Anda di halaman 1dari 94

Pengaturan dan

Bentuk-Bentuk Perusahaan

Disampaikan Oleh :
Tri Mulyani, Spd, SH. MH.
PENGANTAR
• Dalam berbisnis, para pelaku bisnis harus melakukan suatu usaha
untuk meraih keuntungan (laba) yang sebesar2nya.
• Usaha tersebut dapat berupa tindakan, perbuatan ataupun kegiatan di
bidang perekonomian.
• Utk menjalankan usaha tersebut, para pelaku bisnis harus mempunyai
wadah (tempat usaha) yi badan usaha, agar dalam kegiatan bisnis dpt
dipercaya masyarakat & partner bisnis mereka
• Tempat Usaha ini sering disebut dengan "perusahaan".
• Perusahaan adl setiap bentuk usaha yg melakukan kegiatan secara
tetap & terus menerus dg tujuan memperoleh keuntungan / laba baik yg
diselenggarakan oleh perseorangan maupun badan usaha yg berbebtuk
badan hukum / bukan badan hukum yg didirikan & berkedudukan
dalam wilayah NKRI
PENGERTIAN ISTILAH PERUSAHAAN
• Kata perusahaan : kata pengganti Pedagang (Koophandel)
dalam pasal 2-5 Wvk lama.
• Perkumpulan (dalam arti luas) : induk dari semua bentuk
perusahaan yang dibentuk atas dasar perjanjian.
• Cth: Van Zedelijke Lichamen pasal 1653-1665 KUH Per
• S.1870-64 : Badan Hukum Perkumpulan (Rechtspersoonlijkheid
Verenigingen)
• S.19399-570 jo 717 : Perkumpulan Indonesia (Inlandsche
Vereniging)
• Ciri Perkumpulan : didirikan beberapa orang dg kepentingan
yg sama; kehendak bersama; tujuan bersama; & kerjasama.
• Ada 2 pendapat mengenai perkumpulan:
1. Perjanjian mendirikan perusahaan
contoh: perjanjian yaitu pasal 1313 jo 1320 KUH Per, harus ad
unsur kesepakatan; kecakapan bertindak para pihak; objek
tertentu; causa yg halal atau tujuan yg sah
2. Perbuatan mendirikan perusahaan
adalah perbuatan "Gesamtakt" (perbuatan hukum bersama utk
mencapai suatu akibat hukum yg bukan seperti dlm perikatan)
Pengaturan Bentuk Hukum Perusahaan
• Bentuk hukum perusahaan yg diatur dlm perundang2an:
1. Persekutuan Perdata --> KUHPerdata
2. Firma dan CV --> KUHD
3. Perseroan Terbatas --> UU No. 40 Tahun 2007
4. Koperasi --> UU No. 25 Tahun 1992
5. BUMN --> UU No. 19 Tahun 2003
• Bentuk hukum perusahaan perseorangan belum diatur
dalam UU, tetapi eksistensinya diakui pemerintah dalam
praktik perusahaan.
1. Persekutuan Perdata
• Pengertian
Matschap atau Persekutuan Perdata, adalah kumpulan dari
orang2 yg biasanya memiliki profesi yg sama & berkeinginan
untuk berhimpun dg menggunakan nama bersama.
Maatschap sebenarnya adalah bentuk umum dari Firma dan
Perseroan Komanditer (Comanditaire Venotschap).
• Pengaturan
Mengenai Maatschap ini diatur dalam bab ke VIII bagian
pertama dari buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Indonesia (selanjutnya akan kita sebut BW).
Aturan dari Maatschap, Firma dan CV pada dasarnya sama,
namun ada hal-hal yang membedakan di antara ketiganya
Pendirian Maatshap
• Harus didirikan oleh paling sedikit oleh 2 orang berdasarkan
pejanjian dg akta notaries yg dibuat dlm bahasa Indonesia
( sama dg Firma ataupun CV).
• Mengenai pendiriannya sendiri, maatschap dapat didirikan
melalui perjanjian sederhana, dan tanpa pengajuan formal, atau
tidak diperlukan adanya persetujuan pemerintah.
• Hal ini dapat dilakukan secara lisan, namun tidak menutup
kemungkinan juga bila ingin dilakukan dengan akta pendirian
yang dibuat secara otentik.
• Maatschap biasanya bertindak di bawah nama para anggota atau
mitranya, meskipun ini bukan merupakan persyaratan hukum.
• Akta pendirian Maatschap merupakan bentuk kesepakatan antara
para sekutu untuk berserikat & bersama2 & mengatur hub hukum
diantara para sekutu tersebut
• .Maatschap atau yang lebih dikenal sebagai persekutuan perdata
/perkongsian/kompanyon diatur dalam pasal 1618 hingga pasal 1652
KUHPer dan diartikan sebagai:
• “suatu persetujuan dimana dua orang atau lebih mengikatkan diri
untuk memasukkan sesuatu kedalam persekutuan, dengan maksud
untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya (pasal 1618
KUHPer)”
• ‘sesuatu’ disini dapat diartikan dalam arti luas, yaitu bisa berupa
uang atau juga bisa berupa barang2 lain, ataupun kerajinan yang
dimasukkan kedalam persekutuan
Karakteristik Maatschap
• Maatschap merupakan kumpulan dari orang2 yang memiliki profesi
yang sama ( karakter ini tidak dimiliki oleh Firma dan CV )
• Pada dasarnya pendirian suatu Maatschap dapat dilakukan untuk 2
tujuan, yaitu:
1. Untuk kegiatan yang bersifat komersial
2. Untuk persekutuan2 yang menjalankan suatu profesi.
• Contohnya persekutuan di antara para pengacara / para akuntan, yg
biasanya dikenal dg istilah associate, partner, rekan / Co (compagnon).
• Catatan : pembukaan Maatschap Akuntan misalnya, maka para
sekutunya harusnya hanya orang2 yang berprofesi sebagai Akuntan
saja. Jadi tidak boleh dibuat misalnya: Kantor Akuntan Publik
Suswinarno, Ak dan Rekan, tapi ternyata para sekutunya terdiri dari
Notaris, Pengacara ataupun konsultan manajemen. Demikian pula
untuk Maatschap yang dibentuk oleh para Notaris ataupun para
pengacara.
• Dalam Maatschap para sekutu masing2 bersifat independen,
Artinya, masing2 sekutu berhak untuk bertindak keluar dan
melakukan perbuatan hukum atas nama dirinya sendiri,
khususnya untuk tindakan pengurusan sepanjang hal tersebut
tidak dilarang dalam anggaran dasarnya.
• Pembatasan tindakan keluar tersebut biasanya mengacu pada
perbuatan yg bersifat kepemilikan, ataupun yg berarti
Maatschap tersebut dg suatu hutang / kewajiban tertentu.
• Dalam hal demikian, maka perbuatan hukum dimaksud harus
mendapat persetujuan dari sekutu yang lain.
• Dalam pendirian suatu Maatschap, para sekutu diwajibkan
untuk berkontribusi bagi kepentingan Maatschap tersebut.
• “Kontribusi” ini dalam istilah hukumnya disebut
“inbreng”(pemasukan ke dalam Perseroan).
• Para sekutu dapat berkontribusi dalam berbagai bentuk, yaitu
uang, barang, good will, dan know how.
• Good Will itu sendiri bisa berupa apa saja, seperti: pangsa
pasar yang luas, jaringan, relasi, ataupun Merek (brand image).
• Know how bisa berupa keahlian di bidang tertentu, seperti:
dalam Maatschap Kantor Hukum, bisa berupa keahlian di
bidang penanganan kasus kejahatan di dunia maya misalnya.
Unsur2 Maatschap
Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam KUHPer, dapat
disimpulkan bahwa maatschap setidaknya mengandung unsur2 :
• bertindak secara terang-terangan
• harus bersifat kebendaan
• untuk memperoleh keuntungan
• keuntungan dibagi-bagikan antara anggota
• kerjasama ini tidak nyata tampak keluar atau tidak diberitahukan
kepada umum
• harus ditujukan pada sesuatu yang mempunyai sifat yang dibenarkan
dan diizinkan, dan
• diadakan untuk kepentingan bersama anggotanya
Tanggung Jawab
• Tanggung jawab dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu tanggung jawab
intern para sekutu, dan tanggung jawab ekstern terhadap pihak ketiga.
• Untuk yang pertama (intern), maka para sekutu dapat menunjuk salah
seorang diantara mereka atau pihak ketiga untuk menjadi Pengurus
Maatschap guna melakukan semua tindakan kepengurusan atas nama
maatschap (pasal 1637 KUHPer).
• Bila tidak dijanjikan demikian, maka setiap sekutu dianggap secara
timbal balik telah memberikan kuasa, supaya yang satu melakukan
pengurusan terhadap yang lain, bertindak atas nama maatschap dan atas
nama mereka (pasal 1639 KUHPer).
• Untuk yang kedua (ekstern), dalam pasal 1642 KUHPer dinyatakan
bahwa “para sekutu tidaklah terikat masing2 untuk seluruh utang
maatschap dan masing2 mitra tidak bisa mengikat mitra lainnya apabila
mereka tidak telah memberikan kuasa kepadanya untuk itu.”
