Anda di halaman 1dari 29

FIRMA

A. PENGERTIAN FIRMA
Firma berasal dari bahasa Belanda venootschap onder firma (V.O.F), secara
harfiah yaitu perserikatan dagang antara beberapa perusahaan atau sering juga
disebut Fa, adalah sebuah bentuk badan usaha untuk menjalankan usaha antara
dua orang atau lebih (disebut Firmant) dengan memakai nama bersama atau satu
nama yang digunakan bersama untuk memperluas usahanya.
Adapun menurut para ahli tentang definisi firma, diantaranya:
1. Willem Mollengraff
Firma adalah suatu perkumpulan yang didirikan untuk menjalankan
perusahaan dibawah nama bersama dan yang mana anggota-anggotanya
tidak terbatas tanggung jawabnya terhadap perikatan perseroan dengan pihak
ketiga.
2. Wery
Firma adalah perseroan yang menjalankan suatu perusahaan di bawah nama
bersama, yang tidak sebagai perseroan komanditer
3. Slagter
Firma adalah suatu perjanjiann yang ditujukan kearah kerjasama di antara dua
orang atau lebih secara terus menerus untuk menjalankan suatu perusahaan
di bawah nama bersama, agar memperoleh keuntungan atas hak kebendaan
bersama guna mencapai tujuan pihak-pihak di antara mereka mengikatkan
diri untuk memasukkan uang, barang, nama baik, hak-hak atau kombinasi
daripadanya kedalam persekutuan.
Menurut Pasal 16 KUHD, persekutuan dengan firma adalah persekutuan
perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama.
Kata firma sebenarnya berarti nama yang dipakai untuk berdagang bersama-sama
(het word betekent eigenlijk naam de wordt gebruikt om gezamenlijk handel onder
te drijven) (Massier, et, al., 2000).
Singkatnya, firma adalah “nama bersama”. Di dalam bahasa Inggris, nama
bersama (firma) disebut common name. Di negara-negara common law,
persekutuan dengan firma ini dikenal sebagai general partnership (Khairandy,
2013).
Nama bersama tersebut adalah nama seorang sekutu yang dipergunakan
menjadi nama perusahaan (dalam hal ini firma, disingkat Fa). Menurut putusan
Raad van Justitie (RvJ) Batavia 2 September 1921, nama bersama atau firma itu
dapat diambil dari nama:
1. Nama salah seorang sekutu, misalnya “Fa. Abdul Azis”;
2. Nama salah seorang sekutu dengan tambahan, misalnya “Fa. Abdul Azis
Bersaudara” atau “Fa. Abdul Azis dan Kawan”;
3. Kumpulan nama para sekutu atau sebagian sekutu, misalnya “Firma Hukum
Issari” (sebagai singkatan nama para sekutu, yaitu Irene, Sony, Santi, Anto,
Ridwan, dan Idot); atau
4. Nama lain yang bukan nama sekutu atau keluarga, misalnya nama yang
berkaitan dengan tujuan perusahaan, misalnya “Fa. Perdagangan Hasil
Bumi”.
Keberadaan Firma berdasarkan Pasal 16 KUHD sebagai badan usaha yang
pada dasarnya adalah persekutuan perdata. Hanya dalam Firma secara eksplisit
firma menjalankan perusahaan. Perusahaan dijalankan tersebut atas nama
bersama. Akibat nama bersama dalam suatu Perusahaan maka harus terlebih
dahulu dipahami pengertian firma secara lengkap. Artinya, untuk mengerti secara
utuh apa yang dimaksud dengan firma, maka ketentuan Pasal 16 harus dikaitkan
dengan Pasal 17 dan 18 KUHD.
Pasal 17 menyebutkan:
“Tiap-tiap persero yang tidak dikecualikan dari satu sama lain, berhak
untuk bertindak, untuk mengeluarkan dan menerima uang atas nama
perseroan, pula untuk mengikat perseroan itu dengan pihak ketiga dan
pihak ketiga dengannya. Segala tindakan yang tidak bersangkut-paut
dengan perseroan itu atau yang para pesero tidak berhak
melakukannya, tidak termasuk dalam ketentuan di atas.”
Selanjutnya, Pasal 18 KUHD disebutkan:
“Dalam perseroan, firma adalah tiap-tiap pesero secara tanggung
menanggung bertanggungjawab untuk seluruhnya atas segala
perserikatan dari perseroan.”
Berdasarkan Pasal 16, Pasal 17 dan Pasal 18 KUHD, pengertian firma dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Firma adalah suatu persekutuan perdata yang pelaksanaannya dilakukan
secara bersama dan atas nama bersama, dimana tiap-tiap anggota yang tidak
dikecualikan antara satu dengan yang lainnya dapat mengikatkan firma dengan
pihak ketiga dan pertanggungjawaban akan dilakukan bersama atas segala
perserikatan yang telah dilaksanakan.
Dalam firma semua anggota bertanggung jawab sepenuhnya baik sendiri
maupun bersama terhadap utang-utang perusahaan kepada pihak lain. Bila
perusahaan mengalami kerugian akan ditanggung bersama, bila perlu dengan
seluruh kekayaan pribadi mereka. Firma dapat dibentuk oleh 2 orang atau lebih
yang semuanya belum memiliki usaha. Pemiliki firma terdiri dari beberapa orang
yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan menyerahkan kekayaan
pribadi sesuai yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan.
Tujuan dari firma adalah untuk memperluas usaha dan menambah modal agar
lebih kuat dan mampu bersaing perusahaan yang lain. Firma juga biasa disebut
Persekutuan (Partnership), sebab perusahaan yang berbentuk firma memang
didirikan oleh orang-orang atau sekutu-sekutu sebagai pemilik dari firma. Dengan
demikian pemilik firma biasa disebut anggota atau sekutu atau partner.
Perusahaan dengan berbentuk firma bisa dijumpai pada berbagai jenis
perusahaan. Seperti perusahaan penerbitan, perusahaan perdagangan,
perusahaan jasa, juga kantor-kantor konsultan hukum, dan akuntansi politik.

