Anda di halaman 1dari 4

Perbedaan Usaha Badan Hukum dan Usaha Non-Badan Hukum

Badan usaha adalah sekumpulan orang dan atau modal yang mempunyai kegiatan atau aktifitas
yang bergerak di bidang perdagangan atau dunia usaha yang sering juga disebut dengan
perusahaan. Berdasarkan statusnya badan usaha dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Badan hukum : badan usaha yang menjadi subjek hukum seperti orang. Maka, badan
usaha badan hukum memiliki kewajiban untuk melakukan perbuatan sendiri. Berikut ini
merupakan perbedaannya dengan badan usaha non badan hukum:
a. Subjek hukumnya adalah badan usaha itu sendiri sehingga mampu melakukan
perbuatan hukum. Namun, karena badan usaha bukan benda bergerak sehingga
segala perbuatan hukumnya harus diwakili oleh pendiri atau pengurus yang ditunjuk
b. Adanya pemisahan harta kekayaan perusahaan dengan harta kekayaan pribadi milik
para pendiri dan pengurusnya. Sehingga ketika terjadi suatu permasalahan hukum,
badan usaha hanya dapat dituntut atau dimintakan ganti kerugian hanya sebatas
harta kekayaan badan usaha itu sendiri dan tidak masuk kepada harta pribadi
pemilik/pendirinya.
c. Kepentingan bersama menjadi tujuan pendirian.
d. Ada beberapa orang yang menjadi pengurus secara terorganisir
e. Tanggung jawab perusahaan pada perusahaan itu sendiri.
f. Tanggung jawab kerugian terbatas pada harta perusahaan karena terdapat
pemisahan harta kekayaan sehingga ketiga terjadi kerugian atau pailit maka harta
kekayaan badan usaha digunakan untuk mengganti rugi.
g. Prosedur pendiriannya diperlukan adanya pengesahan dari pemerintah terhadap
anggaran serta akta pendirian dasar, seperti akta pendirian suatu PT yang disahkan
oleh Menteri Hukum dan HAM hal ini berdasarkan Pasal 7 ayat (4) UU 40/2007
2. Non-Badan Hukum : badan usaha yang tidak berperan sebagai subjek hukum. Sehingga
yang menjadi subjek hukumnya yaitu para pendiri dan sekutu atau pengurusnya. Berikut
ini merupakan perbedaannya dengan badan usaha badan hukum :
a. Subjek hukumnya adalah para pendiri dan sekutu atau pengurusnya bukan badan
usahanya. Sehingga ketika melakukan perbuatan hukum akan diwakilkan oleh
seorang pengurus yang biasanya adalah pendirinya.
b. Tidak terdapat pemisahan harta kekayaan antara milik badan usaha dan milik
pendirinya. Akibatnya apabila terjadi suatu permasalahan hukum, badan usaha
dapat dituntut atau diminakan ganti kerugian hanya tidak hanya kepada harta
kekayaan badan usaha itu sendiri, akan tetapi termasuk harta pribadi
pemilik/pendirinya.
c. Tanggung jawab badan usaha pada pribadi pemilik
d. Tanggung jawab kerugian ditanggung pemilik secara pribadi maupun tanggung
renteng apabila perbuatannya telah menghasilkan keuntungan yang telah dinikmati
bersama.
e. Prosedur pendiriannya pada dasarnya tidak mewajibkan adanya akta notaris untuk
pendiriannya. Sehingga pendiriannya dapat didirikan dengan akta di bawah tangan
atau bahkan secara lisan saja.
Perbedaan CV, Firma, dan Persekutuan Perdata
1. CV
CV adalah persekutuan komanditer yang diadakan antara seorang sekutu atau lebih
yang bertanggung jawab secara pribadi untuk seluruhnya dengan seorang atau lebih
sebagai sekutu yang meminjamkannya. Dasar hukum CV terdapat dalam Pasal 19-21
KUHD dan di dalam BW pada ketentuan tentang persekutuan perdata dan perikatan.
Modal yang dimasukkan dalam CV dapat berupa uang, benda, atau tenaga.
Adapun pembagian keuntungannya harus didasarkan pada kesepakatan apabila tidak
diperjanjikan maka pembagiannya didasarkan pada pasal 1633 KUHPerdata.
Proses pendirian CV harus melalui pembuatan suatu perjanjian pendirian karena
melibatkan lebih daru satu orang. Perjanjian kemudian didaftarkan dan diumumkan. CV
pada departemen perindustrian dan perdagangan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan tentang wajib daftar perusahaan dan mengurus berbagai macam perizinan
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Tanggung jawab dalam CV dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Tanggung jawab intern:
- Sekutu komanditer : tanggung jawab terbatas pada imbreng yang disetor
- Sekutu biasa : tanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan meskipun
sekutu tersebut merupakan sekutu yang menurut AD tidak diperkenankan
berhubungan dengan pihak ketiga.
b. Tanggung jawab ekstern:
Sekutu komplementer yang bertanggung jawab atas hubungan dengan pihak ketiga.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang dimiliki oleh CV sebagai berikut:
