Anda di halaman 1dari 21

Pengertian Firma

Firma (Fa) secara harfiah berarti sebuah bentuk badan usaha untuk
menjalankan usaha antara dua orang atau lebih (disebut Firmant) dengan
memakai nama bersama atau satu nama. Menurut Manulang (1975)
persekutuan dengan firma adalah persekutuan untuk menjalankan
perusahaan dengan memakai nama bersama. Dalam firma semua anggota
bertanggung jawab sepenuhnya baik sendiri maupun bersama terhadap
utang-utang perusahaan kepada pihak lain dan menyerahkan kekayaan
pribadi sesuai yang tercantum di dalam akta pendirian Firma. Bila
perusahaan mengalami kerugian akan ditanggung bersama, bila perlu
dengan seluruh kekayaan pribadi mereka.

Firma bukan merupakan badan usaha yang berbadan hokum. Dalam


Firma juga tidak ada keharusan pengesahan akta pendirian oleh Menteri
Kehakiman dan HAM Firma berakhir apabila jangka waktu yang
ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir.

Tujuan Firma
Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang,
Persekutuan Firma adalah persekutuan yang diadakan untuk menjalankan
suatu perusahaan dengan memakai nama bersama. Menurut pendapat lain,
Persekutuan Firma adalah setiap perusahaan yang didirikan untuk
menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama atau Firma
sebagai nama yang dipakai untuk berdagang bersama-sama.

Adapun pendirian Firma telah diatur dalam Kitab Undang-Undang


Hukum Dagang dengan cukup lengkap, terutama dalam Pasal 22 hingga
Pasal 29 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Adapun pendirian Firma
dalam Pasal 22 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang menjelaskan
bahwa, tiap-tiap persekutuan Firma harus didirikan dengan akta otentik,
akan tetapi ketiadaan akta demikian tidak dapat ditemukan untuk
merugikan pihak ketiga.
Ada tiga unsur penting dalam isi Pasal di atas, yang dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Firma harus didirikan dengan akta otentik;
2. Firma dapat didirikan tanpa akta otentik;
3. Akta yang tidak otentik tidak boleh merugikan pihak ketiga.

Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak


ketiga menganggap firma sebagai persekutuan umum yang menjalankan
segala macam usaha, didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas
serta semua sekutu berwenang menandatangani berbagai surat untuk firma
ini sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 29 KUHD.
Isi ikhtisar resmi akta pendirian firma dapat dilihat di Pasal 26 KUHD yang
harus memuat sebagai berikut:

1. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu firma.
2. Pernyataan firmanya dengan menunjukan apakah persekutuan itu
umum ataukah terbatas pada suatu cabang khusus perusahaan
tertentu dan dalam hal terakhir dengan menunjukan cabang khusus
itu.
3. Penunjukan para sekutu yang tidak diperkenankan bertanda tangan
atas nama firma.
4. Saat mulai berlakunya persekutuan dan saat berakhirnya.
5. Dan selanjutnya, pada umumnya bagian-bagian dari perjanjiannya
yang harus dipakai untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap
para sekutu.
6. Setelah Firma didirikan, maka Firma harus didaftarkan kepada
Panitera Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan Firma yang bersangkutan, dan pendaftaran
Firma dapat berupa petikan akta saja (Pasal 23-25 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, yang diatur lebih lanjut dalam
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar
Perusahaan). Dalam Pasal 28 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang, Ikhtisar resmi dari akta Firma pendirian itu harus
diumumkan dalam Berita Negara Rakyat Indonesia (BNRI) atau
Tambahan Berita Negara.
7. Apabila akta Firma tersebut tidak didaftarkan kepada Panitera,
maka pendirian Firma tersebut hanya dianggap sebagai
persekutuan umum, didirikan tanpa batas, dianggap tidak ada
sekutu yang dikecualikan bertindak atas nama Firma (Pasal 29
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) bahkan tiap sekutu
berhak menandatangani dan berbuat perbuatan hukum bagi
persekutuannya. Tetapi karena Firma bukan merupakan badan
hukum, maka akta pendirian Firma tidak memerlukan
pengesahan dari Departemen Kehakiman RI.
Hukum Dasar Firma

Firma harus didirikan dengan akta otentik yang dibuat di muka


notaris dan arus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang
daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Firma yang bersangkutan.
Tetapi karena Firma bukan merupakan badan hukum, maka akta pendirian
Firma tidak memerlukan pengesahan dari Departemen Kehakiman RI.