B. CIRI-CIRI FIRMA
Seperti halnya persekutuan yang lain, firma juga memiliki sifat atau ciri-ciri.
Adapun ciri-ciri untuk dapat dikatakan sebagai firma menurut Pratama, Nugeraha,
dan Fadhilah (2015) adalah sebagai berikut :
1. Firma didirikan oleh lebih dari satu orang dalam suatu perjanjian.
2. Dalam firma, memasukkan sesuatu (barang atau uang) dalam perusahaan di
bawah satu nama.
3. Membagi keuntungan yang didapat dalam menjalankan firma.
4. Firma memiliki anggota-anggota yang masing-masing langsung mempunyai
tanggung jawab bersama dan sepenuhnya terhadap pihak ketiga.
5. Setiap persero, tidak dikecualikan, berkuasa untuk bertindak atas nama firma,
mengeluarkan uang, mengadakan perjanjian terhadap pihak ketiga.
6. Mengikat persero lain kepada pihak ketiga.
7. Dalam firma, pendirian harus dilakukan dengan akta notaris meskipun itu
bukan merupakan persyaratan yang mutlak.
Adapun sifat atau ciri-ciri yang dimiliki oleh firma menurut Pattipeilohy (2019)
antara lain:
1. Anggota firma biasanya sudah saling mengenal dan saling mempercayai.
2. Perjanjian firma dapat dilakukan di hadapan notaris maupun di bawah tangan.
3. Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha.
4. Adanya tanggung jawab dan resiko kerugian yang tidak terbatas.
5. Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi
dengan harta pribadi.
6. Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin.
7. Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin
anggota yang lainnya.
8. Keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup.
9. Seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma.
10. Pendiriannya tidak memelukan akte pendirian.
11. Mudah memperoleh kredit usaha.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa di dalam firma semua anggota adalah pemilik
yang sekaligus merangkap pengelola yang secara langsung aktif melaksanakan
usaha perusahaan. Karena hal tersebut, maka firma memiliki beberapa
karakteristik yang berbeda dengan bentuk organisasi perusahaan yang lain. Maka
dari itu, Drebin (1982) membagi karakteristik Firma itu menjadi 5 yaitu:
1. Mutual Agency (saling mewakili), setiap anggota dalam menjalankan usaha
firma merupakan wakil dari anggota firma yang lain. Apabila ada salah
seorang anggota beroperasi dalam bidang usaha firma, maka secara tidak
langsung anggota tersebut mewakili anggota firma yang lain.
2. Limited Life (umur terbatas), firma yang didirikan oleh beberapa anggota
memiliki umur yang terbatas. Artinya adalah jika ada anggota yang keluar
berarti firma tersebut dinyatakan bubar secara hokum, demikian juga apabila
ada anggota baru yang bergabung. Firma dinyatakan masih beroperasi atau
bubar jika tidak ada perubahan dalam komposisi keanggotaannya.
3. Unlimited Liability (tanggung jawab terhadap kewajiban firma tidak terbatas),
tanggung jawab atas hutang tidak terbatas pada kekayaan yang dimiliki firma
saja, tapi juga sampai harta milik pribadi para anggota firma. Jadi jika dalam
keadaan tertentu firma memiliki hutang pada kreditur dan firma tersebut tidak
mampu membayar karena jumlah kekayaan tidak mencukupi maka kreditur
berhak menagih kepada para anggota firma sampai harta milik pribadi.
4. Ownership of an Interest in a Partnership, bahwa kekayaan setiap anggota
yang sudah ditanamkan dalam firma merupakan kekayaan bersama dan tidak
dapat dipisahkan secara jelas. Masing-masing anggota adalah sebagai
pemilik bersama atas kekayaan Firma. Tanpa seijin naggota lain, anggota lain
tidak boleh menggunakan kekayaan firma. Hak anggota terhadap kekayaan
firma akan terlihat dalam saldo modal akhir para anggota firma yang terdiri
dari unsur-unsur sebagai berikut : penanaman modal awal, penanaman modal
tambahan, pengambilan prive, penambahan dari pembagian laba, dan
pengurangan dari pembagian rugi.
5. Participating in Partnership Profit, laba atau rugi sebagai hasil operasi Firma
akan dibagikan kepada setiap anggota firma berdasarkan partisipasi para
anggota didalam firma. Jika ada seorang anggota yang aktif menjalankan
usaha firma, maka anggota tersebut berhak atas bagian laba yang lebih besar
daripada anggota yang lain meskipun modal yang ditanamkan lebih kecil
daripada modal yangditanam oleh anggota yang tidak aktif atau dapat
ditentukan secara lain atas persetujuan anggota lainnya. Ketentuan mengenai
besarnya pembagian laba rugi ini harus dicantumkan secara rinci dan jelas
dalam akte pendirian firma tersebut.
Adapun menurut Pratama, Nugeraha, dan Fadhilah (2015) beberapa
karakteristik firma yang mudah diketahui antara lain:
1. Para Pendiri Firma
Para pendiri perusahaan ini umumnya adalah teman seprofesi/sejawat
atau teman dekat dengan latar belakang pendididikan yang sama atau
keahlian yang dapat saling menunjang untuk melaksanakan kegiatan usaha.
2. Nama Perusahaan
Pemakaian nama Firma tidak perlu mendapat persetujuan dari instansi
terkait dan umumnya nama Firma dibuat menggunakan nama dari salah satu
pendiri atau gabungan dari nama para pendiri Firma. Contoh: Firma Andhyka
Consulting.
3. Maksud dan Tujuan Usaha Firma
Jika didalam anggaran dasar PT atau CV dimuat maksud dan tujuan
usaha bergerak di bidang perdagangan barang atau jasa, industri, percetakan.
pertambangan, jasa konstruksi, kehutanan, pertanian dan lain sebagainya,
maka didalam maksud dan tujuan firma umumnya didirikan untuk
melaksanakan kegiatan usaha di bidang Jasa seperti Jasa Hukum, Jasa
Konsultasi Perpajakan, Jasa Konsultasi Bisnis dan jenis kegiatan usaha
profesi lainnya sesuai latar belakang dan keahlian para pendirinya.
4. Modal Perusahaan
Pemilik modal adalah warga negara Indonesia dan bersumber dari modal
para pendiri firma. Didalam anggaran dasar perusahaan (akta pendirian atau
perubahannya) tidak disebutkan besarnya jumlah modal yang ditempatkan
oleh masing-masing pendirian Firma. Dan tidak ada kepemililan modal asing
di dalam sebuah Firma.
5. Tanggung Jawab Pengurus Perusahaan
Di dalam PT penanggung jawab perusahaan adalah salah satu direksi
dan didalam CV semua tanggung jawab berada ditangan pesero aktif dengan
jabatan sebagai direktur sedangkan tanggung jawab perusahaan didalam
Firma adalah semua angggota pengurus Firma. Artinya masing-masing
anggota pengurus didalam Firma dapat bertindak untuk dan atas nama Firma
dalam melaksanakan kegiatan usaha.
6. Resiko Bisnis
Segala resiko menjadi tanggung semua pengurus. Pengelolaan dan
Tanggung jawab atas segala resiko badan usaha Firma sangat berbeda
dengan PT dan CV. Segala resiko bsinis yang timbul akibat pelaksanaan
kegiatan usaha yang dilakukan oleh salah satu pengurus/sekutu firma menjadi
tanggung jawab bersama para pengurusnya termasuk dengan harta
pribadinya.

Selain beberapa pendapat di atas, yang mengemukakan karakteristik Firma


yaitu Fischer, Taylor, dan Leer yang menyatakan bahwa karakteristik firma akan
lebih mudah dipahami dengan jelas jika dibandingkan dengan karakteristik
perseroan seperti yang tercantum pada tabel berikut.
TABEL
PERBANDINGAN FIRMA DAN PERSEROAN

Firma Perseroan

Kesinambungan Umur firma terbatas dan Umur dianggap tidak


Usaha secara hukum dinyatakan terbatas. Perubahan
bubar jika ada perubahan komposisi pemilikan
dalam komposisi sekutu perusahaan tidak
atau anggota, tetapi mengakibatkan
secara ekonomis dapat berakhirnya umur
terus beroperasi untuk poerseroan.
melanjutkan usahanya,
tidak perlu dilikuidasi.
Perijinan Pendirian Diperlukan sedikit Didirikan berdasarkan ijin
prosedur untuk Negara dan harus taat
memperoleh formalitas pada aturan yang telah
usahanya. ditetapkan. Prosedur
untuk memperoleh ijin
usaha biasanya relatif
lama dan sulit.
Tanggung Jawab Tanggung jawab setiap Kewajiban pemilik
Pemilik Terhadap anggota pemilik tidak (pemegang saham) hanya
Hutang terbatas, bahkan sampai terbatas sebesar modal
harta pribadi nya yang di tanamkan.
dijaminkan.
Keterlibatan dalam Para anggota terlibat aktif Pemegang saham bisa
Pengelolaan dalam pengelolaan firma tidak aktif dalam
Perusahaan secara langsung. pengelolaan perseroan.
Mereka memilih dewan
direktur untuk
melaksanakan
pengelolaan langsung
terhadap perseroan.

