Firma (dari bahasa Belanda venootschap onder firma; secara harfiah: perserikatan dagang
antara beberapa perusahaan) atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk badan usaha
untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih (disebut Firmant) dengan memakai
nama bersama atau satu nama yang digunakan bersama untuk memperluas usahanya.
Menurut Manulang (1975) persekutuan dengan firma adalah persekutuan untuk menjalankan
perusahaan dengan memakai nama bersama. Jadi ada beberapa orang yang bersekutu untuk
menjalankan suatu perusahaan. Nama perusahaan seperti umumnya adalah nama dari salah
seorang sekutu.
Firma atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk persekutuan untuk menjalankan
usaha antara dua orang atau lebih dengan memakai nama bersama. Firma (Fa) ialah suatu
persekutuan antara dua orang atau lebih yang menjalankan badan usaha dengan nama
bersama dengan mempunyai tujuan untuk membagi hasil yang didapat dari persekutuan
tersebut. Dalam mendirikan firma mempunyai anggota paling sedikit dua orang atau lebih.
Semua anggota mempunyai tanggung jawab terhadap sebuah perusahaan dan menyerahkan
kekayaan pribadi sesuai yang tercantum di dalam akta pendirian Firma. Jika bangkrut semua
anggota harus bertanggung jawab sampai harta punya pribadi ikut dipertanggungkan.
Dalam firma semua anggota bertanggung jawab sepenuhnya baik sendiri maupun bersama
terhadap utang-utang perusahaan kepada pihak lain. Bila perusahaan mengalami kerugian
akan ditanggung bersama, bila perlu dengan seluruh kekayaan pribadi mereka. Firma dapat
dibentuk oleh 2 orang atau lebih yang semuanya belum memiliki usaha. Pemiliki firma terdiri
dari beberapa orang yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan menyerahkan
kekayaan pribadi sesuai yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan.
Firma bukan merupakan badan usaha yang berbadan hukum karena : Tidak ada pemisahan
harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi sekutu‐sekutu, setiap sekutu bertanggung
jawab secara pribadi untuk keseluruhan. Tidak ada keharusan pengesahan akta pendirian oleh
Menteri Kehakiman dan HAM Firma berakhir apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam
anggaran dasar telah berakhir.
Tujuan dari firma adalah untuk memperluas usaha dan menambah modal agar lebih kuat dan
mampu bersaing perusahaan yang lain. Firma juga biasa disebut Persekutuan ( Partnership ),
sebab perusahaan yang berbentuk firma memang didirikan oleh orang-orang atau sekutu-
sekutu sebagai pemilik dari firma. Dengan demikian pemilik firma biasa disebut anggota atau
sekutu atau partner. Perusahaan dengan berbentuk firma bisa dijumpai pada berbagai jenis
perusahaan. Seperti perusahaan penerbitan, perusahaan perdagangan, perusahaan jasa, juga
kantor-kantor konsultan hukum, dan akuntansi politik.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Perusahaan Di Indonesia Berdasarkan
Bentuk Hukumnya
Tujuan Firma
Proses Pendirian Firma. Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang,
Persekutuan Firma adalah persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan
dengan memakai nama bersama. Menurut pendapat lain, Persekutuan Firma adalah setiap
perusahaan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama atau
Firma sebagai nama yang dipakai untuk berdagang bersama-sama.
Adapun pendirian Firma telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dengan
cukup lengkap, terutama dalam Pasal 22 hingga Pasal 29 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang. Adapun pendirian Firma dalam Pasal 22 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
yang menjelaskan bahwa, tiap-tiap persekutuan Firma harus didirikan dengan akta otentik,
akan tetapi ketiadaan akta demikian tidak dapat ditemukan untuk merugikan pihak ketiga.
Ada tiga unsur penting dalam isi Pasal di atas, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga menganggap
firma sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam usaha, didirikan untuk
jangka waktu yang tidak terbatas serta semua sekutu berwenang menandatangani berbagai
surat untuk firma ini sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 29 KUHD.
