Anda di halaman 1dari 13

Nama : Lady Dinayla Idwani

NIM : 010001900318
Mata Kuliah : Hukum Korporasi & Investasi

TUGAS-3 (KUIS)

MATERI BADAN USAHA PERSEKUTUAN


1. Jelaskan ciri-ciri badan usaha persekutuan (Persekutuan Perdata,
Persekutuan Firma & Persekutuan Komanditer)?
Jawab:
Badan usaha yang bukan berbadan hukum adalah:
1) Tidak dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan hukum
karena bukan merupakan subjek hukum
2) Subjek hukumnya adalah orang-orang yang menjadi pengurusnya, jadi
bukan badan hukum itu sendiri karena ia bukanlah hukum sehingga
tidak dapat menjadi subjek hukum.
3) Ketenangan untuk melakukan perbuatan hukum diletakan pada mitra
atau sekutu dari bentuk usaha tersebut, dengan pembatasan
pengaturan yang ditetapkan oleh undang- undang.
4) Harta kekayaan perusahaan dan pribadi tidak terpisah dengan jelas,
atau pada prinsipnya usaha ini tidak memiliki kekayaan sendiri.
5) Tidak mempunyai hak dan kewajiban.
6) Tidak dapat digugat dan menggugat pada bentuk usaha ini tetapi dapat
dilakukan pada pemilik atau pengurusnya karena merekalah secara
tidak langsung yang melakukan hubungan hukum.

2. Jelaskan apakah badan usaha persekutuan merupakan badan usaha


berbadan hukum?
Jawab:
Badan usaha persekutuan bukan merupakan badan hukum oleh karena itu
dalam pendiriannya tidak dibutuhkan adanya pengesahan dari Kementerian
Hukum dan HAM.

3. Jelaskan apa yang menjadi hak dan kewajiban dari para sekutu dalam
persekutuan?
Jawab:
Hak bagi para sekutu dalam suatu persekutuan diatur pada Pasal 1639, yaitu:
1) Apa yang dilakukan oleh masing-masing sekutu juga mengikat untuk
bagiannya sekutu-sekutu yang lainnya, meskipun ia tidak telah
memperoleh perizinan mereka dengan tidak mengurangi hak mereka
ini atau salah seorang untuk melawan perbuatan tersebut, selama
perbuatan itu belum ditutup.
2) Masing-masing sekutu diperbolehkan memakai barang-barang
kepunyaannya persekutuan asal ia memakainya itu guna keperluan
untuk mana barang-barang itu biasanya dimaksudkan, dan asal ia
tidak memakainya berlawanan dengan kepentingan persekutuan atau
secara yang demikian hingga sekutu lainnya karenanya terhalang turut
memakainya menurut hak mereka.
3) Masing-masing sekutu berhak mewajibkan sekutu-sekutu lainnya untuk
turut memikul biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan barang-
barang kepunyaan persekutuan.
Tanggung jawab para sekutu dalam persekutuan diatur pada Pasal 1642-
1645 KUHPer, yaitu:
1) Memberikan ganti rugi perikatan yang dibentuk merugikan pihak lain.
2) Bila hanya seorang sekutu yang melakukan hubunganhukum dengan
pihak lain maka hanya dia yang bertanggung jawab atas hubungan
tersebut
3) Bila beberapa sekutu berhubungan dengan pihak lain maka tanggung
jawab sekutu-sekutu tersebut mempunyai tanggung jawab
sama(walaupun besar pemasukan masing masing tidak sama) kecuali
diperjanjikan lain.
4) Bila beberapa sekutu berhubungan dengan pihak lain maka tanggung
jawab sekutu-sekutu tersebut mempunyai tanggung jawab sama
(walaupun besar pemasukan masing masing tidak sama) kecuali
diperjanjikan lain.

