Disusun Oleh :
Kelompok 4
A Akuntansi Gianyar
Ni Komang Yuniasih (2102622010363)
I Gusti Ayu Bintang Marsita Sari (2102622010371)
Ni Luh Putu Ari Candrika Dewi (2102622010379)
Ni Luh Komang Tri Adnyawati (2102622010380)
Serta ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek, yaitu
mengatur mengenai merek yang ditolak pendaftarannya. Permohonan pendaftaran merek
harus ditolak oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual apabila merek tersebut:
a. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek pihak lain
yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis
b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah
terkenal milik pihak lain untuk barang dan atau jasa sejenis;
c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-geografis
yang sudah dikenal.
3.2 Syarat Pendaftaran Hak Merek
Gatot Suparmono dalam bukunya penyelesain sengketa merek menurut hukum Indonesia
membagi 2 syarat pendaftaran merek tersebut:
1. Syarat pertama
Orang yang membuat merek atau pemilik merek wajib beritikad baik, dimana yang dapat
menjadi pemilik merek ialah perorangan, beberapa orang secara bersama sama, dan
badan hukum. Merek dapat dimiliki secara perorangan atau satu orang karna pemilik
merek adalah orang yang membuat merek itu sendiri. Dapat pula terjadi seseorang
pemilik merek berasal dari pemberian atau membeli dari orang lain. Selain perorangan,
merek juga dapat dimiliki oleh beberapa orang misalnya dua atau tiga orang namun
kepemilikan merek harus secara bersama sama. Satu merek sebagai merek bersama.
Demikian pula hak atas merek bersama tersebut tidak mungkin dapat dibagi bagi karna
merupakan satu kesatuan yang utuh. Kemudian badan hukum dapat memiliki merek
karna badan hukum termasuk subjek hukum, yaitu pendukung hak dan kewajiban
sebagaimana halnya mansusia umumnya.
2. Syarat kedua
Adapun syarat kedua tentang merek yang tidak dapat didaftarkan apabila merek tersebut
mengandung salah satu unsur sebagaimana terkandung dalam Pasal 20 Undang-Undang
No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis berbunyi: “Merek tidak dapat
didaftar jika:
a. Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-undangan, moralitas.
Agama, kesusilaan, atau ketertiban umum.
b. Sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang dan/atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya.
c. Memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal, kualitas,
jenis,ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan/atau jasa yang dimohonkan
pendaftarannya atau merupakan nama varietas tanaman yang dilindungi untuk
barang dan/atau jasa yang sejenis.
d. Memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat, atau khasiat dari
barang dan/atau jasa yang diproduksi.
e. Tidak memiliki daya pembeda.
f. Merupakan nama umum dan/atau lambang milik umum.
3.3 Tata Cara Permohonan Pendaftaran Merek
Tentang tata cara pendaftaran merek di Indonesia menurut UU No. 15 Tahun 2001 diatur
dalam Pasal 7 yang menentukan bahwa:
a. Permohonan pendaftaran merek diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada
Direktorat Jenderal dengan mencantumkan:
Tanggal, bulan, dan tahun
Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon
Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa
Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur-
unsur warna
Nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam hal permohonan
diajukan dengan hak prioritas.
b. Permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya.
c. Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri dari satu orang atau
beberapa orang secara bersama, atau badan hukum.
d. Permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya.
e. Dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dari satu pemohon yang secara bersama-
sama berhak atas merek tersebut, semua nama pemohon dicantumkan dengan memilih
salah satu alamat sebagai alamat mereka.
f. Dalam hal permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu dari pemohon yang
berhak atas merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon
yang mewakilkan.
g. Apabila permohonan sebagaimana dimaksud diajukan melalui kuasanya, surat kuasa
untuk itu ditandatangani oleh semua pihak yang berhak atas merek tersebut.
h. Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (7) adalah Konsultan Hak Kekayaan Intelektual.
i. Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Konsultan Hak
Kekayaan Intelektual diatur dengan peraturan pemerintah, sedangkan tata cara
pengangkatannya diatur dengan keputusan presiden.
Surat permintaan pendaftaran merek tersebut harus ditandatangani oleh pemilik merek atau
kuasanya. Jika permintaan pendaftaran merek tersebut diajukan lebih dari satu orang atau
diajukan oleh badan hukum yang secara bersama-sama berhak atas merek tersebut maka nama
orangorang atau badan hukum yang mengajukan permintaan tersebut harus dicantumkan
semuanya dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka. Namun untuk
penandatangannya haruslah ditetapkan salah seorang dari mereka atau badan hukum tersebut
dengan melampirkan persetujuan tertulis dari orang-orang atau badan hukum yang lain yang
tidak ikut menandatangani tetapi jika permintaan pendaftaran merek itu diajukan melalui
kuasanya, maka surat kuasa untuk itu harus ditandatangani oleh semua orang yang berhak atas
merek tersebut. Apabila pemohon pendaftaran merek ini, mengajukan keberatan, maka Ditjen
HKI akan menggunakan keberatan tersebut sebagai pertimbangan untuk kembali mengadakan
pemeriksaan terhadap pemohon. Pemeriksaan ini biasanya diselesaikan dalam jangka waktu
paling lama dua bulan sejak berakhirnya masa pengumuman. Jika tidak ada masalah dalam
tiap prosesnya, Ditjen HKI akan menerbitkan dan memberikan Sertifikat merek kepada
pemohon atau kuasanya dalam waktu paling lama tiga puluh hari sejak tanggal permohonan
tersebut disetujui untuk berada dalam daftar umum merek.
DAFTAR PUSTAKA