Isi ikhtisar resmi akta pendirian firma dapat dilihat di Pasal 26 KUHD yang harus memuat
sebagai berikut:
1. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu firma.
2. Pernyataan firmanya dengan menunjukan apakah persekutuan itu umum ataukah
terbatas pada suatu cabang khusus perusahaan tertentu dan dalam hal terakhir dengan
menunjukan cabang khusus itu.
3. Penunjukan para sekutu yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas nama firma.
4. Saat mulai berlakunya persekutuan dan saat berakhirnya.
5. Dan selanjutnya, pada umumnya bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai
untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para sekutu.
Bentuk umumnya perjanjian yang tertuang dalam akta pendirian firma biasanya berisi tentang
hal-hal berikut:
Dapat disimpulkan, bahwa akta dalam pembentukan Firma hanyalah berfungsi sebagai alat
bukti untuk memudahkan pembuktian berdirinya suatu Firma dan perincian hak dan
kewajiban masing-masing anggota. Setelah Firma didirikan, maka Firma harus didaftarkan
kepada Panitera Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Firma
yang bersangkutan, dan pendaftaran Firma dapat berupa petikan akta saja (Pasal 23-25 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, yang diatur lebih lanjut dalam Undang-undang Nomor 3
Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan). Dalam Pasal 28 Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang, Ikhtisar resmi dari akta Firma pendirian itu harus diumumkan dalam Berita
Negara Rakyat Indonesia (BNRI) atau Tambahan Berita Negara.
Apabila akta Firma tersebut tidak didaftarkan kepada Panitera, maka pendirian Firma tersebut
hanya dianggap sebagai persekutuan umum, didirikan tanpa batas, dianggap tidak ada sekutu
yang dikecualikan bertindak atas nama Firma (Pasal 29 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang) bahkan tiap sekutu berhak menandatangani dan berbuat perbuatan hukum bagi
persekutuannya. Tetapi karena Firma bukan merupakan badan hukum, maka akta pendirian
Firma tidak memerlukan pengesahan dari Departemen Kehakiman RI.
Kenapa Firma biasa disebut dengan Perusahaan Bukan Badan Hukum?Persekutuan Firma
disebut juga sebagai perusahaan yang tidak berbadan hukum karena Firma telah memenuhi
syarat/unsur materiil namun syarat/unsur formalnya berupa pengesahan atau pengakuan dari
Negara berupa peraturan perundang-undangan belum ada. Hal inilah yang menyebabkan
Persekutuan Firma bukan merupakan persekutuan yang berbadan hukum.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : “Perusahaan Manufaktur” Pengertian &
( Karakteristik – Fungsi – Contoh )
Pendirian, pengaturan dan pembubaran Firma diatur di dalam Kitab Undang‐Undang Hukum
Dagang (KUHD) (Wetboek van Koophandel voor Indonesie) S.1847-23. Hukum mengenai
Firma terdapat dalam bagian 2 dalam KUHD dengan judul “Perseroan Firma Dan Perseroan
Dengan Cara meminjamkan Uang Atau Disebut Perseroan Komanditer” yang dimulai dari
pasal 16 sampai 35. Isi di dalam Hukum tersebut adalah sebagai berikut:
Pasal 16
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Perseroan Firma adalah suatu perseroan yang didirikan untuk
melakukan suatu usaha di bawah satu nama bersama. (KUHD 19 dst., 22 dst., 26-11,
29; Rv.6-5o, 8-2 o, 99.)
Pasal 17
Tiap-tiap persero kecuali yang tidak diperkenankan, mempunyai wewenang untuk
bertindak, mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan, dan mengikat
perseroan kepada pihak ketiga, dan pihak ketiga kepada perseroan. tindakan-tindakan
yang tidak bersangkutan dengan perseroan, atau yang bagi para persero menurut
perjanjian tidak berwenang untuk mengadakannya, tidak dimasukkan dalam ketentuan
ini. (KUHPerd. 1632, 1636, 1639, 1642; KUHD 20, 26, 29, 32.)