Dengan adanya beberapa karakteristik firma dan perbedaan antara firma


dengan bentuk perusahaan yang lain, maka jelas sudah bahwa firma memiliki ciri
tersendiri. Walaupun tidak bisa dipisahkan antara pemilik dan manajemen dalam
firma, namun pengelolaan akuntansi pada firma harus tetap berpedoman pada
prinsip akuntansi yang lazim. Yaitu firma merupakan salah satu unit usaha yang
berdiri sendiri dan memiliki kedudukan yang terpisah dari pemiliknya (business
entity).
C. DASAR HUKUM PENDIRIAN FIRMA
Firma harus didirikan dengan akta otentik yang dibuat di muka notaris. Akta
Pendirian Firma harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan Firma yang bersangkutan. Setelah itu akta
pendirian harus diumumkan dalam Berita Negara atau Tambahan Berita Negara.
Tetapi karena Firma bukan merupakan badan hukum, maka akta pendirian Firma
tidak memerlukan pengesahan dari Departemen Kehakiman RI.
Pendirian, pengaturan dan pembubaran Firma diatur di dalam Kitab Undang‐
Undang Hukum Dagang (KUHD) (Wetboek van Koophandel voor Indonesie)
S.1847-23. Hukum mengenai Firma terdapat dalam bagian 2 dalam KUHD dengan
judul “Perseroan Firma dan Perseroan dengan Cara meminjamkan Uang atau
disebut Perseroan Komanditer” yang dimulai dari pasal 16 sampai 35. Isi di dalam
Hukum tersebut adalah sebagai berikut:

Pasal 16
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Perseroan Firma adalah suatu perseroan yang didirikan
untuk melakukan suatu usaha di bawah satu nama bersama. (KUHD 19 dst., 22
dst., 26-11, 29; Rv.6-5o, 8-2 o, 99.)

Pasal 17
Tiap-tiap persero kecuali yang tidak diperkenankan, mempunyai wewenang untuk
bertindak, mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan, dan mengikat
perseroan kepada pihak ketiga, dan pihak ketiga kepada perseroan. tindakan-
tindakan yang tidak bersangkutan dengan perseroan, atau yang bagi para persero
menurut perjanjian tidak berwenang untuk mengadakannya, tidak dimasukkan
dalam ketentuan ini. (KUHPerd.1632, 1636, 1639, 1642; KUHD 20, 26, 29, 32.)

Pasal 18
Dalam perseroan firma tiap-tiap persero bertanggung jawab secara tanggung
renteng untuk seluruhnya atas perikatan-perikatan perseroannya.
(KUHPerd.1282, 1642, 1811.)
Pasal 19
Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga
perseroan komanditer, didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang
persero yang bertanggung jawab secara tanggung-renteng untuk keseluruhannya,
dan satu orang atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang. Suatu perseroan dapat
sekaligus berwujud perseroan firma terhadap persero-persero firma di dalamnya
dan perseroan komanditer terhadap pemberi pinjaman uang. (KUHD. 16, 20, 22
dst)
Pasal 20
Dengan tidak mengurangi kekecualian yang terdapat dalam pasal 30 alinea kedua,
maka nama persero komanditer tidak boleh digunakan dalam firma. (KUHD 19-
21.) Persero ini tidak boleh melakukan tindakan pengurusan atau bekerja dalam
perusahaan perseroan tersebut, biar berdasarkan pemberian kuasa sekalipun.
(KUHD 17, 21, 32.) Ia tidak ikut memikul kerugian lebih daripada jumlah uang yang
telah dimasukkannya dalam perseroan atau yang harus dimasukkannya, tanpa
diwajibkan untuk mengembalikan keuntungan yang telah dinikmatinya. (KUH Perd.
1642 dst)
Pasal 21
Persero komanditer yang melanggar ketentuan-ketentuan alinea pertama atau
alinea keduadari pasal yang lain, bertanggung jawab secara tanggung renteng
untuk seluruhnya terhadap semua utang dan perikatan perseroan itu. (KUHD 18.)

Pasal 22
Perseroan-perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik, tanpa adanya
kemungkinan untuk disangkalkan terhadap pihak ketiga, bila akta itu tidak ada.
(KUHPerd. 1868, 1874, 1895, 1898; KUHD 1, 26, 29, 31.)

Pasal 23
Para persero firma diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam register yang
disediakan untuk itu pada kepaniteraan raad van justitie (pengadilan negeri)
daerah hukum tempat kedudukan perseroan itu. (Rv. 82; KUHPerd. 152; KUHD
24, 27 dst., 30 dst., 38 dst.; S.1946-135 pasal 5.)

Pasal 24
Akan tetapi para persero firma diperkenankan untuk hanya mendaftarkan
petikannya saja dari akta itu dalam bentuk otentik. (KUHD 26, 28.)

Pasal 25
Setiap orang dapat memeriksa akta atau petikannya yang terdaftar, dan dapat
memperoleh salinannya atas biaya sendiri. (KUHD 38; S. 1851-27 pasal 7.)
Pasal 26
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Petikan yang disebut dalam pasal 24 harus memuat:
1. nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma;
2. pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah perseroan itu umum,
ataukah terbatas pada suatu cabang khusus dari perusahaan tertentu, dan
dalam hal terakhir, dengan menunjukkan cabang khusus itu; (KUHD 17.)
3. penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertandatangan atas
nama firma;
4. saat mulai berlakunya perseroan dan saat berakhirnya;
5. dan selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya yang
harus dipakai untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para persero.
(KUHD 27 dst.)

Pasal 27
Pendaftarannya harus diberi tanggal dari hari pada waktu akta atau petikannya itu
dibawa kepada panitera. (KUHD 23.)

Pasal 28
Di samping itu para persero wajib untuk mengumumkan petikan aktanya dalam
surat kabar resmi sesuai dengan ketentuan pasal 26. (Ov. 105; KUHPerd. 444,
1036; KUHD 29, 38.)

Pasal 29
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Selama pendaftaran dan pengumuman belum terjadi,
maka perseroan firma itu terhadap pihak ketiga dianggap sebagai perseroan
umum untuk segala urusan, dianggap didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan
dan dianggap tiada seorang persero pun yang dilarang melakukan hak untuk
bertindak dan bertanda tangan untuk firma itu. Dalam hal adanya perbedaan
antara yang didaftarkan dan yang diumumkan, maka terhadap pihak ketiga berlaku
ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan pasal yang lalu yang dicantumkan
dalam surat kabar resmi. (KUHPerd. 1916; KUHD 30 dst., 39.)

Pasal 30
Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan oleh seorang
atau lebih, baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun bila diizinkan
dengan tegas oleh bekas persero yang namanya disebut di situ, atau bila dalam
hal adanya kematian, para ahli warisnya tidak menentangnya, dan dalam hal itu
untuk membuktikannya harus dibuat akta, dan mendaftarkannya dan
mengumumkannya dalam surat kabar resmi atas dasar dan dengan cara yang
ditentukan dalam pasal 23 dan berikutnya, serta dengan ancaman hukuman yang
tercantum dalam pasal 29. Ketentuan pasal 20 alinea pertama tidak berlaku,
jikalau persero yang mengundurkan diri sebagai persero firma menjadi persero
komanditer. (KUHPerd. 1651, KUHD 26.)

Pasal 31
Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam
perjanjian, atau terjadi karena pelepasan diri atau penghentian, perpanjangan
waktu setelah habis waktu yang ditentukan, demikian pula segala perubahan yang
diadakan dalam perjanjian yang asli yang berhubungan dengan pihak ketiga,
diadakan juga dengan akta otentik, dan terhadap ini berlaku ketentuan-ketentuan
pendaftaran dan pengumuman dalam surat kabar resmi seperti telah disebut.
Kelalaian dalam hal itu mengakibatkan, bahwa pembubaran, pelepasan diri,
penghentian atau perubahan itu tidak berlaku terhadap pihak ketiga. Terhadap
kelalaian mendaftarkan dan mengumumkan dalam hal perpanjangan waktu
perseroan, berlaku ketentuan-ketentuan pasal 29. (KUHPerd. 1646 dst.; KUHD 22,
26, 30.)

Pasal 32
Pada pembubaran perseroan, para persero yang tadinya mempunyai hak
mengurus harus membereskan urusan-urusan bekas perseroan itu atas nama
firma itu juga, kecuali bila dalam perjanjiannya ditentukan lain , atau seluruh
persero (tidak termasuk para persero komanditer) mengangkat seorang pengurus
lain dengan pemungutan suara seorang demi seorang dengan suara terbanyak.
Jika pemungutan suara macet, raad van justitie mengambil keputusan sedemikian
yang menurut pendapatnya paling layak untuk kepentingan perseroan yang
dibubarkan itu. (KUHPerd. 1652; KUHD 17, 20, 22, 31, 56; Rv. 6-50, 99.)