• Dengan demikian, dapat disimpulkan, kecuali dibatasi secara
tegas dalam perjanjian, maka setiap sekutu berhak untuk
bertindak atas nama persekutuan dan mengikat para sekutu
terhadap pihak ketiga dan pihak ketiga terhadap sekutu, dengan
catatan diberikan hak khusus bagi sekutu yang tidak setuju untuk
dilaksanakannya perbuatan hukum tersebut untuk mengajukan
keberatan pada waktu yang telah ditentukan sehingga terbebas
dari tanggung jawab atas tindakan tersebut.
Pembagian Keuntungan
• Mengenai pembagian keuntungan dan kerugian,para sekutu
bebas untuk menentukan bagaimana keuntungan maatschap
akan dibagikan diantara mereka.
• Apabila hal ini tidak diatur, maka keuntungan atau kerugian
akan dibagikan seimbang menurut kontribusi setiap sekutu dan
sekutu yang hanya mengkontribusikan ketrampilan, jerih payah,
akan memperoleh keuntungan atau kerugian yang sama dengan
sekutu yang kontribusinya paling kecil baik dalam hal uang
maupun barang (pasal 1635 KUHPer).
• Namun perlu dcatat disini bahwa suatu janji untuk memberikan
seluruh keuntungan pada salah seorang sekutu adalah batal,
namun sebaliknya, janji yang mengatakan bahwa seluruh
kerugian akan ditanggung oleh salah seorang sekutu adalah
diperbolehkan
    Bubarnya Maatschap
• CARA PERTAMA
• Dalam pasal 1646 KUHPer, suatu maatschap dengan sendirinya bubar bila terjadi
salah satu dari peristiwa sbb:
1. lewatnya waktu yg ditentukan dlm perjanjian maatschap;
2. musnahnya barang / diselesaikannya perbuatan yg mjd pokok permitraan;
3. atas kehendak beberapa atau sesorang sekutu;
4. jika seorang sekutu ditempatkan dibawah pengampuan atau dinyatakan pailit
• Bila maatschap bubar, maka harta kekayaan maatschap akan dibagi kepada anggota
maatschap berdasarkan perjanjian terdahulu, setelah dikurangi utang-utang terhadap
pihak ketiga.
• Bila kekayaan maatschap justru tidak cukup untuk membayar utang, maka kembali
pada karakteristik maatschap itu sendiri, maka utang tersebut akan ditanggung
bersama (tanggung renteng) oleh para sekutu berdasarkan perjanjian yang telah
dibuat sebelumnya.
• CARA KEDUA
• Para pembentuk perseroan (maatschap) dapat menyimpang dari
penentuan ini yaitu menentukan cara lain untuk terhentinya perseroan.
• Misalnya ada cara terhenti maatschap yang tidak disebutkan oleh pasal
1646, yaitu pembubaran maatschap oleh hakim, yang dimaksudkan oleh
pasal 1647 KUHPer, dan lagi kalau ada persetujuan baru antara
segenap peserta untuk menghentikan persetujuan perseroan semula.
• Cara yang tersebut ke-2, diatur lebih lanjut oleh pasal 1648 KUHPer,
sebagai berikut:
• Apabila yang dimaksudkan dalam maatschap ialah hanya pemakaian
saja dari suatu barang dan hak milik atas barang itu tetap berada di
tangan si peserta yang memasukkan barang itu maka maastchap tentu
berhenti kalau barangnya musnah terbakar.
• CARA KETIGA
• Apabila yang dijanjikan dimasukkan dalam maastchap ialah
hak miliknya atas barang, maka perbedaan, apakah barang itu
sudah atau belum dimasukkan. Kalau belum, maka maastchap
terhenti dengan musnahnya barang. Kalau sudah, maka
maastchap menderita kerugian akibat dari musnahnya barang,
dan kerugian ini mungkin sekali telah ditanggung dengan suatu
asuransi
• Cara yang tersebut ke-3 diatur lebih lanjut oleh pasal 1619 dan
1650 sebagai berikut:
Kalau umur maastchap tidak ditetapkan lebih dulu, maka tiap
peserta berhak menghentikan maastchap secara
memberitahukan kepada peserta2 lain (opzegging) tetapi
penghentian ini harus dilakukan secara jujur dan tidak pada
waktu, yang tidak layak maastchap dihentikan (ontijding).
• Sebagai contoh dari ketiadaan kejujuran disebutkan peristiwa, dalam mana
seorang peserta yang menghentikan itu, bermaksud untuk menikmati sendiri
suatu keuntungan, yang semula oleh segenap peserta diharapkan akan
dinikmati bersama.
• Sebagai contoh daripada waktu yang tidak layak (ontijdig) untuk penghentian
maastchap, disebutkan keadaan dalam mana barang-barang kekayaan adalah
baru berkurang, tetapi ada harapan kemudian barang tersebut akan
bertambah, maka ada bainya terhentinya maastchap ditangguhkan dahulu.
• Hak untuk menghentikan maastchap ini dapat ditiadakan pada waktu
pembentukan maastchap, tetapi kalau ini terjadi, masih ada jalan untuk
menghabiskan perhubungan hukum yang tidak diingini, dengan jalan
mempergunakan pasal 16478, yaitu dari hukum dapat diminta supaya
membubarkan maastchap, kalau ada alas an sah (wettige redden).
• Dan sebagai contoh disebutkan: apabila peserta lain tidak memenuhi
kewajiban yang dijanjikan, atau apabila peserta lain oleh karena sakit tidak
dapat mengurus maastchap sebaik2nya, dan selanjutnya ditegaskan, bahwa
hakimlah yang menentukan ketetapan atau pentingnya dari alasan yang
dikemukakan untuk membubarkan maastchap.
• Dari dua contoh disebutkan oleh pasal 1647 tadi, dapat disimpulkan, bahwa, pada
umumnya sebagai alasan yang sah dapat dianggap perbuatan2 dari peserta lain atau
keadaan2, yang mengakibatkan kerjasama antara para peserta untuk tujuan
maastchap adalah tidak mungkin lagi atau menjadikan amat sukar.
• Dalam hal kematian salah seorang peserta, menurut pasal 1651dasar dijanjikan,
bahwa, apabila seorang peserta meninggal dunia, perseroan akan diteruskan dengan
ahli warisnya, atau diantara para peserta lainnya.
• Kalau terjadi peristiwa yang belakangan ini disebutkan ini menutur ayat (2), para ahli
waris dari almarhum peserta hanya dapat minta pembagian kekayaan maastchap
menurut keadaan pada waktu wafatnya si almarhum itu,akan tetapi apabila pada
waktu itu masih ada hal-hal yang harus dilaksanakan, maka untung rugi dari
pelaksanaan itu dinikmati atau diderita pula oleh para ahli waris.
• Pada akhirnya, pasal 1652 menentukan, kalau sebagai akibat dari penghentian,
kekayaan harus dibagi diantara para peserta, maka berlakulah pasal-pasal dari BW
mengenai pembagian boedel-warisan dari seorang yang meninggal dunia (pasal 1066
dan seterusnya).
• Pembagian ini yang lazimnya juga dinamakan “liquidate”, mungkin sekali baru dapat
dilaksanakan agak lama sesudah maastchap dihentikan.
2. Persekutuan Firma
a. Pengertian Firma
• Firma adalah persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan n
bersama (Pasal 16 KUHD).
• Adapun persekutuan perdata adalah perjanjian dengan mana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk menyetorkan sesuatu kepada persekutuan dengan tujuan untuk
memperoleh manfaat atau keuntungan (Pasal 1618 KUHPer).
• Berdasarkan definisi tersebut, dapat dinyatakan bahwa persekutuan itu disebut Firma apabi
mengandung unsur2 pokok berikut ini:
• 1) Persekutuan perdata (Pasal 1618 KUHPer)
• 2) Menjalankan perusahaan (Pasal 16 KUHD)
• 3) Dengan nama bersama atau firma (Pasal 16 KUHD)
• 4) Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi utk keseluruhan (Psl 18 KUHD)
b. Penggunaan Nama Bersama
• Firma (Fa) artinya nama bersama. Penggunaan nama bersama untuk
nama perusahaan dapat dilakukan dengan caara berikut ini:
1) Menggunakan nama seorang sekutu, misalnya Fa Haji Tawi.
2) Menggunakan nama seorang sekutu dengan tambahan yang
menunjukkan anggota keluarganya, misalnya Firma Ibrahim About and
Brothers, disingkat Fa Ibrahim Aboud & Bros. Artinya, perusahaan
persekutuan ini beranggota Ibrahim Aboud dan saudara2nya
3) Menggunakan himpunan nama semua sekutu secara singkatan, misal Fa
Astra (singkatan Ali, Sumarni, Tantowi, Rafi’ah, & Astaman).
4) Menggunakan nama bidang usaha, misalnya Fa Ayam Buras yang
kegiatan usahanya beternak ayam bukan ras.
5) Menggunakan nama lain, misalnya Fa Serasan Sekate, Fa musi Jaya,
Fa Sumber Rejeki.
KARAKTERISTIK FIRMA
• Pada firma, kepribadian para sekutu yang bersifat kekeluargaan
sangat diutamakan.
