Anda di halaman 1dari 30

UPDATE REGULASI

JAMINAN PRODUK HALAL


DAN PROSEDUR BARU SERTIFIKASI HALAL

MASTUKI HS
Kepala Pusat Registrasi dan Sertifikasi
Halal
BPJPH Kemenag RI
RENSTRA PENGEMBANGAN JAMINAN PRODUK HALAL

01 02 03 04 05
KERJASAMA ANTAR
PENATAAN SISTEM INFORMASI, PEMBINAAN, LEMBAGA DAN MENDUKUNG
KELEMBAGAAN BPJPH LAYANAN SERTIFIKASI PENGAWASAN HALAL, KERJASAMA PENGEMBANGAN
SEBAGAI HALAL, DAN DAN SINERGI ANTAR INTERNASIONAL INDUSTRI HALAL
BADAN LAYANAN INTEGRASI DATA STAKEHOLDERS HALAL DALAM JPH NASIONAL
UMUM
Perkembangan Regulasi Jaminan Produk Halal

UU No 33 Tahun 2014 PP No 31 Tahun 2019 PMA No 26 Tahun 2019 KMA No 982 Tahun 2019 KMA No 464 Tahun 2020
Tentang Peraturan Pelaksanaan Penyelenggaraan Jaminan Tentang Tentang
Jaminan Produk Halal UU No 33 tahun 2014 Produk Halal Diskresi Layanan Jenis Produk yang Wajib
Tentang Jaminan Produk Sertifikat Halal kepada Bersertifikat Halal
Halal LPH/LPPOM MUI,
khusus tentang tarif
layanan
PRODUK REGULASI JPH

UU No. 33 TAHUN 2014

PMA NO. 26 TAHUN 2019 KMA 464/2020

KMA 982/2019
PP 31 TAHUN 2019
Pasal 4 UU 33/2014 tentang JPH menyebutkan:
“Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di
wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal “

P
R • MASUK WAJIB
O BERSERTIFIKAT
• BEREDAR
D
U • DIPERDAGANGKAN
HALAL
K

5
Makanan
Minuman

Obat
Kosmetik BARANG
Produk kimiawi
Produk biologi
Produk rekayasa genetik

Barang gunaan
yang dipakai,
digunakan, atau
dimanfaatkan oleh
masyarakat
PRODUK
1. Penyembelihan
2. Pengolahan
3. Penyimpanan
4.
5.
Pengemasan
Pendistribusian
JASA
6. Penjualan
7. Penyajian
makanan

ditetapkan masing-masing jenisnya


minuman oleh Menteri setelah berkoordinasi
dengan kementerian terkait,
lembaga terkait, dan MUI.

obat

kosmetik
• hanya bagi barang yang berasal dari dan/atau
mengandung unsur hewan.
BARANG • Barang gunaan yang dipakai terdiri atas:
produk a. sandang;
b. penutup kepala; dan
kimiawi c. aksesoris.
hanya yang
terkait dengan • Barang gunaan yang digunakan terdiri atas:
makanan, a. perbekalan kesehatan rumah tangga;
produk biologi minuman, b. peralatan rumah tangga;
obat, atau c. perlengkapan peribadatan bagi umat Islam;
kosmetik. d. kemasan makanan dan minuman; dan
produk rekayasa e. alat tulis dan perlengkapan kantor.
genetik • Barang gunaan yang dimanfaatkan yakni alat
kesehatan.
• Barang gunaan sebagaimana dimaksud di atas
barang gunaan yang
dapat ditambahkan jenisnya oleh Menteri setelah
dipakai, digunakan, atau berkoordinasi dengan kementerian terkait, lembaga
dimanfaatkan terkait, dan MUI.
PENGEMASAN

PENYIMPANAN PENDISTRIBUSIAN

PENGOLAHAN PENJUALAN

PENYEMBELIHAN
JASA PENYAJIAN

*)HANYA YANG TERKAIT DENGAN MAKANAN,


MINUMAN, OBAT, ATAU KOSMETIK
Penahapan Produk Wajib Bersertifikat Halal

produk makanan dan 01


minuman;

produk yang kewajiban kehalalannya


02 sudah ditetapkan dalam peraturan Mulai
perundang-undangan;
17 Oktober 2019
produk sudah bersertifikat halal
sebelum UU Nomor 33 Tahun 2014 03 Sampai Dengan
berlaku; 17 Oktober 2024
produk jasa yang terkait dengan
04 produk makanan, minuman, obat,
dan kosmetik
Obat (obat tradisional dan suplemen Kesehatan, obat
bebas dan obat bebas terbatas, obat keras dikecualikan
psikotropika)
01

02 Kosmetik
Mulai
17 Oktober 2021 dengan PRODUK SELAIN
Produk kimiawi grace period/ masa tenggang 5 MAKANAN DAN
Produk biologi 03 MINUMAN
Produk rekayasa genetik tahun, 10 tahun, dan 15 tahun