Pasal 33
Bila keadaan kas perseroan yang dibubarkan tidak mencukupi untuk membayar
utang-utang yang telah dapat ditagih, maka mereka yang bertugas untuk
membereskan keperluan itu dapat menagih uang yang seharusnya akan
dimasukkan dalam perseroan oleh tiap-tiap persero menurut bagiannya masing-
masing. (KUHD 18, 22.)
Pasal 34
Uang yang selama pemberesan dapat dikeluarkan dari kas perseroan, harus
dibagikan sementara. (KUHD 33.)

Pasal 35
Setelah pemberesan dan pembagian itu, bila tidak ada perjanjian yang
menentukan lain, maka buku-buku dan surat-surat yang dulu menjadi milik
perseroan yang dibubarkan itu tetap ada pada persero yang terpilih dengan suara
terbanyak atau yang ditunjuk oleh raad van justitie karena macetnya pemungutan
suara, dengan tidak mengurangi kebebasan para persero atau para penerima hak
untuk melihatnya. (KUHPerd. 1801 dst., 1652, 1885; KUHD 12, 56.)

D. JENIS-JENIS FIRMA
Nurul (2019) menyatakan firma memiliki beragam jenis yang bisa diidentifikasi
dengan mudah berdasarkan aktivitas usaha yang dijalani. Berikut ini jenis-jenis
firma yang ada di Indonesia beserta contohnya.
1. Firma dagang (trading partnership)
Dalam jenis yang pertama ini kita bisa langsung mengetahuinya dari usaha
yang dijalani yaitu perdagangan. Kegiatan utamanya tentu membeli dan
menjual barang. Contoh perusahaan firma dagang, yaitu:
 Terra Firma
 Perusahaan Diadora
 Perusahaan Nike
 Perusahaan Polosport
 Perusahaan Converse
 Perusahaan Crocs
 Dan lain-lain
2. Firma non dagang/ jasa
Jenis yang ini dibentuk untuk menjalankan usaha di industri jasa.
Kegiatannya terfokus pada produk jasa. Beberapa contoh firma non dagang
atau jasa di Indonesia adalah:
 Firma Hukum (konsultan hukum, kantor pengacara, dan lain-lain)
 Firma Akuntansi (kantor akuntan publik)
 Konsultan Bisnis
 Konsultan Manajemen
 Dan lain-lain
3. Firma umum (general partnership)
Firma ini memiliki ciri dimana setiap anggota memiliki kekuasaan yang
tidak terbatas. Para anggota umum ini memiliki tanggung jawab atas
berjalannya operasional perusahaan baik kewajiban hutang maupun piutang.
Contohnya, beberapa pengusaha membuat kesepakatan kongsi dalam
bentuk Firma untuk memperluas usahanya.
4. Firma terbatas (limited partnership)
Untuk jenis keempat ini memiliki ciri bahwa para anggotanya memiliki
kekuasaan terbatas atas perusahaan. Di samping itu, tanggung jawab dan
kewajiban setiap anggota juta terbatas. Jadi, firma ini adalah kebalikan dari
firma umum. Beberapa contoh firma terbatas di Indonesia adalah:
 Firma Indo Eternity
 Firma Multi Marketing
 Firma Panghudi Luhur
 Firma Sumber Rezeki
 Dan lain-lain