4. Berikan penjelasan saudara terkait hubungan ekstenal para sekutu baik


dalam persekutuan perdata, firma, dan CV? Dan apa yang menjadi
perbedaannya diantara tiga bentuk persekutuan tersebut?
Jawab:
1) Persekutuan perdata:
Menurut Pasal 1642 - 1645 KUHPerdata, pertanggungjawaban sekutu
adalah sebagai berikut:
Pada asasnya, bila seorang sekutu maatschap mengadakan hubungan
hukum dengan pihak ketiga, maka sekutu yang bersangkutan sajalah
yang bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan hukum yang
dilakukan dengan pihak ketiga itu, walaupun dia mengatakan bahwa
dia berbuat untuk kepentingan persekutuan. Perbuatan sekutu baru
mengikat sekutu-sekutu lainnya apabila :
a) sekutu tersebut diangkat sebagai pengurus secara gerant
statutaire.
b) nyata-nyata ada surat kuasa dari sekutu-sekutu lain;
c) hasil perbuatannya atau keuntungannya telah nyata-nyata
dinikmati oleh persekutuan.
2) Firma:
Dalam menjalankan perusahaan, tiap-tiap sekutu mempunyai
wewenang untuk mengadakan perikatan dengan pihak ketiga untuk
kepentingan persekutuan, kecuali bila sekutu itu dikeluarkan dari
kewenangan tersebut (Pasal 17 KUHD). Bila tidak ada sekutu yang
dikeluarkan dari kewenangan untuk mengadakan perbuatan hukum,
maka dapat dianggap bahwa tiap-tiap sekutu saling memberikan kuasa
umum bagi dan atas nama semua sekutu untuk melakukan perbuatan
hukum dengan pihak ketiga. Hal ini mencakup semua perbuatan
hukum, termasuk tindakan-tindakan di muka hakim. Dengan demikian,
asas kewenangan mewakili berarti bahwa sekutu-sekutu lain turut
terikat oleh perbuatan seorang sekutu terhadap pihak ketiga, sekedar
perbuatan itu dilakukan atas nama dan bagi kepentingan Firma.
Dengan ini timbul asas pertanggungjawaban sekutu adalah pribadi
untuk keseluruhan.
3) CV
Hanya sekutu pengurus (komplementer) yang dapat melakukan
tindakan, tidak sekedar melakukan pengurusan terhadap jalannya CV
tetapi juga melakukan perbuatan/hubungan hukum atas nama CV
dengan pihak ketiga. Sedangkan sekutu komanditer hanya memiliki
hubungan intern saja dengan sekutu komplementer, tidak
diperkenankan melakukan tindakan hukum atas nama persekutuan
dengan pihak ketiga. Hal ini disebabkan kedudukan sekutu komanditer
yang hanya bertanggung jawab terbatas pada persekutuan sebesar
jumlah pemasukannya dan berkewajiban melunasi pemasukan (modal)
tersebut sebagaimana telah dijanjikan untuk dimasukkan dalam
persekutuan. Terdapat ketentuan khusus bagi berstatus/berjenis CV
diam-diam, terhadap CV jenis tersebut ubungan keluar dengan pihak
ketiga tidak dilakukan secara terbuka/terang-terangan, sehingga yang
menjalankan persekutuan itulah yang dipandang sebagai satu-satunya
sekutu pengurus dan yang menggunakan namanya sendiri untuk dan
atas nama persekutuan atau seorang sekutu pengurus (dari beberapa
sekutu pengurus) menjalankan persekutuan dengan menggunakan
namanya.
Perbedaan persekutuan perdata, firma, dan CV:
Persekutuan Firma CV
Perdata

Pengertian Perjanjian antara Persekutuan perdata Persekutuan


dua orang atau lebih yang didirikan untuk komanditer
yang mengikatkan menjalankan yang diadakan
diri untuk perusahaan dengan antara
memasukkan diri nama bersama. seorang sekutu
untuk memasukkan atau lebih
sesuatu (inbreng) ke yang bertanggung
dalam persekutuan jawab
dengan maksud secara pribadi
membagi untuk
keuntungan yang seluruhnya
diperoleh karenanya dengan seorang
atau lebih sebagai
sekutu
yang
meminjamkannya

Dasar hukum Pasal 1618-1652 Pasal 16-35 KUHD CV diatur dalam


KUHPer Pasal 19-21
KUHD.

Pendirian Persekutuan Firma harus didirikan Dalam pendirian


Perdata dapat dengan akta otentik, CV harus melalui
didirikan hanya hal ini diatur dalam pembuatan suatu
berdasarkan pasal 22 KUHD. perjanjian
perjanjian saja, dan pendirian karena
tidak mengharuskan melibatkan lebih
adanya syarat dari satu orang.
tertulis.