Pendirian, pengaturan dan pembubaran Firma diatur di dalam Kitab


Undang‐Undang Hukum Dagang (KUHD) (Wetboek van Koophandel voor
Indonesie) S.1847-23. Hukum mengenai Firma terdapat dalam bagian 2
dalam KUHD dengan judul “Perseroan Firma Dan Perseroan Dengan Cara
meminjamkan Uang Atau Disebut Perseroan Komanditer” yang dimulai
dari pasal 16 sampai 35.

 Isi di dalam Hukum tersebut adalah sebagai berikut:

 Pasal 16
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Perseroan Firma adalah suatu perseroan
yang didirikan untuk melakukan suatu usaha di bawah satu nama
bersama. (KUHD 19 dst., 22 dst., 26-11, 29; Rv.6-5o, 8-2 o, 99.)

 Pasal 17
Tiap-tiap persero kecuali yang tidak diperkenankan, mempunyai
wewenang untuk bertindak, mengeluarkan dan menerima uang atas
nama perseroan, dan mengikat perseroan kepada pihak ketiga, dan
pihak ketiga kepada perseroan. tindakan-tindakan yang tidak
bersangkutan dengan perseroan, atau yang bagi para persero
menurut perjanjian tidak berwenang untuk mengadakannya, tidak
dimasukkan dalam ketentuan ini. (KUHPerd. 1632, 1636, 1639, 1642;
KUHD 20, 26, 29, 32.)

 Pasal 18
Dalam perseroan firma tiap-tiap persero bertanggung jawab secara
tanggung renteng untuk seluruhnya atas perikatan-perikatan
perseroannya. (KUHPerd.1282, 1642, 1811.)
 Pasal 19
Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau
disebut juga perseroan komanditer, didirikan antara seseorang atau
antara beberapa orang persero yang bertanggung jawab secara
tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu orang atau lebih
sebagai pemberi pinjaman uang. Suatu perseroan dapat sekaligus
berwujud perseroan firma terhadap persero-persero firma di
dalamnya dan perseroan komanditer terhadap pemberi pinjaman
uang. (KUHD. 16, 20, 22 dst.)

 Pasal 20
Dengan tidak mengurangi kekecualian yang terdapat dalam pasal 30
alinea kedua, maka nama persero komanditer tidak boleh digunakan
dalam firma. (KUHD 19-21.) Persero ini tidak boleh melakukan
tindakan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan perseroan
tersebut, biar berdasarkan pemberian kuasa sekalipun. (KUHD 17, 21,
32.)
Ia tidak ikut memikul kerugian lebih daripada jumlah uang yang
telah dimasukkannya dalam perseroan atau yang harus
dimasukkannya, tanpa diwajibkan untuk mengembalikan
keuntungan yang telah dinikmatinya. (KUHPerd. 1642 dst.)

 Pasal 21
Persero komanditer yang melanggar ketentuan-ketentuan alinea
pertama atau alinea kedua dari pasal yang lain, bertanggung jawab
secara tanggung renteng untuk seluruhnya terhadap semua utang
dan perikatan perseroan itu. (KUHD 18.)

 Pasal 22
Perseroan-perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik,
tanpa adanya kemungkinan untuk disangkalkan terhadap pihak
ketiga, bila akta itu tidak ada. (KUHPerd. 1868, 1874, 1895, 1898;
KUHD 1, 26, 29, 31.)
 Pasal 23
Para persero firma diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam
register yang disediakan untuk itu pada kepaniteraan raad van
justitie (pengadilan negeri) daerah hukum tempat kedudukan
perseroan itu. (Rv. 82; KUHPerd. 152; KUHD 24, 27 dst., 30 dst., 38
dst.; S. 1946-135 pasal 5.)

 Pasal 24
Akan tetapi para persero firma diperkenankan untuk hanya
mendaftarkan petikannya saja dari akta itu dalam bentuk otentik.
(KUHD 26, 28.)
 Pasal 25
Setiap orang dapat memeriksa akta atau petikannya yang terdaftar,
dan dapat memperoleh salinannya atas biaya sendiri. (KUHD 38; S.
1851-27 pasal 7.)

 Pasal 26
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Petikan yang disebut dalam pasal 24 harus
memuat:

1. nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma;
2. pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah perseroan itu
umum, ataukah terbatas pada suatu cabang khusus dari perusahaan
tertentu, dan dalam hal terakhir, dengan menunjukkan cabang
khusus itu; (KUHD 17.)
3. penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertandatangan
atas nama firma;
4. saat mulai berlakunya perseroan dan saat berakhirnya;
5. dan selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya
yang harus dipakai untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap
para persero. (KUHD 27 dst.)
 Pasal 27
Pendaftarannya harus diberi tanggal dari hari pada waktu akta atau
petikannya itu dibawa kepada panitera. (KUHD 23.)
 Pasal 28
Di samping itu para persero wajib untuk mengumumkan petikan
aktanya dalam surat kabar resmi sesuai dengan ketentuan pasal 26.
(Ov. 105; KUHPerd. 444, 1036; KUHD 29, 38.)

 Pasal 29
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Selama pendaftaran dan pengumuman
belum terjadi, maka perseroan firma itu terhadap pihak ketiga
dianggap sebagai perseroan umum untuk segala urusan, dianggap
didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan dan dianggap tiada
seorang persero pun yang dilarang melakukan hak untuk bertindak
dan bertanda tangan untuk firma itu. Dalam hal adanya perbedaan
antara yang didaftarkan dan yang diumumkan, maka terhadap pihak
ketiga berlaku ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan pasal
yang lalu yang dicantumkan dalam surat kabar resmi. (KUHPerd.
1916; KUHD 30 dst., 39.)

 Pasal 30
Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan
oleh seorang atau lebih, baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya
maupun bila diizinkan dengan tegas oleh bekas persero yang
namanya disebut di situ, atau bila dalam hal adanya kematian, para
ahli warisnya tidak menentangnya, dan dalam hal itu untuk
membuktikannya harus dibuat akta, dan mendaftarkannya dan
mengumumkannya dalam surat kabar resmi atas dasar dan dengan
cara yang ditentukan dalam pasal 23 dan berikutnya, serta dengan
ancaman hukuman yang tercantum dalam pasal 29. Ketentuan pasal
20 alinea pertama tidak berlaku, jikalau persero yang mengundurkan
diri sebagai persero firma menjadi persero komanditer. (KUHPerd.
1651, KUHD 26.)
 Pasal 31
Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan
dalam perjanjian, atau terjadi karena pelepasan diri atau
penghentian, perpanjangan waktu setelah habis waktu yang
ditentukan, demikian pula segala perubahan yang diadakan dalam
perjanjian yang asli yang berhubungan dengan pihak ketiga,
diadakan juga dengan akta otentik, dan terhadap ini berlaku
ketentuan-ketentuan pendaftaran dan pengumuman dalam surat
kabar resmi seperti telah disebut. Kelalaian dalam hal itu
mengakibatkan, bahwa pembubaran, pelepasan diri, penghentian
atau perubahan itu tidak berlaku terhadap pihak ketiga. Terhadap
kelalaian mendaftarkan dan mengumumkan dalam hal perpanjangan
waktu perseroan, berlaku ketentuan-ketentuan pasal 29. (KUHPerd.
1646 dst.; KUHD 22, 26, 30.)

 Pasal 32
Pada pembubaran perseroan, para persero yang tadinya mempunyai
hak mengurus harus membereskan urusan-urusan bekas perseroan
itu atas nama firma itu juga, kecuali bila dalam perjanjiannya
ditentukan lain , atau seluruh persero (tidak termasuk para persero
komanditer) mengangkat seorang pengurus lain dengan pemungutan
suara seorang demi seorang dengan suara terbanyak. Jika
pemungutan suara macet, raad van justitie mengambil keputusan
sedemikian yang menurut pendapatnya paling layak untuk
kepentingan perseroan yang dibubarkan itu. (KUHPerd. 1652; KUHD
17, 20, 22, 31, 56; Rv. 6-50, 99.)

 Pasal 33
Bila keadaan kas perseroan yang dibubarkan tidak mencukupi untuk
membayar utang-utang yang telah dapat ditagih, maka mereka yang
bertugas untuk membereskan keperluan itu dapat menagih uang
yang seharusnya akan dimasukkan dalam perseroan oleh tiap-tiap
persero menurut bagiannya masing-masing. (KUHD 18, 22.)
 Pasal 34
Uang yang selama pemberesan dapat dikeluarkan dari kas perseroan,
harus dibagikan sementara. (KUHD 33.)

