Firma
Adalah suatu bentuk persekutuan antara 2 orang atau lebih untuk menjalankan
badan usaha dibawah 1 nama yang digunakan bersama. Terdiri dari 2 anggota atau lebih
dan setiap anggota memiliki tanggung jawab penuh atas badan usaha ini. Menurut pasal
16 – 35 kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) bahwa :
1. Pasal 16 menyatakan, Firma adalah tiap-tiap persekutuan perdata yang
didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama.
2. Pasal 17 menyatakan tiap-tiap persero yang tidak dikecualikan dari satu nama
lain, berhak untuk bertindak mengeluarkan dan menerima uang atas nama
perseroan, pula untuk mengikat perseroan itu dengan pihak ketiga dan pihak
ketiga dengan nya. Segala tindakan yang tidak bersangkut paut dengan
perseroan itu atau yang para persero tidak berhak melakukannya termasuk
dalam ketentuan di atas.
3. Pasal 18 menyatakan firma adalah tiap-tiap persero secara tanggung
menanggung bertanggung jawab untuk seluruh nya atas segala perikatan dari
perseroan..
4. Pasal 19, Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau
disebut juga perseroan komanditer, didirikan antara seseorang atau antara
beberapa orang persero yang bertanggung jawab secara tanggung-renteng
untuk keseluruhannya, dan satu orang atau lebih sebagai pemberi pinjaman
uang. Suatu perseroan dapat sekaligus berwujud perseroan firma terhadap
persero-persero firma di dalamnya dan perseroan komanditer terhadap pemberi
pinjaman uang. (KUHD. 16, 20, 22 dst.)
5. Pasal 20, Dengan tidak mengurangi kekecualian yang terdapat dalam pasal 30
alinea kedua, maka nama persero komanditer tidak boleh digunakan dalam
firma. (KUHD 19-21.) Persero ini tidak boleh melakukan tindakan pengurusan
atau bekerja dalam perusahaan perseroan tersebut, biar berdasarkan pemberian
kuasa sekalipun. (KUHD 17, 21, 32.)
Ia tidak ikut memikul kerugian lebih daripada jumlah uang yang telah
dimasukkannya dalam perseroan atau yang harus dimasukkannya, tanpa
diwajibkan untuk mengembalikan keuntungan yang telah dinikmatinya.
(KUHPerd. 1642 dst.)
6. Pasal 21, Persero komanditer yang melanggar ketentuan-ketentuan alinea
pertama atau alinea kedua dari pasal yang lain, bertanggung jawab secara
tanggung renteng untuk seluruhnya terhadap semua utang dan perikatan
perseroan itu. (KUHD 18.)
7. Pasal 22, Perseroan-perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik, tanpa
adanya kemungkinan untuk disangkalkan terhadap pihak ketiga, bila akta itu
tidak ada. (KUHPerd. 1868, 1874, 1895, 1898; KUHD 1, 26, 29, 31.)
8. Pasal 23, Para persero firma diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam
register yang disediakan untuk itu pada kepaniteraan raad van justitie
(pengadilan negeri) daerah hukum tempat kedudukan perseroan itu. (Rv. 82;
KUHPerd. 152; KUHD 24, 27 dst., 30 dst., 38 dst.; S. 1946-135 pasal 5.)
9. Pasal 24, Akan tetapi para persero firma diperkenankan untuk hanya
mendaftarkan petikannya saja dari akta itu dalam bentuk otentik. (KUHD 26,
28.)
10. Pasal 25, Setiap orang dapat memeriksa akta atau petikannya yang terdaftar,
dan dapat memperoleh salinannya atas biaya sendiri. (KUHD 38; S. 1851-27
pasal 7.)
11. Pasal 26(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Petikan yang disebut dalam pasal 24 harus
memuat:
a. nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma;
b. pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah perseroan itu umum, ataukah
terbatas pada suatu cabang khusus dari perusahaan tertentu, dan dalam hal terakhir,
dengan menunjukkan cabang khusus itu; (KUHD 17.)
c. penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertandatangan atas nama firma;
d. saat mulai berlakunya perseroan dan saat berakhirnya;
e. dan selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai
untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para persero. (KUHD 27 dst.)