E. PENDIRIAN FIRMA
Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Persekutuan
Firma adalah persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan
dengan memakai nama bersama. Menurut pendapat lain, Persekutuan Firma
adalah setiap perusahaan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di
bawah nama bersama atau Firma sebagai nama yang dipakai untuk berdagang
bersama-sama. Adapun pendirian Firma telah diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang dengan cukup lengkap, terutama dalam Pasal 22 hingga Pasal 29
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Adapun pendirian Firma dalam Pasal 22
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang menjelaskan bahwa, tiap-tiap
persekutuan Firma harus didirikan dengan akta otentik, akan tetapi ketiadaan akta
demikian tidak dapat ditemukan untuk merugikan pihak ketiga.
Ada tiga unsur penting dalam isi Pasal di atas, yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Firma harus didirikan dengan akta otentik;
2. Firma dapat didirikan tanpa akta otentik;
3. Akta yang tidak otentik tidak boleh merugikan pihak ketiga.
Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga
menganggap firma sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam
usaha, didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas serta semua sekutu
berwenang menandatangani berbagai surat untuk firma ini sebagaimana
dimaksud di dalam Pasal 29 KUHD. Isi ikhtisar resmi akta pendirian firma dapat
dilihat di Pasal 26 KUHD yang harus memuat sebagai berikut:
1. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu firma.
2. Pernyataan firmanya dengan menunjukan apakah persekutuan itu umum
ataukah terbatas pada suatu cabang khusus perusahaan tertentu dan dalam
hal terakhir dengan menunjukan cabang khusus itu.
3. Penunjukan para sekutu yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas
nama firma.
4. Saat mulai berlakunya persekutuan dan saat berakhirnya.
5. Dan selanjutnya, pada umumnya bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus
dipakai untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para sekutu.
Bentuk umumnya perjanjian yang tertuang dalam akta pendirian firma
biasanya berisi tentang hal-hal berikut:
1. Nama dan alamat firma.
2. Jenis usaha firma, misalnya usaha dalam bidang jasa, perdagangan, atau
manufaktur.
3. Hak dan kewajiban para anggota, misalnya siapa yang menjadi manajer serta
tugas dan wewenang anggota lainnya.
4. Jumlah modal yang ditanamkan pertama kali oleh para anggota, termasuk
uraian lengkap tentang aktifa non-kas yang diserahkan (bila ada) yang
digunakan dalam operasi firma.
5. Pembagian laba-rugi yang biasanya ditunjukan dalam bentuk rasio antara
anggota yang satu dengan yang lain.
6. Syarat-syarat pengambilan modal (prive) dan penambahan modal.
7. Prosedur penerimaan anggota baru firma.
8. Prosedur keluarnya anggota firma.
9. Prosedur pembubaran firma apabila firma di likuidasi.
10. Dan uraian penting lainnya.
Dapat disimpulkan, bahwa akta dalam pembentukan Firma hanyalah
berfungsi sebagai alat bukti untuk memudahkan pembuktian berdirinya suatu
Firma dan perincian hak dan kewajiban masing-masing anggota. Setelah Firma
didirikan, maka Firma harus didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri yang
daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Firma yang bersangkutan, dan
pendaftaran Firma dapat berupa petikan akta saja (Pasal 23-25 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang, yang diatur lebih lanjut dalam Undang-undang Nomor 3
Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan). Dalam Pasal 28 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang, Ikhtisar resmi dari akta Firma pendirian itu harus
diumumkan dalam Berita Negara Rakyat Indonesia (BNRI) atau Tambahan Berita
Negara. Apabila akta Firma tersebut tidak didaftarkan kepada Panitera, maka
pendirian Firma tersebut hanya dianggap sebagai persekutuan umum, didirikan
tanpa batas, dianggap tidak ada sekutu yang dikecualikan bertindak atas nama
Firma (Pasal 29 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) bahkan tiap sekutu
berhak menandatangani dan berbuat perbuatan hukum bagi persekutuannya.
Tetapi karena Firma bukan merupakan badan hukum, maka akta pendirian Firma
tidak memerlukan pengesahan dari Departemen Kehakiman RI.
Menurut Widodo, dkk. (2018), bahwa pendirian firma diklasifikasikan menjadi
3 jenis, antara lain:
1. Kecil : Untuk pendirian Firma dengan modal ditempatkan dan disetor diatas
Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 500 juta.
2. Menengah : Untuk pendirian Firma dengan modal ditempatkan dan disetor
diatas Rp. 500 juta sampai dengan Rp. 10 milyar.
3. 3. Besar : Untuk pendirian Firma dengan modal ditempatkan dan disetor
diatas Rp. 10 milyar.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa syarat-syarat umum dalam pendirian firma
adalah sebagai berikut:
1. Tidak melanggar hukum.
2. Tidak bertentangan dengan norma susila.
3. Tidak mengganggu ketertiban umum.
4. Mengedepankan kepentingan umum
5. Bertujuan mendapatkan keuntungan.
Widodo, dkk. (2018) menyatakan bahwa untuk mendirikan perusahaan dan
membuat badan usaha dalam bentuk Firma dibutuhkan minimal 2 orang sebagai
pendiri perusahaan.Para pendiri firma adalah warga negara Indonesia yang
menjadi anggota pengurus didalam perusahaan dengan jabatan sebagai Direktur.
Masingmasing pengurus firma memiliki hak dan kewajiban yang setara dan
masing-masing dapat bertindak untuk dan atas nama perusahaan.
Seperti halnya mendirikan PT atau CV, prosedur untuk mendirikan Firma juga
dapat diajukan oleh para pendiri bersama-sama atau memberikan kuasa kepada
salah satu pendiri, dan atau memberikan kuasa kepada orang lain untuk
mengajukan permohonan akta pendirian Firma kepada Notaris. Notaris yang
dimaksud bisa berdomisili dimana saja selama berkedudukan di wilayah Republik
Indonesia.
a) Persiapan Mendirikan Firma
Sebelum permohonan untuk membuat Akta Pendirian Firma diajukan
kepada Notaris, minimal ada beberapa hal yang harus disiapkan oleh para
pendiri sebagai dasar pembuatan Akta Pendirian yang memuat anggaran dasar
Perusahaan yaitu;
1. Data Nama para pendiri Firma
2. Nama perusahaan
3. Tempat dan kedudukan perusahaan (kota/kabupaten)
4. Maksud dan tujuan perusahaan serta kegiatan usaha, dan
5. Susunan pengurus Firma (Direktur)
6. Melampirkan surat kuasa jika permohonan dikuasakan kepada orang lain
Dengan data tersebut diatas, sudah bisa mengajukan permohonan
pendirian Firma kepada Notaris untuk dibuatkan Akta Otentik sebagai Akta
Pendirian yang menjadi dasar terbentuknya sebuah perusahaan.
Sebelum akta pendirian Firma dibuat Notaris akan membuat draf/notulen
sebagai anggaran dasar yang harus ditdantangani oleh para pendiri atau
penerima kuasa. Setelah draf/notulen tersebut ditandatangani oleh para pendiri
dan kuasanya kemudian Notaris akan membuat salinan draf/notulen tersebut
yang sama isinya dalam bentuk Akta Pendirian yang ditandatangani oleh
Notaris.
Setelah Akta dibuat dan ditandatangani oleh Notaris, maka lahirnya badan
usaha atau perusahaan baru pada hari dan tanggal yang disebutkan didalam
Akta Pendirian. Setelah perusahaan dibentuk dengan Akta Notaris, maka yang
harus anda lakukan segera melengkapi legalitas perusahaan dengan
pendaftaran dan izin usaha yang dibutuhkan untuk dapat melakukan kegiatan
usaha.
b) Proses Membuat Perusahaan (Firma)
Berikut ini tahapan proses untuk membuat Firma antara lain:
1. Proses Akta Pendirian Firma
Akta Pendirian Firma dibuat dan ditandatangani oleh Notaris yang
berwenang dan dibuat dalam bahasa Indonesia
Lama proses; 1-2 (satu-dua) hari kerja
Persyaratan;
 Melampirkan data pendirian perusahaan
 Fotokopi KTP para pendiri Firma
 Surat kuasa apabila dikuasakan kepada orang lain
2. Proses Surat Keterangan Domisili Perusahaan
Permohonan surat keterangan domisili perusahaan diajukan kepada Kepala
Kantor Kelurahan setempat sesuai dengan alamat kantor perusahaan
berada, sebagai bukti keterangan/keberadaan alamat perusahaan.
Lama Proses; 2 hari kerja
Persyaratan;
 Fotokopi KTP para pendiri Firma
 Fotokopi Akta pendirian Firma
 Fotokopi kontrak/sewa tempat usaha atau bukti kepemilikan tempat
usaha
 Surat keterangan dari pemilik gedung apabila bedomisili di gedung
perkantoran/pertokoan
 Fotokopi PBB-pajak bumi dan bangunan tahun terakhir untuk yang
berdomisili di RUKO/RUKAN
3. NPWP - Nomor Pokok Wajib Pajak
Permohonan pendaftaran wajib pajak badan usaha diajukan kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan keberadaan domisili perusahaan
untuk mendapatkan;
 Kartu NPWP
 Surat keterangan tedaftar sebagai wajib pajak
Lama Proses: 2 hari kerja
Persyaratan lain yang dibutuhkan;
 Melampirkan bukti PPN atas sewa gedung
 Melampirkan bukti pelunasan PBB-pajak bumi banguan
 Melampirkan bukti kepemilikan atau bukti sewa/kontrak tempat usaha
4. Pendaftaran ke pengadilan negeri
Permohonan ini diajukan kepada Kantor Pengadilan Negeri setempat sesuai
tempat dan kedudukan perusahaan berada.
Lama proses: 1 hari kerja
Persyaratan lain yang dibutuhkan;
 Melampirkan NPWP-nomor pokok wajib pajak
 Salinan akta pendirian Firma
5. SIUP - Surat Izin Usaha Perdagangan
Permohonan SIUP diajukan kepada Dinas Perdagangan Kota/Kabupaten
untuk golongan SIUP menengah dan kecil, atau Dinas Perdagangan
Propinsi untuk SIUP besar sesuai dengan tempat kedudukan perusahaan
berada.
Peraturan SIUP diatur sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 46/M-DAG/9/2009 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha
Perdagangan.
Lama proses : 10 hari kerja
Persyaratan lain yang dibutuhkan;
 SITU/HO untuk jenis kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan
adanya SITU berdasarkan Undang-Undang Gangguan
 Photo direktur utama/pimpinan perusahaan (3x4) sebanyak 2 (dua)
lembar
6. TDP - Tanda Daftar Perusahaan
Permohonan pendaftaran diajukan kepada Pendaftaran Perusahaan yang
berada di Kota/Kabupaten cq. Dinas Perdagangan.
Bagi perusahaan yang telah terdaftar akan diberikan sertifikat Tanda Daftar
Perusahaan sebagai bukti bahwa Perusahaan/Badan Usaha telah
melakukan Wajib Daftar Perusahaan sesuai dengan Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia No.37/M-DAG/PER/9/2007 tentang
Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan
Lama Proses: 14 hari kerja
Persyaratan:
 Fotokopi KTP para pendiri Firma
 Fotokopi Akta pendirian Firma
 Fotokopi NPWP direktur/pimpinan perusahaan
 Fotokopi kontrak/sewa tempat usaha atau bukti kepemilikan tempat
usaha
 Surat keterangan dari pemilik gedung apabila bedomisili di gedung
perkantoran/pertokoan
Pengumuman:
Sesudah mendapat nomor dan tanggal pendaftaran sebagai persekutuan firma
dari pengadilan negeri maka akte pendirian tersebut harus dicatat dan
diumumkan di dalam berita negara

