Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PIUTANG DAGANG DAN PIUTANG WESEL

Nama Anggota:
1. Bella Mayzela
2. Kevin Ardhana
3. Rahayu Elisa Nadia Krisandi

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAMBI
TAHUN AJARAN 2020/2021
PENDAHULUAN

Penjualan barang atau jasa adalah sumber pendapatan perusahaan. Dalam melaksanakan
penjualan kepada para konsumen, perusahaan dapat melakukannya secara tunai atau
secara kredit. Sudah pasti perusahaan akan lebih menyukai jika transaksi penjualan dapat
dilakukan secara tunai, karena perusahaan akan segera menerima kas dan kas tersebut
dapat segera digunakan kembali untuk mendatangkan pendapatan selanjutnya. Di pihak lain
para konsumen umumnya lebih menyukai bila perusahaan dapat melakukan penjualan
secara kredit, karena pembayaran dapat ditunda. Dalam kenyataannya, penjualan kredit
menimbulkan adanya piutang atau tagihan. Transaksi kredit paling sedikit melibatkan dua
pihak kreditur (pihak yang menjual barang atau jasa dan memperoleh piutang) dan debitur
(pihak yang melakukan pembelian dan berutang).

Makalah ini membahas tentang Akuntansi Keuangan yang didalamnya mencakup :

1. Piutang Dagang & Piutang Wesel.


2. Penghapusan Piutang tak tertagih.
3. Perhitungan Bunga Wesel & Tanggal jatuh tempo.
4. Perhitungan Nilai jatuh tempo Diskonto ke Bank.
5. Jumlah yang diterima dari Wesel yang di diskontokan.

Yang lebih jelasnya akan dijabarkan pada bagian pembahasan.

PEMBAHASAN
PIUTANG DAGANG & PIUTANG WESEL

1. Pengertian Piutang
Piutang adalah suatu aktiva yang timbul karena perusahaan menjual barangnya atau
memberikan jasanya kepada para pelanggan dan menerima janji bahwa pelanggan akan
memberikan sejumlah uang kepada perusahaan pada suatu waktu dimasa yang akan
datang. (Harngren dan Harison,1997 : 42)

Piutang timbul karena adanya penjualan secara kredit kepada perusahaan lain.

2. Jenis-Jenis Piutang
Pada umumnya piutang di klasifikasikan menjadi piutang dagang / piutang usaha, piutang
wesel dan piutang lain-lain.

a. Piutang dagang / piutang usaha


Piutang dagang adalah perluasan kredit jangka pendek kepada pelanggan. Perjanjian
kreditnya merupakan persetujuan informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh
dokumen-dokumen perusahaan, seperti faktur pesanan. Biasanya piutang dagang tidak
melibatkan bunga, meskipun bunga atau biaya jasa dapat saja ditambahkan bilamana
pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu (Jay M. Smith dan K. Fred
Skousen,1987 : 287)

b. Piutang wesel
Piutang wesel adalah surat berharga yang berisi perintah dari si penarik (pembuat surat)
kepada si wajib bayar (yang berutang) untuk membayar sejumlah uang seperti yang tertera
dalam surat tersebut pada waktu yang telah di tentukan di masa yang akan datang. Jangka
waktu pada piutang wesel pada umumnya paling sedikit 60 hari.

c. Piutang lain-lain
Piutang lain-lain meliputi piutang non usaha seperti pinjaman kepada pejabat perusahaan,
pinjaman kepada karyawan maupun pinjaman kepada pihak lain yang tidak berkaitan
dengan usaha (Slamet Sugiri, 2009 : 43)
Piutang lain-lain terdiri atas macam-macam tagihan yang tidak termasuk dalam piutang
dagang maupun piutang wesel (Al Haryono Jusup, 2005 : 53)

3. Perbedaan masing-masing jenis piutang

Piutang dagang/usaha Piutang wesel Piutang lain-lain

Jangka waktu kurang dari Jangka waktu bermacam-macam Jangka waktu lebih dari satu
1 tahun tetapi pada umumnya paling sedikit tahun atau termasuk dalam
2/10, n/30 60 hari piutang jangka panjang.

