Anda di halaman 1dari 5

TUGAS HUKUM PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN

Nama : Puteri Amrina Rosyada

NIM : 1810211220109

Kelas : D REG A (Angkatan 2018)

FIRMA

A. Pengertian
Firma (fa) atau Vennootschap Onder Firma adalah perserikatan atau persekutuan
untuk menjalankan usaha antara 2 orang atau lebih dengan menggunakan nama
bersama, dengan tanggungjawab masing-masing anggota tidak terbatas. Firma ini
salah satu bentuk badan usaha berdasarkan bentuk hukum.
Semua ketentuan tentang firma diatur dalam Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD). Yang berbunyi:

“Yang dinamakan perseroan firma ialah tiap-tiap perserikatan yang didirikan untuk
menjalankan sesuatu perusahaan dibawah 1 nama bersama”.

Supaya lebih jelas peraturan tersebut diperkuat dengan pasal 16 dan 18 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP).
Firma menurut Willem Molengraaf adalah suatu perkumpulan atau persekutuan yang
didirikan dengan tujuan untuk menjalankan perusahaan di bawah nama bersama dan
para anggotanya tidak terbatas tanggungjawab-nya terhadap perikatan perseroan
dengan pihak ke-3.
• Ciri-Ciri Firma berupa:
1. Sebuah badan usaha yang didirikan oleh 2 orang atau lebih yang
mengikatkan pada suatu perjanjian.
2. Menggunakan 1 nama untuk usaha bersama dalam menjalankan semua
kegiatan usahanya.
3. Para pengurus atau anggotanya secara aktif menjalankan dan mengelola
perusahaan serta mempunyai tanggungjawab bersama kepada pihak ke-3.
4. Keanggotaan dari firma berlaku untuk seumur hidup dan sangat mengikat.
5. Para anggota atau pengurus sama-sama mempunyai hak untuk
membubarkan firma.
6. Masing-masing pengurus atau anggotanya bisa melakukan perjanjian
dengan pihak lain.
7. Keuntungan dibagikan secara proporsional sesuai dengan modal yang
disertakan kepada para anggota atau pengurusnya.
8. Pendiriannya pada umumnya menggunakan akta notaris, tapi hal tersebut
bukan merupakan persyaratan yang wajib.
• Jenis-Jenis Firma:
1. Firma Dagang (Trading partnership)
2. Firma Non-Dagang
3. Firma Umum
4. Firma Terbatas

B. Pendirian Firma
Pendirian firma ini terdiri dari 4 tahapan, berikut merupakan tahapan dan
penjelasannya.
1. Semua pihak yang ingin mendirikan persekutuan firma harus menyiapkan akta
yang didalamnya minimal dapat memuat beberapa hal sebagaimana ditentukan
oleh pasal 26 KUHD, yaitu sebagai berikut:
• Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal dari para pendirinya.
• Nama firma yang didirikan (termasuk tempat kedudukannya).
• Keterangan kegiatan usaha yang akan dilaksanakan di kemudian hari.
• Nama sekutu yang berkuasa untuk menandatangani perjanjian terhadap
nama firma.
• Saat dimulai dan berakhirnya dari firma.
• Klausul yang berkaitan dengan hubungan antara pihak ke-3 dengan firma.
2. Pembuatan akta. Semua berkas akta yang sudah disiapkan selanjutnya disusun
menjadi akta otentik yang dibuat di hadapan notaris sesuai dengan pasal 22
KUHD. Berikut adalah prosedur pendirian dan pembuatan akta pendirian oleh
Notaris:
• Para pendiri dapat bersama-sama atau memberikan kuasa kepada salah satu
pendiri atau memberikan kuasa kepada orang lain untuk menghadap Notaris
dengan membawa kelengkapan data anggaran dasar perusahaan dan
persyaratan yang dibutuhkan berupa KTP para pendiri dan Surat Kuasa
apabila pendirian perusahaan dikuasakan.
• Berdasarkan data dan persyaratan tersebut diatas Notaris akan membuat
notulen/salinan anggaran dasar perusahaan yang sama isinya dengan akta
pendirian untuk ditandatangani oleh para pendiri atau kuasanya. Pada tahap
ini para pendiri atau kuasanya dapat melihat dan membaca serta melakukan
koreksi kepada Notaris apabila ada kesalahan dalam penulisan.
• Jika notulen/salinan anggaran dasar perusahaan sudah ditandatangani dan
diserahkan kepada Notaris oleh para pendiri Firma atau kuasanya, kemudian
Notaris akan membuat dan mengeluarkan Akta Otentik yaitu Akta Pendirian
Firma yang ditandatangani dan dibubuhi stempel oleh Notaris.
3. Akta otentik tersebut kemudian didaftarkan pada register Kepaniteraan
Pengadilan Negeri dimana firma berkedudukan (pasal 23 KUHD).
4. Akta yang sudah didaftarkan ke pengadilan negeri kemudian diumumkan dalam
Berita Negara.

C. Para Pihak di Dalam Firma


Dalam persekutuan firma hanya terdapat 1 macam sekutu saja, yaitu sekutu
komplementer atau firmant. Sekutu komplementer ini akan menjalankan perusahaan
dan juga mengadakan hubungan hukum dengan pihak ke-3. Oleh karena itu
mempunyai tanggungjawab pribadi untuk keseluruhan. Hubungan antara sekutu
baik secara internal atau pun eksternal setidaknya sudah diatur dalam pasal 17 KUHD
yang menjelaskan bahwa.