12. Pasal 27, Pendaftarannya harus diberi tanggal dari hari pada waktu akta atau
petikannya itu dibawa kepada panitera. (KUHD 23.)
13. Pasal 28, Di samping itu para persero wajib untuk mengumumkan petikan
aktanya dalam surat kabar resmi sesuai dengan ketentuan pasal 26. (Ov. 105;
KUHPerd. 444, 1036; KUHD 29, 38.)
14. Pasal 29, (s.d.u. dg. S. 1938-276.) Selama pendaftaran dan pengumuman
belum terjadi, maka perseroan firma itu terhadap pihak ketiga dianggap sebagai
perseroan umum untuk segala urusan, dianggap didirikan untuk waktu yang
tidak ditentukan dan dianggap tiada seorang persero pun yang dilarang
melakukan hak untuk bertindak dan bertanda tangan untuk firma itu. Dalam hal
adanya perbedaan antara yang didaftarkan dan yang diumumkan, maka
terhadap pihak ketiga berlaku ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan
pasal yang lalu yang dicantumkan dalam surat kabar resmi. (KUHPerd. 1916;
KUHD 30 dst., 39.)
15. Pasal 30, Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan
oleh seorang atau lebih, baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun
bila diizinkan dengan tegas oleh bekas persero yang namanya disebut di situ,
atau bila dalam hal adanya kematian, para ahli warisnya tidak menentangnya,
dan dalam hal itu untuk membuktikannya harus dibuat akta, dan
mendaftarkannya dan mengumumkannya dalam surat kabar resmi atas dasar
dan dengan cara yang ditentukan dalam pasal 23 dan berikutnya, serta dengan
ancaman hukuman yang tercantum dalam pasal 29. Ketentuan pasal 20 alinea
pertama tidak berlaku, jikalau persero yang mengundurkan diri sebagai persero
firma menjadi persero komanditer. (KUHPerd. 1651, KUHD 26.)
16. Pasal 31, Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan
dalam perjanjian, atau terjadi karena pelepasan diri atau penghentian,
perpanjangan waktu setelah habis waktu yang ditentukan, demikian pula segala
perubahan yang diadakan dalam perjanjian yang asli yang berhubungan dengan
pihak ketiga, diadakan juga dengan akta otentik, dan terhadap ini berlaku
ketentuan-ketentuan pendaftaran dan pengumuman dalam surat kabar resmi
seperti telah disebut. Kelalaian dalam hal itu mengakibatkan, bahwa
pembubaran, pelepasan diri, penghentian atau perubahan itu tidak berlaku
terhadap pihak ketiga. Terhadap kelalaian mendaftarkan dan mengumumkan
dalam hal perpanjangan waktu perseroan, berlaku ketentuan-ketentuan pasal
29. (KUHPerd. 1646 dst.; KUHD 22, 26, 30.)
17. Pasal 32, Pada pembubaran perseroan, para persero yang tadinya mempunyai
hak mengurus harus membereskan urusan-urusan bekas perseroan itu atas
nama firma itu juga, kecuali bila dalam perjanjiannya ditentukan lain , atau
seluruh persero (tidak termasuk para persero komanditer) mengangkat seorang
pengurus lain dengan pemungutan suara seorang demi seorang dengan suara
terbanyak. Jika pemungutan suara macet, raad van justitie mengambil
keputusan sedemikian yang menurut pendapatnya paling layak untuk
kepentingan perseroan yang dibubarkan itu. (KUHPerd. 1652; KUHD 17, 20,
22, 31, 56; Rv. 6-50, 99.)
18. Pasal 33, Bila keadaan kas perseroan yang dibubarkan tidak mencukupi untuk
membayar utang-utang yang telah dapat ditagih, maka mereka yang bertugas
untuk membereskan keperluan itu dapat menagih uang yang seharusnya akan
dimasukkan dalam perseroan oleh tiap-tiap persero menurut bagiannya masing-
masing. (KUHD 18, 22.)