Pasal 18
Dalam perseroan firma tiap-tiap persero bertanggung jawab secara tanggung renteng
untuk seluruhnya atas perikatan-perikatan perseroannya. (KUHPerd.1282, 1642,
1811.)
Pasal 19
Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga perseroan
komanditer, didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero yang
bertanggung jawab secara tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu orang
atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang. Suatu perseroan dapat sekaligus berwujud
perseroan firma terhadap persero-persero firma di dalamnya dan perseroan
komanditer terhadap pemberi pinjaman uang. (KUHD. 16, 20, 22 dst.)
Pasal 20
Dengan tidak mengurangi kekecualian yang terdapat dalam pasal 30 alinea kedua,
maka nama persero komanditer tidak boleh digunakan dalam firma. (KUHD 19-21.)
Persero ini tidak boleh melakukan tindakan pengurusan atau bekerja dalam
perusahaan perseroan tersebut, biar berdasarkan pemberian kuasa sekalipun. (KUHD
17, 21, 32.)
Ia tidak ikut memikul kerugian lebih daripada jumlah uang yang telah dimasukkannya
dalam perseroan atau yang harus dimasukkannya, tanpa diwajibkan untuk
mengembalikan keuntungan yang telah dinikmatinya. (KUHPerd. 1642 dst.)
Pasal 21
Persero komanditer yang melanggar ketentuan-ketentuan alinea pertama atau alinea
kedua dari pasal yang lain, bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk
seluruhnya terhadap semua utang dan perikatan perseroan itu. (KUHD 18.)
Pasal 22
Perseroan-perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik, tanpa adanya
kemungkinan untuk disangkalkan terhadap pihak ketiga, bila akta itu tidak ada.
(KUHPerd. 1868, 1874, 1895, 1898; KUHD 1, 26, 29, 31.)
Pasal 23
Para persero firma diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam register yang
disediakan untuk itu pada kepaniteraan raad van justitie (pengadilan negeri) daerah
hukum tempat kedudukan perseroan itu. (Rv. 82; KUHPerd. 152; KUHD 24, 27 dst.,
30 dst., 38 dst.; S. 1946-135 pasal 5.)
Pasal 24
Akan tetapi para persero firma diperkenankan untuk hanya mendaftarkan petikannya
saja dari akta itu dalam bentuk otentik. (KUHD 26, 28.)
Pasal 25
Setiap orang dapat memeriksa akta atau petikannya yang terdaftar, dan dapat
memperoleh salinannya atas biaya sendiri. (KUHD 38; S. 1851-27 pasal 7.)
Pasal 26
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Petikan yang disebut dalam pasal 24 harus memuat:
1. nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma;
2. pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah perseroan itu umum, ataukah
terbatas pada suatu cabang khusus dari perusahaan tertentu, dan dalam hal terakhir,
dengan menunjukkan cabang khusus itu; (KUHD 17.)
3. penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertandatangan atas nama firma;
4. saat mulai berlakunya perseroan dan saat berakhirnya;
5. dan selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai
untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para persero. (KUHD 27 dst.)
Pasal 27
Pendaftarannya harus diberi tanggal dari hari pada waktu akta atau petikannya itu
dibawa kepada panitera. (KUHD 23.)
Pasal 28
Di samping itu para persero wajib untuk mengumumkan petikan aktanya dalam surat
kabar resmi sesuai dengan ketentuan pasal 26. (Ov. 105; KUHPerd. 444, 1036;
KUHD 29, 38.)
