Oleh:
KELOMPOK 1
Nyoman Padmi Damayanti / 1807531095
I Dewa Ayu Cintya Nari Ratih / 1807531100
Agnes Monika Febrianti / 1807531105
I Gusti Ayu Shinta Suryani / 1807531164
Bagas Haris Prasetyo / 1807531251
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hukum Perjanjian dan
Kontrak” Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada bidang studi
Pengantar Hukum Bisnis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang hukum kontrak bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Dewa Gde Rudy, SH., M.Hum
selaku dosen Pengantar hukum Bisnis yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dega bidang studi yang saya tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
contract of law, dan di dalam Bahasa Belanda disebut dengan istilah overeenscom
strecht. Dalam menunjang kegiatan bisnis agar tercapainya keamanan dimana tidah
ahnya saling percaya namun dibutuhkan suatu perjanjian yang mengikat yang dikenal
dengan istilah kontrak. Kontrak dalam dunia bisnis adalah salah satu aspek penting
yang banyak digunakan orang dan hampir semua kegiatan bisnis diawali dengan
perjanjian kontrak.
perjanjian antaradua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu hal yang khusus. Berdasarkan Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPer), kontrak melahirkan suatu perikatan antara pihak yang mengikatkan dirinya.
Sehingga dari kontrak inilah lahir suatu perikatan dimana para pihak yang mengikatkan
diri memiliki kewajiban masing-masing sesuai dengan yang ditentukan dalam kontrak.
kontrak, syarat sah kontrak yang harus dipenuhi, dengan kontrak pula pihak-pihak yang
terkait mendapatkan suatu kejelasan hukum apabila salah satu pihak tidak memenuhi
kewajibannya.
B. Rumusan Masalah
1
3. Jelaskan bentuk Prestasi dan Wanprestasi
C. Tujuan
Bentuk perjanjian.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KONTRAK
perjanjian merupakan sumber dari perkaitan. Perjanjian diatur dalam pasal 1313 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang berisikan “suatu perbuatan yang
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.
bahwa maksud bersama yang interdependen dari dua atau lebih pihak untuk
menciptakan akibat hukum demi kepentingan satu pihak, kedua belah pihak, dan juga
pihak lain. Kontrak merupakan golongan dari perbuatan hukum. Perbuatan hukum yang
dimaksud ialah suatu perbuatan yang menghasilkan akibat hukum dikarenakan adanya
niat dari perbuatan satu orang atau lebih. Sehingga dapat dikatakan bahwa beberapa
perbuatan hukum yang bersifat multilateral adalah kontrak. Istilah kontrak juga sering
digunakan dalam praktek bisnis dikarenakan jarang sekali orang menjalankan bisnis
sehingga kontrak dapat juga disebut sebagai perjanjian yang dibuat secara tertulis.
B. Dasar Hukum
Pada dasarnya sumber hukum kontrak dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
Tempat darimana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil merupakan
3
politik, situasi sosial ekonomi, tradisi, hasil penelitian ilmiah, perkembangan
Tempat memperoleh kekuatan hukum, hal ini berkaitan dengan bentuk atau cara
yang menyebabkan peraturan hukum formal itu berlaku. Yang diakui umum
3. KUH Dagang.
Penyelesaian Sengketa.
Menurut pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
1. Konsensualisme adalah perjanjian itu telah terjadi jika telah ada consensus antara
4
2. Kebebasan berkontrak adalah seseorang bebas untuk mengadakan perjanjian, bebas
3. Pacta sunt servanda yang memiliki arti kontrak itu merupakan Undang-Undang bagi
Namun disamping itu ada beberapa asas lain dalam standar kontrak:
1. Asas Kepercayaan
3. Asas Keseimbangan
4. Asas Moral
5. Asas Kepatutan
6. Asas Kebiasaan
Menurut pasal 1320 KUH perdata kontrak adalah sah bila memenuhi syarat-
1. Syarat Subjektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontrak dapat dibatalkan,
meliputi:
2. Syarat Objektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontranya batal demi hukum,
meliputi:
5
Yang dimaksud asas kebebasan berkontrak ialah adanya kebebasan yang seluas-
perjanjian tentang apa saja, asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
ini dapat dilihat pada pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang menyatakan bahwa semua
perjanjian yag dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.