F. SEKUTU
Dalam Persekutuan Firma hanya terdapat satu macam sekutu, yaitu sekutu
komplementer atau Firmant. Sekutu komplementer menjalankan perusahaan dan
mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga sehingga bertanggung jawab
pribadi untuk keseluruhan. Hubungan antara sekutu baik secara intern maupun
ekstern setidaknya telah diatur dalam Pasal 17 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang yang menjelaskan, “tiap-tiap persero yang tidak dikecualikan dari satu
sama lain, berhak untuk bertindak untuk mengeluarkan dan menerima uang atas
nama perseroan, pula untuk mengikat perseroan itu dengan pihak ketiga dan pihak
ketiga dengannya. Segala tindakan yang tidak bersangkut-pautan dengan
perseroan tersebut, atau yang para persero tidak berhak melakukannya tidak
termasuk dalam ketentuan diatas”. Meskipun sekutu kerja tersebut dikeluarkan
wewenangnya atau tidak diberi wewenang untuk mengadakan hubungan hukum
dengan pihak ketiga, namun hal ini tidak menghilangkan sifat tanggung jawab
pribadi untuk keseluruhan, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 KUHD.
Sekutu Firma sifatnya sama dengan sekutu komplementer dalam CF, yaitu:
1. Para sekutu bertugas untuk mengurus perusahaan.
2. Para sekutu berhubungan dengan pihak ketiga.
3. Memiliki tanggung jawab tidak terbatas.
Adapun yang dimaksud dengan sekutu komplementer adalah sekutu aktif,
yaitu sekutu yang bertugas mengurus perusahaan dan bertanggung jawab tidak
terbatas atau pribadi. Tugas dari sekutu ini sama dengan tugas dari anggota
direksi, tetapi berbeda dalam hal tanggung jawabnya. Pada Firma tanggung jawab
tidak terbatas pada tiap-tiap anggota secara tanggung-menanggung, bertanggung
jawab untuk seluruhnya atas perikatan Firma yang disebut dengan tanggung
jawab solider.
Cara menggunakan nama bersama:
1. Nama seorang sekutu (Mis: Firma H. Mulyadi)
2. Nama seorang sekutu dengan tambahan (Mis:Firma H. Mulyadi & Brothers
(disingkat Fa. H. Mulyadi & Bros), artinya perusahaan persekutuan ini
beranggotakan Hasan serta saudara-saudaranya).
3. Kumpulan nama semua sekutu (Mis: Firma Mulyadi/Hasan, Mira, Ana dan
Rusli).
4. Nama lain berupa tujuan perusahaan. (Mis: Firma Butik Chloe) berusaha di
bidang butik.

G. HUBUNGAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB


Hubungan hukum dan tanggung jawab dilakukan baik antar sekutu firma
maupun antar sekutu firma dengan pihak ketiga yang dijelaskan sebagai berikut
a) Hubungan hukum antar sekutu firma
Setiap sekutu mempunyai hak dan kewajiban terhadap persekutuan. Adapun
menurut Ibrahim (2006) hak dan tanggung jawab sekutu firma:
1. Setiap anggota berhak untuk melakukan pengumuman dan bertindak keluar
atas nama firma
2. Perjanjian yang dibuat oleh seorang anggota, juga mengikat anggota lainnya
3. Segala sesuatu yang diperoleh oleh seorang anggota menjadi harta firma
4. Tiap-tiap anggota secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk
seluruhnya atas perikatan firma yang disebut dengan tanggung jawab solider.
Menurut Sopandi (2003) bahwa hubungan hukum antara sekutu-sekutu dalam
firma meliputi ketentuan-ketentuan berikut ini:
1. Semua sekutu memutuskan dan menetapkan dalam akta sekutu yang di
tunjuk sebgai pengurus firma
2. Semua sekutu berhak melihat atau mengontrol pembukuan firma
3. Semua sekutu memberikan persetujuan jika persekutuan firma menambah
sekutu baru
4. Penggantian kedudukan sekutu dapat diperkenankan jika diatur dalam akta
pendirian
5. Seorang sekutu dapat menggugat persekutuan firma apabila ia berposisi
sebagai kreditur firma dan pemenuhannya disediakan dari kas persekutuan
firma.
b) Hubungan hukum antara sekutu firma dengan pihak ketiga
Syahputra (2012) menyatakan hubungan hukum antara sekutu firma dengan
pihak ketiga meliputi ketentuan:
1. Sekutu yang telah keluar secara sah masih dapat dituntut oleh pihak ketiga
atas dasar perjanjian yang belum dibereskan pembayarannya.
2. Setiap sekutu berwenang mengadakan perikatan dengan pihak ketiga bagi
kepentingan persekutuan, kecuali jika sekutu itu dikeluarkan dari kewenangan
itu
3. Setiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas semua perikatan
persekutuan firma, meskipun di buat oleh sekutu lain, termasuk juga perikatan
karena perbuatan melawan hukum
4. Apabila seorang sekutu menolak penagihan dengan alasan persekutuan firma
tidak ada karena tidak ada akta pendirian, maka pihak ketiga itu dapat
membuktikan adanya persekutuan firma dengan segala macam alat
pembuktian.
5. Seorang sekutu dapat menggugat Firma, apabila ia berposisi sebagai kreditur
Firma dan pemenuhannya disediakan dari kas Firma.
Tanggung jawab para sekutu terhadap pihak ketiga tidak di laksanakan secara
langsung, artinya segala hutang persekutuan firma dipenuhi terlebih dahulu dari
kas persekutuan firma. Apabila kas tidak mencukupi, maka kekayaan pribadi
masing-masing sekutu dipertanggungjawabkan sampai hutang terpenuhi semua.