Pasal 29
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Selama pendaftaran dan pengumuman belum terjadi, maka
perseroan firma itu terhadap pihak ketiga dianggap sebagai perseroan umum untuk
segala urusan, dianggap didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan dan dianggap
tiada seorang persero pun yang dilarang melakukan hak untuk bertindak dan bertanda
tangan untuk firma itu. Dalam hal adanya perbedaan antara yang didaftarkan dan yang
diumumkan, maka terhadap pihak ketiga berlaku ketentuan-ketentuan yang berkenaan
dengan pasal yang lalu yang dicantumkan dalam surat kabar resmi. (KUHPerd. 1916;
KUHD 30 dst., 39.)
Pasal 30
Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan oleh seorang atau
lebih, baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun bila diizinkan dengan tegas
oleh bekas persero yang namanya disebut di situ, atau bila dalam hal adanya
kematian, para ahli warisnya tidak menentangnya, dan dalam hal itu untuk
membuktikannya harus dibuat akta, dan mendaftarkannya dan mengumumkannya
dalam surat kabar resmi atas dasar dan dengan cara yang ditentukan dalam pasal 23
dan berikutnya, serta dengan ancaman hukuman yang tercantum dalam pasal 29.
Ketentuan pasal 20 alinea pertama tidak berlaku, jikalau persero yang mengundurkan
diri sebagai persero firma menjadi persero komanditer. (KUHPerd. 1651, KUHD 26.)
Pasal 31
Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam
perjanjian, atau terjadi karena pelepasan diri atau penghentian, perpanjangan waktu
setelah habis waktu yang ditentukan, demikian pula segala perubahan yang diadakan
dalam perjanjian yang asli yang berhubungan dengan pihak ketiga, diadakan juga
dengan akta otentik, dan terhadap ini berlaku ketentuan-ketentuan pendaftaran dan
pengumuman dalam surat kabar resmi seperti telah disebut. Kelalaian dalam hal itu
mengakibatkan, bahwa pembubaran, pelepasan diri, penghentian atau perubahan itu
tidak berlaku terhadap pihak ketiga. Terhadap kelalaian mendaftarkan dan
mengumumkan dalam hal perpanjangan waktu perseroan, berlaku ketentuan-
ketentuan pasal 29. (KUHPerd. 1646 dst.; KUHD 22, 26, 30.)
Pasal 32
Pada pembubaran perseroan, para persero yang tadinya mempunyai hak mengurus
harus membereskan urusan-urusan bekas perseroan itu atas nama firma itu juga,
kecuali bila dalam perjanjiannya ditentukan lain , atau seluruh persero (tidak termasuk
para persero komanditer) mengangkat seorang pengurus lain dengan pemungutan
suara seorang demi seorang dengan suara terbanyak. Jika pemungutan suara macet,
raad van justitie mengambil keputusan sedemikian yang menurut pendapatnya paling
layak untuk kepentingan perseroan yang dibubarkan itu. (KUHPerd. 1652; KUHD 17,
20, 22, 31, 56; Rv. 6-50, 99.)
Pasal 33
Bila keadaan kas perseroan yang dibubarkan tidak mencukupi untuk membayar utang-
utang yang telah dapat ditagih, maka mereka yang bertugas untuk membereskan
keperluan itu dapat menagih uang yang seharusnya akan dimasukkan dalam perseroan
oleh tiap-tiap persero menurut bagiannya masing-masing. (KUHD 18, 22.)
Pasal 34
Uang yang selama pemberesan dapat dikeluarkan dari kas perseroan, harus dibagikan
sementara. (KUHD 33.)
Pasal 35
Setelah pemberesan dan pembagian itu, bila tidak ada perjanjian yang menentukan
lain, maka buku-buku dan surat-surat yang dulu menjadi milik perseroan yang
dibubarkan itu tetap ada pada persero yang terpilih dengan suara terbanyak atau yang
ditunjuk oleh raad van justitie karena macetnya pemungutan suara, dengan tidak
mengurangi kebebasan para ersero atau para penerima hak untuk melihatnya.
(KUHPerd. 1801 dst., 1652, 1885; KUHD 12, 56.)