Bagian yang jatuh temponya dalam


waktu 1 tahun diperlakukan sebagai Pada umumnya termasuk
Dimasukkan dalam aktiva
aktiva lancar, sedangkan yang lebih dalam piutang jangka
lancar
dari satu tahun piutang jangka panjang.
panjang

Tidak berkaitan dengan


Berkaitan dengan operasi Mensyaratkan adanya jaminan
operasi sehari-hari dan
utama perusahaan sehingga jika saat jatuh tempo tidak
biasanya dilaporkan dineraca
sehingga harus dapat dapat melunasi maka jaminan
sebagai kelompok aktiva tidak
ditagih tersebut dapat dijual
lancar.

I. PIUTANG DAGANG
Hal-hal yang berkaitan dengan piutang dagang adalah :

1. Pengakuan Piutang Dagang


Piutang dagang diakui/dicatat pada saat :

 Perusahaan memperoleh piutang dagang tersebut melalui adanya penjualan kredit.


 Terjadinya retur dan potongan penjualan.
 Adanya pelunasan.

Misal :
PT. ABC pada tanggal 14 Januari 2013 menjual barang dagangan kepada PT. Sentosa
seharga Rp. 20.000.000 dengan termin 2/10, n/30. Pada tanggal 16 Januari 2013 ada
beberapa barang yang cacat sehingga dikembalikan kepada PT. ABC. Bila dihitung barang
yang dikembalikan tersebut sebesar 1.000.000. Pada tanggal 24 PT. ABC menerima
pelunasan dari PT. Sentosa sebesar saldo tagihannya. Jurnal yang dibutuhkan untuk
mencatat transaksi-transaksi tersebut adalah sebagai berikut :

Piutang dagang 20.000.000

Januari 14

Penjualan 20.000.000

(Untuk mencatat adanya piutang karena penjualan kredit)

Retur penjualan 1.000.000

Januari 16

- 1.000.000

(Untuk mencatat adanya retur penjualan)

Kas 18.620.000

Januari 24 Potongan penjualan 380.000 (2 % x 19.000.000)

Piutang dagang 19.000.000

(Untuk mencatat adanya pelunasan piutang)

Catatan : Potongan biasanya diberikan oleh produsen kepada distributor/grosir atau dari
grosir kepada pengecer dan jarang diberikan dari pengecer ke konsumen.

2. Penilaian Piutang Dagang


Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia piutang dagang harus dicatat dan dilaporkan dalam
neraca sebesar nilai kas bersih (neto) yang bisa direalisasikan yaitu jumlah piutang setelah
dikurangi Cadangan Kerugian Piutang Tak Tertagih (CKP) .

Contoh penyajian di neraca :


Aktiva Lancar
Piutang dagang Rp. 10.000.000

(-) Cadangan kerugian piutang (CKP) Rp. 1.000.000 -

Nilai realisasi bersih Rp. 9.000.000

Penghapusan piutang / Kerugian Piutang


Piutang dagang yang dimiliki oleh perusahaan belum tentu seluruhnya dapat ditagih. Hal ini
disebabkan karena debitur tidak mau membayar utangnya, tidak mampu membayar atau
dinyatakan bangkrut, tidak diketahui keberadaannya dsb. Piutang usaha yang tidak dapat
ditagih biasanya dinamakan kerugian piutang dan dalam akuntansi dicatat dalam akun
kerugian piutang.

Terdapat dua metode yang digunakan untuk mencatat adanya kerugian piutang yaitu :
a. Metode cadangan (Allowance method)
Adalah metode yang digunakan oleh suatu perusahaan yang menyisihkan piutang
dagangnya sebagai cadangan piutang ragu-ragu atau cadangan piutang tak tertagih
(Allowance for bad debts/provisions for doubtful accounts).

Metode ini digunakan apabila kerugian piutang cukup besar jumlahnya. Tiga hal yang
penting berkaitan dengan metode cadangan yaitu :

 Piu tang yang tidak tertagih ditaksir jumlahnya terlebih dahulu, dan diakui sebagai
biaya pada periode penjualan, bila piutang tak tertagih berasal dari tahun 2012 maka
kerugian piutang diakui pada tahun 2012 juga.
 Taksiran kerugian piutang dicatat dengan mendebet kerugian piutang dan
mengkredit cadangan kerugian piutang melalui jurnal penyesuaian.
 Piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih dicatat dengan mendebet rekening
cadangan kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang usaha pada saat suatu
piutang itu dihapus dari pembukuan.