- Sulit untuk menarik modal yang telah disetor
- Modal besar karena didirikan banyak pihak
- Anggota aktif memiliki tanggung jawab tidak terbatas dan anggota pasif hanya
menunggu keuntungan
- Relatif mudah didirikan
- Kelangsungan hidup perusahaan CV tidak menentu.
2. Firma
Firma adalah persekutuan yang menjalankan usaha secara terus menerus dan setiap
sekutunya berhak bertindak atas nama persekutuan. Firma diatur dalam Pasal 16-35
KUHD dan di dalam BW pada ketentuan tentang persekutuan perdata dan perikatan.
Modalnya dapat berupa uang, benda atau tenaga yang berasal dari setiap sekutu yang
diwajibkan memasukkan dalam kas firma.
Adapun pembagian keuntungannya harus didasarkan pada kesepakatan apabila tidak
diperjanjikan maka pembagiannya didasarkan pada pasal 1633 KUHPerdata.
Proses pendirian firma diawali dengan pengajuan nama persekutuan kemudian akta
pendirian diterbitkan, selanjutnya melakukan pendaftaran pendirian melalui SABU lalu
menteri akan menerbitkan SKT dan akan di print oleh notaris.
Tanggung jawab sekutu terhadap firma karena sebagai badan usaha non badan hukum
firma tidak memiliki kekayaan sendiri atau tidak terdapat pemisahan harta kekayaan
maka jika terjadi kerugian atau pailit apabila kekayaan pada firma tidak mencukupi
untuk mengganti kerugian maka berdasarkan Pasal 18 KUHD tanggung jawab renteng
diberlakukan bagi tiap-tiap sekutu.
Berikut ini merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh firma :
- Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi dengan
harta pribadi
- Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin
- Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa izin anggota yang
lainnya.
- Keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup
- Seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma
3. Persekutuan Perdata
Diatur dalam Pasal 1618-1652 KUHPerdata. Persekutuan perdata adalah suatu
perjanjian antara dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke
dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan atau kemanfaatan yang
diperoleh karenanya. Berdasarkan Pasal 1619 KUHPerdata modal persekutuan perdata
dapat berupa uang, barang, atau tenaga.
Pembagian keuntungannya harus didasarkan pada kesepakatan apabila tidak
diperjanjikan maka pembagiannya didasarkan pada pasal 1633 KUHPerdata.
Adapun proses pendirian persekutuan perdata yaitu dimulai dengan pengajuan nama
persekutuan kemudian penerbitan akta pendirian, lalu melakukan pendaftaran
pendirian melalui SABU, setelah itu menteri akan menerbitkan SKT dan notaris akan
print SKT.
Tanggung jawab anggota Persekutuan Perdata apabila terjadi kerugian, pailit atau
lainnya yaitu sebagai berikut :
a. Seorang anggota persekutuan mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga
maka hanya anggota yang bersangkutan yang bertanggung jawab atas perbuatan
hukum yang dilakukan.
b. Perbuatan seorang anggota mengikat anggota lain apabila terdapat kuasa dari
anggota lain, hasil perbuatannya atau keuntungannya telah dinikmati oleh
persekutuan.
c. Apabila beberapa orang anggota mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga
maka para anggota dapat dipertanggungkan sama rata kecuali jika ditetapkan dalam
perjanjian.
Adapun ciri-ciri persekutuan perdata yaitu:
- Untuk mencari keuntungan
- Cara pendirian sederhana
- Cara pembubaran tidak memerlukan persyaratan formal
- Cara pendiriannya dimulai saat ditanda tanganinya akta pendirian di notaris dan
selanjutnya didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negeri.
Pada dasarnya penyebab berakhirnya usaha non badan hukum sama baik CV, Firma, maupun
Persekutuan Perdata, yaitu:
a. Berakhirnya jangka waktu perjanjian
b. Musnahnya barang yang digunakan menjadi tujuan CV, Firma, dan Persekutuan Perdata
c. Telah tercapai tujuan CV, Firma, Persekutuan Perdata
d. Karena kehendak para anggota
e. Alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sebelum badan usaha non badan hukum berakhir maka terlebih dahulu melakukan
pemberesan utang piutang firma dan pembagian saldo kepada para sekutu. Hal ini dilakukan
oleh sekutu pengurus atau sekutu bukan pengurus dengan hubungan pemberian kuasa.
Hampir sama dengan pendiriannya maka akta pembubaran CV, Firma, dan Persekutuan Perdata
wajib didaftarkan melalui sistem SABU.

Anda mungkin juga menyukai