Nama Anggota:
1. Bella Mayzela
2. Kevin Ardhana
3. Rahayu Elisa Nadia Krisandi
Penjualan barang atau jasa adalah sumber pendapatan perusahaan. Dalam melaksanakan
penjualan kepada para konsumen, perusahaan dapat melakukannya secara tunai atau
secara kredit. Sudah pasti perusahaan akan lebih menyukai jika transaksi penjualan dapat
dilakukan secara tunai, karena perusahaan akan segera menerima kas dan kas tersebut
dapat segera digunakan kembali untuk mendatangkan pendapatan selanjutnya. Di pihak lain
para konsumen umumnya lebih menyukai bila perusahaan dapat melakukan penjualan
secara kredit, karena pembayaran dapat ditunda. Dalam kenyataannya, penjualan kredit
menimbulkan adanya piutang atau tagihan. Transaksi kredit paling sedikit melibatkan dua
pihak kreditur (pihak yang menjual barang atau jasa dan memperoleh piutang) dan debitur
(pihak yang melakukan pembelian dan berutang).
PEMBAHASAN
PIUTANG DAGANG & PIUTANG WESEL
1. Pengertian Piutang
Piutang adalah suatu aktiva yang timbul karena perusahaan menjual barangnya atau
memberikan jasanya kepada para pelanggan dan menerima janji bahwa pelanggan akan
memberikan sejumlah uang kepada perusahaan pada suatu waktu dimasa yang akan
datang. (Harngren dan Harison,1997 : 42)
Piutang timbul karena adanya penjualan secara kredit kepada perusahaan lain.
2. Jenis-Jenis Piutang
Pada umumnya piutang di klasifikasikan menjadi piutang dagang / piutang usaha, piutang
wesel dan piutang lain-lain.
b. Piutang wesel
Piutang wesel adalah surat berharga yang berisi perintah dari si penarik (pembuat surat)
kepada si wajib bayar (yang berutang) untuk membayar sejumlah uang seperti yang tertera
dalam surat tersebut pada waktu yang telah di tentukan di masa yang akan datang. Jangka
waktu pada piutang wesel pada umumnya paling sedikit 60 hari.
c. Piutang lain-lain
Piutang lain-lain meliputi piutang non usaha seperti pinjaman kepada pejabat perusahaan,
pinjaman kepada karyawan maupun pinjaman kepada pihak lain yang tidak berkaitan
dengan usaha (Slamet Sugiri, 2009 : 43)
Piutang lain-lain terdiri atas macam-macam tagihan yang tidak termasuk dalam piutang
dagang maupun piutang wesel (Al Haryono Jusup, 2005 : 53)
Jangka waktu kurang dari Jangka waktu bermacam-macam Jangka waktu lebih dari satu
1 tahun tetapi pada umumnya paling sedikit tahun atau termasuk dalam
2/10, n/30 60 hari piutang jangka panjang.
I. PIUTANG DAGANG
Hal-hal yang berkaitan dengan piutang dagang adalah :
Misal :
PT. ABC pada tanggal 14 Januari 2013 menjual barang dagangan kepada PT. Sentosa
seharga Rp. 20.000.000 dengan termin 2/10, n/30. Pada tanggal 16 Januari 2013 ada
beberapa barang yang cacat sehingga dikembalikan kepada PT. ABC. Bila dihitung barang
yang dikembalikan tersebut sebesar 1.000.000. Pada tanggal 24 PT. ABC menerima
pelunasan dari PT. Sentosa sebesar saldo tagihannya. Jurnal yang dibutuhkan untuk
mencatat transaksi-transaksi tersebut adalah sebagai berikut :
Januari 14
Penjualan 20.000.000
Januari 16
- 1.000.000
Kas 18.620.000
Catatan : Potongan biasanya diberikan oleh produsen kepada distributor/grosir atau dari
grosir kepada pengecer dan jarang diberikan dari pengecer ke konsumen.
Terdapat dua metode yang digunakan untuk mencatat adanya kerugian piutang yaitu :
a. Metode cadangan (Allowance method)
Adalah metode yang digunakan oleh suatu perusahaan yang menyisihkan piutang
dagangnya sebagai cadangan piutang ragu-ragu atau cadangan piutang tak tertagih
(Allowance for bad debts/provisions for doubtful accounts).
