PENDAHULUAN
Ada juga produk generik yang merupakan produk barang atau jasa yang
dipasarkan tanpa menggunakan merek atau identitas yang membedakan dengan
produk lain baik dari produsen maupun pedagang. Contoh seperti sayur-mayur,
minyak goreng curah, abu gosok, buah-buahan, gula pasir curah, bunga,
tanaman, dan lain sebagainya.
d. Adaptability.
Elemen merek ini harus bersifat fleksibel agar dengan gampang lebih
mudah diperbarui dan disesuaikan dengan konteks.
e. Protectability.
Elemen merek ini harus aman, baik secara hukum maupun persaingan.
Kriteria Pemilihan Elemen Brand (Merek)
a. Mudah diingat.
Artinya elemen merek yang dipilih hendaknya yang mudah diingat, dan
disebut/diucapkan. Simbol, logo, nama yang digunakan hendaknya
menarik, unik sehingga menarik perhatian masyarakat untuk diingat dan
dikonsumsi.
b. Memiliki makna.
Artinya elemen merek hendaknya mengandung sebuah makna maupun
penjelasan/deskripsi dari produk. Diharapkan makna ini dapat
mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut.
Deskripsi makna yang terkandung dapat berupa:
1) informasi umum tentang kategori dan isi dari produk.
2) informasi tentang komposisi penting yang ditonjolkan produk dan
manfaat dari produk.
c. Menarik dan lucu.
Pendekatan lain untuk menarik perhatian konsumen adalah dengan
variasi elemen merek yang unik, lucu, pemilihan elemen yang kaya akan
visualisasi dan imajinasi. Dalam hal ini yang ditonjolkan adalah desain
yang menarik dan lucu.
d. Fleksibel.
Artinya elemen merek dapat dimengerti dan tetap dapat diterima oleh
daerah/pasar, bahkan budaya lain. Nama yang digunakan pun tidaklah
terlalu sulit untuk diterjemahkan. Seringkali pemilihan elemen merek
mudah diingat oleh masyarakat lokal, namun sangatlah sulit dimengerti
oleh masyarakat lain. Hal ini tentunya akan menghambat produsen untuk
masuk dalam pasar yang baru.
e. Legal.
Artinya brand elemen tersebut sah menurut hukum dan undang–undang
yang berlaku, sehingga berada di bawah perlindungan hukum.
1. Loyalitas Merek.
Istilah dalam pemasaran untuk menggambarkan seberapa kuat preferensi
seorang konsumen terhadap sebuah merek bila dibandingkan dengan merek
lainnya. Loyalitas merek seringkali diukur dari seberapa banyak pembelian
ulang (repeat purchase) dilakukan atau dari sensitivitas merek.
Menurut Kotler (2005) mengatakan“The long term success of the a
particular brand is not based on the number of consumer who purchase it only
once, but on the number who become repeat purchase“.Dalam hal ini dapat
disimpulkan bahwa konsumen yang loyal tidak diukur dari berapa banyak dia
membeli, tapi dari seberapa sering dia melakukan pembelian ulang, termasuk
di sini merekomendasikan orang lain untuk membeli.
a. Tahap Perkembangan Customer Loyalty.
1) Tahap pertama : Loyalitas Kognitif Konsumen yang mempunyai
loyalitas tahap pertama ini menggunakan basis informasi yang
memaksa menunjuk pada satu merek atas merek lainnya, loyalitasnya
hanya didasarkan pada aspek kognisi saja. Contoh, sebuah swalayan
secara konsisten selalu menawarkan harga yang lebih rendah dari
pesaing yang ada. Informasi ini cukup memaksa konsumen selalu
berbelanja di swalayan tersebut.
2) Tahap kedua : Loyalitas Afektif Loyalitas tahap kedua didasarkan
pada aspek afektif konsumen. Sikap merupakan fungsi dari kognisi
pengharapan pada periode awal pembelian (masa prakonsumsi) dan
merupakan fungsi dari sikap sebelumnya ditambah kepuasan di
periode berikutnya (masa pascakonsumsi).
3) Tahap ketiga : Loyalitas Konatif Dimensi konatif (niat melakukan)
dipengaruhi oleh perubahan-perubahan afektif terhadap merek. Konasi
menunjukan suatu niat untuk melakukan sesuatu kearah tujuan
tertentu. Loyalitas konatif merupakan suatu kondisi loyal yang
mencakup komitmen mendalam untuk melakukan pembelian. Jenis
komitmen ini sudah melampaui afektif, bagian dari motivasi untuk
mendapatkan merek yang disukai. Afektif hanya menunjukan
kecenderungan motivasi, sedangkan komitmen menunjukan
melakukan suatu keinginan untuk menjalankan tindakan. Keinginan
untuk membeli kembali atau menjadi loyal itu hanya merupakan
tindakan yang terantisipasi tetapi belum terlaksana.
4) Tahap keempat : Loyalitas Tindakan Meskipun pembelian ulang
adalah suatu tindakan yang sangat penting bagi pemasar,
penginterprestasian loyalitas hanya pada pembelian ulang saja tidak
cukup, karena konsumen yang membeli ulang belum tentu
memmpunyai sikap positif terhadap barang atau jasa yang dibeli.
