta. 2015. Hlm. 21.
5
Ibid. Hal. 22.
6
Ibid. Hlm. 69.

2
dengan suatu harta yang diakui oleh syara’, yang menjadikannya mempunyai
kekuasaan khusus terhadap harta itu.7
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), milik diartikan
sebagai kepunyaan, peruntungan, nasib baik.8
Secara terminologi, al- milk didefinisikan oleh Muhammad Abu
Zahrah sebagai berikut :
“ Pengkhususan seseorang terhadap pemilik sesuatu benda menurut syara’
untuk bertindak secara bebas dan bertujuan mengambil manfaatnya selama
tidak ada penghalang yang bersifat syara’.

Jadi yang dimaksud dengan hak milik oleh Wahbah Zuhaili yaitu
“Hak milik adalah suatu ikhtishas (kekhususan) terhadap suatu yang dapat
mencegah orang lain untuk menguasainya, dan memungkinkan pemiliknya
untuk melakukan tasarruf terhadap suatu tersebut sejak awal kecuali ada
penghalang syar’i.”

B. Macam- macam Kepemilikan


Milik yang dibahas dalam fiqh muamalah secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu :
1. Milik tam (milik sempurna)
Yaitu apabila materi dan manfaat harta itu dimiliki sepenuhnya oleh
seseorang sehingga seluruh hak yang terkait dengan harta itu di bawah
penguasaannya. Milik ini bersifat mutlak tidak dibatasi oleh waktu dan tidak
bisa digugurkan oleh orang lain.
2. Milk naqishah ( milik yang tidak sempurna)
Milik seperti ini terjadi apabila seseorang hanya menguasai materi
harta itu, tetapi manfaatnya dikuasai oleh orang lain. Ataupun sebaliknya
yaitu seseorang hanya menguasai manfaatnya dan materinya dikuasai oleh
orang lain.
Ciri- ciri yang menentukan milik itu dikatakan naqishah:
 Kepemilikan itu terbatas oleh waktu, tempat, dan sifat.
 Pemilik tidak boleh mewariskan harta atau hak manfaat yang
dimilikinya.
 Pemanfaat harta bertanggung jawab mengurus harta itu.
Dilihat dari segi mahal (tempat), milik dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
7
Abdul, Rahman Ghazaly, dkk. Fiqh Muamalat. Prenadamedia. Jakarta. 2010. Hlm. 46.
8
http://kbbi.web.id/milik. Diakses pada 12,maret 2017. Pukul 22.27.

3
1. Milk ‘ain atau milk al raqabah
Yaitu memiliki semua benda, baik benda tetap (ghair manqul) maupun
benda-benda yang dapat dipindahkan (manqul) seperti pemilikan terhadap
rumah, kebun, mobil.
2. Milk al-manfaah
Yaitu seseorang hanya memiliki manfaatnya saja dari suatu benda,
seperti benda hasil meminjam, wakaf, dan lainnya.
3. Milk al- dayn
Yaitu pemilikan karena adanya utang, misalnya sejumlah uang
dipinjamkan kepada seseorang atau pengganti benda yang dirusakkan, Utang
wajib dibayar oleh orang yang berutang.9
Dari segi shurah (cara berpautan milik dengan yang dimiliki), milik dibagi
menjdi dua bagian yaitu :
1. Milk al- mutamayyiz
Yaitu sesuatu yang berpautan dengan yang lain, yang memiliki
batasan- batasan, yang dapat memisahkannya dari yang lain.
Misalnya, antara sebuah mobil dengan seekor kerbau sudah jelas
batasan- batasannya.
2. Milk al- sya’i atau Milk al- musya
Yaitu milik yang berpautan dengan sesuatu yang nisbi dari kumpulan
sesuatu, betapa besar atau kecilnya kumpulan itu.
Misalnya memiliki sebagian rumah, dan harta yang dikongsikan lainnya.10
C. Sebab-sebab Kepemilikan
Para ulama fiqh menyatakan bahwa ada empat cara kepemilikan harta yang
disyariatkan islam :
1. Melalui penguasaan terhadap harta yang belum dimiliki seseorang atau
lembaga hukum lainnya (Ihraz al-mubahat). Contohnya mengambil bebatuan
di sungai yang belum dimiliki oleh seorangpun atau lembaga hukum. Apabila
seseorang mengambil batu atau pasir di sungai tersebut kemudian membawa
kerumahnya, maka batu atau pasir tersebut menjadi miliknya, dan orang lain
tidak boleh mengambilnya tanpa seizin dari pengambil tersebut.
2. Melalui suatu transaksi yang dilakukan dengan orang atau lembaga hukum,
seperti jual beli, hibah,dan wakaf.
3. Kedua: Khalafiyah (penggantian)
Yaitu ‘’bertempatnya seseorang atau sesuatu yang baru bertempat di
tempat yang lama, yang telah hilang berbagai macam haknya’’

9
Hendi, Suhendi. Fiqh Muamalah. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2014. Hlm. 41.
10
Ibid. 41.

4
1. Khalafiyah syakhsy’an syakhsy, yaitu si waris menempati tempat si
muwaris dalam memiliki harta benda yang ditinggalkan oleh muwaris,
harta yang ditinggalkan oleh muwaris disebut tirkah.
2. Khalafiyah syai’an syai’in, yaitu apabila seseorang merugikan milik
orang lain atau menyerobot barang orang lain, kemudian rusak di
tangannya atau hilamg, maka wajiblah dibayar harganya dan diganti
kerugian-kerugian pemilik harta. Maka khalafiyah syai’an syai’in ini
disebut tadlmin atau ta’widl (menjamin kerugian).11

4. Hasil atau buah dari harta yang dimiliki seseorang( Tawallud). Seperti buah
dari pohon, atau anak dari hewan ternak.
Sedangkan menurut pasal 18 kompilasi hukum ekonomi syariah, benda
dapat diperoleh dengan cara :
 Pertukaran
 Pewarisan
 Hibah
 Wakaf
 Pertambahan alamiyah
 Jual beli
 Luqathah (barang temuan)
 Cara lain yang dibenarkan menurut syariah

D. Berpindah dan Berakhirnya Kepemilikan


Berpindahnya kepemilikan yaitu suatu hak atas benda dapat berpindah
dari satu tangan ke tangan yang lain dengan cara dan sebab yang biasa berlaku
dalam muamalat, baik hak tersebut merupakan hak maliyah atau hak yang bukan
maliyah. sebagai contoh dalam hak maliyah, seperti hak seseorang atas barang
yang dijual, dapat berpindah dari penjual kepada pembeli dengan cara akad jual
beli, atau hak atas utang dapat berpindah dari tanggungan orang yang berhutan.
Contoh hak yang bukan maliyah, seperti hak perwalian atas anak di bawah umur
dapat berpindah dari bapak kepada kakek karena meninggalnya bapak. Sebab-
sebab perpindahan hak milik itu ada beberapa macam, antara lain seperti akad,
kematian, dan pemindahan utang.12
Berakhirnya kepemilikan yaitu suatu hak dapat putus (berhenti)
dikarenakan beberapa sebab yang ditetapkan oleh syara’. Beberapa penyebab
tersebut berbeda tergantung kepada perbedaan haknya. Hak zawaj (perkawinan)
11
Ibid. hlm. 38-39.
12
Ibid. Hlm. 75.

5
berhenti karena jatuhnya talak. Hak nafkah atas seorang anak dari bapaknya
berhenti karena ketidakmampuan ayah dalam usaha. Hak milik atas suatu benda
(rumah misalnya) berhenti karena batalnya kontrak atau habisnya masa kontrak.
Sebab-sebab berakhirnya kepemilikan ada beberapa macam yaitu selesainya
masa pengambilan manfaat yang dibatasi waktunya. Rusak benda yang diambil
manfaatnya atau terdapat cacat yang tidak memungkinkan dimanfaatkannya
benda tersebut, seperti robohnya rumah yang ditempati. Dan meninggalnya
pemilik barang.13

Daftar Pustaka

Ghazaly, Abdul Rahman, dkk. Fiqh Muamalat. Jakarta : Prenadamedia. 2010.

Muslich, Ahmad Wardi. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah. 2015.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2014.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/hak.

http://kbbi.web.id/milik.

http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-yasin-ayat-1-

12.html.#sthash.3MwoqDk8.dpuf.

13
Ibid. hlm. 81-84.

Anda mungkin juga menyukai