5. Jelaskan apakah persekutuan perdata sama dengan perserikatan


perdata?
Jawab:
Tidak, persekutuan perdata dengan perserikatan tidak sama, walaupun
berdasarkan pengertiannya kedua hal tersebut hampir sama. Persekutuan
Perdata atau adalah kumpulan dari orang-orang yang biasanya memiliki
profesi yang sama dan berkeinginan untuk berhimpun dengan menggunakan
nama bersama dan menjalankan suatu usaha, sedangkan dalam perserikatan
perdata tidak dibuat untuk menjalankan suatu usaha.

6. Jelaskan Bagaimana pembagian keuntungan di antara para sekutu


dalam badan usaha persekutuan? Berikan juga dasar hukumnya?
Jawab:
Pembagian keuntungan dalam usaha persekutuan diatur dalam Pasal 1633
KUHPer, dalam ayat (1) Pasal tersebut menyatakan bahwa “Jika dalam
perjanjian perseroan tidak ditetapkan bagian masing-masing peserta dari
keuntungan dan kerugian perseroan, maka bagian tiap peserta itu dihitung
menurut perbandingan besarnya sumbangan modal yang dimasukkan oleh
masing-masing. Bagi peserta yang kegiatannya saja yang dimasukkan ke
dalam perseroan, bagiannya dalam laba dan rugi harus dihitung sama banyak
dengan bagian peserta yang memasukkan uang atau barang paling sedikit.”

7. Jelaskan maksud dari Pasal 15 KUHD ? dan apa hubungannya pasal 15


KUHD dengan firma dan CV?
Jawab:
Maksud dari Pasal 15 KUHD adalah seluruh bentuk badan usaha yang
disebut dalam Kitab Undang-Undang tersebut mengikuti aturan yang diatur
dalam perjanjian antara pihak-pihak yang bersangkutan, Kitab Undang-
Undang itu sendiri, dan juga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Hubungan Pasal tersebut dengan firma dan CV adalah untuk menegaskan
bahwa ketentuan mengenai Maatschap dalam KUHPerdata juga berlaku bagi
kedua bentuk usaha tersebut.

8. Berikan penjelasan saudara mengenai prosedur pendirian dari badan


usaha persekutuan? Apakah badan usaha persekutuan merupakan
badan usaha berbadan hukum?
Jawab:
Prosedur pendirian badan usaha persekutuan:
1) Menentukan nama Persekutuan Perdata yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku yang terdapat dalam Permenkumham
No.17/2018.
2) Membuat akta pendirian Persekutuan Perdata, yaitu dengan
memenuhi dokumen persyaratan pendirian agar akta tersebut dapat
disahkan.
3) Penandatanganan akta di hadapan Notaris sebagai perjanjian antara
para sekutu persekutuan, dan bilamana salah seorang sekutu ada
yang berhalangan hadir dalam proses penandatanganan, maka bisa
dikuasakan kepada salah satu pendiri dengan menggunakan surat
kuasa yang sah.
4) Kemudian Notaris akan proses pengesahan pendaftaran persekutuan
perdata dan mengajukan SKT (Surat Keterangan Terdaftar) melalui
sistem Administrasi Hukum Umum (AHU) Kemenkumham untuk
memperoleh keabsahan. SKT ini menjadi tanda bukti pendaftaran
Persekutuan Perdata secara sah
5) Setelah proses pendirian Persekutuan Perdata telah selesai maka bisa
dengan melanjutkan pengurusan perizinan lainnya seperti pendaftaran
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Badan dan Pengurusan izin lainnya
seperti perizinan di dalam NIB OSS.
Bukan, badan usaha persekutuan bukan termasuk badan usaha berstatus
badan hukum.

9. Kapan badan usaha persekutuan dapat berakhir? Dan jelaskan juga


proses pembubarannya?
Jawab:
Berakhirnya badan usaha persekutuan diatur dalam Pasal 1646 KUHPer,
berikut uraiannya:
a) Lewatnya waktu untuk mana persekutuan telah diadakan;
b) Musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi
pokok persekutuan;
c) Atas kehendak semata-mata dari beberapa orang sekutu;
d) Jika salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh di bawah
pengampuan atau dinyatakan pailit.
Proses pembubaran badan usaha persekutuan (31-35 KUHD):
a) Membuat akta pembubaran;
b) Mendaftarkan akta pembubaran akta kepada Panitera
Pengadilan Negeri;
c) Mengumumkan pembubaran dalam berita negara;
d) Perubahan akta yang tidak diumumkan akan mengikat pihak
ketiga;
e) Pemberesan oleh persero adalah pihak lain yang disepakati atau
yang ditunjuk oleh Pengadilan.

10. Berikan pendapat saudara, mengapa bentuk persekutuan perdata


merupakan embrio bagi bentuk-bentuk badan usaha lainnya?
Jawab:
Persekutuan perdata merupakan embrio bagi bentuk badan usaha lainnya
dikarenakan persekutuan perdata adalah suatu bentuk persekutuan yang
didirikan bersama-sama untuk menjalankan suatu usaha atau berdagang
bersama-sama yang hal itu menjadi dasar dari bentuk usaha lainnya.

MATERI PT
1. Kapan PT resmi berstatus sebagai badan usaha yang berbadan hukum?
Apa persamaan dan perbedaan antara PT sebagai badan usaha
berbadan hukum dengan badan usaha persekutuan (PP, Firma, dan CV)
yang bukan badan usaha yang berbadan hukum? Berikan penjelasan
saudara!
Jawab:
Sebuah PT resmi berstatus sebagai badan usaha yang berstatus badan
hukum ketika telah mendapat pengesahan badan hukum melalui Surat
Keputusan dari Menteri Hukum dan HAM, hal tersebut diatur dalam Pasal 8
ayat (2) dan Pasal 9 UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
1) Persamaan PT dengan badan usaha persekutuan:
a) Jumlah pendiri PT dan badan usaha persekutuan harus
berjumlahkan minimal 2 (dua) orang;
b) Akta pendirian masing-masing badan usaha harus dibuat oleh
notaris dan harus berbentuk akta otentik atau tidak dapat dibuat
dibawah tangan.
c) Wajib memiliki perizinan mengenai kegiatan usaha yang akan
dilakukan oleh badan-badan usaha tersebut.
d) kepada para sekutunya.
2) Perbedaan PT dengan badan usaha persekutuan:
a) Status hukum merupakan pembeda yang paling penting antara
kedua jenis badan usaha ini. PT merupakan badan usaha yang
berstatus hukum badan hukum, sedangkan PP/firma/CV
merupakan badan usaha yang tidak berstatus hukum.
b) PT yang merupakan badan usaha berstatus badan hukum maka
PT memiliki kewajiban untuk membayar pajak dan wajib
memiliki NPWP, sedangkan badan persekutuan tidak diwajibkan
untuk membayar pajak dan tidak dibebankan wajib pajak.
c) Warga negara asing diperbolehkan untuk membentuk suatu PT,
sedangkan, persekutuan perdata hanya boleh didirikan oleh
warga negara Indonesia
d) Pembentukan PT harus disertakan dengan pengesahan oleh
Menteri Hukum dan HAM, sedangkan persekutuan perdata tidak
perlu disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM.
e) Modal usaha dalam PT minimum 25% harus dimasukan dan
disetor penuh, sedangkan dalam persekutuan perdata tidak ada
aturan minimum jumlah modah yang disetorkan.

2. Uraikan prosedur pendirian PT secara lengkap dengan sertakan dasar


hukumnya!
Jawab:
Prosedur pendirian PT telah diatur dalam UU No. 40 tahun 2007 khususnya
pada Pasal 7 - 9 berikut uraiannya:
1) Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris
yang dibuat dalam bahasa Indonesia.
2) Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat
Perseroan didirikan.
3) Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal
diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan
hukum Perseroan.
4) Setelah Perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang
saham menjadi kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling
lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang
saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya
kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan saham baru kepada
orang lain.
5) Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan
dengan pendirian Perseroan.
6) Keterangan lain sebagaimana memuat sekurang-kurangnya :
a) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat
tinggal, dan kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau
nama, tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan
tanggal Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan
hukum dari pendiri Perseroan;
b) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat
tinggal, kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan
Komisaris yang pertama kali diangkat;
c) nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham,
rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah
ditempatkan dan disetor.
7) Dalam pembuatan akta pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain
berdasarkan surat kuasa.
8) Untuk memperoleh Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan
hukum Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4),
pendiri bersama-sama mengajukan permohonan melalui jasa teknologi
informasi sistem administrasi badan hukum secara elektronik kepada
Menteri dengan mengisi format isian yang memuat sekurang-
kurangnya:
a) nama dan tempat kedudukan Perseroan;
b) jangka waktu berdirinya Perseroan;
c) maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
d) jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
e) alamat lengkap Perseroan.

3. Sebutkan organ PT dan jelaskan pula apa tugas serta kewenangan dari
masing-masing organ PT tersebut.
Jawab:
Organ-organ PT:
1) RUPS:
a) Tugas RUPS:
● Melakukan persetujuan terhadap penambahan dan
pengurangan modal;
● Membagi tugas dan wewenang dalam pengurusan
direksi/komisaris.
● Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja.
b) Wewenang RUPS:
● Mengesahkan laporan tahunan, keuangan, hingga tugas
pengawasan;
● Mengangkat, memutuskan penggantian, dan
memberhentikan direksi/komisaris.
2) Direksi:
a) Tugas Direksi (Pasal 100 UUPT) :
● Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah
RUPS, dan risalah rapat Direksi;
● Membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 66 dan dokumen keuangan Perseroan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang
Dokumen Perusahaan;
● Memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen
keuangan Perseroan dan dokumen Perseroan lainnya.
b) Wewenang Direksi (Pasal 92 dan 98 UUPT):
● Menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan
Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan.
● Mewakili Perseroan untuk melakukan perbuatan hukum
baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan
ketentuan UUPT dan anggaran dasar.
3) Komisaris:
a) Tugas Komisaris (Pasal 108 ayat (1), 114 ayat (2) UUPT dan
116 UUPT):
● Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan
pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik
mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan
memberi nasihat kepada Direksi.
● Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan
salinannya;
● Melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan
sahamnya dan/atau keluarganya pada Perseroan
tersebut dan Perseroan lain; dan c. memberikan laporan
tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama
tahun buku yang baru lampau kepada RUPS.
b) Wewenang Komisaris (Pasal 117 ayat (1)):
● Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian
wewenang kepada Dewan Komisaris untuk memberikan
persetujuan atau bantuan kepada Direksi dalam
melakukan perbuatan hukum tertentu.

4. Sebutkan landasan hukum bagi PT dengan sertakan dasar hukumnya!


apakah AD PT dapat diubah? Berikan penjelasan saudara secara
lengkap dengan sertakan dasar hukumnya!
Jawab:
Landasan hukum bagi PT adalah:
1) UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT)
2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam hal ini dasar pendirian
suatu PT adalah perjanjian seperti yang tertulis pada Pasal 1 angka 1
UUPT, dikarenakan hal tersebut maka otomatis Pasal 1320 KUHPer
yang mengatur syarat sah perjanjian juga turut serta dalam landasan
hukum PT.
Ya, anggaran dasar suatu PT dapat berubah sesuai kesepakatan RUPS, hal
ini diatur dalam Pasal 19 UUPT. Terdapat pengecualian terhadap PT yang
telah dinyatakan pailit dalam Pasal 20 UUPT tidak boleh dilakukan
perubahan anggaran dasar kecuali atas persetujuan kurator.
5. Ada berapa modal dalam PT? dan apa konsekuensi hukumnya dengan
PT sudah berbadan hukum?
Jawab:
Modal dalam PT terbagi atas 3, yaitu:
1) Modal dasar:
Merupakan keseluruhan nilai perusahaan, yaitu seberapa besar
perusahaan tersebut dapat dinilai berdasarkan pemodalannya.
Penilaian ini sangat berguna terutama pada saat menentukan kelas
perusahaan. Modal Dasar terdiri dari seluruh nilai nominal saham.
Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT). besarnya
Modal Dasar adalah minimal Rp 50.000.000.
2) Modal ditempatkan:
Merupakan kesanggupan para pemegang saham untuk menanamkan
modalnya di dalam perseroan. Jika para pemegang saham hanya
sanggup memasukan modalnya sebesar 35% dari Modal Dasar, maka
besarnya Modal Ditempatkan perseroan itu adalah sebesar 35%.
Seperti halnya Modal Dasar, Modal Ditempatkan bukanlah modal riil
karena modal tersebut belum benar-benar disetorkan. Modal
Ditempatkan hanya menunjukan kesanggupan pemegang saham, yaitu
sampai sberapa banyak para pemegang saham dapat menanamkan
modalnya kedalam perseroan. Menurut pasal 33 UUPT, besarnya
Modal Ditempatkan adalah minimal 25% dari Modal Dasar.
3) Modal disetor:
Merupakan modal perseroan yang dianggap riil karena telah benar-
benar disetorkan kedalam PT. dalam hal ini, Pemegang saham telah
benar-benar menyetorkan modalnya ke dalam perusahaan. Besarnya
Modal Disetor, menurut UUPT, adalah sebesar Modal Ditempatkan,
paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar harus
ditempatkan dan disetor penuh (pasal 33 ayat (1) UUPT). Penyetoran
itu dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah, misalnya bukti
pemasukan uang dari pemegang saham kedalam rekening bank
perseroan.
Menurut Pasal 48 ayat (3) UUPT, pemegang saham yang tidak menyetor
modal ke kas PT tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan
tidak diperhitungkan dalam kuorum Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Hal itu terjadi karena penyetoran modal ke kas PT merupakan persyaratan
sebagai pemegang saham. Selain itu, menurut Pasal 52 ayat (1) UUPT, hak
lain yang tertunda adalah menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan
hasil likuidasi.

6. Berikan uraian saudara terkait prosedur jika terjadi penambahan dan


pengurangan modal dalam PT dengan sertakan dasar hukumnya!
Jawab:
1) Penambahan modal
Berkaitan dengan penambahan modal menurut Pasal 41 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah
dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS. RUPS dapat menyerahkan
kewenangan kepada Dewan Komisaris guna menyetujui pelaksanaan
keputusan RUPS untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
Terkait keputusan ini, sewaktu-waktu dapat dicabut oleh RUPS.
Menurut Pasal 42 UUPT, mengatur mengenai keputusan RUPS untuk
penambahan modal dasar adalah sah apabila dilakukan dengan
memperhatikan persyaratan kuorum dan jumlah suara setuju untuk
perubahan anggaran dasar sesuai dengan ketentuan dalam anggaran
dasar Perseroan Terbatas dan Undang-Undang yang mengatur
tentang Perseroan Terbatas.Keputusan RUPS untuk penambahan
modal ditempatkan dan disetor dalam batas modal dasar, adalah sah
apabila dilakukan dengan kuorum kehadiran lebih dari 1/2 (satu
perdua) bagian dari seluruh jumlah saham dengan hak suara dan
disetujui oleh lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah seluruh
suara yang dikeluarkan. Akan tetapi, ketentuan ini menjadi tidak
berlaku apabila diatur lebih lanjut di dalam anggaran dasar Perseroan
Terbatas. Penambahan modal dasar dan modal ditempatkan dan
disetor wajib diberitahukan Kementerian Hukum dan HAM untuk
dicatat ke dalam daftar Perseroan Terbatas.
2) Pengurangan Modal:
Aturan mengenai pengurangan modal suatu perusahaan diatur dalam
Pasal 44 UUPT, menjelaskan keputusan RUPS untuk pengurangan
modal Perseroan Terbatas adalah sah apabila dilakukan dengan
memperhatikan persyaratan ketentuan kuorum dan jumlah suara
setuju untuk perubahan anggaran dasar sesuai ketentuan dalam
anggaran dasar Perseroan Terbatas dan Undang-Undang yang
mengatur tentang Perseroan Terbatas. Dalam hal ini Direksi wajib
memberitahukan keputusan pengurangan modal Perseroan Terbatas
kepada semua kreditor dengan mengumumkan dalam 1 (satu) atau
lebih surat kabar dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari
terhitung sejak tanggal keputusan RUPS. Menurut Pasal 45 UUPT
menjelaskan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak
tanggal pengumuman pengurangan modal Perseroan Terbatas,
kreditor dapat mengajukan keberatan secara tertulis disertai alasannya
kepada Perseroan atas keputusan pengurangan modal dengan
tembusan kepada Kemenkumham. Menurut Pasal 46 UUPT
pengurangan modal Perseroan Terbatas merupakan perubahan
anggaran dasar yang harus mendapat persetujuan Kementerian
Hukum dan HAM. Terhadap pengurangan modal ini dapat disetujui
oleh menteri apabila:
a) Tidak terdapat keberatan tertulis dari kreditor dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal jawaban
Perseroan Terbatas diterima;
b) Telah dicapai penyelesaian atas keberatan yang diajukan
kreditor; atau
c) Gugatan kreditur ditolak oleh pengadilan berdasarkan putusan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Berkaitan dengan saham, menurut Pasal 47 UUPT mengatur
keputusan RUPS tentang pengurangan modal ditempatkan dan disetor
dilakukan dengan cara penarikan kembali saham atau penurunan nilai
nominal saham. Penarikan kembali saham ini sendiri dilakukan
terhadap saham yang telah dibeli kembali oleh Perseroan Terbatas
atau terhadap saham dengan klasifikasi yang dapat ditarik kembali.
Kemudian penurunan nilai nominal saham tanpa pembayaran kembali
harus dilakukan secara seimbang terhadap seluruh saham dari setiap
klasifikasi saham.