• Hal ini dapat dimaklumi karena sekutu dalam persekutuan firma
adalah anggota keluarga ataupun teman sejawat, yang bekerja
sama secara aktif menjalankan perusahaan mencari keuntungan
bersama dengan tanggung jawab bersama secara pribadi
c. Cara Mendirikan Firma
• Firma harus didirikan dg akta otentik yang dibuat dimuka notaris (pasal 22 KUHD).
• Akta pendirian tersebut memuat anggaran dasar FA dg rincian isi sbb:
1) Nama lengkap, pekerjaan, dan tempat tinggal para sekutu.
2) Penetapan nama bersama atau firma.
3) Firma bersifat umum atau terbatas pada menjalankan perusahaan bidang tertentu.
4) Nama2 sekutu yang tidak diberi kuasa untuk menandatangani perjanjian bagi fa
5) Saat mulai dan berakhirnya firma.
6) Ketentuan2 lain mengenai hak pihak ke3 thdp para sekutu.
• Akta pendirian nama Fa harus didaftarkan di kepaniteraan PN yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan Fa ybs (Pasal 23 KUHD).
• Akta pendirian harus diumumkan dalam Berita Negara / Tambahan Berita Negara (Pasal
28 KUHD). Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan , maka menurut
ketentuan Pasal 29 KUHD pihak ketiga menganggap firma itu:
1) Sbg persekutuan umum yg menjalankan segala jenis usaha., 2) Didirikan utk waktu
tidak terbatas. 3) Semua sekutu wenang untuk menandatangani surat untuk firma itu
• Untuk memulai usaha, sekutu pendiri harus memperoleh surat izin
usaha dari Kantor Deperindag setempat bila diperlukan surat izin
tempat usaha dari pemerintah kabupaten/kota setempat. Paling lambat
tiga bulan sejak memperoleh surat izin usaha (sejak menjalankan
usahanya), sekutu pendiri wajib mendaftarkan firma pada Kantor
Deperindag setempat (Pasal 10 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982).
• KESIMPULAN
• Berdasarkan ketentuan pasal-pasal tadi dapat disimpulkan bahwa firma
bukan badan hukum. Alasannya adalah:
• 1) Tidak ada pemisahan harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi
sekutu-sekutu, setiap waktu bertanggung jawab secara pribadi untuk
keseluruhan.
• 2) Tidak ada keharusan pengesahan akta pendirian oleh Mentri Hukum
dan Hak Asasi Manusia.
d. Hubungan Hukum dan Tanggung Jawab
• Sekutu yang ditunjuk atau diberi kuasa untuk menjalankan tugas pengurus
ditentukan dalam anggaran dasar (akta pendirian firma). Jika belum
ditentukan, pengurus harus ditentukandalam aka tersendiri dan
didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negri setempat serta diumumkan
dalam Tambahan Berita Negara.
• Hal ini penting supaya pihak ketiga dapat mengetahui siapa yang menjadi
pengurus yang berhubungan dngannya
• Dalam anggaran dasar atau akta penetapan pengurus ditentukan juga
bahwa pengurus berhak bertindak keluar atas nama firma (Pasal 17
KUHD). Jika tidak ada ketentuan, setiap sekutu dapat mewakili firma
yang mengikat juga para sekutu lain sepanjang mengenai perbuatan bagi
kepentingan firma (Pasal 18 KUHD). Akan tetapi, kekuasaan tertinggi
dalam firma ada di tanggan semua sekutu. Mereka memutuskan segala
masalah dengan musyawarah berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
dalam anggaran dasar firma..
• Hubungan hukum ke dalam (internal) antara sesame sekutu firma
meliputi butir-butir yang ditentukan berikut ini:
• 1) Semua sekutu memutus dan menetapkan dalam anggaran dasar
sekutu yang ditunjuk sebagai pengurus firma.
• 2) Semua sekutu berhak melihat atau mengontrol pembukuan firma
(Pasal 12 KUHD).
• 3) Semua sekutu memberikan persetujuan jika firma menambah sekutu
baru (Pasal 1641 KUHPer).
• 4) Penggantian kedudukan sekutu dapat diperkenankan jika diatur
dalam anggaran dasar.
• 5) Seorang sekutu dapat menggugat firma apabila ia berposisi
sebagai kreditor firma dan pemenuhannya disediakan dari kas firma.
• Hubungan hukum keluar (eksternal) antara sekutu firma dan pihak ketiga
meliputi butir-butir yang ditentukan berikut ini:
• 1) Sekutu yang sudah keluar secara sah masih dapat dituntut oleh pihak
ketiga atas dasar perjanjian yang belum dilunasi pembayarannya (Arrest
Hoog gerechtshof20 februari 1930).
• 2) Setiap sekutu wenang mengadakan perikatan dengan pihak ketiga bagi
kepentingan firma, kecuali jika sekutu itu dikeluarkan dari
kewenangannya (pasal 17 KUHD).
• 3) Setiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas semua perikatan
firma, yang dibuat oleh sekutu lain, termasuk juga perikatan karena
melawan hukum (Pasal 18 KUHD).
• 4) Apabila seorang sekutu menolak penagihan dengan alasan firma tidak
ada karena tidak ada akta pendirian, pihak ketiga itu dapat membuktikan
adanya firma dengan segala macam alat pembuktian (Pasal 22 KUHD).
• Menurut van Ophuijsen (1936), seorang notaries di Batavia,
tanggung jawab para sekutu terhadap pihak ketiga tidak
dilaksanakan secara langsung, artinya segala utang firma
dipenuhi lebih dahulu dari uang kas firma.
• Apabila uang kas tidak mencukupi, barulah diberlakukan pasal 18
KUHD bahwa kekayaan pribadi masing-masing sekutu
dipertanggungjawabkan sampai utang terpenuhi semuanya.
• Demikianlah hasil penelitian yang dilakukan oleh van Ophuijsen
terhadap praktik firma.
e. Berakhirnya Firma
• Firma berakhir apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran
dasar (akta pendirian) telah berkhir.
• Firma juga dapat bubar sebelum berakhir jangka waktu yang ditetapkan
dalam anggaran dasar akibat pengunduran diri atau pemberhentian
sekutu (Pasal 26 dan 31 Pasal KUHD).
• Pembubaran firma harus dilakukan dengan akta otentik yang dibuat di
muka notaris, didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negri setempat,
dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara.
• Kelalaian pendaftaran dan pengumuman ini mengakibatkan tidak
berlakunya pembubaran firma, pengunduran diri, pemberhentian sekutu,
atau perubahan anggaran dasar terhadap pihak ketiga (Pasal 31
KUHD).
• Setiap pembubaran firma memerlukan pemberesan. Untuk pemberesan tersebut,
firma yang sudah bubar itu masih tetap ada (Pasal 32-Pasal 34 KUHD).
• Menurut ketentuan Pasal 32 KUHD, yang bertugas melakukan pemberesan adalah
mereka yang ditetapkan dalam anggaran dasar.
• Apabila dalam anggaran dasar tidak ditentukan, sekutu pengurus harus
membereskan atas nama firma. Akan tetapi, jika sekutu-sekutu dengan suara
terbanyak menunjuk sekutu yang bukan pengurus untuk melakukan pemberesan,
sekutu inilah yang bertugas melakukan pemberesan.
• Apabila suara terbanyak tidak tercapai, pengadilan negri menetapkan pihak
pemberesnya. Hubungan hukum antara para sekutu dan pemberes adalah hubungan
hukum pemberi kuasa.
• Tugas pemberes adalah menyelesaikan semua utang firma dg menggunakan uang
kas. Jika masih ada saldo, saldo itu dibagi diantara sekutu.
• Jika ada kekurangan, sekutu itu harus memenuhi dari kekayaan pribadi para sekutu
• Jika ada kekayaan berupa barang, pembagian barang itu dilakukan seperti
pembagian warisan (Pasal 1652 KUHPer).
3. Persekutuan Komanditer (CV)
a. Pengertian
• CV adalah firma yang mempunyai satu atau beberapa orang sekutu komanditer.
• Sekutu komanditer (silent partner) adalah sekutu yang hanya menyerahkan uang, barang,
atau tenaga sebagai pemasukan pada persekutuan, dan tidak turut campur dalam
pengurusan atau penguasaan persekutuan.
• Dia hanya memperoleh keuntungan dari pemasukannya itu. Tanggung jawabnya terbatas
pada jumlah pemasukannya itu.
• Persekutuan komanditer mempunyai dua macam sekutu, yaitu:
1) Sekutu komplementer (complementary partner)
Sekutu komplementer adalah sekutu aktif yang menjadi pengurus persekutuan.
2) sekutu komanditer (silent partner)
sekutu komanditer adalah sekutu pasif yang tidak ikut mengurus persekutuan.
• Kedua macam sekutu ini menyerahkan pemasukan pada persekutuan secara bersama untuk
memperoleh keuntungan bersama dan kerugian juga dipikul bersama secara berimbang
dengan pemasukan masing-masing.
• Apabila dikaji, ketentuan Pasal 19 – Pasal 21 KUHD yang
mengatur tentang firma, jelas bahwa persekutuan
komanditer adalah firma dalam bentuk khusus .