Pendukung metode penghapusan tidak langsung (allowance method) merasa yakin bahwa
beban piutang tak tertagih harus dicatat pada periode yang sama seperti penjualan untuk
mendapatkan perbandingan yang tepat atas beban dan pendapatan serta untuk
mendapatkan nilai tercatat yang tepat atas nilai piutang. Walaupun melibatkan estimasi
namun persentase piutang yang tidak akan tertagih dapat diramalkan dari pengalaman
masa lalu, kondisi pasar berjalan dan analisis dari saldo yang beredar. Banyak perusahaan
membuat kebijakan kreditnya dengan menciptakan piutang tak tertagih dalam persentase
tertentu.

b. Metode penghapusan langsung (Direct write off method)


Adalah metode penghapusan piutang langsung dihapus dari saldo piutang perusahaan jika
piutang tersebut telah benar-benar tidak dapat ditagih setelah dilakukan upaya-upaya
penagihan. Dalam metode ini perusahaan tidak perlu melakukan taksiran atas kerugian
piutang sehingga rekening cadangan kerugian piutang tidak digunakan.
Apabila suatu piutang diyakini tidak dapat ditagih lagi, maka kerugian atas piutang tersebut
langsung didebetkan ke dalam rekening kerugian piutang dan mengkredit rekening piutang
dagang.

Dalam metode ini, rekening kerugian piutang hanya akan menunjukkan jumlah kerugian
yang sesungguhnya diderita dan piutang dagang akan dilaporkan dalam neraca
sejumlahnya brutonya, selain itu kerugian seringkali dilaporkan pada periode yang berbeda
dari periode penjualannya sehingga tidak dapat memberikan gambaran tentang nilai piutang
bersih yang dapat direalisasi, oleh karena itu metode ini tidak diakui untuk pelporan
keuangan kecuali bila kerugian piutangnya jumlahnya tidak material/kecil.

Contoh soal :
Pada Juli 2011 PT. Hokindo melakukan penjualan kredit kepada PT. Agung sebesar Rp.
10.000.000. Hingga akhir tahun 2011 terdapat piutang sebesar Rp. 500.000 yang belum
dapat ditagih. Manajemen memperkirakan Rp. 100.000 tidak akan dapat ditagih. Pada bulan
Juli 2012 bagian penagihan menyatakan bahwa piutang sebesar Rp. 50.000 dihapus dari
pembukuan karena tidak mungkin dapat diterima pelunasannya dari PT. Agung. Secara
tidak terduga pada bulan Oktober 2012 PT. Agung melakukan pelunasan utangnya yang
belum terbayar.

Diminta :
Buatlah jurnal penyesuaian dan jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat transaksi diatas baik
dengan metode cadangan maupun dengan metode penghapusan langsung!

Metode Cadangan Metode Penghapusan Langsung

Pencatatan Taksiran Kerugian Piutang :

Kerugian Piutang 100.000 Dalam metode ini tidak dilakukan taksiran atas
CKP 100.000 kerugian piutang

Pencatatan Penghapusan Langsung : Pencatatan Penghapusan Langsung :

CKP 50.000 Kerugian Piutang 50.000


Piutang dagang 50.000 Piutang dagang 50.000

Penerimaan kembali piutang yang sudah


Penerimaan kembali piutang yang sudah dihapus ;
dihapus :

Piutang dagang 50.000 Piutang dagang 50.000


CKP 50.000 Kerugian Piutang 50.000
(Untuk mencatat kembali piutang yang sudah (Untuk mencatat kembali piutang yang sudah dihapus)
dihapus)
Kas 50.000
Kas 50.000 Piutang dagang 50.000
Piutang dagang 50.000
(Untuk mencatat penerimaan kas)
(Untuk mencatat penerimaan kas)

Metode Penaksiran Piutang Tak Tertagih /Kerugian Piutang

Terdapat tiga metode untuk menaksir piutang yang tidak tertagih yaitu :

a. Persentase Penjualan
Dalam metode ini perusahaan menetapkan persentase dari jumlah penjualan kredit untuk
menaksir kerugian perusahaan akibat adanya piutang yang tidak tertagih.
Persentase didasarkan pada kebijakan kredit perusahaan dan pengalaman pada waktu lalu.

Contoh :
PT. Hokindo menetapkan taksiran piutang yang tidak dapat ditagih adalah sebesar 1% dari
penjualan kredit bersih. Apabila jumlah penjualan kredit selama tahun 2011 adalah sebesar
Rp. 100.000.000 maka kerugian piutang ditaksir sebesar (1 % x 100.000.000 = 1.000.000).