7. Apa hak yang dimiliki bagi seorang pemegang saham dalam PT?
Jawab:
Hak dari pemegang saham suatu PT diatur dalam Pasal 52 ayat (1) UUPT
yang uraiannya adalah sebagai berikut:
1) Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
2) Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
3) Menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang ini.

8. Baca isi Pasal 13 dan Pasal 14 UU No.40 Tahun 2007 tentang PT (UUPT).
Berikan penjelasan saudara terkait maksud yang terkandung dari kedua
pasal tersebut?
Jawab:
Pasal 13 UUPT membahas mengenai keterkaitan perbuatan hukum calon
pendiri perseroan dengan perseroan itu sendiri, berikut uraiannya:
1) Dalam pasal ini menjelaskan bahwa segala perbuatan hukum yang
dilakukan oleh calon pendiri perseroan yang belum berbentuk badan
hukum mengikat perseroan setelah perseroan tersebut berbadan
hukum jika pada RUPS pertama dinyatakan menerima dan mengambil
segala hak dan kewajiban yang timbul akibat dari perbuatan hukum
tersebut. RUPS pertama tersebut harus dilaksanakan maksimal 60 hari
sejak perseroan dinyatakan berbadan hukum. Keputusan dalam RUPS
pertama dianggap sah apabila seluruh pemegang saham yang hadir
mewakili semua saham dengan hak suara dan keputusan disetujui
dengan suara bulat, apabila dalam RUPS pertama tidak dapat
mengambil keputusan mengenai tindakan hukum yang dimaksud
dalam diatas maka seluruh hak dan kewajiban yang dilakukan oleh
pendiri tersebut menjadi tanggungannya pribadi. Persetujuan RUPS
pertama yang disebutkan sebelumnya tidak diperlukan apabila
dilakukan dan disetujui secara tertulis oleh seluruh pemegang saham.
Pasal 14 membahas mengenai perbuatan hukum para organ dalam
suatu Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum:
1) Untuk melakukan perbuatan hukum atas nama Perseroan yang belum
berbadan hukum hanya boleh dilakukan oleh semua anggota Direksi
bersama dengan semua pendiri serta semua anggota Komisaris
Perseroan dan mereka bertanggung jawab atas perbuatan hukum
tersebut. Perbuatan hukum yang dilakukan oleh pendiri tersebut tidak
mengikat bagi Perseroan namun menjadi tanggung jawab penuh
pendiri. Setelah Perseroan tersebut telah memperoleh status badan
hukum maka akibat hukum dari perbuatan hukum yang dilakukan
pendirinya mengikat bagi Perseroan tersebut, namun tetap harus
disertai dengan persetujuan pemegang saham dalam RUPS yang
dihadiri semua pemegang saham Perseroan. RUPS yang dimaksud
adalah RUPS pertama yang harus diselenggarakan paling lambat 60
(enam puluh) hari setelah Perseroan memperoleh status badan
hukum.
9. Jika PT sudah berstatus sebagai badan hukum, kemudian pemegang
saham kurang dari dua orang, apa konsekuensi hukumnya? dan upaya
apa yang perlu ditempuh bagi pemegang saham yang tinggal satu orang
tersebut? Berikan penjelasan saudara dengan sertakan dasar
hukumnya!
Jawab:
Berdasarkan Pasal 7 ayat (5) UUPT, apabila suatu PT yang sudah berstatus
sebagai badan hukum lalu pemegang saham berkurang menjadi kurang dari
dua orang maka, dalam jangka waktu paling lama enam bulan sejak kejadian
tersebut pemegang saham harus mengalihkan sebagian sahamnya kepada
orang lain atau perseroan tersebut membuka saham baru. Pasal 7 ayat (6)
UUPT mengatur apabila hal yang diatur dalam ayat (5) dilakukan melebihi
batas waktu yang telah ditetapkan dan pemegang saham tetap berjumlah
kurang dari dua orang maka pemegang saham tersebut bertanggungjawab
secara pribadi atas seluruh perikatan dan kerugian yang dialami perseroan
dan atas permohonan yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat
membubatkan Perseroan tersebut. Dari kedua uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa upaya yang dapat ditempuh bagi pemegang saham
tersebut adalah mengalihkan sahamnya atau membuka saham baru kepada
orang lain. Terdapat pengecualian terhadap hal ini yang diatur pada Pasal 7
ayat (7) UUPT yaitu pada persero yang seluruh sahamnya dimiliki negara
Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara atau PT yang mengelola
bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan
penyelesaian, dan lembaga lain sesuai dengan Undang-Undang tentang
Pasar Modal.