• Kekhususan itu terletak pada eksistensi sekutu komanditer
yang tidak ada pada firma.
• Firma hanya mempunyai sekutu aktif yang disebut firmant.
• b. Cara Mendirikan Persekutuan Komanditer
• Dalam KUHD tidak ada pengaturan secara khusus mengenai cara mendirikan
persekutuan komanditer.
• Karena persekutuan komanditer adalah firma, Pasal 22 KUHD dapat diperlakukan.
• Dengan demikian, persekutuan komanditer didirikan dengan pembuatan anggaran
dasar yang dituangkan dalam akta pendirian yang dibuat dimuka notaries.
• Akta pendirian kemudian didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negri setempat. Akta
pendirian yang sudah didftarkan itu diumumkan dalam Tambahan Berita Negara.
• Sama halnya dengan firma, syarat pengesahan dari Menteri Hukum dan
HAM tidak diperlukan karena persekutuan komanditer bukan badan
hukum.
• Praktik perusahaan yang berbentuk persekutuan komanditer tidak ada
pemisahan antara harta kekayaan persekutuan dan harta kekayaan
pribadi para sekutu komplementer.
• Karena persekutuan komanditer adalah firma, maka tanggung jawab
sekutu komplementer secara pribadi untuk keseluruhan.
c. Hubungan Hukum dan Tanggung Jawab
• Seperti halnya pada firma, pada persekutuan komanditer juga terdapat
hubungan hukum ke dalam (internal) antara sesama sekutu dan
hubungan hukum (eksternal) antara sekutu dan pihak ketiga.
• 1. Hubungan Hukum ke dalam
• Hubungan hukum antara sesama sekutu komplementer sama seperti
pada firma. Hubungan hukum antara sekutu komplementer dan sekutu
komanditer tunduk pada ketentuan Pasal 1624 sampai dengan 1641
KUHPer. Pemasukan modal diatur dalam pasal 1625 KUHPer dan
seterusnya, sedangkan pembagian keuntungan dan kerugian diatur
dalam Pasal 1633 dan Pasal 1634 KUHPer. Pasal-pasal ini hanya
berlaku apabila dalam anggaran dasar tidak diatur.
• Menurut ketentuan Pasal 1633 KUHPer, sekutu komanditer mendapat
bagian keuntungan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar
persekutuan.
• Jika dalam anggaran dasar tidak ditentukan, sekutu komanditer
mendapat keuntungan sebanding dengan jumlah pemasukannya.
• Jika persekutuan menderita kerugian, sekutu komanditer hanya
bertanggung jawab sampai jumlah pemasukannya itu saja.
• Bagi sekutu komlemer beban kerugian tidak terbatas, kekayaan pun
ikut menjadi jaminan seluruh kerugian persekutuan (Pasal 18 KUHD,
Pasal 1131 dan pasal 1132 KUHPer).
• Sekutu komanditer tidak boleh dituntut supaya menambah
pemasukannya guna menutupi kerugian dan tidak dapat diminta supaya
mengembalikan keuntungan yang diterimanya (Pasal 1625 KUHPer
dan seterusnya dan Pasal 20 ayat (3) KUHD).
• Dalam soal pengurusan persekutuan, sekutu komanditer dilarang
melakukan pengurusan meskipun dengan surat kuasa.
• Dia hanya boleh mengawasi pengurusan jika ditentukan dalam
anggaran dasar persekutuan.
• Apabila ketentuan ini dilanggar, Pasal 21 KUHD member sanksi
bahwa tanggung jawab sekutu komanditer disamakan dengan tanggung
jawab sekutu komplementer secara pribadi untuk keseluruhan.
• Untuk menjalankan perusahaan, persekutuan komanditer dapat
menempatkan sejumlah modal atau barang sebagai harta kekayaan
persekutuan, dan ini dianggap sebagai harta kekayaan yang dipisahkan
dari harta kekayaan pribadi sekutu komplementer.
• Hal ini dibolehkan berdasarkan rumusan Pasal 33 KUHD mengenai
pemberesan firma. Kekayaan terpisah ini dapat diperjanjikan dalam
anggaran dasar (akta pendirian) walaupun bukan badan hukum.
2. Hubungan Hukum keluar
• Hanya sekutu komplementer yang dapat mengadakan hubungan
hukum dengan pihak ketiga.
• Pihak ketiga hanya dapat menagih sekutu komplementer sebab
sekutu inilah yang bertanggug jawab penuh.
• Sekutu komanditer hanya bertanggung jawab kepada sekutu
komplementer dengan menyerahkan sejumlah pemasukan
(Pasal 19 ayat (1) KUHD), sedangkan yang bertanggung jawab
kepada pihak ketiga hanya sekutu komplementer.
• Dengan kata lain, sekutu komanditer hanya bertanggung jawab
ke dalam, sedangkan sekutu komplementer bertanggung jawab
ke luar dan ke dalam.
• Dalam Pasal 20 ayat (1) KUHD ditentukan bahwa sekutu
komanditer tidak boleh memakai namanya sebagai nama
firma.
• Sedangkan dalam ayat (2) ditentukan bahwa sekutu
komanditer tidak boleh melakukan pengurusan walaupun
dengan surat kuasa.
• Apabila sekutu komanditer melanggar pasal ini, menurut
ketentuan pasal 21 KUHD dia bertanggung jawab secara
pribadi untuk keseluruhan.
• Ini berarti tanggung jawabnya sama dengan sekutu
komplementer.
d. Tipe-tipe Persekutuan Komanditer
• Dilihat dari segi hubungan hukum dengan pihak ketiga,
persekutuan komanditer dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu
persekutuan komanditer diam-diam, persekutuan komanditer
terang-terangan, dan persekutuan komanditer atas saham.
1. Persekutuan komanditer diam-diam
• Pihak ketiga mengetahui persekutuan ini sebagai firma, tetapi
mempunyai sekutu komanditer. Hubungan ke luar
menggunakan nama firma, sedangkan hubungan ke dalam
antar sekutu berlaku hubungan sekutu komplementer dan
sekutu komanditer. Persekutuan komanditer diam-diam dapat
disimpulkan dari ketentuan Pasal 19-Pasal 21 KUHD.
Dengan demikian, KUHD tidak melarang adanya persekutuan
komanditer diam-diam.
2. Persekutuan komanditer terang-terangan
• Pihak ketiga mengetahui secara terang-terangan bahwa persekutuan ini
adalah persekutuan komanditer.
• Hal ini dapat diketahui dari penggunaan nama kantor, misalnya, CV
Musi Jaya, surat keluar dan masuk menggunakan bentuk hukum CV
bukan firma.
• Persekutuan komanditer terang-terangan tidak diatur secara khusus
dalam KUHD sebab persekutuan komanditer pada hakikatnya adalah
firma dengan kekhususan mempunyai sekutu komanditer.
• Jadi,ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi firma dapat diikuti.
Sedangkan ketentuan mengenai sekutu komanditer diatur dalam
anggaran dasar.
3. Persekutuan komanditer atas saham
• Modal persekutuan komanditer dibagi atas saham-saham. Persekutuan semacam ini
tidak diatur dalam KUHD, tetapi tidak dilarang oleh undang-undang.
• Pembentukan modal dengan menerbitkan saham diperbolehkan (Pasal 1337
KUHPer).
• Sifat kepribadian kekeluargaan pada persekutuan komanditer atas saham mulai
mengendor jika dibandingkan dengan persekutuan komanditer terang-terangan
yang pada hakikatnya adalah firma.
• Hal ini terbukti dari saham yang dapat dialihkan kepada pihak lain yang bukan
keluarga, bukan kerabat dekat, ataupun bukan teman karib.
• Persekutuan komanditer atas saham merupakan bentuk peralihan dari persekutuan
komanditer ke perseroan terbatas (PT). persekutuan komanditer ternyata telah
mendesak firma dalam praktik perusahaan di Indonesia. Hal ini mungkin terjadi
karena keadaan yang menghendaki supaya pihak luar yang bukan anggota keluarga
atau teman dekat dapat bergabung dengan persekutuan yang masih memerlukan
tambahan modal. Di samping itu, persekutuan tidak perlu menggunakan modal
bersama.
e. Berakhirnya Persekutuan Komanditer
• Karena persekutuan komanditer pada hakikatnya adalah firma,
cara berakhirnya firma juga berlaku pada persekutuan
komanditer, yaitu dengan cara berikut ini (Pasal 31 KUHD):
1. Berakhirnya jangka waktu ditetapkan dlm AD (akta pendirian)
2. Sebelum berakhir jangka waktu yang diteapkan akibat
pengunduran diri atau pemberhentian sekutu.
3. Akibat perubahan anggaran dasar (akta pendirian).
• Jadi, Pasal 1642 sampai dengan Pasal 1652 KUHPer dan Pasal
31- Pasal 35 KUHD dapat diberlakukan juga.
• Pembubaran sekutu komanditer sama dengan firma, yaitu
harus dilakukan dengan akta otentik yang dibuat di muka
notaries, didaftarkan dikepaniteraan pengadilan negri, dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara.
• Kelalaian pendaftaran dan pengumuman ini mengakibatkan
tidak berlaku pembubaran, pengunduran diri, pemberhentian,
dan perubahan anggaran dasar terhadap pihak ketiga (Pasal
31 KUHD).
• Setiap pembubaran persekutuan komanditer memerlukan
pemberesan, baik mengenai keuntungan maupun kerugian.
• Pembagian keuntungan dan pemberesan kerugian dilakukan
menurut ketentuan dalam anggaran dasar.
• Apabila dalam anggaran dasar tidak ditentukan, berlakulah
ketentuan Pasal 1633 sampai dengan 1635 KUHPer.
• Apabila pemberesan sudah selesai diselesaikan masih ada sisa
sejumlah uang, sisa uang tersebut dibagikan kepada semua
sekutu menurut perbandingan pemasukan masing-masing.
• Jika setelah pemberesan terdapat kekurangan (kerugian),
pemberesan kerugian tersebut dilakukan menurut perbandingan
pemasukan masing-masing, kecuali sekutu komanditer hanya
bertanggung jawab sebatas pemasukannya.
4. Perseroan Terbatas
a. Pengaturannya
• Perseroan terbatas (PT) diatur dalam KUHD yang sudah
berumur lebih dari seratus taahun.
• Selama perjalanan waktu tersebut telah banyak terjadi
perkembangan ekonomi dan dunia usaha, baik nasional maupun
internasional.
• Hal ini mengakibatkan KUHD tidak sesuai lagi dengan tuntutan
perkembangan.
• Disamping itu, di luar KUHD masih terdapat pula pengaturan
badan hukum semacam perseroan terbatas bagi golongan bumi
putra sehingga timbul dualisme badan hukum perseroan yang
berlaku bagi warga Negara Indonesia.
• Untuk mengatasi hal ini dan memenuhi kebutuhan hukum yang sesuai
dengan tuntutan perkembangan dan peembangunan nasional, sudah tiba
waktunya mengadakan pembaruan hukum tentang perseroan terbatas.
• Pada tahun 1995 mulailah babak baru karena pada tanggal 7 maret
1995 diundangkan undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas.
• Undang-undang ini mencabut ketentuan Pasal 36 – Pasal 56 KUHD
tentang Perseroan Terbatas berikut segala perubahannya terakhir
dengan Undang-undang Nomor 4 tahun 1971 serta Stb. No. 569 dan No.
717 Tahun 1939 tentang Ordonansi Maskapai Andil Indonesia.
• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 terdiri atas 12 bab dengan 129
pasal dan mulai berlaku satu tahun kemudian terhitung sejak tanggal
diundangkannya.
• Dalam perkembangan selanjutnya muncul undang-undang baru yang
mengatur tentang Perseroan Terbatas yaitu Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
b. Pengertian Perseroan Terbatas
• Istilah “perseroan” menunjuk pada cara menentukan modal,
yaitu terbagi dalam saham, sedangkan istilah “terbatas”
menunjuk pada batas tanggung jawab pemegang saham, yaitu
sebatas jumlah nominal saham yang dimiliki.
• Perseroan terbatas adalah perusahaan persekutuan badan
hukum.
• Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bahwa:
• Perseroan terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah
badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
undang-undang ini, serta peraturan pelaksanaannya.
• Sebagai badan hukum, perseroan harus memenuhi unsure-unsur badan
hukum, seperti ditentukan dalam undang-undang perseroan, yaitu :
1. organisasi yang teratur,
2. memiliki kekayaan sendiri,
3. melakukan hubungan hukum sendiri, dan
4. mempunyai tujuan sendiri.
• Sebagai organisasi yang teratur, perseroan mempunyai organ yang terdiri
atas rapat umum pemegang saham (RUPS), direksi, dan komisaris (Pasal 1
butir 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007).
• Keteraturan organisasi dapat diketahui melalui ketentuan undang-undang
perseroan, anggaran dasar perseroan, anggaran rumah tangga perseroan,
dan keputusan RUPS.
• Perseroan memiliki kekayaan sendiri berupa modal dasar yang terdiri atas
seluruh nilai nominal saham (Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2007) dan kekayaan dalam bentuk lain yang berupa benda bergerak
dan tidak bergerak, serta benda berwujud dan benda tidak berwujud,
misalnya kendaraan bermotor, gedung perkantoran, barang inventaris, surat
berharga, dan piutang perseroan.
• Sebagai badan hukum yang memiliki kekayaan sendiri,
perseroan melakukan hubungan hukum dengan pihak ketiga
yang diwakili oleh direksi. Menurut ketentuan Pasal 82
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 bahwa:
• “Direksi mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan.”
• Karena perseroan melakukan kegiatan bisnis, tujuan utama
perseroan mengadakan hubungan hubungan dengan pihak
lain adalah mencari keuntungan atau laba (profit oriented).
• Berdasarkan definisi perseroan yang telah dikemukakan di
atas, maka sebagai perusahaan badan hukum, perseroan
memenuhi unsure-unsur yang diuraikan berikut ini:
1. Badan hukum
• Setiap perseroan adalah badan hukum. Artinya, badan yang
memenuhi syarat keilmuan sebagai pendukung hak dan
kewajiban yang telah diuraikan sebelumnya, antara lain,
memiliki harta kekayaan sendiri terpisah dari harta kekayaan
pendiri atau pengurusnya.
• Dalam KUHD tidak satu pasal pun yang menyatakan
perseroan sebagai badan hukum, Akan tetapi, dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 secara tegas dinyatakan
dalam pasal 1 butir (1) bahwa perseroan adalah badan
hukum.
2. Didirikan berdasarkan perjanjian
• Setiap perseroan didirikan berdasarkan perjanjian.
Artinya, harus ada sekurang-kurangnya dua orang
yang sepakatmendirikan perseroan, yang dibuktikan
secara tertulis yang tersusun dalam bentuk anggaran
dasar, kemudian dimuat dalam akta pendirian yang
dibuat di muka notaries. Setiap pendiri wajib
mengambil bagian saham pada saat perseroan
didirikan. Ketentuan ini adalah asas dalam pendirian
perseroan.
3. Melakukan kegiatan usaha
• Setiap perseroan melakukan kegiatan usaha, yaitu kegiatan
dalam bidang perekonomian (perindustrian, perdagangan,
perjasaan, dan pembiayaan) yang bertujuan mendapat
keuntungan dan atau laba.
• Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan perusahaan.
Supaya kegiatan usaha itu sah harus mendapat izin usaha dari
pihak yang berwenang dan didaftarkan dalam daftar perusahaan
menurut undang-undang yang berlaku.
4. Modal dasar
• Setiap perseroan harus mempunyai modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham.
• Modal dasar disebut juga modal statute, dalam bahasa inggris disebut
authorizet capital.
• Modal dasar merupakan harta kekayaan perseroan sebagai badan
hukum, yang terpisah dari harta kekayaan pribadi pendiri, organ
perseroan, dan pemegang saham.
• Menurut ketentuan Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007, modal dasar perseroan sekurang-kurangnya Rp. 50.000.000,00.
5. Memenuhi persyaratan undang-undang
• Setiap perseroan harus memenuhi persyaratan undang-undang
perseroan dan peraturan pelaksanaannya. Unsur ini menunjukkan bahwa
perseroan menganut sistem tertutup (closed system).
c. Cara Meendirikan Perseroan
• Untuk mendirikan perseroan perlu dipenuhi syarat2 dan prosedur yaitu:
1. Didirikan oleh dua orang atau lebih
• Menurut ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007, perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih.
• Pengertian “orang” adalah orang perseorangan atau badan hukum.
• Ketentuan sekurang-kurangnya dua orang menegaskan prinsip yang
dianut oleh undang-undang bahwa perseroan sebagai badan hukum
dibentuk berdasarkan perjanjian.
• Oleh karena itu, perseroan harus mempunyai lebih dari satu orang
pemegang saham sebagai pendiri.
• Ketentuan dua orang pendiri atau lebih tidak berlaku bagi perseroan
Badan Usaha Milik Negara (Pasal 7 ayat (5) UU Nomor 1 Tahun 1995).
2. Didirikan dengan akta otentik
• Menurut ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, perjanjian pendirian
perseroan harus dibuat dengan akta otentik di muka notaries
mengingat perseroan adalah badan hukum.
• Akta otentik tersebut merupakan akta pendirian yang memuat
anggaran dasar perseroan.
3. Modal dasar perseroan
• Dalam Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas ditentukan bahwa:
• “Modal dasar perseroan paling sedikit Rp 50.000.000,00.”
• d. Organ Perseroan
• Menurut ketentuan pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995,
organ perseroan adalah rapat umum pemegang saham (RUPS), direksi,
dan komisaris. RUPS adalah organ perseroan yang memegang
kekuasaan tertingi dalam perseroan dan memegang segala
wewenangyang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris.
• Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta
mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai
dengan ketentuan anggaran dasar.
• Sedangkan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat
kepada direksi dalam menjalankan perseroan.
5. Badan Usaha Koperasi
a. Pengaturannya
• Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menentukan
bahwa:“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan.”
• Dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi
dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah pimpinan atau
penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran
masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang
seorang.
• Oleh sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai
dengan itu adalah koperasi.
• Untuk merealisasikan ketentuan Pasal 33 ayat (1) Undang-
Undang Dasar 1945, pembentukan undang-undang telah
mengundangkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967
tentang Pokok-Pokok Perkoperasian.
• Setelah Undang-Undang ini berlaku selama 25 tahun, barulah
diadakan pnyempurnaan dengan diundangkannya Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
• Berdasarkan Undang-Undang ini, apabila akta pendirian yang
memuat anggaran dasar koperasi disahkan oleh pemerintah
(dalam hal ini Menteri Koperasi) dan dicatat dalam daftar
untuk itu, sejak pengesahan itu koperasi memperoleh setatus
badan hukum.
• Kini berdasarkan undang-undang jabatan notaries, akta
pendirian koperasi harus dibuat dihadapan notaries.
b. Pengertian Koperasi
• Kata “koperasi” berasal dari bahasa inggris cooperation
atau bahasa belanda kooperatie, artinya kerja sama yang
terjadi antara beberapa orang untuk mencapai tujuan yang
sulit dicapai secara perorangan.
• Tujuan yang sama itu adalah kepentingan ekonomi berupa
peningkatan kesejahteraan bersama. Kerja sama itu,
misalnya, dalam kegiatan bidang produksi, konsumsi, jasa,
dan kredit.
• Untuk memahami pengertian koperasi dengan baik, perlu dibedakan
antara koperasi dari segi ekonomi dan koperasi dari segi hukum.
Koperasi dari segi ekonomi adalah perkumpulan yang memiliki cirri-ciri
khusus berikut ini:
a. Beberapa orang yang disatukan oleh kepentingan ekonomi yang sama.
b. Tujuan mereka, baik yang bersama maupun yang perseorangan adalah
memajukan kesejahteraan bersama dengan tindakan bersama secara
kekeluargaan.
c. Alat untuk mencapai tujuan itu adalah badan usaha yang dimiliki,
dibiayai, dan dikelola bersama.
d. Tujuan utama badan usaha itu adalah meningkatkan kesejahteraan
semua anggota perkumpulan.
• Apabila anggaran dasar perkumpulan yang memiliki ciri-ciri khusus
tersebut dibuat dihadapan notaris dan didaftarkan oleh pejabat koperasi
setempat menurut ketentuan Undang-Undang Perkoperasian,
perkumpulan itu disebut koperasi dari segi hukum. Setiap koperasi dari
segi hukum adalah badan hukum, dan ini diatur dalam Pasal 9 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
• c. Asas, Tujuan, dan Fungsi Koperasi
• Menurt ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992,
koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
berdasarkan asas kekeluargaan.
• Dalam pasal tersebut tidak terdapat penjelasan mengenai asas
kekeluargaan. Akan tetapi, kekeluargaan dapat diartikan sebagai
kesadaran bekerja sama dalam badan usaha koperasi oleh semua
untuk semua di bawah pimpinan pengurus dan pengawasan para
anggota atas dasar keadilan dan kebenaran untuk kepentingan
bersama.
• Berbeda dengan perseroan terbatas, jika koperasi berasaskan
kekeluargaan yang berorientasi pada kesejahteraan bersama,
perseroan terbatas berasaskan komersial yang berorientasi pada
keuntungan sebesar-besarnya bagi pemegang saham dan perseroan.
Jika koperasi merupakan akumilasi orang, perseroan terbatas
merupakan akumulasi modal.
• Pasal 33 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 menentukan
tujuan koperasi.
• Menurut ketentuan pasal ini, koperasi bertujuan untuk
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya, masyarakat
pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakar yang maju,
adil, dan makmur berlandaskan Pansasila dan Undang-undang
Dasar 1945.
• Perbedaannya dengan perseroan terbatas, tujuan perseroan
terbatas adalah memperoleh keuntungan dan atau laba
sebanyak-banyaknya bagi individu pemegang saham.
• Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 menentukan
fungsi dan peran koperasi. Menurut ketentuan pasal
tersebut, fungsi dan peran koperasi adalah:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan
ekonomianggota khususna dan masyarakat umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan social;
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi
kualitas kehidupan manusia dan masyarakat;
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan
dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi
sebagai soko gurunya;
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan
perekonomian nasional yang berupa usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan.
d. Cara Mendirikan Koperasi
• Cara mendirikan koperasi diatur dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal
14 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992. Dalam pasal-pasal
tersebut diuraikan syarat-syarat dan prosedur serta akibat hukum
pendiriankoperasi sebagaimana diuraikan berikut ini.
1. Rapat pembentukan koperasi
• Sekurang-kurangnya dua puluh orang pendiri mengadakan rapat
pembentukan koperasi. Dari rapat tersebut dibuatkan berita acara
yang memuat catatan tentang hasil kesepakatan, jumlah anggota, dan
nama mereka yang diberi kuasa untuk menandatangani akta
pendirian. Akta pendirian tersebut memuat anggaran dasar koperasi
yang disusun berdasarkan pedoman dalam Pasal 8 Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992, yang dibuat dihadapan notaris.
2. Surat permohonan pengesahan
• Para pendiri mengajukan surat permohonan pengesahan
pendirian koperasi yang dilampiri dengan akta pendirian
yang dibuat di hadapan notaris dan petikan berita acara
rapat kepada pejabat yang diangkat oleh dan mendapat kuasa
khusus dari Menteri Koperasi.
• Pada waktu menerima akta pendirian, pejabat menyerahkan
sehelai tanda terima yang bertanggal kepada para pendiri
koperasi.
3. Pengesahan dan pendaftaran akta pendirian
• Jika pejabat koperasi berpendapat bahwa isi akta pendirian (anggaran
dasar) yang dibuat dihadapan notaris itu tidak bertentangan dengan
undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan, menurut ketentuan
Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, pengesahan
akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama tiga bulan
setelah diterima permintaan pengesahan.
• Akta pendirian yang telah disampaikan itu didaftarkan dalam buku
daftar umum yang disediakan untuk keperluan itu di kantor pejabat
dengan dibubuhi tanggal dan nomor pendaftaran serta tanda tangan
pengesahan pejabat.
• Tanggal pengesahan akta pendirian berlaku sebagai tanggal resmi
berdirinya koperasi. Sejak tanggal pengesahan itu, koperasi yang
bersangkutan adalah badan hukum (Pasal 9 Undang-Undang Nomor 25
tahun 1992).
4. Pengiriman akta pendirian kepada pendiri
• Akta pendirian yang bermeterai dikirimkan kepada para
pendiri untuk dipergunakan sebagaimana mestinya, sedangkan
akta pendirian yang tidak bermeterai disimpan dikantor
pejabat.
• Jika ada perbedaan antara kedua akta pendirian tersebut,
yang disimpan di kantor pejabat dianggap benar.
5. Pengumuman dalam berita Negara
• Setiap akta pendirian yang sudah disahkan diumumkan oleh
pejabat dengan menempatkannya dalam berita Negara.
• Akan tetapi, pengesahan sebagai badan hukum sejak
pengesahan akta pendirian, bukan sejak diumumkan dalam
berita Negara.
e. Organisasi dan Bidang Usaha Koperasi
• Ada dua jenis usaha koperasi, yaitu koperasi primer dan koperasi
sekunder. Menurut ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992, koperasi primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya dua
puluh orang, sedangkan koperasi sekunder dibentuk oleh sekurang-
kurangnya tiga koperasi.
• Persyaratan dua puluh orang anggota dimaksudkan untuk menjaga
kelayakan usaha dan kehidupan koperasi.
• Adapun pembentuk koperasi adalah mereka yang memenuhi
persyaratan keanggotaan dan mempunyai kepentingan ekonomi yang
sama.
• Menurut ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992, persyaratan menjadi anggota koperasi adalah setiap
warga Negara Indonesia yang mampu melakukan tindakan
hukum (bagi koperasi primer), atau koperasi yang memenuhi
persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar
(bagi koperasi sekunder). Persyaratan ini dimaksudkan sebagai
konsekuensi koperasi adalah badan hukum. Namun, khusus
sebagai pelajar/siswa dan/atau yang disamakan dan dianggap
belum mampu melakukan tindakan hukum dapat membentuk
koperasi, tetapi tidak disahkan sebagai badan hukum dan
statusnya hanya koperasi tercatat.
• Menurut ketentuan Pasal 43 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992, bidang usaha koperasi pada dasarnya dapat meliputi segala
bidang kehidupan ekonomi rakyat.
• Kehidupan ekonomi rakyat adalah semua kegiatan ekonomi yang
dilaksanakan dan menyangkut kepentingan orang banyak.
• Dalam menjalankan fungsi dan perannya, koperasi dapat mendirikan dan
memiliki unit produksi langsung di bawah tanggung jawab dan
pengawasan pengurus koperasi.
• Unit produksi ini merupakan satu kesatuan dengan koperasi. Oleh
karena itu, manajemennya tidak terpisah dari manajemen seluruh
kegiatan usaha koperasi yang bersangkutan.
• Unit produksi adalah alat koperasi selaku badan usaha untuk
mewujudkan tujuan koperasi.