Jurnal untuk mencatat kerugian piutang tersebut adalah :

Kerugian Piutang 1.000.000

Desember 31

CKP 1.000.000

(Untuk mencatat kerugian piutang tahun ini)

Apabila jumlah piutang yang dihapus (kerugian piutang sesungguhnya) berbeda cukup
besar bila dibandingkan dengan jumlah yang ditaksir, maka persentase untuk tahun
berikutnya harus dirubah.

Jika pada rekening CKP sampai akhir tahun bersaldo kredit sebesar Rp. 250.000 maka
saldo CKP setelah penyesuaian adalah Rp. 1.250.000 (Rp. 1.000.000 + Rp. 250.000) begitu
pula sebaliknya.

b. Persentase Saldo Piutang


Dalam metode ini saldo piutang pada akhir periode dapat digunakan sebagai dasar untuk
menaksir piutang usaha yang tidak dapat ditagih.

Contoh :
PT. Hokindo pada tanggal 31 Desember 2011 mempunyai saldo piutang usaha sebesar
Rp.50.000.000. Taksiran piutang usaha yang tak tertagih sebesar 5 % dari saldo piutang
usaha yaitu sejumlah (5 % x 50.000.000 = 2.500.000). Untuk menghitung kerugian piutang
harus memperhatikan saldo rekening CKP sebelum penyesuaian. Jika salso CKP sebelum
penyesuaian bersaldo nol maka jumlah kerugian piutang sebesar Rp. 2.500.000 dan jurnal
penyesuaiannya adalah:
Kerugian Piutang 2.500.000

Desember 31

CKP 2.500.000

Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo piutang)

Jika rekening CKP sebelum penyesuaian bersaldo kredit sebesar Rp. 1.250.000 maka
kerugian piutang sebesar Rp. 1.250.000 (Rp. 2.500.000 - Rp. 1.250.000). Jurnal
penyesuaian yang dibuat sebagai berikut :

Kerugian Piutang 1.250.000

Desember 31

CKP 1.250.000

Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo piutang)

Jika rekening CKP sebelum penyesuaian bersaldo debet sebesar Rp. 1.000.000 maka
kerugian piutang sebesar Rp. 3.500.000 (Rp. 2.500.000 + Rp. 1.000.000). Jurnal
penyesuaian yang dibuat sebagai berikut :

Kerugian Piutang 3.500.000

Desember 31

CKP 3.500.000

Setelah dibuat jurnal penyesuaian saldo rekening CKP sebesar Rp. 2.500.000 (5 % dari saldo piutang)

c. Analisa Umur Piutang


Dalam metode ini, perusahaan membuat daftar umur piutang pelanggan dengan membuat
kelompok umur piutang berdasarkan masa lewat waktu dari jatuh tempo piutang dan juga
menetapkan persentase taksiran kerugian piutang yang didasarkan pada kebijakan dan
pengalaman masa lalu terhadap total masing-masing kelompok umur piutang.

Biasanya suatu piutang dagang yang umur jatuh temponya semakin lama, maka tingkat
kemungkinan tak tertagihnya juga semakin besar.

Contoh analisa umur piutang adalah sebagai berikut :


Untuk piutang yang belum jatuh tempo, 2 % tak tertagih. Untuk piutang yang jatuh tempo
kurang dari 30 hari, 5 % tak tertagih. Yang jatuh tempo 31 hari sampai 60 hari, 10 % tak
tertagih. Yang jatuh tempo 61 hari sampai 90 hari, 25 % tak tertagih. Piutang yang jatuh
tempo diatas 90 hari, 50 % tak tertagih.
Analisa Umur Piutang PT. Hokindo
Per 31 Desember 2011 (dalam rupiah)

Hari Jatuh
Jumla Wakt
Lewa Temp
Belum h u
Pelangga t o
No Jumlah Jatuh
n
Tempo

1-30 31-60 61-90 > 90

10.00
1 A 25.000 15.000
0

11.00
2 B 18.000 7.000
0

3 C 42.000 35.000 6.000 1.000

4 D 10.000 10.000

5 E 25.000 25.000

6 F 20.000 12.000 8.000

15.00
7 G 25.000 5.000 5.000
0

165.00 104.00 50.00


TOTAL 6.000 5.000
0 0 0

Berdasarkan tabel analisa umur piutang, maka kita dapat menentukan besarnya jumlah
piutang tak tertagih sebagai berikut :