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : “Perusahaan Jasa” Pengertian &
( Karakteristik – Ciri – Contoh )
Sifat Firma (Fa)
Sifat dari Persekutuan Firma adalah:
Ciri-Ciri Firma
Secara umum, ciri-ciri dan sifat Firma yang dapat kita lihat yaitu:
2. Limited Life (umur terbatas), firma yang didirikan oleh beberapa anggota memiliki
umur yang terbatas. Artinya adalah jika ada anggota yang keluar berarti firma tersebut
dinyatakan bubar secara hokum, demikian juga apabila ada anggota baru yang
bergabung. Firma dinyatakan masih beroperasi atau bubar jika tidak ada perubahan
dalam komposisi keanggotaannya.
5. Participating in Partnership Profit, laba atau rugi sebagai hasil operasi Firma akan
dibagikan kepada setiap anggota firma berdasarkan partisipasi para anggota didalam
firma. Jika ada seorang anggota yang aktif menjalankan usaha firma, maka anggota
tersebut berhak atas bagian laba yang lebih besar daripada anggota yang lain
meskipun modal yang ditanamkan lebih kecil daripada modal yangditanam oleh
anggota yang tidak aktif atau dapat ditentukan secara lain atas persetujuan anggota
lainnya. Ketentuan mengenai besarnya pembagian laba rugi ini harus dicantumkan
secara rinci dan jelas dalam akte pendirian firma tersebut.
Firma Perseroan
Umur firma terbatas dan
secara hukum dinyatakan
Umur dianggap tidak
bubar jika ada perubahan
terbatas. Perubahan
dalam komposisi sekutu atau
1. KESINAMBUNGAN komposisi pemilikan
anggota, tetapi secara
USAHA perusahaan tidak
ekonomis dapat terus
mengakibatkan berakhirnya
beroperasi untuk melanjutkan
umur poerseroan.
usahanya, tidak perlu
dilikuidasi.
Didirikan berdasarkan ijin
Negara dan harus taat pada
Diperlukan sedikit prosedur
2. PERIJINAN aturan yang telah ditetapkan.
untuk memperoleh formalitas
PENDIRIAN Prosedur untuk memperoleh
usahanya.
ijin usaha biasanya relatif
lama dan sulit.
Tanggung jawab setiap Kewajiban pemilik
3.TANGGUNG JAWAB
anggota pemilik tidak terbatas, (pemegang saham) hanya
PEMILIK TERHADAP
bahkan sampai harta pribadi terbatas sebesar modal yang
HUTANG
nya dijaminkan. di tanamkan.
Pemegang saham bisa tidak
aktif dalam pengelolaan
4. KETERLIBATAN Para anggota terlibat aktif
perseroan. Mereka memilih
DALAM PENGELOLAAN dalam pengelolaan firma
dewan direktur untuk
PERUSAHAAN secara langsung.
melaksanakan pengelolaan
langsung terhadap perseroan.
Dengan adanya beberapa karakteristik firma dan perbedaan antara firma dengan bentuk
perusahaan yang lain, maka jelas sudah bahwa firma memiliki ciri tersendiri. Walaupun tidak
bisa dipisahkan antara pemilik dan manajemen dalam firma, namun pengelolaan akuntansi
pada firma harus tetap berpedoman pada prinsip akuntansi yang lazim. Yaitu firma
merupakan salah satu unit usaha yang berdiri sendiri dan memiliki kedudukan yang terpisah
dari pemiliknya (business entity).
Seperti halnya persekutuan yang lain, firma juga mempunyai ciri-ciri. Adapun ciri-ciri
firma yaitu antara lain :
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Perusahaan Menurut Para Ahli
Beserta Jenis, Unsur Dan Contohnya Lengkap
Setiap bentuk-bentuk usaha pasti mempunyai kebaikan dan keburukan. Begitu pula Firma,
pasti memiliki kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan yang harus di pertimbangkan.