Metode ini digunakan apabila kerugian piutang cukup besar jumlahnya. Tiga hal yang
penting berkaitan dengan metode cadangan yaitu :
Piu tang yang tidak tertagih ditaksir jumlahnya terlebih dahulu, dan diakui sebagai
biaya pada periode penjualan, bila piutang tak tertagih berasal dari tahun 2012 maka
kerugian piutang diakui pada tahun 2012 juga.
Taksiran kerugian piutang dicatat dengan mendebet kerugian piutang dan
mengkredit cadangan kerugian piutang melalui jurnal penyesuaian.
Piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih dicatat dengan mendebet rekening
cadangan kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang usaha pada saat suatu
piutang itu dihapus dari pembukuan.
Pendukung metode penghapusan tidak langsung (allowance method) merasa yakin bahwa
beban piutang tak tertagih harus dicatat pada periode yang sama seperti penjualan untuk
mendapatkan perbandingan yang tepat atas beban dan pendapatan serta untuk
mendapatkan nilai tercatat yang tepat atas nilai piutang. Walaupun melibatkan estimasi
namun persentase piutang yang tidak akan tertagih dapat diramalkan dari pengalaman
masa lalu, kondisi pasar berjalan dan analisis dari saldo yang beredar. Banyak perusahaan
membuat kebijakan kreditnya dengan menciptakan piutang tak tertagih dalam persentase
tertentu.
Dalam metode ini, rekening kerugian piutang hanya akan menunjukkan jumlah kerugian
yang sesungguhnya diderita dan piutang dagang akan dilaporkan dalam neraca
sejumlahnya brutonya, selain itu kerugian seringkali dilaporkan pada periode yang berbeda
dari periode penjualannya sehingga tidak dapat memberikan gambaran tentang nilai piutang
bersih yang dapat direalisasi, oleh karena itu metode ini tidak diakui untuk pelporan
keuangan kecuali bila kerugian piutangnya jumlahnya tidak material/kecil.
Contoh soal :
Pada Juli 2011 PT. Hokindo melakukan penjualan kredit kepada PT. Agung sebesar Rp.
10.000.000. Hingga akhir tahun 2011 terdapat piutang sebesar Rp. 500.000 yang belum
dapat ditagih. Manajemen memperkirakan Rp. 100.000 tidak akan dapat ditagih. Pada bulan
Juli 2012 bagian penagihan menyatakan bahwa piutang sebesar Rp. 50.000 dihapus dari
pembukuan karena tidak mungkin dapat diterima pelunasannya dari PT. Agung. Secara
tidak terduga pada bulan Oktober 2012 PT. Agung melakukan pelunasan utangnya yang
belum terbayar.
Diminta :
Buatlah jurnal penyesuaian dan jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat transaksi diatas baik
dengan metode cadangan maupun dengan metode penghapusan langsung!
Kerugian Piutang 100.000 Dalam metode ini tidak dilakukan taksiran atas
CKP 100.000 kerugian piutang
Terdapat tiga metode untuk menaksir piutang yang tidak tertagih yaitu :
a. Persentase Penjualan
Dalam metode ini perusahaan menetapkan persentase dari jumlah penjualan kredit untuk
menaksir kerugian perusahaan akibat adanya piutang yang tidak tertagih.
Persentase didasarkan pada kebijakan kredit perusahaan dan pengalaman pada waktu lalu.
Contoh :
PT. Hokindo menetapkan taksiran piutang yang tidak dapat ditagih adalah sebesar 1% dari
penjualan kredit bersih. Apabila jumlah penjualan kredit selama tahun 2011 adalah sebesar
Rp. 100.000.000 maka kerugian piutang ditaksir sebesar (1 % x 100.000.000 = 1.000.000).
Desember 31
CKP 1.000.000
Apabila jumlah piutang yang dihapus (kerugian piutang sesungguhnya) berbeda cukup
besar bila dibandingkan dengan jumlah yang ditaksir, maka persentase untuk tahun
berikutnya harus dirubah.