Status Piutang Saldo % tak tertagih Piutang tak tertagih

Belum JT Rp. 104.000.000 2% Rp. 2.080.000

Sudah JT :
1-30 Rp. 50.000.000 5% Rp. 2.500.000

31-60 Rp. 6.000.000 10 % Rp. 600.000

61-90 Rp. 5.000.000 25 % Rp. 1.250.000 +

Total Rp. 6.430.000

Kerugian Piutang 6.430.000

Desember 31

CKP 6.430.000

3. Pengalihan Piutang Dagang


Pengalihan piutang adalah perusahaan mengalihkan piutang usaha yang dimilikinya kepada
pihak lain (lembaga keuangan, bank dan pegadaian piutang) dengan tujuan untuk
mempercepat penerimaan kas dari piutangnya.

Alasan perusahaan menjual ataupun mengalihkan piutangnya karena :

 Situasi dan kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan dalam


memperoleh pinjaman dan tingginya tingkat bunga sehingga piutang yang dimiliki
perusahaan sedapat dan secepat mungkin harus dapat dirubah menjadi kas.
 Penagihan piutang seringkali memakan waktu yang cukup lama dan terkadang juga
memerlukan biaya sehingga perusahaan bersedia menerima kas yang lebih kecil
jumlahnya dari jumlah yang seharusnya diterima dari piutang, asalkan kas dapat
diterima lebih cepat.

Adapun jenis pengalihan piutang antara lain :

 Penjualan piutang
Piutang usaha dapat dijual kepada bank atau lembaga keuangan lainnya. Pada saat
menjual piutang perusahaan harus memberitahu perusahaan debitur (yang berutang)
agar membayar utangnya kepada pembeli piutang. Resiko tidak tertagihnya piutang
ditanggung oleh pihak pembeli piutang. Pembeli piutang biasanya akan menahan
sebagian dari harga beli piutang untuk menjaga kemungkinan adanya retur
penjualan, potongan penjualan dan lain-lain yang akan mengurangi hasil penagihan
piutang.
Misal :
Pada tanggal 10 Agustus 2011 PT. Hokindo menjual piutang usahanya yang bernilai
Rp. 2.500.000 kepada Bank BCA. Harga jual piutang usaha tersebut adalah Rp.
2.250.000. CKP pada tanggal 10 Agustus 2011 sebesar Rp. 150.000. Untuk berjaga-
jaga Bank BCA menahan 10 % dari harga jual piutang usaha. Maka :
Piutang yang diperkirakan dapat ditagih adalah : Rp. 2.350.000 (Rp. 2.500.000 – Rp. 150.000)

Rugi atas penjualan piutang usaha Rp. 100.000 (Rp. 2.350.000 – Rp. 2.250.000)

Pembayaran yang ditahan oleh Bank adalah Rp. 225.000 (10 % x Rp. 2.250.000)

Kas Rp. 2.025.000

Kas ditahan Rp. 225.000

Piutang usaha yang dijual Rp. 2.250.000

 Penggadaian/penjaminan piutang
Piutang usaha dapat dijaminkan untuk memperoleh pinjaman uang dari bank atau
lembaga keuangan lainnya.Penagihan piutang usaha yang dijaminkan tetap
dilakukan oleh perusahaan peminjam. Hasil penagihan tersebut kemudian digunakan
untuk membayar pinjaman ke Bank. Jika pinjaman sudah lunas sisa piutang usaha
menjadi milik peminjam.
Misal :
Pada tanggal 1 Mei 2005 PT. Hokindo memperoleh pinjaman dari Bank BCA dengan
jaminan piutang usaha sebesar Rp. 2.000.000. Pinjaman yang diterima 90 % dari
piutang yang dijaminkan dipotong biaya administrasi Rp. 25.000. Bunga pinjaman 18
% setahun. Jumlah pinjaman Rp. 1.800.000 (90 % x Rp. 2.000.000). Pinjama yang
diterima Rp. 1.775.000 (Rp. 1.800.000 – Rp. 25.000).Jurnal yang dibuat :

Kas Rp. 1.775.000

Biaya adm Rp. 25.000

Utang Bank Rp. 1.800.000

(Untuk mencatat pinjaman ke Bank)

Piutang usaha yang dijaminkan Rp. 2.000.000

Piutang usaha Rp. 2.000.000

(Untuk mencatat piutang usaha yang dijaminkan ke Bank)