H. PEMBUBARAN FIRMA
Pembubaran Persekutuan Firma diatur dalam ketentuan Pasal 1646 sampai
dengan Pasal 1652 KUHPerdata dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD.
Pasal 1646 KUHPerdata menyebutkan bahwa ada 5 hal yang menyebabkan
Persekutuan Firma berakhir, yaitu:
1. Jangka waktu firma telah berakhir sesuai yang telah ditentukan dalam akta
pendirian;
2. Adanya pengunduran diri dari sekutunya atau pemberhentian sekutunya;
3. Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan persekutuan
firma;
4. Adanya kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu;
5. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah pengampuan
atau dinyatakan pailit.
Adapun hal-hal yang menimbulkan pembubaran suatu persekutuan firma
menurut Surya (2019) antara lain :
1. Kehendak para sekutunya, yang dikarenakan :
a. Telah tercapainya waktu / tujuan
b. Persetujuan bersama para anggota sekutu
c. Pengunduran diri seorang anggota sekutu
2. Ketentuan undang-undang, dikarenakan :
a. Kematian salah seorang anggota sekutu
b. Seorang anggota sekutu atau firma dalam keadaan pailit
c. Kegiatan firma bertentangan dengan undang-undang
d. Keadaan luar biasa, contohnya : adanya perperangan
3. Keputusan pengadilan , dikarenakan :
a. Seorang anggota sekutu mengalami gangguan jira
b. Tindakan anggota sekutu merugikan firma
c. Perselisihan para anggota sekutu
d. Preusan tidak mungkin lagi memperoleh keuntungan
Pembubaran Firma yang telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang terutama di dalam Pasal 31 hingga Pasal 35, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Perubahan harus dinyatakan dengan data otentik.
2. Perubahan akta harus didaftarkan kepada Panitra Pengadilan Negri;
3. Perubahan akta harus diumumkan dalam berita negara;
4. Perubahan akta yang tidak diumumkan akan mengikat pihak ketiga;
5. Pemberesan oleh persero adalah pihak lain yang disepakati atau yang
ditunjuk oleh Pengadilan.
Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan oleh
seorang atau lebih, baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun bila
diizinkan dengan tegas oleh bekas pescro yang namanya disebut di situ, atau bila
dalam hal adanya kematian, para ahli warisnya tidak menentangnya, dan dalam
hal itu ulituk membuktikannya harus dibuat akta, dan mendaftarkannya dan
mengumumkannya dalam surat kabar resmi atas dasar dan dengan cara yang
ditentukan dalam pasal 23 dan berikutnya, serta dengan ancaman hukuman yang
tercantum dalam pasal 29.
Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam
perjanjian, atau terjadi karena pelepasan diri atau penghentian, perpanjangan
waktu setelah habis waktu yang ditentukan, demikian pula segala perubahan yang
diadakan dalam petikaian yang asli yang berhubungan dengan pihak ketiga,
diadakan juga dengan akta otentik, dan terhadap ini berlaku ketentuan-ketentuan
pendaftaran dan pengumuman dalam surat kabar resmi seperti telah
disebut. Kelalaian dalam hal itu mengakibatkan, bahwa pembubaran, pelepasan
diri, penghentian atau perubahan itu tidak berlaku terhadap pihak ketiga. Terhadap
kelalaian mendaftarkan dan mengumumkan dalam hal perpanjangan waktu
perseroan, berlaku ketentuan-ketentuan pasal 29. (KUHPerd. 1646 dst.; KUHD 22,
26, 30.)
Pada pembubaran perseroan, para pesero yang tadinya mempunyai hak
mengurus harus membereskan urusan-urusan bekas perseroan itu atas nama
firma itu juga, kecuali bila dalam perjanjiannya ditentukan lain , atau seluruh pesero
(tidak termasuk para pesero komanditer) mengangkat seorang pengurus lain
dengan pemungutan suara seorang demi seorang dengan suara terbanyak. Jika
pemungutan suara macet, raad van justitie mengambil keputusan sedemikian
yang menurut pendapatnya paling layak untuk kepentingan perseroan yang
dibubarkan itu. (KUHPerd. 1652; KUHD 17, 20, 22, 31, 56; Rv. 6-50, 99.)
Bila keadaan kas perseroan yang dibubarkan tidak mencukupi untuk
membayar utang-utang yang telah dapat ditagih, maka mereka yang bertugas
untuk membereskan keperluan itu dapat menagih uang yang seharusnya akan
dimasukkan dalam perseroan oleh tiap-tiap pesero menurut bagiannya masing-
masing (KUHD 18, 22.). Uang yang selama pemberesan dapat dikeluarkan dari
kas perseroan, harus dibagikan sementara. (KUHD 33.)
Pembubaran Firma (The Dissolution of Partnership) dapat diakibatkan oleh
adanya kebangkrutan dalam usaha atau hal-hal lain yang akhirnya menjadi
likuidasi Firma. Istilah bangkrut dan likuidasi disini mempunai pengertian yang
bebeda walaupun keduanya mempunyai akibat yang sama yaitu tidak adanya atau
berhentinya kegiatan usaha suatu perusahaan.
Pengertian bangkrut adalah suatu keadaan perusahaan yang mengalami
kekurangan dan ketidak cukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan
usahanya. Sebagai akibat dari adanya kebangkrutan ini adalah berupa penutupan
usaha dan pada akhirnya terjadi pembubaran usaha atau likuidasi. Jadi istilah
bangkrut disini lebih menekankan pada aspek ekonomis perusahaan yaitu berupa
kegagalan perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Sedangkan likuidasi (Beams, 1988) adalah merupakan : “suatu proses yang
meliputi merubah aktiva non-kas menjadi kas, mengakui laba atau rugi dari proses
perubahan aktiva non-kas menjadi kas, melunasi kewajiban firma, dan akhirnya
membagi semua kas yang dimiliki firma kepada masing-masing anggota sesuai
dengan saldo modalnya”.
Berdasarkan definisi dari Beams (1988) tersebut, likuidasi merupakan proses
yang berakhir pada pembubaran perusahaan sebagai suatu unit organisasi.
Likuidasi lebih menekankan pada aspek yuridis perusahaan sebagai suatu badan
hokum dengan segala hak dan kewajibannya. Dalam likuidasi Firma diakhiri
dengan dibubarakannya Firma tersebut dengan diikuti oleh pembagian atau
pengembalian hak-hak para anggota dan dipenuhinya kewajiban-kewajiban Firma
kepada pihak luar.
Menurut The Uniform of Partnership Act (UPA), Undang-undang persekutuan
di Amerika Serikat, pasal 31 menyebutkan, terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan suatu Firma dibubarkan yang pada intinya dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Sistem perekonomian masyarakat atau negara yang tidak mendukung lagi
adanya kegiatan usaha, seperti adanya Undang-undang Pemerintah, sistem
monopoli oleh perusahaan-perusahaan besar dan sebagainya, yang
kesemuanya tidak memungkinkan lagi suatu Firma bertahan hidup.
2. Adanya faktor-faktor ekstern yang berada diluar jangkauan manajemen
perusahaan seperti bencana alam, kecelakaan, kebakaran dan sejenisnya
yang semuanya itu tidak memungkinkan lagi suatu Firma mempertahankan
hidupnya.
3. Adanya faktor-faktor intern didalam Firma, seperti adanya perselisihan antara
anggota, kesalahan dalam manajemen, ketidak serasian dalam kerja dan
sejenisnya yang kesemuanya itu dapat berakibat tidak memungkinkan lagi
suatu Firma dipertahankan hidupnya.
Selain alasan diatas, perlu diketahui juga bahwa sebab-sebab berakhimya
Firma adalah sama seperti maatschap dalam menangani utang-piutang Firma,
yang diantaranya: dana Firma yang digunakan apabila kekayaan Firma tidak
cukup, maka mitra harus memberi kontribusi sesuai bagiannya. Bila kekayaan
Firma tersisa setelah pembayaran semua hutang-hutangnya, kekayaannya akan
dibagikan diantara para mitra menurut ketentuan perjanjian Firma (Pasal 32 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang). Perlu diketahui juga, bahwa keberadaan hidup
Firma tidak terjamin karena bila ada anggota yang meninggal dunia, maka Firma
bubar karena sifatnya pribadi (personallife), maka tidak dialihkan.
Pembubaran persekutuan firma harus dilakukan dengan akta autentik di muka
notaris, didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negeri, dan diumumkan dalam
tambahan berita negara. Kelalaian pendaftaran dan pengumuman ini
mengakibatkan tidak berlaku pembubaran, pengunduran diri, pemberhentian, atau
perubahan terhadap pihak ketiga. Jika terjadi hal-hal seperti yang disebutkan
dalam pasal 31 tersebut maka persekutuan firma harus dibubarkan terlebih,
meskipun nantinya persekutuan firma dapat dilanjutkan dengan nama bersama
yang sama (Widjaja, 2006)
Dalam pembubaran atau berakhirnya suatu firma diperlukan pemberesan.
Yang bertugas melakukan pemberesan ialah mereka yang ditetapkan dalam akta
pendirian. Jika terjadi perbedaan pendapat dalam pembubaran persekutuan,
husunya pengambilan keputusan, maka harus dilakukan pemungutan suara,
suara terbanyak bisa menunjuk orang lain sebagai pemberes pembubaran
persekutuan firma. Artinya pemberesan pembubaran persekutuan firma bisa
dilakukan oleh sekutu yang bukan pengurus. Jika dalam pemungutan suara sama
banyak, maka keputusan harus diserahkan kepada pengadilan negeri, dengan
mempertimbangkan kepentingan persekutuan firma yang telah dibubarkan
tersebut. (Pasal 32 KUHD)
Pemberes bertugas menyelesaikan semua hutang persekutuan firma dengan
menggunakan uang kas. Jika masih ada saldo, maka saldo tersebut dibagi di
antara para sekutu. Jika ada kekurangan, maka kekurangan itu harus ditanggung
dari kekayaan pribadi para sekutu.
Setelah pemberesan selesai dilakukan, segala buku-buku persekutuan firma
yang telah dibubarkan harus tetap disimpan oleh salah satu sekutu firma, yang
berdasarka suara terbanyak atau, dalam hal kesamaan jumlah suara, maka harus
disimpan oleh sekutu yang ditunjuk pengadilan negeri. (Pasal 35 KUHD)
Adapun dengan masuknya sekutu baru berarti akan membubarkan
persekutuan firma lama dan merubah persekutuan firma lama menjadi
persekutuan yang baru dengan anggota yang baru (ada penambahan anggota).
Masuknya anggota baru tersebut dapat dilakukan dengan cara:
1. Membeli hak sekutu lama
2. Memasukkan investasi pada firma
I. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN FIRMA
Setiap bentuk-bentuk usaha pasti mempunyai keunggulan dan kelemahan.
Begitu pula Firma, pasti memiliki keunggulan-keunggulan dan kelemahan-
kelemahan yang harus dipertimbangkan. Menurut Widodo, dkk. (2018)
keunggulan-keunggulan dari Firma, antara lain:
1. Jumlah modalnya relatif besar dari usaha perseorangan sehingga lebih
mudah untuk memperluas usahanya.
2. Lebih mudah memperoleh kredit karena mempunyai kemampuan finansial
yang lebih besar yang merupakan gabungan modal yang dimiliki beberapa
orang.
3. Kemampuan manajemen lebih besar karena adanya pembagian kerja di
antara para anggota. Disamping itu, semua keputusan di ambil bersama-
sama. Sehingga keputusan-keputusan menjadi lebih baik
4. Tergabung alasan-alasan rasional.
5. Perhatian sekutu yang sungguh-sungguh pada perusahaan.
6. Prosedur pendirian relative mudah.
Selain memiliki kebaikan-kebaikan, Firma juga mempunyai kelemahan-
kelemahan. Widodo, dkk. (2018) menyatakan kelemahan-kelemahan firma antara
lain:
1. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas seluruh utang perusahaan.
Contoh : Anggota Investasi Dalam Toko Pengecer Kekayaan Pribadi A = Rp.
400.000, B = Rp. 200.000, C = Rp. 100.000. Dengan berbagai macam alasan,
toko tersebut mempunyai hutang sebesar Rp. 800.000. modal yang
ditanamkan oleh para anggota hanya sebesar Rp. 700.000 dipakai untuk
melunasi hutang tersebut. Sisa hutang sebesar Rp. 100.000 harus dibayar
dari kekayaan pribadi. Karena A dan B tidak memiliki kekayaan pribadi, maka
sisa hutang tersebut harus dibayar oleh C.
2. Pimpinan dipegang oleh lebih dari satu orang. Hal yang demikian ini
memungkinkan timbulnya perselisihan paham diantara para sekutu.
3. Kesalahan seorang firmant harus ditanggung bersama.
4. Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin, sebab bila salah seorang
anggota keluar, maka firma pun bubar.
5. Utang usaha perusahaan ditanggung oleh kekayaan pribadi para anggota
firma.
J. IMPLEMENTASI BENTUK USAHA FIRMA
BIRO HUKUM ANDY NATALAEN DAN RIDWAN
Firma ini bernama Biro Hukum Bangun Natanael Ridwan (dikenal sebagai
"Biro Hukum BNR"). Biro Hukum BNR didirikan oleh Antoni Bangun, Andy
Natanael Manik dan Ridwan Husni, sebagai kemitraan konsultan hukum dalam
hukum bisnis Indonesia pada tahun 2001.
Pada tahun 2013, berdasarkan Akta No 47, tertanggal 26 Maret 2013, Biro
Hukum BNR mengganti namanya menjadi Biro Hukum Andy Natanael dan
Ridwan, juga dikenal sebagai Biro Hukum ANR.
Pembentukan Biro Hukum ANR didasarkan pada meningkatnya kebutuhan
akan layanan hukum dan kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran hukum di
Indonesia, baik dalam hal solusi untuk masalah hukum dan mitigasi risiko hukum
dalam bisnis. Hal ini juga didukung oleh meningkatnya kompleksitas dalam
menjalankan bisnis dan kebutuhan masyarakat untuk mematuhi aspek hukum
kehidupannya.
Berkembangnya kebutuhan hukum juga mengakibatkan perlunya Biro Hukum
ANR untuk memperluas cakupan kerjanya. Pada bulan Juli 2017 Biro Hukum ANR
meresmikan kantor cabang di Kota Medan, Sumatera Utara. Dengan demikian,
dengan beroperasinya kantor di Medan, Biro Hukum ANR memiliki kantor di
Jakarta dan Medan yang melayani tujuan peningkatan mobilitas dalam
menyediakan Layanan Hukum.
Biro Hukum ANR menegaskan komitmennya dalam menyediakan layanan
hukum berkualitas dengan biaya yang wajar untuk semua Kliennya.
Visi:
Menjadi Biro Hukum terpercaya yang diakui karena reputasinya dan bekerja
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
Misi:
1. Memberikan layanan hukum yang komprehensif dan optimal sesuai dengan
kebutuhan nyata Klien
2. Memberikan saran, solusi, atau solusi praktis dan rasional untuk
menyelesaikan sengketa hukum dan / atau mengurangi risiko hukum
3. Memberikan advokat dan konsultan hukum yang profesional, jujur, dan
berpengalaman di bidangnya
4. Memberikan konsultasi hukum dan layanan sosial bagi siapapun yang
membutuhkannya
Etos Kerja:
"Whatever your problem is, we always come up with an ADVICE. Because
ADVICE is our work ethic (aggressive, dedicated, vibrant, integrity, competent,
experienced)."
Bidang Praktik:
1. Litigasi Pidana dan Perdata
2. Investasi Modal Domestik dan Asing
3. Perusahaan Umum
4. Alternatif Perselisihan Sengketa
5. Tenaga Kerja dan Imigrasi
Pendiri:
1. Andy Natanael , S.H., M.M.
2. Ridwan Husni, S.H.
Partner:
1. Jhonshon Manik, S.H.
2. Leonardus Agatha P., S.H., M.H.
Rekan:
1. Clara Angela Agnes Sipangkar, S.H., M.H.
2. Toshinory Alusan Putra Siahaan, S.H., M.H.
3. Wynda Kenisa Putri, S.H.
4. Seruni Firdaus, S.H.
5. Sarah Sylvania Sondang Ni Bulan, S.H.
6. Galuh Dwi Nugroho, S.H.
7. Nabawi, S.H.
8. Adinda Rifhatama, S.H.
9. Galang Prianggara Nurul Ardi, S.H.
10. Brain Ratur Tarigan, S.H.
Peirjinan:
1. Eris Rinaldy Sinuhaji, S.H.
DAFTAR PUSTAKA