Jika pada rekening CKP sampai akhir tahun bersaldo kredit sebesar Rp. 250.000 maka
saldo CKP setelah penyesuaian adalah Rp. 1.250.000 (Rp. 1.000.000 + Rp. 250.000) begitu
pula sebaliknya.
Contoh :
PT. Hokindo pada tanggal 31 Desember 2011 mempunyai saldo piutang usaha sebesar
Rp.50.000.000. Taksiran piutang usaha yang tak tertagih sebesar 5 % dari saldo piutang
usaha yaitu sejumlah (5 % x 50.000.000 = 2.500.000). Untuk menghitung kerugian piutang
harus memperhatikan saldo rekening CKP sebelum penyesuaian. Jika salso CKP sebelum
penyesuaian bersaldo nol maka jumlah kerugian piutang sebesar Rp. 2.500.000 dan jurnal
penyesuaiannya adalah:
Kerugian Piutang 2.500.000
Desember 31
CKP 2.500.000
Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo piutang)
Jika rekening CKP sebelum penyesuaian bersaldo kredit sebesar Rp. 1.250.000 maka
kerugian piutang sebesar Rp. 1.250.000 (Rp. 2.500.000 - Rp. 1.250.000). Jurnal
penyesuaian yang dibuat sebagai berikut :
Desember 31
CKP 1.250.000
Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo piutang)
Jika rekening CKP sebelum penyesuaian bersaldo debet sebesar Rp. 1.000.000 maka
kerugian piutang sebesar Rp. 3.500.000 (Rp. 2.500.000 + Rp. 1.000.000). Jurnal
penyesuaian yang dibuat sebagai berikut :
Desember 31
CKP 3.500.000
Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo piutang)
Biasanya suatu piutang dagang yang umur jatuh temponya semakin lama, maka tingkat
kemungkinan tak tertagihnya juga semakin besar.
Hari Jatuh
Jumla Wakt
Lewa Temp
Belum h u
Pelangga t o
No Jumlah Jatuh
n
Tempo
10.00
1 A 25.000 15.000
0
11.00
2 B 18.000 7.000
0
4 D 10.000 10.000
5 E 25.000 25.000
15.00
7 G 25.000 5.000 5.000
0
Berdasarkan tabel analisa umur piutang, maka kita dapat menentukan besarnya jumlah
piutang tak tertagih sebagai berikut :
Sudah JT :
1-30 Rp. 50.000.000 5% Rp. 2.500.000
Desember 31
CKP 6.430.000
Penjualan piutang
Piutang usaha dapat dijual kepada bank atau lembaga keuangan lainnya. Pada saat
menjual piutang perusahaan harus memberitahu perusahaan debitur (yang berutang)
agar membayar utangnya kepada pembeli piutang. Resiko tidak tertagihnya piutang
ditanggung oleh pihak pembeli piutang. Pembeli piutang biasanya akan menahan
sebagian dari harga beli piutang untuk menjaga kemungkinan adanya retur
penjualan, potongan penjualan dan lain-lain yang akan mengurangi hasil penagihan
piutang.
Misal :
Pada tanggal 10 Agustus 2011 PT. Hokindo menjual piutang usahanya yang bernilai
Rp. 2.500.000 kepada Bank BCA. Harga jual piutang usaha tersebut adalah Rp.
2.250.000. CKP pada tanggal 10 Agustus 2011 sebesar Rp. 150.000. Untuk berjaga-
jaga Bank BCA menahan 10 % dari harga jual piutang usaha. Maka :
Piutang yang diperkirakan dapat ditagih adalah : Rp. 2.350.000 (Rp. 2.500.000 – Rp. 150.000)
Rugi atas penjualan piutang usaha Rp. 100.000 (Rp. 2.350.000 – Rp. 2.250.000)
Pembayaran yang ditahan oleh Bank adalah Rp. 225.000 (10 % x Rp. 2.250.000)
Penggadaian/penjaminan piutang
Piutang usaha dapat dijaminkan untuk memperoleh pinjaman uang dari bank atau
lembaga keuangan lainnya.Penagihan piutang usaha yang dijaminkan tetap
dilakukan oleh perusahaan peminjam. Hasil penagihan tersebut kemudian digunakan
untuk membayar pinjaman ke Bank. Jika pinjaman sudah lunas sisa piutang usaha
menjadi milik peminjam.