19. Pasal 34, Uang yang selama pemberesan dapat dikeluarkan dari kas perseroan,
harus dibagikan sementara. (KUHD 33.)
20. Pasal 35, Setelah pemberesan dan pembagian itu, bila tidak ada perjanjian yang
menentukan lain, maka buku-buku dan surat-surat yang dulu menjadi milik
perseroan yang dibubarkan itu tetap ada pada persero yang terpilih dengan
suara terbanyak atau yang ditunjuk oleh raad van justitie karena macetnya
pemungutan suara, dengan tidak mengurangi kebebasan para ersero atau para
penerima hak untuk melihatnya. (KUHPerd. 1801 dst., 1652, 1885; KUHD 12,
56.)
Dari ke-20 pasal tersebut dapat diketahui bahwa, firma adalah suatu persekutuan
perdata yang menyelenggarakan perusahaan atas nama bersama, dimana tiap-tiap anggota
firma dengan pihak ke-3 dan mereka masing-masing bertanggung jawab atas seluruh
firma seecara renteng.
Untuk mendirikan firma, menurut pasal 22 dan pasal 23 KUHD maka harus
dilakukan dengan akta not aris, didaftarkan ke kepaniteraan pengadilan negeri setempat
dan pegumuman atas akta pendirian perusahaan adalah agar pihak ke-3 yang mengadakan
hubungan hukum dengan firma dapat mengetahui para persero, tujuan firma dalam
jangka waktu panjang dan lainnya.Pengumuman firma bisa dilakukan di Berita Negara
Repulik Indonesia (BNRI). Ada 3 unsur penting dalam pasal 22 KUHD yakni:
A. ) firma harus didirikan dengan akta otentik
B. ) firma dapat didirikan tanpa akta otentik
C. ) Akta yang tidak otentik tidak boleh merugikan pihak ke-3
Bentuk umumnya perjanjian yang tertuang dalam akta pendirian firma biasanya berisi
tentang hal-hal berikut:
b. Jenis usaha firma, misalnya udaha dalam bidang jasa, perdagangan atau manufaktur.
c. Hak dan kewajiban para anggota, misalnya siapa yang menjadi manajeer serta tugas
dan wewenang anggota lainnya
d. Jumlah modal yang ditanamka pertama kali oleh para anggota, termasuk uraian
lengkap tentang aktifitas non-kas yang diserahkan (bila ada) yang digunakan dalam
operasi firma.
e. Pembagia laba-rugi yang biasanya fitunjukan dalam bentuk rasio antara anggota yang
satu dengan yang lain.
b. Umur terbatas.
d. Pemilikan kepentingan
f. Bentuk firma ini sudah digunakan baik untuk suatu kegiatan usaha berskala besar
ataupun kecil
g. Bisa berupa perusahaan kecil yang menjual sebuah barang pada satu lokasi, atau suatu
perusahaan besar yang memiliki cabang atau kantor di banyak lokasi;
h. Masing-masing sekutu menjadi suatu agen atau wakil dari persekutuan firma untuk
sebuah tujuan usahanya
k. Harta benda yang diinvestasikan dalam suatu persekutuan firma tidak lagi dipunyai
secara terpisah oleh masing-masing sekutu; dan
1. Jumlah modalnya relatif besar dari usaha perseorangan sehingga lebih mudah
untuk memperluas usahanya.
2. Lebih mudah memperoleh kredit karena mempunyai kemampuan finansial yang
lebih besar yang merupakan gabungan modal yang dimiliki beberapa orang.
3. Kemampuan manajemen lebih besar karena adanya pembagian kerja di antara para
anggota. Disamping itu, semua keputusan di ambil bersama-sama. Sehingga
keputusan-keputusan menjadi lebih baik
4. Tergabung alasan-alasan rasional.
5. Perhatian sekutu yang sungguh-sungguh pada perusahaan.
6. 6Prosedur pendirian relative mudah.