Pada saat menerima pembayaran piutang usaha yang dijaminkan tersebut, jurnal
yang dibuat adalah jurnal untuk mencatat penerimaan piutang yang dijaminkan dan
jurnal untuk mencatat pembayaran pinjaman.
Misal :
Pada tanggal 31 Mei 2005 PT. Hokindo menerima pembayaran piutang yang
dijaminkan sebesar Rp. 1.500.000. Bunga bulan Mei sebesar Rp. 30.000 (Rp.
2.000.000 x 18 % x 1/12) sehingga jumlah uang yang dibayar ke Bank sebesar Rp.
1.530.000 (Rp. 1.530.000 + 30.000). Jurnal yang dibuat :

Kas Rp. 1.500.000

Piutang usaha yang dijaminkan Rp. 1.500.000

(Untuk mencatat penerimaan piutang yang dijaminkan)

Utang bunga Rp. 1.500.000

Biaya bunga Rp. 30.000

Kas Rp. 1.530.000

(Untuk mencatat pembayaran pinjaman)

Jika terdapat retur atau penghapusan piutang maka saldo piutang yang dijaminkan
harus dikurangi. Misal tanggal 5 Juni 2005 PT. Hokindo menerima kembali barang
dagangan yang telah dijual sebesar Rp. 50.000. Jurnal yang dibuat :
Retur penjualan Rp. 50.000

Piutang usaha yang dijaminkan Rp. 50.000

 Penjualan dengan kartu kredit.


Penjualan dengan kartu kredit terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu : Penjual,
Penerbit Kartu Kredit dan Pembeli. Penjualan dengan kartu kredit bagi penjual
diperlakukan sebagai penjualan kredit. Piutang yang timbul bukan kepada pembeli
tetapi kepada penerbit kartu kredit.
Misal :
Butik Syahmina menerima pembayaran dengan kartu kredit sebrsar Rp. 1.000.000
atas baju, kebaya, dan jilbab yang dibeli oleh seorang pembeli yang menggunakan
American Express. Biaya jasa yang diberikan kepada penerbit kartu kredit sebesar 5
% (Rp. 1.000.000 x 5 % = Rp. 50.000) dari jumlah transaksi sehingga jumlah yang
dibayar oleh American Express sebesar Rp. 950.000 (Rp. 1.000.000 – Rp. 50.000).
Jurnal untuk transaksi tersebut diatas adalah :
Piutang dagang Rp. 1.000.000

Penjualan Rp. 1.000.000

(Untuk mencatat penjualan dengan kartu kredit)

Kas Rp. 950.000

Biaya jasa kartu kredit Rp. 50.000

Piutang dagang Rp. 1.000.000

(Untuk mencatat penerimaan pembayaran dari penerbit kartu kredit)

II. PIUTANG WESEL


Piutang wesel dibedakan menjadi dua:

1. Piutang wesel tidak berbunga


2. Piutang wesel berbunga

PROSEDUR AKUNTANSI PIUTANG WESEL


Sama dengan Piutang dagang, prosedur akuntansi bagi Piutang wesel dapat dibagi:

1. Saat terjadinya Piutang wesel/pengakuan Piutang wesel


2. Penilaian Piutang wesel/saat Piutang wesel dimiliki
3. Lenyapnya Piutang wesel
Sebelum membahas prosedur akuntansi bagi Piutang wesel. Akan diperkenalkan dua istilah
yang belum ada dalam Piutang dagang.

A. TANGGAL JATUH TEMPO/MATURITY DATE


Apabila umur Piutang wesel dinyatakan dalam bulan, tanggal jatuh tempo dicari dengan
menghitung bulan dari tanggal penerbitannya.

Contoh: JT Piutang wesel 3 bulan sejak 1 Mei 1 Agustus


JT Piutang wesel 2 bulan sejak 31 Juli 30 September

Apabila umur Piutang wesel dinyatakan dalam hari, perlu untuk menghitung secara pasti
jumlah hari untuk menentukan tanggal jatuh tempo. Dalam perhitungan, tanggal penerbitan
wesel dihilangkan tetapi tanggal jatuh tempo dimasukkan.

Contoh: Tanggal JT Piutang wesel 90 hari sejak 28 Agustus?