 Pasal 35
Setelah pemberesan dan pembagian itu, bila tidak ada perjanjian
yang menentukan lain, maka buku-buku dan surat-surat yang dulu
menjadi milik perseroan yang dibubarkan itu tetap ada pada persero
yang terpilih dengan suara terbanyak atau yang ditunjuk oleh raad
van justitie karena macetnya pemungutan suara, dengan tidak
mengurangi kebebasan para ersero atau para penerima hak untuk
melihatnya. (KUHPerd. 1801 dst., 1652, 1885; KUHD 12, 56.)
Unsur – Unsur Firma

1. Persekutuan perdata
Pasal 1618 KUHPer
Perseroan Perdata adalah suatu pertujua antara 2 orang atau
lebih, yang berjanji untuk memasukkan sesuatu ke dalam
perseroan itu dengan maksud supaya keuntungan yang diperoleh
dari perseroan itu dibagi di antara mereka.
2. Menjalankan Perusahaan
Pasal 16 KUHD
Perseroan Firma adalah suatu perseroan yang didirikan untuk
melakukan suatu usaha di bawah satu nama bersama.
3. Dengan nama bersama atau firma (Pasal 16 KUHD)
4. Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi untuk keseluruhan
Pasal 18 KUHD
Dalam perseroan firma tiap-tiap persero bertanggung jawab
secara tanggung renteng untuk seluruhnya atas perikatan-
perikatan perseroannya.

Sifat Firma (Fa)


Sifat dari Persekutuan Firma adalah:

 Keagenan atau perwakilan bersama


 Umur terbatas
 Dalam Tanggung jawab tak terbatas
 Pemilikan kepentingan
 Partisipasi (Keikutsertaan) dalam sebuah Persekutuan Firma
 Bentuk firma ini sudah digunakan baik untuk suatu kegiatan usaha
berskala besar ataupun kecil
 Bisa berupa perusahaan kecil yang menjual sebuah barang pada satu
lokasi, atau suatu perusahaan besar yang memiliki cabang atau
kantor di banyak lokasi;
 Masing-masing sekutu menjadi suatu agen atau wakil dari
persekutuan firma untuk sebuah tujuan usahanya
 Pembubaran persekutuan firma akan tercipta bila terdapat salah satu
anggota mengundurkan diri atau meninggal;
 Tanggung Jawab seorang anggota tidak terbatas pada jumlah
investasinya;
 Harta benda yang diinvestasikan dalam suatu persekutuan firma
tidak lagi dipunyai secara terpisah oleh masing-masing sekutu; dan
 Masing-masing sekutu berhak mendapatkan pembagian laba
persekutuan firma.
Ciri-Ciri Firma
Secara umum, ciri-ciri dan sifat Firma yang dapat kita lihat yaitu:
a. Anggota firma biasanya sudah saling mengenal dan saling
mempercayai.
b. Perjanjian firma dapat dilakukan di hadapan notaris maupun di
bawah tangan.
c. Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha.
d. Adanya tanggung jawab dan resiko kerugian yang tidak terbatas.
e. Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib
melunasi dengan harta pribadi.
f. Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin.
g. Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin
anggota yang lainnya.
h. keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup.
i. seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma.
j. pendiriannya tidak memelukan akte pendirian.
k. mudah memperoleh kredit usaha.

Berdasarkan ciri-ciri diatas, Drebin (1982) membagi karakteristik Firma


itu menjadi 5 yaitu:

1. Mutual Agency (saling mewakili), setiap anggota dalam


menjalankan usaha firma merupakan wakil dari anggota firma yang
lain. Apabila ada salah seorang anggota beroperasi dalam bidang
usaha firma, maka secara tidak langsung anggota tersebut mewakili
anggota firma yang lain.

2. Limited Life (umur terbatas), firma yang didirikan oleh beberapa


anggota memiliki umur yang terbatas. Artinya adalah jika ada
anggota yang keluar berarti firma tersebut dinyatakan bubar secara
hokum, demikian juga apabila ada anggota baru yang bergabung.
Firma dinyatakan masih beroperasi atau bubar jika tidak ada
perubahan dalam komposisi keanggotaannya.
3. Unlimited Liability (tanggung jawab terhadap kewajiban firma tiak
terbatas), tanggung jawab atas hutang tidak terbatas pada kekayaan
yang dimiliki firma saja, tapi juga sampai harta milik pribadi para
anggota firma. Jadi jika dalam keadaan tertentu firma memiliki
hutang pada kreditur dan firma tersebut tidak mampu membayar
karena jumlah kekayaan tidak mencukupi maka kreditur berhak
menagih kepada para anggota firma sampai harta milik pribadi.

4. Ownership of an Interest in a Partnership, bahwa kekayaan setiap


anggota yang sudah ditanamkan dalam firma merupakan kekayaan
bersama dan tidak dapat dipisahkan secara jelas. Masing-masing
anggota adalah sebagai pemilik bersama atas kekayaan Firma. Tanpa
seijin naggota lain, anggota lain tidak boleh menggunakan kekayaan
firma. Hak anggota terhadap kekayaan firma akan terlihat dalam
saldo modal akhir para anggota firma yang terdiri dari unsur-unsur
sebagai berikut : penanaman modal awal, penanaman modal
tambahan, pengambilan prive, penambahan dari pembagian laba,
dan pengurangan dari pembagian rugi.

5. Participating in Partnership Profit, laba atau rugi sebagai hasil


operasi Firma akan dibagikan kepada setiap anggota firma
berdasarkan partisipasi para anggota didalam firma. Jika ada seorang
anggota yang aktif menjalankan usaha firma, maka anggota tersebut
berhak atas bagian laba yang lebih besar daripada anggota yang lain
meskipun modal yang ditanamkan lebih kecil daripada modal
yangditanam oleh anggota yang tidak aktif atau dapat ditentukan
secara lain atas persetujuan anggota lainnya. Ketentuan mengenai
besarnya pembagian laba rugi ini harus dicantumkan secara rinci dan
jelas dalam akte pendirian firma tersebut.

Selain Drebin (1982) yang mengemukakan karakteristik Firma seperti


diatas,Fischer, Taylor, dan Leer menyatakan bahwa karakteristik firma
akan lebih mudah dipahami dengan jelas jika dibandingkan dengan
karakteristik perseroan seperti yang tercantum pada table berikut :
Firma Perseroan

Umur firma
terbatas dan secara
hukum dinyatakan
bubar jika ada Umur dianggap tidak
perubahan dalam terbatas. Perubahan
komposisi sekutu komposisi pemilikan
1.  KESINAMBUNGAN
atau anggota, tetapi perusahaan tidak
USAHA
secara ekonomis mengakibatkan
dapat terus berakhirnya umur
beroperasi untuk poerseroan.
melanjutkan
usahanya, tidak
perlu dilikuidasi.

Didirikan berdasarkan
ijin Negara dan harus
Diperlukan sedikit
taat pada aturan yang
prosedur untuk
telah ditetapkan.
2. PERIJINAN PENDIRIAN memperoleh
Prosedur untuk
formalitas
memperoleh ijin
usahanya.
usaha biasanya relatif
lama dan sulit.

Tanggung jawab
setiap anggota Kewajiban pemilik
3.TANGGUNG JAWAB pemilik tidak (pemegang saham)
PEMILIK TERHADAP terbatas, bahkan hanya terbatas sebesar
HUTANG sampai harta modal yang di
pribadi nya tanamkan.
dijaminkan.

4. KETERLIBATAN Para anggota Pemegang saham bisa


tidak aktif dalam
pengelolaan
perseroan. Mereka
terlibat aktif dalam
DALAM PENGELOLAAN memilih dewan
pengelolaan firma
PERUSAHAAN direktur untuk
secara langsung.
melaksanakan
pengelolaan langsung
terhadap perseroan.

Dengan adanya beberapa karakteristik firma dan perbedaan antara firma


dengan bentuk perusahaan yang lain, maka jelas sudah bahwa firma
memiliki ciri tersendiri. Walaupun tidak bisa dipisahkan antara pemilik
dan manajemen dalam firma, namun pengelolaan akuntansi pada firma
harus tetap berpedoman pada prinsip akuntansi yang lazim. Yaitu firma
merupakan salah satu unit usaha yang berdiri sendiri dan memiliki
kedudukan yang terpisah dari pemiliknya (business entity).

Seperti halnya persekutuan yang lain, firma juga


mempunyai ciri-ciri. Adapun ciri-ciri firma yaitu antara lain :

 Para sekutu aktif di dalam mengelola sebuah perusahaan


 Tanggung jawab yang tidak terbatas atas semua resiko yang terjadi
 Akan selesai jika salah satu anggota mengundurkan diri dari anggota
atau meninggal dunia.
 Anggota firma biasanya sudah saling mengenal dan sudah saling
mempercayai satu sama lain sebelumnya.
 Perjanjian sebuah firma bisa dilakukan dihadapan notaris
 Dalam sebuah kegiatan usaha selalu memakai nama bersama;
 Setiap anggota bisa melakukan suatu perjanjian dengan pihak lain.
 Adanya suatu tanggungjawab dalam resiko kerugian yang tidak
terbatas;
 Jika terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib untuk
melunasi dengan harta pribadi;
 Setiap anggota firma mempunyai hak untuk menjadi pemimpin;
 Seorang anggota tidak berhak memasukkan seorang anggota baru
tanpa seizin dari anggota yang lainnya
 Keanggotaan firma sangat melekat dan berlaku seumur hidup;
 Seorang anggota memiliki hak untuk membubarkan firma; dan
 Mudah dalam mendapatkan kredit usaha
Kelebihan dan Kekurangan  Firma
Kelebihan Firma
Setiap bentuk-bentuk usaha pasti mempunyai kebaikan dan
keburukan. Begitu pula Firma, pasti memiliki kebaikan-kebaikan dan
keburukan-keburukan yang harus di pertimbangkan.

Berikut adalah kebaikan-kebaikan dari Firma, yaitu:

1.  Jumlah modalnya relatif besar dari usaha perseorangan


sehingga lebih mudah untuk memperluas usahanya.
2.  Lebih mudah memperoleh kredit karena mempunyai
kemampuan finansial yang lebih besar yang merupakan
gabungan modal yang dimiliki beberapa orang.
3. Kemampuan manajemen lebih besar karena adanya pembagian
kerja di antara para anggota. Disamping itu, semua keputusan di
ambil bersama-sama. Sehingga keputusan-keputusan menjadi
lebih baik
4. Tergabung alasan-alasan rasional.
5. Perhatian sekutu yang sungguh-sungguh pada perusahaan.
6. 6Prosedur pendirian relative mudah.
7. Pimpinan dalam firma bisa dibagi sesuai dengan keahlian
masing-masing.
8. Kelangsungan pada badan usaha lebih terjamin.
9. Pinjaman untuk modal lebih mudah didaptkan
10. Modal firma lebih besar dibandingkan dengan sebuah
usaha perorangan.

Kekurangan Firma
Selain memiliki kebaikan-kebaikan, Firma juga mempunyai
keburukan-keburukan sebagai berikut:
1. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas seluruh utang
perusahaan.

Contoh : Anggota Investasi Dalam Toko Pengecer Kekayaan Pribadi


A = Rp. 400.000, B = Rp. 200.000, C = Rp. 100.000. Dengan
berbagai macam alasan, toko tersebut mempunyai hutang sebesar Rp.
800.000. modal yang ditanamkan oleh para anggota hanya sebesar
Rp. 700.000 dipakai untuk melunasi hutang tersebut. Sisa hutang
sebesar Rp. 100.000 harus dibayar dari kekayaan pribadi. Karena A
dan B tidak memiliki kekayaan pribadi, maka sisa hutang tersebut
harus dibayar oleh C.

2. Pimpinan dipegang oleh lebih dari satu orang. Hal yang


demikian ini memungkinkan timbulnya perselisihan paham
diantara para sekutu.
3. Kesalahan seorang firmant harus ditanggung bersama.
4. Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin, sebab bila salah
seorang anggota keluar, maka firma pun bubar.
5. Utang usaha perusahaan ditanggung oleh kekayaan pribadi para
anggota firma.
6. Sulit dalam mengambil suatu keputusan karena adanya suatu
perbedaan pendapat dari kedua pemimpin
7. Kesalahan pada sesorang anggota harus ditanggung bersama
8. Tidak adanya pemisah harta kekayaan antara hak milik dengan
Firma. Bila mengalami bangkrut, maka harta pribadi ikut
dipertanggungkan.
Sekutu, Hukum dan Tanggung Jawab
Sekutu Firma
Dalam Persekutuan Firma hanya terdapat satu macam sekutu, yaitu
sekutu komplementer atau Firmant. Sekutu komplementer
menjalankan perusahaan dan mengadakan hubungan hukum dengan
pihak ketiga sehingga bertanggung jawab pribadi untuk keseluruhan.
Hubungan antara sekutu baik secara intern maupun ekstern
setidaknya telah diatur dalam Pasal 17 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang yang menjelaskan, “tiap-tiap persero yang tidak dikecualikan
dari satu sama lain, berhak untuk bertindak untuk mengeluarkan dan
menerima uang atas nama perseroan, pula untuk mengikat perseroan
itu dengan pihak ketiga dan pihak ketiga dengannya. Segala tindakan
yang tidak bersangkut-pautan dengan perseroan tersebut, atau yang
para persero tidak berhak melakukannya tidak termasuk dalam
ketentuan diatas”.