Menurut buku karya Subekti, cara menyimpulkan asas kebenaran berk ontrak
adalah dengan jalan menekankan pada perkataan “semua” yang ada di muka perkataan
“perjanjian”. Dikatakan bahwa pasal 1338 ayat (1) seolah -olah membuat suatu
pernyataan bahwa kita diperbolehkan membuat perjanjian apa saja dan itu akan
kebebasan itu hanya berupa apa yang dinamakan “ketertiban umum dan kesusilaan”
3. Kebebasan untuk menentukan atau memilih kuasa dari perjanjian yang akan
dibuatnya
bersifat opsional.
Kebebasan berkontrak ini juga harus dibatasi bekerjanya agar kontrak yang
dibuat berlandaskan asas itu tidak sampai merupakan perjaanjian yang berat sebelah
6
atau timpang. Lalu apakah asas kebebasan berkontrak dapat bekerja secara mutlak? Bila
kita melihat pasal-pasal KUH Perdata, ternyata asas kebebasan berkontrak itu bukannya
bebas mutlak. Ada beberapa batasan yang diberikan oleh pasa l-pasal KUH Perdata
terhadap asas ini yang membuat asas ini merupakan asas yang tidak terbatas, antara lain
pasal 1320 ayat (1): ayat (2): dan ayat (4). Pasal 1332, pasal 1337 dan pasal 1338 ayat
(3).
Ketentuan pasal 1320 ayat (1) tersebut memberikan petunjuk bahwa hukum
perjanjian dikuasai oleh asas “konsensualisme”. Ketentuan pasal 1320 ayat (1) tersebut
juga mengandung pengertian bahwa kebebasan suatu pihak untuk menentukan isi
kontrak dibatasi oleh sepakat pihak lainnya. Dengan kata lain, asas kebebasan
Dari pasal 1320 ayat (2) dapat pula disimpulkan bahwa kebebasan orang untuk
membuat kontrak dibatasi oleh kecakapannya untuk membuat kontrak. Bagi seorang
yang menurut ketentuan undang-undang tidak cakap untuk membuat kontrak, sama
Pasal 1320 ayat (4) jo 1337 menentukan bahwa para pihak tidak bebas untuk
membuat kontrak yang menyangkut causa yang dilarang oleh undang-undang atau
yang dibuat untuk causa yang dilarang oleh undang-undang atau bertentangan dengan
kontrak sepanjang yang menyangkut objek kontrak. Menurut pasal 1332 tersebut
adalah tidak bebas untuk memperjanjikan setiap barang apapun. Menurut pasal
7
tersebut, hanya barang-barang yang mempunyai nilai ekonomis saja yang dapat
Pasal 1338 ayat (3) menentukan tentang berlakunya “asas etikad baik” dalam
melaksanakan kontrak. Berlakunya asas itikad baik ini bukan saja mempunyai daya
kerja pada waktu kontrak dilaksanakan, melainkan juga sudah mulai berkerja pada
waktu kontrak itu dibuat. Artinya, bahwa kontrak yang dibuat dengan berlandaskan
itikat buruk, misalnya atas dasar penipuan, maka perjanjian itu tidak sah. Dengan
demikian, asas itikad baik mengandung pengertian bahwa kebebasan suatu pihak
membuat perjanjian tidak dapat diwujudkan sekehendaknya, tetapi dibatasi oleh itikad
baiknya.
Sekalipun asas kebebasan berkontrak yang diakui oleh KUH Perdata pada
hakikatnya banyak dibatasi oleh KUH Perdata itu sendiri, tetapi daya kerjanya masih
ketidakadilan bila para pihak yang membuat kontrak tidak sama kuat kedudukannya
perjanjian yang membebankan prestasi hanya pada satu pihak. Misalnya perjanjian
8
hibah, perjanjian penanggunga, dan perjanjian pemberian kuasa tanpa upah.
Sedangkan perjanjian timbal balik adalah yang membebankan prestasi pada kedua
adalah perjanjian dimana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada
pihak yang lain tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya. Misalnya hibah, pinjam
pakai, pinjam meminjam tanpa bunga, dan penitipan barang tanpa biaya. Sedangkan
perjanjian atas beban adalah perjanjian yang mewajibkan pihak yang satu untuk
melakukan prestasi berkaitan langsung dengan prestasi yang harus dilakukan oleh
pihak lain. Contohnya perjanjian atas beban adalah jual beli, sewa menyewa, dan
konsensuil adalah perjanjia yang mengikat sejak adanya kesepakatan dari kedua
belah pihak. Contohnya perjanjian jual beli dan perjanjian sewa menyewa.