1. Jumlah modalnya relatif besar dari usaha perseorangan sehingga lebih mudah untuk
memperluas usahanya.
2. Lebih mudah memperoleh kredit karena mempunyai kemampuan finansial yang lebih
besar yang merupakan gabungan modal yang dimiliki beberapa orang.
3. Kemampuan manajemen lebih besar karena adanya pembagian kerja di antara para
anggota. Disamping itu, semua keputusan di ambil bersama-sama. Sehingga
keputusan-keputusan menjadi lebih baik
4. Tergabung alasan-alasan rasional.
5. Perhatian sekutu yang sungguh-sungguh pada perusahaan.
6. 6Prosedur pendirian relative mudah.
7. Pimpinan dalam firma bisa dibagi sesuai dengan keahlian masing-masing.
8. Kelangsungan pada badan usaha lebih terjamin.
9. Pinjaman untuk modal lebih mudah didaptkan
10. Modal firma lebih besar dibandingkan dengan sebuah usaha perorangan.
Kekurangan Firma
Contoh : Anggota Investasi Dalam Toko Pengecer Kekayaan Pribadi A = Rp. 400.000, B =
Rp. 200.000, C = Rp. 100.000. Dengan berbagai macam alasan, toko tersebut mempunyai
hutang sebesar Rp. 800.000. modal yang ditanamkan oleh para anggota hanya sebesar Rp.
700.000 dipakai untuk melunasi hutang tersebut. Sisa hutang sebesar Rp. 100.000 harus
dibayar dari kekayaan pribadi. Karena A dan B tidak memiliki kekayaan pribadi, maka sisa
hutang tersebut harus dibayar oleh C.
2. Pimpinan dipegang oleh lebih dari satu orang. Hal yang demikian ini memungkinkan
timbulnya perselisihan paham diantara para sekutu.
3. Kesalahan seorang firmant harus ditanggung bersama.
4. Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin, sebab bila salah seorang anggota
keluar, maka firma pun bubar.
5. Utang usaha perusahaan ditanggung oleh kekayaan pribadi para anggota firma.
6. Sulit dalam mengambil suatu keputusan karena adanya suatu perbedaan pendapat dari
kedua pemimpin
7. Kesalahan pada sesorang anggota harus ditanggung bersama
8. Tidak adanya pemisah harta kekayaan antara hak milik dengan Firma.
Bila mengalami bangkrut, maka harta pribadi ikut dipertanggungkan.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Hukum Perusahaan : Pengertian, Bentuk,
Dan Sumber Beserta Ruang Lingkupnya Secara Lengkap
Dalam Persekutuan Firma hanya terdapat satu macam sekutu, yaitu sekutu komplementer
atau Firmant. Sekutu komplementer menjalankan perusahaan dan mengadakan hubungan
hukum dengan pihak ketiga sehingga bertanggung jawab pribadi untuk keseluruhan.
Hubungan antara sekutu baik secara intern maupun ekstern setidaknya telah diatur dalam
Pasal 17 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang menjelaskan, “tiap-tiap persero yang
tidak dikecualikan dari satu sama lain, berhak untuk bertindak untuk mengeluarkan dan
menerima uang atas nama perseroan, pula untuk mengikat perseroan itu dengan pihak ketiga
dan pihak ketiga dengannya. Segala tindakan yang tidak bersangkut-pautan dengan perseroan
tersebut, atau yang para persero tidak berhak melakukannya tidak termasuk dalam ketentuan
diatas”.
Meskipun sekutu kerja tersebut dikeluarkan wewenangnya atau tidak diberi wewenang untuk
mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga, namun hal ini tidak menghilangkan sifat
tanggung jawab pribadi untuk keseluruhan, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 KUHD.
Sekutu Firma sifatnya sama dengan sekutu komplementer dalam CF, yaitu:
Adapun yang dimaksud dengan sekutu komplementer adalah sekutu aktif, yaitu sekutu yang
bertugas mengurus perusahaan dan bertanggung jawab tidak terbatas atau pribadi. Tugas dari
sekutu ini sama dengan tugas dari anggota direksi, tetapi berbeda dalam hal tanggung
jawabnya. Pada Firma tanggung jawab tidak terbatas pada tiap-tiap anggota secara tanggung-
menanggung, bertanggung jawab untuk seluruhnya atas perikatan Firma yang disebut dengan
tanggung jawab solider.
• Semua sekutu memutuskan dan menetapkan dalam akta sekutu yang ditunjuk
sebagai pengurus Firma.
• Semua sekutu berhak melihat dan mengontrol pembukuan Firma (pasal 12 KUHD).
• Semua sekutu memberikan persetujuan, jika Firma menambah sekutu baru (ps. 1641
BW).
• Penggantian kedudukan sekutu diperkenankan, jika diatur dalam akta pendirian.
• Seorang sekutu dapat menggugat Firma, apabila ia berposisi sebagai kreditur Firma
dan pemenuhannya disediakan dari kas Firma.
1. • Sekutu yang telah keluar secara sah, masih dapat dituntut oleh pihak ketiga atas
dasar perjanjian yang belum diselesaikan pembayarannya.
2. • Setiap sekutu berwenang mengadakan perikatan dengan pihak ketiga bagi
kepentingan persekutuan, kecuali jika sekutu itu dikeluarkan dari kewenangannya
(pasal 17 KUHD).
3. • Setiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas semua perikatan Firma,
meskipun dibuat oleh sekutu lain, termasuk karena perbuatan melawan hukum (ps.18
KUHD)
4. • Apabila seorang sekutu menolak penagihan dengan alasan Firma tidak ada (karena
tidak ada akta pendirian), maka pihak ketiga itu dapat membuktikan adanya Firma
dengan segala macam alat pembuktian (pasal 22 KUHD).
5. • Seorang sekutu dapat menggugat Firma, apabila ia berposisi sebagai kreditur Firma
dan pemenuhannya disediakan dari kas Firma.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : √ 134 Pengertian Kurikulum Menurut Para
Ahli ( LENGKAP )
Contoh:
Kentarti dan Ana bersepakat pada 1 Januari 2009 mendirikan sebuah usaha dalam bidang
konveksi yang diberi nama Cantik Tailor. Berikut rincian modal usaha yang mereka dirikan:
“Cantik Tailor”
Neraca awal
1 Januari 2009
AKTIVA PASIVA
Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah
Aktiva Lancar :
Hutang
Kas Rp. 1.000.000
Persediaan Rp. 1.500.000
Total Aktiva Lancar Rp. 2.500.000
Aktiva Tetap :
Modal :
Mesin Rp. 4.500.000
Modal Kentarti Rp. 5.500.000
Peralatan Rp. 2.500.000
Modal Ana Rp. 4.000.000
Total Aktiva Tetap Rp. 7.000.000
Jumlah Aktiva Rp. 9.500.000 Jumlah Hut & Modal Rp. 9.500.000
58% untuk Kentarti dan 42% untuk Ana . Apabila laba pertahun mencapai Rp. 50.000.000
100
Maka dari itu, pembagian laba per tahun untuk Kentarti senilai Rp. 29.000.000 dan untuk
pembagian laba untuk Ana senilai Rp. 21.000.000.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Firma
www.id.scribd.com/firma
http://faridaniva.blogspot.com/2013/11/pembentukan-firma-dengan-
pembagian-laba.html
www.auliaguntur.staff.gunadarma.ac.id
M. Manullang, 2002. Pengantar Bisnis. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
http://amar20.files.wordpress.com/2010/11/EkonomiMakalahFirma.ht
ml
“Firma”.oleh website. Shine mystyle
Arif Abubakar, 2009. Akuntansi Keuangan Dasar 2. Jakarta : Cikal
Sakti
Johannes Ibrahim. Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan
Dan Badan Hukum. Bandung : PT. Refika Aditama, 2006