• Penjenisan bidang usaha koperasi seharusnya diadakan berdasarkan kebutuhan
dan tujuan efisiensi. Pada umumnya bidang usaha koperasi meliputi bidang
produksi, konsumsi, kredit, dan jasa. Atas dasar tersebut penjenisan koperasi
adalah sebagai berikut ini.
1. Koperasi produksi
• Koperasi ini bergerak dalam bidang usaha pengadaan, penciptaan bahan-bahan
keperluan dasar, dan keperluan kosumsi sehari-hari. Contohnya Koperasi Tahu
Tempe, Koperasi Nelayan, Koperasi Batik, dan Koperasi Kopra.
• 2. Koperasi konsumsi
• Koperasi ini bergerak dalam bidang usaha pemenuhan kebutuhankeperluan
sehari-hari. Contohnya Koperasi Mahasiswa, Koperasi Kesejahteraan Guru, dan
Koperasi Pegawai Negri.
• 3. Koperasi kredit
• Koperasi ini bergerak dalam bidang usaha simpan pinjam uang. Contohnya
Koperasi Simpan Pinjam. Koperasi ini sangat membantu anggota yang
memerlukan segera sejumlah uang, misalnya, untuk keperluan sekolah, dengan
angsuran pengembalian yang cukup ringan.
• 4. Koperasi jasa
• Koperasi ini bergerak dalam bidang usaha penyediaan jasa tertentu, misalnya,
bidang jasa angkutan darat. Contohnya Kopti jaya dan Kopaja, yang berusaha di
bidang jasa transportasi.
f. Perangkat Organisasi Koperasi
• Menurut ketentuan Pasal 21 UU No 25 Tahun 1992, perangkat organisasi koperasi
terdiri atas rapat anggota, pengurus, dan pengawas. Uraiannya sbb:
1. Rapat anggota
• Menurut ketentuan Pasal 22 UU Nomor 25 Tahun 1992, rapat anggota merupakan
pemegang kekuasaan tertinggi dalam tata kehidupan koperasi.
• Dlm Pasal 24 UU No 25 Tahun 1992 ditentukan bahwa keputusan rapat anggota
diambil berdasarkan musyawarah utk mencapai mufakat. Apabila tidak diperoleh
keputusan dg musyawarah, pengambilan keputusan dilakukan bdsarkn suara trbnyak.
• Dalam hal dilakukan pemungutan suara, setiap anggota mempunyai hak satu suara.
• Hak suara dalam koperasi sekunder dapat diatur dalam anggaran dasar dengan
mempertimbangkan jumlah anggota dan jasa usaha koperasi2 secara berimbang.
Dalam Pasal 26 UU Nomor 25 Tahun 1992 ditentukan bahwa rapat anggota diadakan
paling sedikit sekali dalam satu tahun.
• Rapat anggota untuk mengesahkan pertanggungjawaban pengurus diselenggarakan
paling lambat enam bulan setelah tahun buku lampau.
• Kewenangan dan hak rapat anggota diatur dalam Pasal 23 UU No 25/1992, menurut
ketentuan Pasal 23 UU No 25/1992, rapat anggota menetapkan hal-hal berikut:
• 1) Anggaran dasar;
• 2) Kebijaksanaan umum dibidang organisasi, manajemen, dan usaha koperasi;
• 3) Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan pengawas;
• 4) Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, serta
pengesahan laporan keuangan;
• 5) Pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya;
• 6) Pembagian sisa hasil usaha;
• 7) Penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran koperasi.
• Selain kewenangan tersebut, rapat anggota berhak meminta keterangan dan
pertanggungjawaban pengurus dan pengawas mengenai pengelolaan koperasi (Pasal
25 Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992).
2. Pengurus Koperasi
• Menurut ketentuan Pasal 29 UU No 25 Tahun 1992, pengurus dipilih dari
dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota.
• Pengurus merupakan pemegang kuasa rapat anggota. Untuk pertama kali
susunan dan nama anggotapengurus dicantumkan dalam akta pendirian.
• Masa jabatan pengurus paling lama lima tahun. Persyaratan untuk dipilih
dan diangkat menjadi anggota pengurus ditetapkan dalam anggaran
dasar. Pengurus koperasi bertugas:
• 1) Mengelola koperasi dan usahanya;
• 2) Mengajukan rancangan rencana kerja dan rancangan rencana
anggaran pendapatan dan belanja koperasi;
• 3) Menyelenggarakan rapat anggota;
• 4) Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas; dan
• 5) Memelihara daftar buku anggota dan pengurus.
• Pengurus koperasi berwenang mewakili koperasi di muka dan
di luar pengadilan, memutuskan penerimaan dan penolakan
anggota baru, serta memberhentikan anggota sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar.
• Di samping itu, pengurus juga berwenang melakukan
tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan
koperasi sesuai tanggung jawabnya dan keputusan rapat
anggota (pasal 31 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992).
• Hubungan kerja antara pengelola dan pengurus dikuasai oleh
hubungan hukum ketenagakerjaan secara berkontrak (Pasal
33 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992).
• Pengurus, baik bersama-sama maupun sendiri2 menanggung kerugian
yang diderita oleh koperasi karena tindakan yang dilakukan dengan
kesengajaan atau kelalaiannya.
• Di samping penggantian kerugian tersebut, apabila tindakan itu
dilakukan dengan kesengajaan, tidak menutup kemungkinan bagi
penuntut umum untuk melakukan penuntutan (Pasal 34 UU Nomor 25
Tahun 1992).
• Sehubungan dengan penggantian kerugian yang diderita oleh koperasi,
maka dapat dinyatakan bahwa ada tiga kelompok yang dapat
dipertanggungjawabkan, yaitu:
• 1) Koperasi sebagai badan hukum apabila kerugian yang timbul itu
bukan disebabkan oleh kesalahan pengurus;
• 2) Pengurus sebagai kesatuan apabila kerugian yang timbul itu
disebabkan oleh kesalahan pengurus sebagai kesatuan;
• 3) Anggota pengurus apabila kerugian yang timbul itu disebabkan oleh
kesalahan salah satu anggota pengurus secara individual.
3. Pengawas koperasi
• Menurut ketentuan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992,
pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota.
• Oleh karena itu, pengawas bertanggung jawab pada rapat anggota.
• Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota pengawas
ditetapkan dalam anggaran dasar. Pengawas bertugas melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan
koperasi serta membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.
• Dalam pelaksanaan tugasnya itu pengawas berwenang meneliti catatan
yang ada pada koperasi dan mendapatkan segala keterangan yang
diperlukan. Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya
terhadap pihak ketiga (Pasal 39 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992).
• Untuk melaksanakan pengawasan, koperasi dapat meminta jasa audit
kepada akuntan publik (Pasal 40 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992).
• Permintaan jasa audit ini dilakukan dalam rangka peningkatkan efisiensi,
pengelolaan yang bersifat terbuka, dan perlindungan bagi pihak yang
berkepentingan.
• Untuk terlaksananya audit sebagaimana mestinya, rapat anggota dapat
menetapkan hal itu.
• Jasa audit meliputi audit terhadap laporan keuangan dan audit lainnya
ssuai dengan keperluan koperasi.
• Di samping itu, koperasi dapat meminta jasa lainnya dari akuntan publik
antara lain, konsultasi dan pelatihan.
g. Modal Koperasi
• Pasal 41 UU No 25 Tahun 1992 menentukan bahwa modal koperasi
terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman (ayat (1)).
• Modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko, atau disebut
modal ekuiti.
• Modal sendiri bisa berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana
cadangan, dan hibah (ayat (2)).
• Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang ssama banyaknya yang
wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk
menjadi anggota.
• Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus
sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu
dan kesempatan tertentu.
• Simpanan pokok dan simpanan wajib tidak dapat diambil kembali
selama yang bersangkutan menjadi anggota.
• Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan
sisa hasil usaha yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan
untuk menutup kerugian koperasi jika diperlukan.
• Menurut ketentuan Pasal 41 ayat (3) Undang-Undang Nomor
25 Tahun 1992, modal pinjaman adalah modal yang dapat
berasal dari:
1) Anggota koperasi;
2) Koperasi lain dan/atau anggotanya;
3) Bank dan lembaga keuangan lainnya;
4) Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya; dan
5) Sumber lain yang sah.
• Modal pinjaman diperoleh berdasarkan ketentuan undang-
undang, perjanjian dengan pihak yang bersangkutan.
• Selain modal yang dimaksud dalam Pasal 41, koperasi dapat
pula melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal
penyertaan (Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992).
• Pemupukan modal dari modal penyertaan, baik yang bersumber
dari pemerintah maupun masyarakat dilaksanakan dalam
rangka memperkuat kegiatan usaha koperasi terutama yang
berbentuk investasi.
• Pemilik modal penyertaan ikut menanggung resiko. Lagi pula,
pemilik modal penyertaan tidak mempunyai hak suara dalam
rapat anggota dan dalam menentuan kebijaksanaan koperasi
secara keseluruhan.
• Namun demikian, pemilik modal penyertaan dapat
diikutsertakan dalam pengelolaan dan pengawasan usaha
investasi yang didukung oleh modal penyertaannya sesuai
dengan perjanjian.