Perjanjian formil adalah perjanjian yang selain dibutuhkan kata sepakat, juga
dibutuhkan formalitas tertentu, sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh
Perjanjian bernama adalah perjanjian yang secara khusus diatur di dalam undang-
undang. Perjanjian tak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur secara khusus
9
dua atau lebih perjanjian bernama. Misalnya perjanjian pemondokan (kost) yang
kamar)
hak dari seseorang kepada orang lain. Misalnya balik nama ha katas tanah.
G. Bentuk Perjanjian
1. Perjanjian tertulis
Merupakan suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan
2. Perjanjian lisan
Merupakan suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup
1. Perjanjian dibawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan
saja.
2. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak.
10
3. Perjanjian yang dibuat di hadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta notariel. Akta
notariel adalah akta yang dibuat di hdapan dan di muka pejabat yang berwenang
untuk itu.
Contoh perjanjian:
5. Perjanjian Persekutuan
6. Perjanjian Hibah
Prestasi
Pengertian prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam
setiap perikatan. Prestasi sama dengan objek perikatan. Dalam hukum perdata
kewajiban memenuhi prestasi selalu disertai jaminan harta kekayaan debitur. Dalam
pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata dinyatakan bahwa semua harta kekayaan debitur baik
bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang aka nada, menjadi
jaminan pemenuhan hutangnya terhadap kreditur. Tetapi jaminan umum ini dapat
dibatasi dengan jaminan khusus berupa benda tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian
antara pihak-pihak.
Bentuk-bentuk prestasi
11
Menurut ketentuan pasal 1234 KUHPdt ada tiga kemungkinan wujud atau bentuk
prestasi yaitu:
benda dari debitur kepada kreditur atau sebaliknya. Contohnya : dalam jual beli,
wajib melakukan perbuatan tertentu yang telah ditetapkan dalam perikatan, contoh:
perusahaan.
sesuatu”, debitur tidak melakukan perbuatan yang telah ditetapkan dalam perikatan,
orang lain.
Sebagian besar perikatan yang dialami dalam masyarakat terjadi karena perjanjian.
Karena itu, undang-undang mengatur bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi pihak-pihak yang membuatnya (pasal 1338 ayat (1)
KUHPdt). Artinya, jika salah satu pihak tidak bersedia memenuhi prestasinya,
Sifat Prestasi
Prestasi adalah objek perikatan. Supaya objek perikatan itu dapat dipenuhi oleh debitor,
Sifat ini memungkinkan debitur memenuhi perikatan. Jika prestasi itu tidak tertentu
12
b. Prestasi itu harus mungkin
Artinya, prestasi itu dapat dipenuhi oleh debitur secara wajar dengan segala
dan ketertiban umum. Jika prestasi itu tidak halal, perikatan itu batal (nietig).
Jika prestasi terdiri dari satu kali perbuatan dilakukan lebih dari satu kali, dapat
Wanprestasi
somamsi oleh kreditur atau juru sita. Soamasi itu minimal telah dilakukan sebanyak
Tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur karena dua kemungkinan alasan yaitu:
13
Debitur dikatakan bersalah atau lalai dapat dilihat dalam empat keadaan, yaitu:
a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali. Contohnya: A dan B telah sepakat
2014 pukul 10.00. Setelah A menunggu lama, ternyata si B tidak datang sama
b. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru. Contohnya: (Konteks
contoh nomor 1). Si B datang tepat waktu, tapi membawa motor merk
Contohnya, (Konteks contoh nomor 1). Si B datang pada hari itu membawa
contoh nomor 1). Si B datang tepat pukul 10.00 pada hari itu dan memb awa
motor Snoopy, namun menyertakan si C sebagai pihak ketiga yang sudah jelas-
a. Debitur sama sekali tidak mampu berprestasi, dalam hal ini kreditur tidak perlu
b. Debitur berprestasi tidak sebagaimana mestinya, dalam hal ini debitur sudah
pemenuhannya
14
Menurut ketentuan pasal 1238 KUHPdt, debitur dianggap lalai dengan lewatnya
tenggang waktu yang telah ditetapkan dalam perikatan. Jika debitur lalai dalam
memenuhi prestasinya yaitu, debitur perlu diberi peringatan tertulis yang isinya
dilakukan secara resmi dan tidak resmi. Peringatan tertulis secara resmi dilakukan
melalui Pengadilan yang berwenang, yang disebut somasi. Peringatan tertulis tidak
resmi misalnya melalui surat tercatat, surat peringatan ini disebut ingebreke stelling
c. Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu membuat
perikatan.
Dalam hal keadaan memaksa yang memenuhi unsur satu dan tiga, maka
Misalnya seorang pelukis tidak bisa menyerahkan lukisan yang telah dipesan
“batal”.
Dalam hal keadaan memaksa yang memenuhi unsur dua dan tiga, keadaan
memaksa ini disebut keadaan “memaksa yang subjektif”. Dasarnya ialah debitur
15
seseorang membeli barang dari seorang pedagang yang disanggupi untuk
dikirimkan dalam waktu satu minggu. Namun kapal yang mengangkut barang itu
membentur karang sehingga harus masuk dok untuk perbaikan. Di sini debitur
mengalami kesulitan memenuhi prestasi. jika prestasi itu sudah tidak berarti lagi
Perbedaan antara perikatan “batal” dan “gugur” terletak pada ada dan tidaknya
objek perikatan dan kemungkinan pemenuhan objek. Pada perikatan batal, objek
perikatan tidak ada karena musnah, sehingga “tidak mungkin” dipenuhi oleh
Akibat hukum bagi debitur yang melakukan wanprestasi adalah sebagai berikut:
1. Debitur wajib membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur (Pasal
1243 KUHPdt).
3. Dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, resiko beralih kepada debitur sejak
4. Debitur wajib memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau pembatalan
5. Debitur wajib membayar biaya perkara, jika diperkarakan di Pengadilan Negeri dan
Disamping debitur harus menanggung hal tesebut diatas, maka yang dapat
dilakukan oleh kreditur dalam menghadapi debitur yang wanprestasi ada lima
16
a. Dapat menuntut pemenuhan perjanjian, walaupun pelaksanaannya terlambat
e. Dapat menuntut pembatalan dan penggantian kerugian, ganti rugi itu berupa
Namun, jika wanprestasi itu terjadi karena keadaan memaksa, maka Debitur tidak
menuntut ganti rugi sebagaimana hak yang dimiliki oleh Kreditur dalam wanprestasi.
Hal ini dinyatakan dalam pasal 1245 KUH Perdata: “Tidaklah biaya rugi dan bunga,
harus digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tak
atau lantaran hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang”
dipertanggungjawabkan, ialah:
b. Beban resiko beralih untuk kerugian kreditur, dan dengan demikian debitur hanya
bertanggung jawab atas wanprestasi dalam hal ada kesengajaan atau kesalahan
besar lainnya.
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi kontrak di definisikan sebagai perbuatan hukum yang dibuat dengan memenuhi
persyaratan yang ditentukan hukum oleh persesuaian kehendak yang menyatakan bahwa
maksud bersama yang interdependen dari dua atau lebih pihak untuk menciptakan akibat
hukum demi kepentingan satu pihak, kedua belah pihak, dan juga pihak lain. Dasar dari sumber
hukum kontrak adalah Sumber Hukum materiil dan Sumber Hukum Formiil dan asas perjanjian
kontrak serta dalam perjanjian perjanjian dapat dibedakan menjadi dua kelompok seperti
Perjanjian obligatoir yaitu perjanjian yang mewajibkan seseorang untuk menyerahkan atau
membayar sesuatu serta perjanjian non obligatoir yaitu suatu perjanjian yang tidak mewajibkan
seseorang untuk meyerahkan atau membayar sesuatu. Serta ada prestasi dan wanprestasi,yang
diaman prestasi sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan dan wan
prestasi tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perikatan. Terima kasih
18
DAFTAR PUSTAKA
1. https://libera.id/blogs/hukum-
kontrak/#:~:text=Pengertian%20Kontrak&text=Berdasarkan%20Kitab%20Un
dang%2DUndang%20Hukum,sesuai%20yang%20ditentukan%20dalam%20ko
ntrak.
2. http://diydesy.blogspot.com/2018/08/makalah-hukum-kontrak-atau-
perjanjian.html
3. http://ennymukaromah.blogspot.com/2016/11/makalah-hukum-kontrak-
perjanjian.html
5. http://www.hukumkontrak.com/p/sumber-hukum-kontrak.html
6. http://lailyamiruddin.blogspot.com/2016/02/prestasi-dan-wanprestasi.html
7. https://www.jurnalhukum.com/jenis-jenis-perjanjian/
19