“Tiap – tiap persero yang tidak dikecualikan dari satu sama lain, berhak untuk
bertindak untuk mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan, pula untuk
mengikat perseroan itu dengan pihak ketiga dan pihak ketiga dengannya.

Segala tindakan yang tidak bersangkutpautan dengan perseroan tersebut, atau yang
para persero tidak berhak melakukannya tidak termasuk dalam ketentuan diatas.”

Walaupun sekutu kerja tersebut tidak diberi wewenang untuk mengadakan


hubungan hukum dengan pihak ketiga, tapi hal tersebut tidak akan menghilangkan
sifat tanggungjawab pribadi untuk keseluruhan. Hal tersebut sebagaimana yang
sudah diatur di dalam pasal 18 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang. Tugas sekutu
komplementer ini sama dengan tugas anggota direksi, namun berbeda dalam
tanggungjawab nya.

Pada Firma tanggungjawab tidak terbatas pada setiap anggota secara tanggung
menanggung, namun bertanggungjawab untuk semua atas persekutuan Firma yang
disebut dengan tanggung jawab solider.

D. Pembagian Keuntungan Firma


Perihal pembagian keuntungan dan kerugian dalam persekutuan Firma diatur dalam
Pasal 1633 sampai dengan Pasal 1635 KUHPerdata yang mengatur cara pembagian
keuntungan dan kerugian yang diperjanjikan dan yang tidak diperjanjikan di antara
pada sekutu.
a. Diperjanjikan di antara mereka. Ayat 1 : cara pembagian keuntungan dan
kerugian oleh sekutu sebaiknya diatur dalam perjanjian pendirian persekutuan.
b. Bila tidak diperjanjikan (Pasal 1633 KUHPerdata). Ayat 1: pembagian
berdasarkan perimbangan pemasukan secara adil dan seimbang. Ayat 2 : bagian
sekutu yang memasukkan berupa tenaga kerja hanya dipersamakan dengan sekutu
yang memasukkan uang atau benda terkecil/paling sedikit.
Dalam hal cara pembagian keuntungan dan kerugian diperjanjikan oleh sekutu,
sebaiknya pembagian tersebut diatur di dalam perjanjian pendirian persekutuan.
Dengan batasan ketentuan tersebut tidak boleh memberikan seluruh keuntungan
hanya kepada salah seorang sekutu saja dan boleh diperjanjikan jika seluruh
kerugian hanya ditanggung oleh salah satu sekutu saja. Penetapan pembagian
keuntungan oleh pihak ketiga tidak diperbolehkan. Apabila cara pembagian
keuntungan dan kerugian tidak diperjanjikan, maka pembagian didasarkan pada
perimbangan pemasukan secara adil dan seimbang dan sekutu yang memasukkan
berupa tenaga kerja hanya dipersamakan dengan sekutu yang memasukkan uang
atau benda yang paling dikit.

E. Penutupan Firma
Karena persekutuan dengan firma pada dasarnya adalah persekutuan perdata, maka
mengenai bubarnya persekutuan dengan firma berlaku ketentuan yang sama dengan
persekutuan perdata, yaitu pada pasal 1646-1652 KUHPerdata dan pasal 31-35
KUHD.
1. Selesainya Jangka Waktu Pendirian Fa
Hal tersebut tercantum di dalam akte pendirian persekutuan yang menyebutkan
jangka waktu persekutuan tersebut akan dijalankan.
Jika jangka waktu tersebut sudah habis, maka persekutuan akan dianggap bubar
secara hukum.
2. Sudah Tercapainya Tujuan Fa
Selain sudah selesainya jangka waktu pendirian Fa, pembubaran persekutuan bisa
dilakukan jika tujuan yang terdapat dalam akte pendirian sudah tercapai.
Perpanjangan bisa dilakukan dengan cara membuat perjanjian baru. Hal tersebut
berarti mendirikan persekutuan baru.
3. Kehendak Seseorang atau Beberapa Sekutu
Setiap anggota sekutu bisa memutuskan untuk keluar dari persekutuan berdasarkan
prosedur yang telah ditentukan dalam akte pendirian.
Persekutuan lama masih bisa beroperasi dengan kewajiban membayar bagian hak
pemilikan sekutu yang mengundurkan atau membeli hak kepemilikannya.
Sehingga, akan terjadi transaksi pembelian hak kepemilikan. Saldo modal sekutu
yang mengundurkan diri akan dipindahkan ke saldo modal sekutu yang masih ada
berdasarkan perbandingan yang disepakati.
4. Seorang Sekutu Meninggal Dunia atau Dinyatakan Pailit
Dalam akte pendirian sudah dicantumkan jika salah satu anggota sekutu meninggal,
maka hak kepemilikannya bisa diteruskan oleh ahli waris-nya dengan memindahkan
saldo modal sekutu yang meninggal ke akun modal baru atas nama ahli waris.
Jika ahli waris tidak mempunyai niatan ikut bergabung dalam persekutuan, maka
buku persekutuan harus ditutup pada tanggal meninggalnya sekutu yang
bersangkutan. Dan hak sekutu yang meninggal akan tetap dibayarkan kepada ahli
waris-nya.

Anda mungkin juga menyukai