10. Berikan penjelasan saudara mengenai jenis-jenis RUPS dan Korum


RUPS dengan sertakan dasar hukumnya! dan apa yang dimaksud
dengan RUPS sirkuler? Apakah Putusan RUPS Sikuler dapat sah
mengikat? Berikan penjelasan saudara dengan disertakan dasar
hukumnya.
Jawab:
Pada dasarnya berdasarkan Pasal 78 ayat (1) UUPT hanya mengenal dua
jenis RUPS, yaitu RUPS Tahunan dan RUPS lainnya. RUPS Tahunan
berdasarkan Pasal 78 ayat (2) adalah RUPS yang wajib diadakan dalam
jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir,
sedangkan pada Pasal yang sama ayat (4) mengartikan RUPS lainnya yaitu
RUPS yang dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk
kepentingan Perseroan, yang dalam praktiknya biasa disebut dengan RUPS
luar biasa.
Jenis-jenis kuorum RUPS berdasarkan UUPT:
1) Pasal 42 ayat (2): Keputusan RUPS untuk penambahan modal
ditempatkan dan disetor dalam batas modal dasar adalah sah apabila
dilakukan dengan kuorum kehadiran lebih dari 1/2 (satu perdua)
bagian dari seluruh jumlah saham dengan hak suara dan disetujui oleh
lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah seluruh suara yang
dikeluarkan, kecuali ditentukan lebih besar dalam anggaran dasar.
2) Pasal 44 ayat (1): Keputusan RUPS untuk pengurangan modal
Perseroan adalah sah apabila dilakukan dengan memperhatikan
persyaratan ketentuan kuorum dan jumlah suara setuju untuk
perubahan anggaran dasar sesuai ketentuan dalam Undang-Undang
ini dan/atau anggaran dasar.
3) Pasal 88 ayat (1): RUPS untuk mengubah anggaran dasar dapat
dilangsungkan jika dalam rapat paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam
RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 2/3 (dua
pertiga) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran
dasar menentukan kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang
pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.
4) Pasal 89 ayat (1): RUPS untuk menyetujui Penggabungan, Peleburan,
Pengambilalihan, atau Pemisahan, pengajuan permohonan agar
Perseroan dinyatakan pailit, perpanjangan jangka waktu berdirinya,
dan pembubaran Perseroan dapat dilangsungkan jika dalam rapat
paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan
adalah sah jika disetujui paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari
jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan
kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyaratan
pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.
5) 125 ayat (4): Dalam hal Pengambilalihan dilakukan oleh badan hukum
berbentuk Perseroan, Direksi sebelum melakukan perbuatan hukum
Pengambilalihan harus berdasarkan keputusan RUPS yang memenuhi
kuorum kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan pengambilan
keputusan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89.
RUPS sirkuler adalah pengambilan keputusan di luar RUPS atau tanpa
kehadiran fisik para pemegang saham. RUPS sirkuler diatur pada Pasal 91
UUPT yang menyatakan “Pemegang saham dapat juga mengambil
keputusan yang mengikat di luar RUPS dengan syarat semua pemegang
saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan menandatangani
usul yang bersangkutan.”

Anda mungkin juga menyukai