Pembelian ulang dilakukan bukan karena puas, melainkan mungkin
karena terpaksa atau faktor lainnya. Oleh karena itu untuk mengenali
perilaku loyal dilihat dari dimensi ini, yaitu dari komitmen pembelian
ulang yang ditujukan pada suatu produk dalam kurun waktu tertentu
secara teratur.
b. Indikator Loyalitas Konsumen.
Indikator dari loyalitas konsumen menurut Kotler & Keller (2006)
adalah:
1) Repeat Purchase (kesetiaan dalam pembelian produk).
2) Retention (ketahanan terhadap pengaruh negatif mengenai
perusahaan).
3) Referrals (mereferensikan secara total eksistensi perusahaan).
c. Jenis Loyalitas.
Menurut Griffin (2005), menyatakan bahwa jenis loyalitas dapat dibagi
menjadi:
1) Tanpa loyalitas Beberapa konsumen tidak mengembangkan loyalitas
terhadap produk atau jasa tertentu. Tanpa loyalitas ditandai dengan
keterikatannya yang rendah dikombinasikan dengan tingkat pembelian
yang rendah pula. Secara umum, perusahaan harus menghindari
membidik para pembeli jenis ini karena mereka tidak akan menjadi
konsumen yang loyal.
2) Loyalitas yang lemah Ditandai dengan keterikatan yang rendah
digabung dengan pembelian berulang yang tinggi menghasilkan
loyalitas yang lemah. Konsumen ini membeli karena kebiasaan.
Dengan kata lain, faktor nonsikap dan faktor situasi merupakan alasan
utama membeli. Loyalitas jenis ini paling umum terjadi pada produk
yang sering dibeli.
3) Loyalitas tersembunyi Tingkat keterikatan yang relatif tinggi
digabung dengan tingkat pembelian berulang yang rendah
menunjukkan loyalitas tersembunyi. Bila konsumen memiliki loyalitas
tersembunyi, pengaruh situasi dan bukan pengaruh sikap yang
menentukan pembelian berulang.
4) Loyalitas premium Loyalitas premium, jenis loyalitas yang paling
dapat ditingkatkan, terjadi bila ada keterikatan yang tinggi dan tingkat
pembelian ulang yang juga tinggi. Ini merupakan jenis loyalitas yang
lebih disukai untuk semua konsumen di setiap perusahaan.
2. Fungsi Merek.
Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum
dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya. Sebagai alat
promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan
menyebutkan mereknya. Fungsi dari Brand adalah:
a. Identity.
Identitas merek adalah apa yang dimaksud oleh merek dan bagaimana hal
itu dirasakan di dunia. Itu adalah kata-kata, pikiran, dan gambaran yang
muncul di benak ketika konsumen terlibat dengan sebuah merek dan
bagaimana hal itu bisa membuat konsumen merasakannya.
b. Trust.
Kepercayaan dianggap sebagai cara yang paling penting dalam
membangun dan memelihara hubungan dengan pelanggan dalam jangka
panjang. Hal ini menjelaskan bahwa penciptaan awal hubungan dengan
partner didasarkan pada trust (kepercayaan).
c. Design.
Dengan membuat desain merek dapat memilih dari ratusan template yang
dapat disesuaikan dan mendesain yang benarbenar menunjukkan merek
dan produk Anda.
d. Value.
Nilai suatu merek sama saja dengan membicarakan masa depan merek.
Semakin kuat nilai merek, risiko mereknya akan semakin kecil. Kedua,
adalah brand driver yakni atribut yang dikaitkan dengan merek. Contoh
paling gampang adalah harga.
e. Strategy.
Produsen, distributor atau pedagang pengecer dapat melakukan strategi
merek sebagai berikut di bawah ini :. Individual Branding/Merek
Individu dan Family Branding/ Merek Keluarga
f. Logo.
Logo adalah lambang merk dari sebuah bisnis. Karena suatu hal dan
pertimbangan, maka logo sebuah merk bisa saja diubah.
g. Marketing.
Dengan adanya merek yang membuat produk yang satu beda dengan
yang lian diharapkan akan memudahkan konsumen dalam menentukan
produk yang akan dikonsumsinya berdasarkan berbagai pertimbangan
serta menimbulkan kesetiaan terhadap suatu merek (brand loyalty).
Kesetiaan konsumen terhadap suatu merek atau brand yaitu dari
pengenalan, pilihan dan kepatuhan pada suatu merek.
h. Advertising.
Untuk membangun mereknya sendiri harus sesuai dengan nilai-nilai yang
diusung. Aktivitas kampanye iklannya harus konsisten juga. Harus hati-
hati juga. Apalagi sedang dalam tahap pembangunan merek.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Merek adalah suatu nama, simbol, tanda, desain atau gabungan di antaranya
untuk dipakai sebagai identitas suatu perorangan, organisasi atau perusahaan pada
barang dan jasa yang dimiliki untuk membedakan dengan produk jasa lainnya.
Menghadapi persaingan yang ketat, merek yang kuat merupakan suatu
pembeda yang jelas, bernilai, dan berkesinambungan, menjadi ujung tombak bagi
daya saing perusahaan dan sangat membantu dalam strategi pemasaran.
B. Saran.
Pembuatan isi makalah merek masih jauh dari kata sempurna. Penyusun
berharap adanya kritik dan saran dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA