Secara harfiah Firma adalah Perserikatan dagang antara beberapa perusahaan dalam bentuk
sebuah persekutuan bisnis untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih dengan
memakai nama bersama untuk mendapat profit.
Persekutuan Firma adalah kaitan atau hubungan yuridis yang timbul dari perjanjian sukarela
antara beberapa pihak yang bersangkutan, baik secara lisan, maupun tertulis atau tersirat dari
tindakan pribadi sekutu bersangkutan.
Firma (Fa) adalah suatu persekutuan antara dua aorang atau lebih yang menjalankan badan
usaha dengan nama bersama dengan tujuan untuk membagi hasil yang diperoleh dari
persekutuan tersebut. Dalam mendirikan firma memiliki anggota paling sedikit dua orang.
Semua anggota memiliki tanggung jawab terhadap perusahaan dan menyerahkan kekayaan
pribadi sesuai yang tercantum dalam akta pendirian Firma. Apabila bangkrut semua anggota
harus bertanggung jawab sampai harta milik pribadi ikut dipertanggungkan.
Menurut Johanes Ibrahim, suatu Maatschap (persekutuan perdata) khusus seperti yang
ditetapkan oleh Pasal 1623 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat melakukan
perbuatan perusahaan.Oleh karena itu, Firma tidak dapat dikatakan sebagai badan usaha yang
memiliki ciri-ciri sebagai badan hukum. Karena apabila meninjau pandangan Subekti yang
menjelaskan bahwa, Badan Hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau perkumpulan
yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta
memiliki kekayaan sendiri, dan dapat digugat atau mengguggat di depan hakim.
Slagter memberikan defenisi bahwa Firma adalah suatu perjanjiann yang ditujukan kearah
kerjasama di antara dua orang atau lebih secara terus menerus untuk menjalankan suatu
perusahaan di bawah nama bersama, agar memperoleh keuntungan atas hak kebendaan
bersama guna mencapai tujuan pihak-pihak di antara mereka mengikatkan diri untuk
memasukkan uang, barang, nama baik, hak-hak atau kombinasi daripadanya kedalam
persekutuan.
Adapun pengertian Persekutuan Perdata menurut Kamus hukum ialah Persetujuan kerjasama
antara beberapa orang untuk mencari keuntungan tanpa bentuk badan hukum terhadap pihak
ketiga masing-masing menanggung sendiri-sendiri perbuatannya kedalam mereka
memperhitungkan laba rugi yang dibaginya menurut perjanjian persekutuan. (Pasal 1618
KUHPdt)
Adapun persekutuan perdata adalah perjanjian dengan mana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk menyetorkan sesuatu kepada persekutuan dengan tujuan untuk
memperoleh manfaat atau keuntungan (Pasal 1618 KUHPer). Berdasarkan definisi tersebut,
dapat dinyatakan bahwa persekutuan itu disebut Firma apabila mengandung unsur-unsur
pokok berikut ini :
1. Persekutuan perdata (Pasal 1618 KUHPer);
2. Menjalankan perusahaan (Pasal 16 KUHD);
3. Dengan nama bersama atau firma (Pasal 16 KUHD); dan
4. Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi untuk keseluruhan (Pasal 18 KUHD)
Dari pengertian Firma menurut Pasal 16 UU Hukum Dagang, dapat di simpulakan bahwa,
Firma merupakan persekutuan perdata dan termasuk bagian dalam perusahaan serta
dijalankan atas satu nama bersama. Hal ini didukung dengan isi Pasal 16181652 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, yang menjelaskan Persekutuan perdata diberlakukan
terhadap perseroan Firma sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang.
Firma juga dapat dikatakan sebagai persekutuan perdata. Persekutuan perdata adalah
perjanjian antara dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke
perusahhan dengan maksud untuk membagi keuntungan atau kemanfatan yang di peroleh
karenanya (Pasal 1618 KUHPerdata). Sehingga dapat disimpulkan bahwa firma adalah
sebuah ketentuan husus dari ketentuan yang umum yang mengatur mengenai persekutuan
perdata.
Persekutuan firma bukan merupakan badan hukum karena persekutuan firma tidak memenuhi
syarat untuk menjadi badan hukum. Adapun syarat sebuah persekutuan disebut badan hukum
apabila kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi dan mendapatkan mempunyai
peraturan resmi atau husus oleh pemerintah. Sedangkan persekutuan firma, kekayaan
persekutuan dengan kekayaan pribadi tidak terpisah dan tidak ada undang-undang husus yang
mengatur mengenai firma. Oleh karena itu dalam mendirikan persekutuan firma tidak ada
keharusan untuk mengesahkan akta pendirian oleh menteri kehakiman.
Seperti halnya persekutuan yang lain, firma juga memiliki sifat atau ciri-ciri. Adapun ciri-ciri
firma antara lain :
Firma merupakan salah satu bentuk usaha yang telah lama dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Dalam hukum positif Indonesia, Firma telah diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD). Firma memenuhi unsur-unsur sebagai perusahaan sebagaimana
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 Tentang Badan Usaha;
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus-
menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan, baik yang diselenggarakan oleh perorangan
maupun badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1. Persekutuan Firma Dagang adalah Persekutuan Firma yang Kegiatan usaha Utamanya
adalah Memproduksi atau Membeli dan menjual barang-barang.
2. Non Dagang Adalah Persekutuan Firma yang menjual jasa. Firma ini dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
3. Persekutuan Firma Umum dan terbatas adalah Persekutuan Firma dimana Semua
sekutu boleh bertindak secara umum atas Nama perusahaan dan masing-masing
sekutu dapat bertanggungjawab akan kewajiban- kewajiban perusahaan.
4. Perusahaan Saham Patungan adalah Persekutuan Firma yang didirikan dengan
struktur modal dalam bentuk saham pindah tangan (saham yang dapat
dipindahtangankan).
B. Penggunaan Nama Bersama
Firma (Fa) artinya nama bersama. Penggunaan nama bersama untuk nama perusahaan dapat
dilakukan dengan caara berikut ini:
Pada firma, kepribadian para sekutu yang bersifat kekeluargaan sangat diutamakan. Hal ini
dapat dimaklumi karena sekutu dalam persekutuan firma adalah anggota keluarga ataupun
teman sejawat, yang bekerja sama secara aktif menjalankan perusahaan mencari keuntungan
bersama dengan tanggung jawab bersama secara pribadi.
Suatu Firma (Fa) dapat dibentuk dengan membuat akta pendirian oleh mereka yang
mendirikannya, akta pendirian tersebut kemudian didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri dalam mana firma tersebut berdomisili.
Di dalam mendirikan Firma, kita harus merujuk kepada ketentuan dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang Indonesia, walaupun badan usaha Firma tidak memiliki
kompleksitas organ perusahaan yang tinggi.
Dalam Pasal 22 KUHD disebutkan bahwa persekutuan firma harus didirikan dengan akta
otentik tanpa adanya kemungkinan untuk disangkalkan kepada pihak ketiga bila akta itu tidak
ada. Pasal 23 KUHD dan Pasal 28 KUHD menyebutkan setelah akta pendirian dibuat, maka
harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dimana firma tersebut berkedudukan
dan kemudian akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ada tiga unsur penting dalam isi Pasal 22, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga menganggap
firma sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam usaha, didirikan untuk
jangka waktu yang tidak terbatas serta semua sekutu berwenang menandatangani berbagai
surat untuk firma ini sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 29 KUHD.
Dalam mendaftarkan akta pendirian Firma (Fa), Firma harus didirikan dengan akta otentik
yang dibuat dimuka notaris (Pasal 22 KUHD). Akta pendirian tersebut memuat anggaran
dasar firma dengan rincian isi sebagai berikut, yaitu :
1. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu (persero) firma;
2. Pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah perseroan itu umum, ataukah
terbatas pada suatu cabang khusus dari perusahaan tertentu, dan jika persekutuan
firma itu usaha yang husus maka harus disebutkan usaha yang husus itu;
3. Penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertandatangan atas nama firma;
4. Saat mulai berlakunya perseroan dan saat berakhirnya;
5. Selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai
untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para persero; dan
6. Ketentuan-ketentuan lain mengenai hak pihak ketiga terhadap para sekutu.
Setiap orang dapat memeriksa akta atau petikannya yang terdaftar, dan dapat memperoleh
salinannya atas biaya sendiri (Pasal 25 KUHDagang).
Pendaftarannya harus diberi tanggal dari hari pada waktu akta atau petikannya itu dibawa
kepada panitera. (KUHD Pasal 27).
Akta pendirian nama firma harus didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negri yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan firma yang bersangkutan (Pasal 23 KUHD). Setelah
itu, akta pendirian harus diumumkan dalam Berita Negara atau Tambahan Berita Negara
(Pasal 28 KUHD). Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan , maka menurut
ketentuan Pasal 29 KUHD pihak ketiga menganggap firma itu :
Berdasarkan ketentuan pasal-pasal tadi dapat disimpulkan bahwa firma bukan badan hukum.
Alasannya adalah :
1. Tidak ada pemisahan harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi sekutu-sekutu,
setiap waktu bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan; dan
2. Tidak ada keharusan pengesahan akta pendirian oleh Mentri Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
Untuk memulai usaha, sekutu pendiri harus memperoleh surat izin usaha dari Kantor
Deperindag setempat bila diperlukan surat izin tempat usaha dari pemerintah kabupaten/kota
setempat. Paling lambat tiga bulan sejak memperoleh surat izin usaha (sejak menjalankan
usahanya), sekutu pendiri wajib mendaftarkan firma pada Kantor Deperindag setempat (Pasal
10 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982).
Pada umumnya Persekutuan Firma disebut juga sebagai perusahaan yang tidak berbadan
hukum karena firma telah memenuhi syarat/unsur materiil namun syarat/unsur formalnya
berupa pengesahan atau pengakuan dari Negara berupa peraturan perundang-undangan belum
ada. Hal inilah yang menyebabkan Persekutuan Firma bukan merupakan persekutuan yang
berbadan hukum.
Sebagai sebuah badan usaha maka CV atau Firma berkewajiban untuk mendaftarkan NPWP
yang terpisah dengan kewajiban para pemiliknya. Keuntungan usaha merupakan
penghasilannya CV atau Firma yang akan dikenai pajak dan dilaporkan oleh CV atau Firma
sebagai Wajib Pajak. Sedangkan penghasilan seorang investor dari penanaman modal di CV
atau Firma adalah penghasilan berupa pembagian laba. Jika seorang investor juga aktif
menjalankan usaha, investor dapat saja menerima tambahan penghasilan lain berupa gaji dan
tunjangan-tunjangan lainnya.
Akta autentik pendirian persekutuan firma merupakan bukti keberadaan atau eksistensi
persekutuan firma tersebut. Akan tetapi akta ini hany merupakan dokumen internal diantara
para sekutu yang mendirikan persekutuan firma tersebut. Kehidupan dunia usaha sehari-hari
seringkali menunjukkan bahwa tidah semua pelaku usaha cukup cakap untuk mengerti dan
merasa perlu untuk mengetahui secara detail tentang eksistensi suatu firma. Jika kenyataan
sehari-hari menunjukkan suatu pelaku usaha yang menjadi mitranya memperkenalkan diri
dan terlibat dalam dunia usaha dengan menggunakan suatu nama bersama yang dikenal
dikalangan luas dengan berdasarkan pada hal tersebut, undang-undang sudah memungkinkan
pelaku usaha tersebut untuk menggugat mitra usahanya yang cidra janji sebagai suatu
persekutuan firma, jadi dalam hal ini beban pembuktian mengenai eksistensi dari persekutuan
firma dalam dunia bisnis menjadi lebih mudahadapun tugas dari mitra usahanya tersebut
(yang digugat sebagai persekutuan firma) untuk membuktikan bahwa tidak ada suatu
persekutuan firma diantara para sekutunya tersebut.
Bagi sekutu dalam persekutuan firma itu sendiri, keberadaan persekutuan firma diantara para
sekutu tersebut, dalam hal sekutu atau persekutuan firma hendak mengugat pihak ketiga yang
cidera janji terhadap persekutuan firma tersebut, hanya dapat dibuktikan dengan akta
pembentukan firma yang autentik, yang merupakan akta notaris.
Para persero firma diwajibkan untuk mendaftarkan akta pendirian firma dalam register yang
disediakan untuk itu pada kepaniteraan raad van justitie (pengadilan negeri) daerah hukum
tempat kedudukan perseroan itu (KUHD Pasal 23)
Di samping itu para persero wajib untuk mengumumkan petikan aktanya dalam surat kabar
resmi (KUHD Pasal 28)
Selama pendaftaran dan pengumuman belum terjadi, maka perseroan firma itu terhadap pihak
ketiga dianggap sebagai perseroan umum untuk segala urusan, dianggap didirikan untuk
waktu yang tidak ditentukan dan dianggap tiada seorang persero pun yang dilarang
melakukan hak untuk bertindak dan bertanda tangan untuk firma itu.
Dalam hal adanya perbedaan antara yang didaftarkan dan yang diumumkan, maka terhadap
pihak ketiga berlaku ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan pasal yang lalu yang
dicantumkan dalam surat kabar resmi. (KUHD Pasal 29)
Dari rumusan pasal 28 dan 29 KUHD dan penjelasan sebelumnya mengenai pendirian
persekutuan firma, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pendaftaran dan pengumuman dalam pembentukan atau pendirian suatu firma adalah untuk
memenuhi syarat publisitas, berdasarkan teori fiksi yang berlaku dalam ilmu hukum. Menurut
teori fiksi tersebut, dengan dilakukannya pengumuman, maka seluruh anggota masyarakat di
nilai dan dianggap mengetahui mengenai keberadaan atau eksistensi dari hal-hal yang dimuat
dalam pengumuman tersebut.
Pengumuman yang dilakukan tersebut menjadi alat bukti yang kuat bagi pihak ketiga
mengenai hal-hal yang di sebutkan dalam pengumuman tersebut. Dalam hal ada perbedaan
antara yang diumumkan dan yang didaftarkan, maka yang berlaku adalah yang diumumkan,
oleh karena melalui pengumuman, masyarakat luas, dengan teori fiksi, dianggap terikat
dengan pengumuman tersebut.
Untuk mencegah terjadinya pertentangan dalam pendaftaran dan pengumuman, maka oleh
undang-undang ditentukan bahwa apa yang diumumkan itu adalah atau bersumber pada apa
yang telah didaftarka di kepaniteraan pengadilan negeri, yang meliputi tempat kedudukan
persekutuan firma tersebut.
Oleh karena pengumuman tersebut bersifat dan bertujuan untuk mengikat pihak ketiga, dalam
berhubungan hukum dengan persekutuan firma, maka isi dari hal-hal yang ada dalam
pengumuman tersebut adalah yang menurut persekutuan relevan dan perlu diketahui.
Jika persekutuan firma (dan atau sekutu firma dalam persekutuan tersebut) lalai untuk
melakukan pendaftaran dan pengumuman, maka undang-undang memberikan perlindungan
kepada pihak ketiga yang berhubungan hukum dengan persekutuan firma tersebut.
Perlindungan tersebut diberikan dalam bentuk:
1. Pihak ketiga tidak perlu menunjukkan adanya akta pendirian persekutuan firma untuk
membuktikan bahwa ada persekutuan firma diantara para sekutu tersebut.
2. Pihak ketiga tersebut dapat mempergunakan segala alat bukti yang diperbolehkan
undang-undang, yaitu baik saksi, persangkaanm, maupun sumpah.
3. Sedangkan bagi persekutuan firma tersebut atau sekutu dalam persekutuan tersebut,
untuk membuktikan adanya persekutuan firma mereka hanya dapat membuktikannya
denga alat bukti tertulis, yaitu akta autentik yang membuktikan adanya persekutuan
firma tersebut.
Dalam konteks ini perlu dibedakan antara kegiatan pengurusan dan perwakilan yang di atur
dalam ketentuan mengenai persekutuan dalam KUHPerdata, dengan fungsi perwakilan dalam
menjalankan perusahaan yang diatur dalam KUHD.
Selama tidak ada pendaftaran dan pengumuman, setiap pihak ketiga yang melakukan
hubungan hukum atau transaksi dengan seorang sekutu dalam dalam suatu persekutuan demi
hukum dilindungi. Pihak ketiga tersebut berhak menuntut pelaksanaan perikatannya dengan
sekutu tersebut dan juga dari persekutuan firma menurut segala ketentuan dan tata cara yang
dimungkinkan oleh undang-undang.
Dengan didftarkannya akta pendirian persekutuan firma dan atau petikannya yang relevan
denga pihak ketiga dalam kepaniteraan pengadilan negeri yang meliputi tempat kedudukan
firma, dan selanjutnya diumumkan dalam berita negara, maka terhitung sejak saat itu pihak
ketiga baru dianggap mengetaui mengenai kekhususan dari suatu persekutuan firma, baik
mengenai bidang usaha dan kegiatannya, baik mengenai jangka waktunya, dan termasuk pula
batasan-batasan kewenangan dalam perwakilan kegiatan menjalankan perusahaan dalam
persekutuan firma tersebut.
Setiap sekutu mempunyai hak dan kewajiban terhadap persekutuan. Hak dan tanggung jawab
sekutu firma:
1. Setiap anggota berhak untuk melakukan pengumuman dan bertindak keluar atas nama
firma;
2. Perjanjian yang dibuat oleh seorang anggota, juga mengikat anggota lainnya;
3. Segala sesuatu yang diperoleh oleh seorang anggota menjadi harta firma; dan
4. Tiap-tiap anggota secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya
atas perikatan firma yang disebut dengan tanggung jawab solider.
Hubungan hukum antara sekutu-sekutu dalam firma meliputi ketentuan-ketentuan berikut ini
:
1. Semua sekutu memutuskan dan menetapkan dalam akta sekutu yang di tunjuk sebgai
pengurus firma
2. Semua sekutu berhak melihat atau mengontrol pembukuan firma
3. Semua sekutu memberikan persetujuan jika persekutuan firma menambah sekutu baru
4. Penggantian kedudukan sekutu dapat diperkenankan jika diatur dalam akta pendirian
5. Seorang sekutu dapat menggugat persekutuan firma apabila ia berposisi sebagai
kreditur firma dan pemenuhannya disediakan dari kas persekutuan firma.
Hubungan hukum antara sekutu firma dengan pihak ketiga meliputi ketentuan :
1. Sekutu yang telah keluar secara sah masih dapat dituntut oleh pihak ketiga atas dasar
perjanjian yang belum dibereskan pembayarannya.
2. Setiap sekutu berwenang mengadakan perikatan dengan pihak ketiga bagi
kepentingan persekutuan, kecuali jika sekutu itu dikeluarkan dari kewenangan itu.
3. Setiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas semua perikatan persekutuan
firma, meskipun di buat oleh sekutu lain, termasuk juga perikatan karena perbuatan
melawan hukum.
4. Apabila seorang sekutu menolak penagihan dengan alasan persekutuan firma tidak
ada karena tidak ada akta pendirian, maka pihak ketiga itu dapat membuktikan adanya
persekutuan firma dengan segala macam alat pembuktian.
Tanggung jawab para sekutu terhadap pihak ketiga tidak di laksanakan secara langsung,
artinya segala hutang persekutuan firma dipenuhi terlebih dahulu dari kas persekutuan firma.
Apabila kas tidak mencukupi, maka kekayaan pribadi masing-masing sekutu
dipertanggungjawabkan sampai hutang terpenuhi semua.
Sekutu yang ditunjuk atau diberi kuasa untuk menjalankan tugas pengurus ditentukan dalam
anggaran dasar (akta pendirian firma). Jika belum ditentukan, pengurus harus
ditentukandalam aka tersendiri dan didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negri setempat
serta diumumkan dalam Tambahan Berita Negara. Hal ini penting supaya pihak ketiga dapat
mengetahui siapa yang menjadi pengurus yang berhubungan dngannya.
Dalam anggaran dasar atau akta penetapan pengurus ditentukan juga bahwa pengurus berhak
bertindak keluar atas nama firma (Pasal 17 KUHD). Jika tidak ada ketentuan, setiap sekutu
dapat mewakili firma yang mengikat juga para sekutu lain sepanjang mengenai perbuatan
bagi kepentingan firma (Pasal 18 KUHD). Akan tetapi, kekuasaan tertinggi dalam firma ada
di tanggan semua sekutu. Mereka memutuskan segala masalah dengan musyawarah
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam anggaran dasar firma.
Hubungan hukum ke dalam (internal) antara sesame sekutu firma meliputi butir-butir yang
ditentukan berikut ini:
1. Semua sekutu memutus dan menetapkan dalam anggaran dasar sekutu yang ditunjuk
sebagai pengurus firma;
2. Semua sekutu berhak melihat atau mengontrol pembukuan firma (Pasal 12 KUHD);
3. Semua sekutu memberikan persetujuan jika firma menambah sekutu baru (Pasal 1641
KUHPer); dan
4. Penggantian kedudukan sekutu dapat diperkenankan jika diatur dalam anggaran
dasar;Seorang sekutu dapat menggugat firma apabila ia berposisi sebagai kreditor
firma dan pemenuhannya disediakan dari kas firma.
Hubungan hukum keluar (eksternal) antara sekutu firma dan pihak ketiga meliputi butir-butir
yang ditentukan berikut ini:
1. Sekutu yang sudah keluar secara sah masih dapat dituntut oleh pihak ketiga atas dasar
perjanjian yang belum dilunasi pembayarannya (Arrest Hoog gerechtshof20 februari
1930);
2. Setiap sekutu wenang mengadakan perikatan dengan pihak ketiga bagi kepentingan
firma, kecuali jika sekutu itu dikeluarkan dari kewenangannya (pasal 17 KUHD);
3. Setiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas semua perikatan firma, yang
dibuat oleh sekutu lain, termasuk juga perikatan karena melawan hukum (Pasal 18
KUHD); dan
4. Apabila seorang sekutu menolak penagihan dengan alasan firma tidak ada karena
tidak ada akta pendirian, pihak ketiga itu dapat membuktikan adanya firma dengan
segala macam alat pembuktian (Pasal 22 KUHD).
Menurut van Ophuijsen (1936), seorang notaries di Batavia, tanggung jawab para sekutu
terhadap pihak ketiga tidak dilaksanakan secara langsung, artinya segala utang firma dipenuhi
lebih dahulu dari uang kas firma. Apabila uang kas tidak mencukupi, barulah diberlakukan
pasal 18 KUHD bahwa kekayaan pribadi masing-masing sekutu dipertanggungjawabkan
sampai utang terpenuhi semuanya. Demikianlah hasil penelitian yang dilakukan oleh van
Ophuijsen terhadap praktik firma.
D.Pembagian Keuntungan
Perihal pembagian keuntungan dan kerugian dalam persekutuan Firma diatur dalam Pasal
1633 sampai dengan Pasal 1635 KUHPerdata yang mengatur cara pembagian keuntungan
dan kerugian yang diperjanjikan dan yang tidak diperjanjikan di antara pada sekutu. Dalam
hal cara pembagian keuntungan dan kerugian diperjanjikan oleh sekutu, sebaiknya
pembagian tersebut diatur di dalam perjanjian pendirian persekutuan. Dengan batasan
ketentuan tersebut tidak boleh memberikan seluruh keuntungan hanya kepada salah seorang
sekutu saja dan boleh diperjanjikan jika seluruh kerugian hanya ditanggung oleh salah satu
sekutu saja. Penetapan pembagian keuntungan oleh pihak ketiga tidak diperbolehkan.
Apabila cara pembagian keuntungan dan kerugian tidak diperjanjikan, maka pembagian
didasarkan pada perimbangan pemasukan secara adil dan seimbang.
Firma (Fa) adalah suatu bentuk persekutuan bisnis yang terdiri dari dua orang atau lebih
dengan nama bersama yang tanggung jawabnya terbagi rata tidak terbatas pada setiap
pemiliknya.
Firma (Fa) adalah badan usaha yang didirikan oleh 2 orang atau lebih dimana tiap- tiap
anggota bertanggung jawab penuh atas perusahaan. Modal firma berasal dari anggota pendiri
seta laba/ keuntungan dibagikan kepada anggota dengan perbandingan sesuai akta pendirian.
A. Sekutu
Sekutu berarti orang atau sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai beberapa
tujuan umum. Pada suatu badan usaha terdapat dua jenis sekutu, yaitu :
Sekutu Aktif atau Sekutu Komplementer, adalah sekutu yang menjalankan perusahaan
dan berhak melakukan perjanjian dengan pihak ketiga. Artinya, semua kebijakan
perusahaan dijalankan oleh sekutu aktif. Sekutu aktif sering juga disebut sebagai
persero kuasa atau persero pengurus. Jadi unsur-unsur dari Sekutu Aktif (Persero
Pengurus)adalah :
Dalam Persekutuan Firma (Fa) hanya terdapat satu macam sekutu, yaitu sekutu
komplementer atau Firmant. Sekutu komplementer menjalankan perusahaan dan mengadakan
hubungan hukum dengan pihak ketiga sehingga bertanggung jawab pribadi untuk
keseluruhan. Pasal 17 KUHD menyebutkan bahwa dalam anggaran dasar harus ditegaskan
apakah di antara para sekutu ada yang tidak diperkenankan bertindak keluar untuk
mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga. Meskipun sekutu kerja tersebut
dikeluarkan wewenangnya atau tidak diberi wewenang untuk mengadakan hubungan hukum
dengan pihak ketiga, namun hal ini tidak menghilangkan sifat tanggung jawab pribadi untuk
keseluruhan, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 KUHD.
Sekutu Firma sifatnya sama dengan sekutu komplementer dalam CV, yaitu :
Adapun yang dimaksud dengan sekutu komplementer adalah Sekutu Aktif, yaitu sekutu yang
bertugas mengurus perusahaan dan bertanggungjawab tidak terbatas atau pribadi. Tugas dari
sekutu ini sama dengan tugas dari anggota direksi, tetapi berbeda dalam hal tanggung
jawabnya. Pada Firma tanggungjawab tidak terbatas pada tiap-tiap anggota secara tanggung-
menanggung, bertanggungjawab untuk seluruhnya atas perikatan Firma yang disebut dengan
Tanggung Jawab Solider.
1. Memberikan dan menyerahkan seluruh atau sebagian kekayaannya untuk badan usaha
firma dan harus dicantumkan dalam akta pendirian, dibuat di hadapan notaris,
didaftarkan dipengadilan, dan diumumkan dalam berita negara;
2. Mempunyai tanggung jawab penuh termasuk kekayaan pribadinya terhadap perjanjian
yang dilakukan oleh firma; dan
3. Mempunyai kuasa penuh untuk bertindak atas nama firma sehingga unsur
kepercayaan sangat diperluka.
Pembubaran Persekutuan Firma diatur dalam ketentuan Pasal 1646 sampai dengan Pasal
1652 KUHPerdata dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD. Pasal 1646 KUHPerdata
menyebutkan bahwa ada 5 hal yang menyebabkan Persekutuan Firma berakhir, yaitu :
1. Jangka waktu firma telah berakhir sesuai yang telah ditentukan dalam akta pendirian;
2. Adanya pengunduran diri dari sekutunya atau pemberhentian sekutunya;
3. Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan persekutuan firma;
4. Adanya kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu; dan
5. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah pengampuan atau
dinyatakan pailit.
Pasal 31 KUHD menyebutkan bahwa firma dapat berahir karena berakhirnya jangka waktu
yang ditetapkan dalam akta pendirian. Juga dapat bubar sebelum berahir jangka waktunya
sebagai akibat pengunduran diri atau pemberhentian sekutu. Pembubaran persekutuan firma
harus dilakukan dengan akta autentik di muka notaris, didaftarkan di kepaniteraan pengadilan
negeri dan di umumkan dalam tambahan berita negara. Kelalaian pendaftaran dan
pengumuman ini mengakibatkan tidak berlaku pembubaran, pengunduran diri,
pemberhentian, atau perubahan terhadap pihak ketiga. Jika terjadi hal-hal seperti yang
disebutkan dalam pasal 31 tersebut maka persekutuan firma harus dibubarka terlebih,
meskipun nantinya persekutuan firma dapat dilanjutkandengan nama bersama yang sama.
Dalam pembubaran atau berakhirnya suatu firma diperlukan pemberesan. Yang bertugas
melakukan pemberesan ialah mereka yang ditetapkan dalam akta pendirian. Jika terjadi
perbedaan pendapat dalam pembubaran persekutuan, husunya pengambilan keputusan, maka
harus dilakukan pemungutan suara, suara terbanyak bisa menunjuk orang lain sebagai
pemberes pembubaran persekutuan firma. Artinya pemberesan pembubaran persekutuan
firma bisa dilakukan oleh sekutu yang bukan pengurus. Jika dalam pemungutan suara sama
banyak, maka keputusan harus diserahkan kepada pengadilan negeri, dengan
mempertimbangka kepentingan persekutuan firma yang telah dibubarkan tersebut. (Pasal 32
KUHD).
Setelah pemberesan selesai dilakukan, segala buku-buku persekutuan firma yang telah
dibubarkan harus tetap disimpan oleh salah satu sekutu firma, yang berdasarka suara
terbanyak atau, dalam hal kesamaan jumlah suara, maka harus disimpan oleh sekutu yang
ditunjuk pengadilan negeri (Pasal 35 KUHD.
Pembubaran Persekutuan Firma diatur dalam ketentuan Pasal 1646 sampai dengan Pasal
1652 KUHPerdata dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD.
Sulit dalam mengambil keputusan karena adanya perbedaan pendapat dari kedua pemimpin;
1. Tidak ada pemisah harta kekayaan antara hak milik dengan Firma. Jika mengalami
bangkrut, maka harta pribadi ikut dipertanggungkan;
2. Adanya tanggung jawab tak terbatas atas utang-utang perusahaan;
3. Kontinuitas firma kurang terjamin karena keluarnya salah satu anggota berarti firma
bubar;
4. Kekurangcakapan salah satu anggota menimbulkan kerugian atas firma, yang
mengakibatkan anggota lain turut menanggung;
5. Rawan konflik internal, yaitu ketegangan di antara anggota firma yang dapat
mengancam kelangsungan hidup perusahaan;
6. Hubungan antar sekutu mudah retak. ( Kemungkinan terjadinya perbedaan pendapat
di antara pendiri);
7. Kewajiban bersama dan kewajiban tak terbatas dapat menimbulkan kewajiban
pribadi;
8. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas terhadap seluruh utang perusahaan;
9. Perjanjian persekutuan sulit untuk dirumuskan. Karena setiap sekutu lama keluar atau
ada sekutu baru masuk dalam firma maka firma tersebut harus membuat perjanjian
firma yang baru;
10. Apabila salah seorang anggota membatalkan perjanjian untuk menjalankan usaha
bersama maka secara otomatis badan usaha firma menjadi bubar sehingga
kelangsungan perusahaan tidak menentu; dan
11. Pengambilan keputusan lambat karena harus musyawarah.
Sebagai sebuah badan usaha maka Firma berkewajiban untuk mendaftarkan NPWP yang
terpisah dengan kewajiban para pemiliknya. Keuntungan usaha merupakan penghasilannya
Firma yang akan dikenai pajak dan dilaporkan oleh Firma sebagai Wajib Pajak. Sedangkan
penghasilan seorang investor dari penanaman modal di Firma adalah penghasilan berupa
pembagian laba. Jika seorang investor juga aktif menjalankan usaha, investor dapat saja
menerima tambahan penghasilan lain berupa gaji dan tunjangan-tunjangan lainnya.
Sumber Hukum :
Referensi :