• Modal penyertaan pada koperasi diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 1998, yang diundangkan pada
tanggal 24 Februari 1998 melalui Lembaran Negara republic
Indonesia Tahun 1998 Nomor 47 dan mulai berlaku sejak
tanggal diundangkan. Menurut ketentuan Pasal 3 Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 1998.
• Untuk memperkuat struktur permodalan, koperasi dapat
memupuk modal melalui modal penyertaan yang berasal dari
pemerintah, anggota masyarakat, badan usaha, dan badan-
badan lainnya.
• Dalam Pasal 4 PP Nomor 33 Tahun 1998 ditentukan bahwa: Pemupukan modal
penyertaan dilakukan berdasarkan perjanjian antara koperasi dan pemodal.
• Dalam Pasal 5 ditentukan,
• Perjanjian antara koperasi dan pemodal dibuat secara tertulis di muka notaris atau di
bawah tangan.
• Perjanjian yang dimaksud sekurang-kurangnya memuat:
• 1) Nama koperasi dan pemodal;
• 2) Besarnya modal penyertaan;
• 3) Usaha yang akan dibiayai modal penyertaan;
• 4) Pengelolaan dan pengawasan;
• 5) Hak dan kewajiban pemodal dan koperasi;
• 6) Pembagian keuntungan;
• 7) Tata cara pengalihan modal penyertaan yang dimiliki pemodal dalam koperasi;
• 8) Perselisihan.
• Untuk memupuk modal penyertaan, koperasi sekurang-
kurangnya harus memenuhi persyaratan:
• 1) Telah memperoleh status sebagai badan hukum;
• 2) Membuat rencana kegiatan dari usaha yang akan dibiayai
modal penyertaan; dan
• 3) Mendapat persetujuan rapat anggota (Psl 6 PP No 33/ 1998).
• Pemodal turut menanggung risiko dan bertanggung jawab
terhadap kerugian usaha yang dibiayai oleh modal penyertaan
sebatas nilai modal penyertaan yang ditanamkannya dalam
koperasi (Pasal 7 ayat (1) PP No 33 Tahun 1998). Pemodal
berhak memperoleh bagian keuntungan dari usaha yang
dibiayai modal penyertaan (Pasal 8 PP No 33 Tahun 1998).
h. Pembinaan Koperasi
• Pemerintah menciptakan serta mengembangkan iklim dan kondisi yang
mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan koperasi.
• Pemerintah memberikan bimbingan, kemudahan, dan perlindungan
kepada koperasi (Pasal 60 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992).
• Sesuai dengan prinsip kemandirian, pembinaan tersebut dilaksanakan
tanpa mencampuri urasan internal organissasi koperasi.
• Pemberian bimbingan, kemudahan, dan perlindungan oleh pemerintah
merupakan upaya pengembangan koperasi yang dilaksanakan melalui
penetapan kebijaksanaan, penyediaan fasilitas, dan konsultasi yang
diperlukan agar kopersi mampu melaksanakan fungsi dan perannya serta
dapat mencapai tujuannya.
• Dengan demikian, menjadi kewajiban seluruh aparatur pemerintah pusat
dan daerah untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan memasyarakatkan
koperasi.
• Dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim
kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan
koperasi, maka menurut ketentuan Pasal 61 UU No 25
Tahun 1992, pemerintah:
• 1) Memberikan kesempatan usaha yang seluas-luasnya
kepada koperasi;
• 2) Meningkatkan dan memantapkan kemampuan koperasi
agar menjadi koperasi yang sehat, tangguh, dan mandiri;
• 3) Mengupayakan tata hubungan usaha yang saling
menguntungkan antara koperasi dan badan usaha lainnya;
• 4) Membudayakan koperasi dalam masyarakat.
• Dalam rangka memberikan bimbingan dan kemudahan kepada koperasi,
maka menurut ketentuan Pasal 62 Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992,
pemerintah:
• 1) Membimbing usaha koperasi yang sesuai dengan kepentingan ekonomi
anggotanya;
• 2) Mendorong, mengembangkan, dan membantu pelaksanaan pendidikan,
pelatihan, penyuluhan, dan penelitian perkoperasian;
• 3) Member kemudahan untuk memperkokoh permodalan koperasi serta
mengembangkan lembaga keuangan koperasi;
• 4) Membantu mengembangkan jaringan usaha koperasi dan kerjasama yang
paling menguntungkan antarkoperasi;
• 5) Memberikan bantuan konsultasi guna memecahkan masalah yang dihadapi
oleh koperasi dengan tetap memperhatikan anggaran dasar koperasi.
• Dalam rangka pemberian perlindungan kepada koperasi,
menurut ketentuan Pasal 63 UU Nomor 25 tahun 1992,
pemerintah dapat menetapkan bidang kegiatan ekonomi;
• 1) Yang hanya diusahakan oleh koperasi;
• 2) Di suatu wilayah yang telah berhasil diusahakan oleh
koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lain.
• Pembinaan seperti telah diuraikan di atas dilakukan dengan
memerhatikan keadaan dan kepentingan ekonomi nasional
serta pemerataan kesempatan kerja.
i. Pembubaran Koperasi
• Menurut ketentuan Pasal 46 undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992, pembubaran koperasi dapat dilakukan
berdasarkan keputusan rapat anggota, atau berdasarkan
keputusan pemerintah.
• Apabila pembubaran itu berdasarkan keputusan rapat
anggota, menurut ketentuan Pasal 49 Undang-Undang Nomor
25 Tahun 1992, keputusan tersebut diberitahukan secara
tertulis oleh kuasa rapat anggota kepada semua kreditor dan
pemerintah.
• Akan tetapi, alasan pembubaran itu dilakukan, tidak diatur
oleh Undang-undang.
• Apabila pembubaran itu berdasarkan keputusan pemerintah, menurut ketentuan
pasal 47 ayat (1) UU No 25/1992, pembubaran itu dilakukan apabila:
• 1) Terdapat bukti bahwa koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan
undang-undang ini;
• 2) Kegiatannya bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau kesusilaan;
• 3) Kelangsungan hidupnya tidak lagi dapat diharapkan.
• Keputusan pembubaran karena (b) dilakukan apabila telah terbukti dengan
keputusan pengadilan. Keputusan pembubaran karena alasan (c), antara lain,
karena koperasi yang bersangkutan dinyatakan pailit.
• Keputusan pembubaran koperaasi oleh pemerintah dikeluarkan dalam waktu
paling lambat empat bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat
pemberitahuan rencana pembubaran tersebut oleh koperasi yang bersangkutan.
Dalam jangka waktu paling lambat dua bulan sejak tanggal penerimaan
pemberitahuan, koperasi yang bersangkutan berhak mengajukan keberatan.
Keputussan pemerintah mengenai diterima atau ditolaknya keberatan atas
rencana pembubaran itu diberikan paling lambat satu bulang sejak tanggal
diterimanya pernyataan keberatan tersebut (Pasal 47 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992).
• Untuk kepentingan kreditor dan para anggota koperasi, terhadap
pembubaran koperasi dilakukan penyelesaian pembubaran.
• Penyelesaian dilakukan oleh penyelesai yang ditunjuk oleh rapat
anggota bagi penyelesaian berdasarkan keputusan rapat anggota atau
oleh penyelesai yang ditunjuk oleh pemerintah bagi penyelesaian
berdasarkan keputusan pemerintah.
• Selama dalam proses penyelesaian, koperasi tersebut tetap ada
dengan sebutan “koperasi dalam penyelesaian”.
• Penyelesaian segera dilaksanakan setelah dilakukan keputusan
pembubaran koperasi.
• Penyelesai bertanggung jawab kepada kuasa rapat anggota dalam hal
ditunjuk oleh rapat anggota dan kepada pemerintah dalam hal
ditunjuk oleh pemerintah (Pasal 51-Pasal 53 Undang-Undang Nomor
25 Tahun 1992).
• Untuk melaksanakan penyelesaian yang ditugaskan kepadanya,
menurut Pasal 54 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, penyelesai
mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban sebagai berikut:
• 1) Melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama koperasi
dalam penyelesaian;
• 2) Mengumpulkan segala keterangan yang diperlukan;
• 3) Memanggil pengurus, anggota, dan bekas anggota tertentu yang
diperlukan, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama;
• 4) Memperoleh, memeriksa, serta menggunakan segala catatan dan
arsip koperasi;
• 5) Menetapkan dan melaksanakan segala kewajiban pembayaran yang
didahulukan dari pembayaran utang lainnya;
• 6) Menggunakan sisa kekyaan koperasi untuk menyelesaikan sisa
kewajiban koperasi;
• 7) Membagikan sisa hasil penyeleaian kepada anggota;
• 8) Membuat berita acara penyelesaian.
• Dalam hal terjadi pembubaran koperasi, anggota hanya
menanggung kerugian sebatas simpanan pokok, simpanan
wajib, dan modal penyertaan yang dimilikinya.
• Pemerintah mengumumkan pembubaran koperasi dalam berita
Negara Republik Indonesia dan status badan hukum koperasi
dihapus sejak tanggal pengumuman tersebut (Pasal 55-Pasal 56
Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992).

Anda mungkin juga menyukai