Anda di halaman 1dari 7

PERSEKUTUAN PERDATA

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Dagang


Dosen Pengajar Dr. Dra. Hj. Siti Nurbaiti, S.H., M.H

OLEH KELOMPOK I (SATU)


KARYAT (21915)
JANE HENY PALAR (21925)
MOHAMAD ARDIANSYAH (21737)
VICTORY IMMANUEL MATINDAS (21924)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM GUNUNG JATI
TANGERANG 2020
NO URAIAN PERSEKUTUAN PERDATA

1 DASAR HUKUM Pasal 1618 - 1625 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Perseroan perdata adalah suatu persetujuan antara dua


orang atau lebih, yang berjanji untuk memasukkan sesuatu
2 DEFINISI ke dalam perseroan itu dengan maksud supaya keuntungan
yang diperoleh dari perseroan itu dibagi di antara mereka
(pasal 1618).

Dalam mendirikan persekutuan perdata hatuslah dipenuhi


syarat-syarat sebagai berikut :
a. Semua perseroan perdata harus ditunjukkan pada
sesuatu yang halal dan diadakan untuk kepentingan
bersama para anggotanya. Masing-masing anggota
wajib memasukkan uang, barang atau usaha ke dalam
perseroan itu. (Pasal 1619)
SYARAT
3 b. Harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam
PENDIRIAN
Pasal 1320 KUH Perdata.
c. Tidak dilarang oleh hukum.
d. Tidak bertentangan dengan tata susila dan ketertiban
umum.
e. Harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar,
yaitu ; suatu keuntungan.
f. Adanya suatu pemasukan.

Diperoleh dari anggota dengan memasukkan uang, barang


atau usaha ke dalam perseroan.
Pasal 1619 ayat (2) KUH Perdata menetappkan bahwa tiap-
tiap sekutu dari persekutuan perdata diwajibkan
memasukkan dalam kas persekutuan perdata yang didirikan
4 MODAL itu yakni berupa :
a. Uang, atau
b. Benda-benda lain apa saja yang layak bagi pemasukan,
misalnya ; kredit, rumah/Gedung, kendaraan
bermotor/truk, alat perlengkapan kantor dan lain-lain.
c. Tenaga kerja.

Pemakaian Nama Perseroan Terbatas (“PT”) jelas diatur


dalam Pasal 16 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (“UU PT”), dan lebih khusus lagi diatur oleh PP
5 NAMA No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengajuan dan
Pemakaian Nama Perseroan Terbatas (“PP 43/2011“). Pasal
16 ayat (1) huruf a UU PT melarang Perseroan memakai
nama yang telah dipakai secara sah oleh Perseroan lain atau
sama pada pokoknya dengan nama Perseroan lain,
sedangkan ketentuan pada Pasal 5 ayat (1) huruf b PP
43/2011 mengatur lebih khusus, antara lain bahwa:
“(1) Nama Perseroan yang diajukan harus memenuhi
persyaratan: belum dipakai secara sah oleh Perseroan lain
atau tidak sama pada pokoknya dengan Nama Perseroan
lain.” Apabila terjadi kesamaan nama antara PT yang
diajukan dengan PT yang telah terdaftar, maka Menteri
menolak pengajuan nama PT tersebut sesuai
ketentuan Pasal 3 ayat (1) PP 43/2011. Adapun mengenai
kriteria “sama pada pokoknya” sebagaimana dimaksud
Pasal 5 huruf b PP 43/2011, Penjelasan pasal tersebut
mengatur sebagai berikut:
“Yang dimaksud dengan “sama pada pokoknya dengan
Nama Perseroan lain” adalah kemiripan yang disebabkan
oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara Nama
Perseroan yang satu dan Nama Perseroan yang lain yang
dapat menimbulkan kesan adanya persamaan mengenai cara
penulisan atau persamaan bunyi ucapan yang terdapat
dalam Nama Perseroan, walaupun pemiliknya
sama.Misalnya PT BHAYANGKARA dengan PT
BAYANGKARA, PT SAMPURNA dengan PT
SAMPOERNA, PT BUMI PERTIWI dengan PT BUMI
PRATIWI, PT HIGH-DESERT dengan PT HIGH
DESERT, PT JAYA DAN MAKMUR dengan PT DJAJA
& MAKMUR.” Sistem Administrasi Badan Hukum
(SABH) merupakan sebuah system komputerisasi pendirian
Badan Hukum yang diterapkan di Kementrian Hukum dan
HAM R.I. Database SABH memuat seluruh badan hukum
yang ada di Indonesia dan tingkat kecermatannya cukup
menjamin SK yang dikeluarkan sesuai dengan peraturan
yang ada sehingga pemberian nama PT yang sama hampir
tidak mungkin terjadi. 

6 KEUNTUNGAN 1. Jika dalam perjanjian perseroan tidak ditetapkan


bagian masing-masing peserta dari keuntungan dan
kerugian perseroan maka bagian tiap peserta
dihitung menurut perbandingan besarnya
sumbangan modal yang dimasukkan oleh masing-
masing (Pasal 1633)
2. Para peserta tidak boleh berjanji bahwa jumlah
bagian mereka masing-masing dalam perseroan
dapat ditetapkan oleh salah seorang dari mereka
atau orang lain. Perjanjian demikian harus dianggap
semula sebagi tidak tertulis dan dalam hal ini harus
diperhatikan ketentuan-ketentuan Pasal 1633. (Pasal
1634).
3. Perjanjian yang memberikan keuntungan saja
kepada salah seorang daripada peserta adalah batal.
(Pasal 1635 Ayat (1).

7 TANGGUNG Tanggung Jawab Persekutuan Perdata (Pasal 1636 s/d 1645


JAWAB KUHPerdata): Tanggungjawab Internal antara Sekutu
(Pasal 1636 s/d 1639 KUHPerdata)
1. Para anggota bisa membuat perjanjian
khusus untuk menunjuk seorang sekutu sebagai
pengurus Persekutuan Perdata (gerant mandataire).
2. Pengurus yang ditunjuk
itu berwenang melakukan segala tindakan yang
terkait dengan urusan persekutuan, asalkan
dilakukan dengan itikad baik.
3. Selama pengurus yang ditunjuk itu ada, sekutu
yang bukan pengurus tidak mempunyai
kewenangan untuk bertindak atas nama
Persekutuan Perdata dan tidak bisa mengikat para
sekutu lainnya dengan pihak ketiga.
4. Selama persekutuan berdiri, kekuasaan tersebut
tidak dapat dicabut tanpa alasan yang sah, kecuali
apabila kekuasaan tersebut tidak diberikan dalam
surat perjanjian persekutuan, melainkan dalam
suatu akta yang dibuat kemudian, maka kekuasaan
itu dapat dicabut menurut cara yang sama degan
cara mencabut pemberian kuasa biasa (Pasal 1338
KUHPerdata).
5. Bila telah diperjanjikan tertulis berisi keharusan
bagi para pengurus untuk bertindak bersama-sama
dengan para pengurus lain, maka seorang pengurus
tidak boleh berbuat apapun tanpa ijin dari pengurus
lainnya.
6. Apabila tidak dibuat perjanjian terlebih
dahulu, Pasal 1639 KUHPerdata menetapkan
bahwa setiap sekutu dianggap secara timbal balik
telah memberi kuasa, supaya yang satu  melakukan
pengurusan terhadap yang lain, bertindak atas
nama Persekutuan Perdata dan atas nama mereka.
Jadi, berkenaan dengan tanggungjawab intern
antara sekutu, kecuali dibatasi secara tegas dalam
perjanjian pendirian Persekutuan Perdata, setiap
sekutu berhak bertindak atas nama Persekutuan
Perdata dan mengikat para sekutu terhadap pihak
ketiga dan pihak ketiga terhadap  sekutu.
Tanggung Jawab Persekutuan Perdata (Pasal 1636 s/d 1645
KUHPerdata): Tanggungjawab Sekutu Persekutuan Perdata
dengan Pihak Ketiga. (Pasal 1642 s/d 1645 KUHPerdata) :
1. Pada asasnya, bila seorang sekutu Persekutuan
Perdata mengadakan hubungan hukum dengan
pihak ketiga, maka sekutu yang bersangkutan
sajalah yang bertanggung jawab atas perbuatan-
perbuatan hukum yang dilakukan dengan pihak
ketiga itu, walaupun dia mengatakan bahwa dia
berbuat untuk kepentingan persekutuan.
2. Perbuatan sekutu baru mengikat sekutu-sekutu
lainnya apabila : nyata-nyata ada surat kuasa dari
sekutu-sekutu lain; hasil perbuatannya atau
keuntungannya telah nyata-nyata dinikmati oleh
persekutuan.
3. Bila beberapa orang sekutu Persekutuan Perdata
mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga,
maka para sekutu itu dapat dipertanggungjawabkan
sama rata, meskipun inbreng mereka tidak sama,
kecuali bila dalam perjanjian yang dibuatnya dengan
pihak ketiga itu dengan tegas ditetapkan imbangan
pertanggungjawaban masing-masing sekutu yang
turut mengadakan perjanjian itu.
4. Bila seorang sekutu mengadakan hubungan hukum
dengan pihak ketiga atas nama persekutuan (1645
KUHPerdata), maka persekutuan dapat langsung
menggugat pihak ketiga itu. Disini tidak diperlukan
adanya pemberian kuasa dari sekutu-sekutu lain.
Berakhirnya Persekutuan Perdata diatur dalam Pasal 1646 –
1652 KUH Perdata. Dalam Pasal 1646 KUH Perdata
disebutkan, persekutuan perdata berakhir karena :
1. Karena waktu yang ditetapkan dalam perjanjian telah
habis;
CARA 2. Karena musnahnya barang yang dipergunakan untuk
8
BERAKHIRNYA tujuan perseroan atau karena tercapainya tujuan itu;
3. Karena kehendak beberapa peserta atau salah seorang
peserta
4. Karena salah seorang dari peserta meninggal dunia, di
tempat di bawah pengampuan atau bangkrut atau
dinyatakan sebagai orang yang tidak mampu.
SUMBER
Yustisia, T. V. (2015). KUH Perdata ( Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) dan KUHA
Perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata) Reglement Op De
Rechtsvordering. (F. P. Sutinah, Ed.) Jakarta: Visimedia. Retrieved 03 16,
2020, from https://books.google.co.id/books?
id=PijrCQAAQBAJ&pg=PA429&lpg=PA429&dq=a.
%09Semua+perseroan+perdata+harus+ditunjukkan+pada+sesuatu+yang+halal
+dan+diadakan+untuk+kepentingan+bersama+para+anggotanya.&source=bl&
ots=2wZpbMvmdQ&sig=ACfU3U1SWJpxbKbJuzYLBPCDWfmA

Djaja S. Meliala, S. M., & Nasar Ambarita, S. M. (2012). Kedudukan Kantor Hukum Dalam
Persekutuan Perdata Dewasa Ini. Retrieved 03 16, 2012, from
https://media.neliti.com/media/publications/12581-ID-kedudukan-kantor-
hukum-dalam-persekutuan-perdata-dewasa-ini.pdf
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengajuan dan Pemakaian Nama
Perseroan Terbatas
Handri Raharjo, S. (2009). HUKUM PERUSAHAAN. Jakarta: Pustaka Yustisia. Retrieved Maret
17, 2020, from https://books.google.co.id/books?
id=pQP2rauL0HMC&pg=PA36&lpg=PA36&dq=Tidak+dilarang+oleh+hukum;
+Tidak+bertentangan+dengan+kesusilaan+dan+ketertiban+umum;
+dan+Harus+merupakan+keuntungan+kepentingan+bersama+yang+dikejar.&so
urce=bl&ots=mvi3Ywudgx&sig=ACfU3U0

Anda mungkin juga menyukai