AB Massier, et.al. 2000. Indonesisch-Nederlands Woorden-boek Privaterecht,


Handelsrecht. KITLV Uigeverij: Leiden.

Anonymous. 2020. ANR Law Firm. https://www.anr-lawfirm.com/home. [14


Januari 2019].

Ibrahim, J. 2006. Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan Dan Badan


Hukum. PT. Refika aditama: Bandung.

Khairandy, R. 2013. Pokok-pokok Hukum Dagang Indonesia. Fakultas Hukum UII


Press: Yogyakarta.

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). 2014. UU Perdagangan & UU


Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Transmedia Pustaka: Jakarta Selatan.

Nurul, H. 2019. Firma dan Perbedaannya dengan Badan Usaha Lain. https://life
pal.co.id/blog/firma/. [10 November 2019].

Pattipeilohy, G. 2019. Pengertian Firma Secara Lengkap. https://www.academia.


edu/10498697/pengertian_firma_secara_lengkap. [10 November 2019].

Pratama, A. H., Nugeraha, B. S., dan Fadhilah, F. 2015. Badan Usaha Firma.
Universitas Gunadarma.

Sopandi, E. 2003. Beberapa Hal dan Catatan Berupa Tanya Jawab Hukum Bisnis.
PT. Refika aditama: Bandung.

Surya, R. B. 2019. Firma (Partnership). https://www.academia.edu/4106417/Fir


ma. [10 November 2019].

Syahputra, E. 2012. Persekutuan Firma. https://blacktedes.wordpress.com/perse


kutuan-firma/. [10 November 2019].

Widjaja, G. 2006. Seri Aspek Hukum dalam Bisnis: Persekutuan Perdata,


Persekutuan Firma, Persekutuan Komanditer. Kencana: Jakarta.

Widodo, dkk. 2018. Firma. Fakultas Ekonomi, Universitas Tulungagung.

Anda mungkin juga menyukai