Misal :
Pada tanggal 1 Mei 2005 PT. Hokindo memperoleh pinjaman dari Bank BCA dengan
jaminan piutang usaha sebesar Rp. 2.000.000. Pinjaman yang diterima 90 % dari
piutang yang dijaminkan dipotong biaya administrasi Rp. 25.000. Bunga pinjaman 18
% setahun. Jumlah pinjaman Rp. 1.800.000 (90 % x Rp. 2.000.000). Pinjama yang
diterima Rp. 1.775.000 (Rp. 1.800.000 – Rp. 25.000).Jurnal yang dibuat :
Jika terdapat retur atau penghapusan piutang maka saldo piutang yang dijaminkan
harus dikurangi. Misal tanggal 5 Juni 2005 PT. Hokindo menerima kembali barang
dagangan yang telah dijual sebesar Rp. 50.000. Jurnal yang dibuat :
Retur penjualan Rp. 50.000
Apabila umur Piutang wesel dinyatakan dalam hari, perlu untuk menghitung secara pasti
jumlah hari untuk menentukan tanggal jatuh tempo. Dalam perhitungan, tanggal penerbitan
wesel dihilangkan tetapi tanggal jatuh tempo dimasukkan.
Agustus (31-28) =3
September = 30
Oktober = 31
64
Tanggal JT à November 26
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa bulan Agustus hanya dihitung 3 hari, karena wesel
tertanggal 28 Agustus. September penuh. Oktober penuh. Namun November hanya dihitung
26 hari untuk mencukupkan total hari jadi 90 hari.
Jangka waktu
Nilai nominal Tingkat bunga
X X dlm pecahan = Bunga
wesel Setahun
setahun
1. Penjualan kredit
Jurnal:
Penjualan XXX
2. Pemberian pinjaman
Jurnal:
Piutang wesel XXX
kas XXX
Jurnal:
kas XXX
Saat dimilikinya Piutang wesel, kemungkinan Piutang wesel dijual (didiskontokan) ke bank,
artinya: meminjam uang ke bank dengan menggunakan jaminan wesel yang dimiliki.
Perhitungan diskonto:
Diskonto = Nilai JT x Tarif diskonto x Periode diskonto
Diskonto à pengurangan oleh bank atas pinjaman yang diberikan selama waktu diskonto.
Jurnal:
kas XXX
pw.didiskontokan XXX
Atau:
Jurnal:
kas XXX
PW.DIDISKONTOKAN XXX
Jawab :
Jadi, nilai jatuh tempo wesel adalah Rp. 30.150.000 (Rp. 30.000.000 + Rp. 150.000)
Agustus (31-5) = 26
= 30
September
56
Tanggal JT à Oktober 4
Perhitungan diskonto:
Wesel didiskontokan ke Bank tanggal 5 September
September (30-5) = 25
=4
Tanggal JT à Oktober
= 29
Jumlah uang yang diterima = Rp. 30.150.000 – Rp. 120.833 = Rp. 30.029.167
Kas 30.029.167
PENUTUP
Dari penjelasan yang telah dijelaskan, maka diharapkan Makalah ini dapat di manfaatkan
pembaca dalam memahami tentang Akuntansi Keuangan khususnya tentang “Piutang
Dagang dan Piutang Wesel “. Selain itu penulis juga menyarankan untuk menerapkan apa
yang baik dari Makalah ini dan juga mengingatkan penulis apa yang dianggap pembaca
kurang baik dari Makalah ini. Sebagai penyusun, saya akui tidak terlepas dari kesalahan dan
keterbatasan. Karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan penulisan Makalah selanjutnya. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Diana%20Rahmawati,%20M.Si./AKT
%20PIUTANG.pdf
Jay M. Smith dan K. Fred Skousen, Akuntansi Intermediate. Jakarta : Erlangga, 1987