Meskipun sekutu kerja tersebut dikeluarkan wewenangnya atau tidak


diberi wewenang untuk mengadakan hubungan hukum dengan pihak
ketiga, namun hal ini tidak menghilangkan sifat tanggung jawab
pribadi untuk keseluruhan, sebagaimana diatur dalam Pasal 18
KUHD.

Sekutu Firma sifatnya sama dengan sekutu komplementer dalam CF,


yaitu:

1. Para sekutu bertugas untuk mengurus perusahaan.


2. Para sekutu berhubungan dengan pihak ketiga
3. Memiliki tanggung jawab tidak terbatas.
Adapun yang dimaksud dengan sekutu komplementer adalah sekutu
aktif, yaitu sekutu yang bertugas mengurus perusahaan dan
bertanggung jawab tidak terbatas atau pribadi. Tugas dari sekutu ini
sama dengan tugas dari anggota direksi, tetapi berbeda dalam hal
tanggung jawabnya. Pada Firma tanggung jawab tidak terbatas pada
tiap-tiap anggota secara tanggung-menanggung, bertanggung jawab
untuk seluruhnya atas perikatan Firma yang disebut dengan tanggung
jawab solider.

Cara menggunakan nama bersama:

1. Nama seorang sekutu (Mis: Firma H. Mulyadi)


2. Nama seorang sekutu dengan tambahan (Mis:Firma H. Mulyadi
& Brothers (disingkat Fa. H. Mulyadi & Bros), artinya
perusahaan persekutuan ini beranggotakan Hasan serta saudara-
saudaranya).
3. Kumpulan nama semua sekutu (Mis: Firma Mulyadi/Hasan,
Mira, Ana dan Rusli).
4. Nama lain berupa tujuan perusahaan. (Mis: Firma Butik Chloe)
berusaha di bidang butik.

Hubungan Hukum dan Tanggung Jawab


Hubungan hukum antara sekutu Firma :

 • Semua sekutu memutuskan dan menetapkan dalam akta


sekutu yang ditunjuk sebagai pengurus Firma.
 • Semua sekutu berhak melihat dan mengontrol pembukuan
Firma (pasal 12 KUHD).
 • Semua sekutu memberikan persetujuan, jika Firma menambah
sekutu baru (ps. 1641 BW).
 • Penggantian kedudukan sekutu diperkenankan, jika diatur
dalam akta pendirian.
 • Seorang sekutu dapat menggugat Firma, apabila ia berposisi
sebagai kreditur Firma dan pemenuhannya disediakan dari kas
Firma.
Hubungan Hukum antara sekutu Firma dengan Pihak Ketiga:

1. • Sekutu yang telah keluar secara sah, masih dapat dituntut oleh
pihak ketiga atas dasar perjanjian yang belum diselesaikan
pembayarannya.
2. • Setiap sekutu berwenang mengadakan perikatan dengan pihak
ketiga bagi kepentingan persekutuan, kecuali jika sekutu itu
dikeluarkan dari kewenangannya (pasal 17 KUHD).
3. • Setiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas semua
perikatan Firma, meskipun dibuat oleh sekutu lain, termasuk
karena perbuatan melawan hukum (ps.18 KUHD)
4. • Apabila seorang sekutu menolak penagihan dengan alasan
Firma tidak ada (karena tidak ada akta pendirian), maka pihak
ketiga itu dapat membuktikan adanya Firma dengan segala
macam alat pembuktian (pasal 22 KUHD).
5. • Seorang sekutu dapat menggugat Firma, apabila ia berposisi
sebagai kreditur Firma dan pemenuhannya disediakan dari kas
Firma.

Anda mungkin juga menyukai