Waktu wesel---------------------------à 90 hari

Agustus (31-28) =3

September = 30

Oktober = 31

   64

Tanggal JT à November 26

Dari penjelasan diatas terlihat bahwa bulan Agustus hanya dihitung 3 hari, karena wesel
tertanggal 28 Agustus. September penuh. Oktober penuh. Namun November hanya dihitung
26 hari untuk mencukupkan total hari jadi 90 hari.

B. PERHITUNGAN BUNGA DARI PIUTANG WESEL


Rumus utama dalam penghitungan bunga:

Jangka waktu
Nilai nominal Tingkat bunga
X X dlm pecahan = Bunga
wesel Setahun
setahun

Apabila umur wesel dinyatakan dalam hari à dibagi 360

Apabila umur wesel dinyatakan dalam bulan à dibagi 12

I. AKUNTANSI TERJADINYA PIUTANG WESEL


Penyebab terjadinya Piutang wesel:

1. Penjualan kredit

Jurnal:

Piutang wesel XXX

Penjualan XXX

2. Pemberian pinjaman
Jurnal:
Piutang wesel XXX

kas XXX

3. Perubahan dari Piutang dagang


Jurnal:

Piutang wesel XXX

PiutANG dagang XXX

II. BUNGA WESEL

Jurnal:

kas XXX

piutang wesel XXX

pendapatan bunga XXX

III. DISKONTO PIUTANG WESEL


Seperti Piutang dagang, piutang wesel dilaporkan sebesar Nilai Realisasi Bersih Kas.

Rekening cadangan kerugian piutang wesel à CKP.

Penilaian untuk Piutang wesel sama dengan Piutang dagang.

Saat dimilikinya Piutang wesel, kemungkinan Piutang wesel dijual (didiskontokan) ke bank,
artinya: meminjam uang ke bank dengan menggunakan jaminan wesel yang dimiliki.

Perhitungan diskonto:
Diskonto = Nilai JT x Tarif diskonto x Periode diskonto
Diskonto à pengurangan oleh bank atas pinjaman yang diberikan selama waktu diskonto.

Jurnal:
kas XXX

pw.didiskontokan XXX

Atau:

Jurnal:

kas XXX

BUNGA DISKONTO XXX

PW.DIDISKONTOKAN XXX

PENYAJIAN PIUTANG DI NERACA


ILUSTRASI PIUTANG WESEL
Sebuah wesel tanggal 5 Agustus 2006 dengan nominal Rp. 30.000.000, Bunga 3 %, 60 hari.
Didiskontokan ke Bank pada tanggal 5 September 2006 dengan tingkat diskonto 5 %. Hitung
jumlah yang diterima dari wesel yang di diskontokan !

Jawab :

Bunga = Rp. 30.000.000 x 3 % x 60/360 = Rp. 150.000

Jadi, nilai jatuh tempo wesel adalah Rp. 30.150.000 (Rp. 30.000.000 + Rp. 150.000)

Tanggal JT Piutang wesel 60 hari sejak 28 Agustus

Waktu wesel---------------------------à 60 hari

Agustus (31-5) = 26
= 30
September
56

Tanggal JT à Oktober 4

Perhitungan diskonto:
Wesel didiskontokan ke Bank tanggal 5 September

September (30-5) = 25

=4
Tanggal JT à Oktober
= 29

Nilai Diskonto = Rp. 30.000.000 x 5 % x 29/360 = Rp. 120.833

Jumlah uang yang diterima = Rp. 30.150.000 – Rp. 120.833 = Rp. 30.029.167

Jurnal umum untuk mencatat pendiskontoan wesel:

Kas 30.029.167

Bunga Diskonto 120.833

PW. Didiskontokan 30.000.000

Pendapatan Bunga 150.000

PENUTUP

Dari penjelasan yang telah dijelaskan, maka diharapkan Makalah ini dapat di manfaatkan
pembaca dalam memahami tentang Akuntansi Keuangan khususnya tentang “Piutang
Dagang dan Piutang Wesel “. Selain itu penulis juga menyarankan untuk menerapkan apa
yang baik dari Makalah ini dan juga mengingatkan penulis apa yang dianggap pembaca
kurang baik dari Makalah ini. Sebagai penyusun, saya akui tidak terlepas dari kesalahan dan
keterbatasan. Karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan penulisan Makalah selanjutnya. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Diana%20Rahmawati,%20M.Si./AKT
%20PIUTANG.pdf
Jay M. Smith dan K. Fred Skousen, Akuntansi Intermediate. Jakarta : Erlangga, 1987

Anda mungkin juga menyukai