7. Pimpinan dalam firma bisa dibagi sesuai dengan keahlian masing-masing.
8. Kelangsungan pada badan usaha lebih terjamin.
9. Pinjaman untuk modal lebih mudah didaptkan
10. Modal firma lebih besar dibandingkan dengan sebuah usaha perorangan.
Setelah mengetahui alasan pendiran firma, maka firma juga dapat berakhir
atau bubar dikarenakan 2 hal, yakni :
1. Jangka waktunya telah berakhir.
2. Seseorang anggota megundurkan diri karena meninggal dunia dan lainnya .
Dan jika firma bubar modal dan aset yang dimasukan oleh para pendiri tidak
secara otomatis beralih menjadi milik pribadi para pendiri firma. Terdapat dalam
putusan MA No. 718K/Sip/1974 tanggal 21 desember
B. CV ( Commanditaire Vennootschap )
Merupakan suatu perseroan untuk menjalankan perusahaan yang dibentuk
antara 1 atau beberapa orang persero yang secara tanggung menanggung,
bertanggung jawab untuk keseluruhan nya pada 1 pihak dan 1 orang atau leih
sebagai pelepas uang pada pihak lain (pasal 19 KUHD). Perseroan komanditer
biasanya didirikan dengan akta dan harus didaftarkan. Namun persekutuan ini
bukan badan hukum seperti firma, sehingga tidak memiliki kekayaan sendiri.
Terdapat 2 pihak yakni :
1. Sekutu Komplenter, yakni bertugas menjalankan perusahaan dan bertanggung awab
renteng terhadap pihak ke-3.
2. Sekutu Komanditer, yakni pihak yang hanya menyerahkan modal, tidak ikut campur
dalam pengurusan, dan hanya bertanggung jawab sebatas pada apa yang dimaksuk kan .
Disebut juga dengan sekutu pasif ( Sleeping Patners ).
Ciri-Ciri Cv yakni :
B. Pada jenis Sekutu aktif merupakan Suatu anggota yang berperan menjalankan
perusahaan.
C. Pada jenis Sekutu pasif merupakan Suatu anggota yang hanya menanamkan modal
pada usaha tanpa turut serta dalam menjalankan perusahaan.
D. Pada jenis Sekutu aktif memiliki tanggung jawab yang tidak terbatas pada perusahaan.
E. Pada jenis Sekutu pasif memiliki tanggung jawab hanya menanamkan modal pada
perusahaan.
Prosedur pendirian CV
Dalam KUHD tidak ada aturan tentang pendirian, pendaftaran, maupun
pengumumannya sehingga persekutuan komanditer dapat diadakan berdasarkan
perjanjian dengan lisan atau sepakat para pihak saja ( pasal 22 KUHD ). Dalam
praktik di Indonesia untuk mendirikan persekutuan komanditer dengan dibuatkan
akta pendirian/berdasarkan akta notaris, didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri yang berwenang dan diumumkan dalam tambahan Berita Negara RI.
Dengan kata lain prosedur pendiriannya sama dengan prosedur mendirikan
persekutuan firma.
Kelebihan CV yakni :
a. Mudahnya proses pendirian.
b. Kebutuhan akan modal dapat leih dipenuhi.
c. Persekutuan komanditer cenderung lebih mudah memperoleh kredit.
d. Dari segi kepemipinan, CV relatif lebih baik.
e. Sebagai tempat untuk menanamkan modal, persekutuan komanditer cenderung lebih
baik, karena bagi sekutu diam akan lebih mudah untuk mengiventasikan maupun
mencairkan kembali modalnya.
Kekurangan CV yakni :
a. Kelangsungan hidup tidak menentu, karena banyak tergantung dari sekutu aktif yang
bertindak sebagai pemimpin persekutuan.
b. Tanggung jawab para sekutu komanditer yang terbatas mengendorkan semangat
mereka untuk memajukan perusahaan jika dibandingkan dengan sekutu-sekutu pada
persekutuan firma.