Barang gunaan (yang dipakai,


04 digunakan, atau dimanfaatkan
oleh masyarakat)
P E N AH AP AN S E R TIF IKAS I H AL AL
MAKANAN
DAN 5 TAHUN (s.d. 17 Okt 2024)
MINUMAN
NON OBAT, NON PRODUK BIOLOGI,
7 TAHUN (s.d. 17 Okt 2026)
NON ALKES & NON PKRT
PRODUK

OBAT TRADISIONAL 7 TAHUN (s.d. 17 Okt 2026)

SUPLEMEN KESEHATAN 7 TAHUN (s.d. 17 Okt 2026)


OBAT
OBAT BEBAS DAN
10 TAHUN (s.d. 17 Okt 2029)
OBAT BEBAS TERBATAS
OBAT KERAS DIKECUALIKAN
NON 15 TAHUN (s.d. 17 Okt 2034)
PSIKOTROPIK
MAKANAN PRODUK BIOLOGI
DAN DIATUR DALAM PERPRES
MINUMAN (TERMASUK VAKSIN)
KELAS RISIKO A 7 TAHUN (s.d. 17 Okt 2026)

KELAS RISIKO B 10 TAHUN (s.d. 17 Okt 2029)


ALAT KESEHATAN
KELAS RISIKO C 15 TAHUN (s.d. 17 Okt 2034)

KELAS RISIKO D DIATUR DALAM PERPRES

PKRT 7 TAHUN (s.d. 17 Okt 2026)


Produk Belum
Bersertifikat Halal Pada Penahapan tidak
17 Oktober 2019 berlaku, bagi:

Tetap dapat masuk, beredar, dan Produk hewan yang kewajiban kehalalannya
diperdagangkan di wilayah Indonesia selama sudah ditetapkan dalam peraturan
memiliki izin edar, izin usaha perdagangan, perundang-undangan.
dan/atau izin impor

sesuai peraturan perundang-undangan tentang Produk sudah bersertifikat halal sebelum


penahapan jenis produk yang wajib Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 berlaku
bersertifikat halal
PROSEDUR SERTIFIKASI
HALAL
MADZHAB
MADZHAB HALAL
MADZHAB
SAINS INDONESIA FIQH

KRITERIA PENETAPAN
HALAL YANG BERLAKU DI
INDONESIA LPH Otoritas Ulama
Auditor Halal SERTIFIKAT Komisi Fatwa MUI

Pemeriksaan HALAL SIDANG FATWA


dan/atau Pengujian Penetapan
Produk Kehalalan Produk

HALAL = SYARIAT DAN ILMU PENGETAHUAN


KEWAJIBAN PELAKU USAHA
INFORMASI
Memberikan informasi secara benar, jelas dan jujur

Pelaku usaha yang Memisahkan lokasi, tempat dan alat penyembelihan,


LOKASI
mengajukan pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian,
penjualan dan penyajian antara produk halal dan tidak halal

permohonan
sertifikat halal
PENYELIA HALAL
wajib: Memiliki penyelia halal yang memenuhi persyaratan
sesuai ketentuan perundang-undangan

PROSES PRODUKSI
Melaporkan perubahan komposisi bahan dan PPH
(proses produksi halal)
PRINSIP
SERTIFIKASI HALAL PERSIAPAN
Memastikan produk yang dihasilkan sesuai
SERTIFIKASI HALAL
ketentuan halal dan menjamin kehalalan produk di
seluruh rangkaian Proses Produk Halal (PPH)

PERSONIL PROSES
Memastikan tidak terjadi kontaminasi bahan
haram, baik fasilitas/peralatan, pekerja, Tim Manajemen Halal Fasilitas dan Peralatan
maupun lingkungan

Penyelia Halal (muslim) Produk dan Bahan


Menjaga kesinambungan proses produksi halal
Prosedur
Bahan yang digunakan dalam PPH
(Proses Produk Halal) terdiri atas:
1. bahan baku,
2. bahan olahan,
3. bahan tambahan, dan
4. bahan penolong.

Bahan dimaksud berasal dari:


1. hewan;
2. tumbuhan;
3. mikroba; atau
4. bahan yang dihasilkan melalui proses
kimiawi,
5. proses biologi, atau proses rekayasa
genetik.

UU 33 tahun 2014
Pasal 17-20
P R O S E S P R O D UK H ALAL

Lokasi, tempat, dan alat PPH wajib


dipisahkan dengan lokasi, tempat, dan alat
penyembelihan, pengolahan,
penyimpanan, pengemasan,
pendistribusian, penjualan, dan penyajian
produk tidak halal.

Lokasi, tempat, dan alat PPH wajib:


1. dijaga kebersihan dan higienitasnya;
2. bebas dari najis; dan
3. bebas dari bahan tidak halal.

UU 33 tahun 2014
Pasal 21
Bahan yang berasal dari hewan pada
dasarnya halal, kecuali yang diharamkan
menurut syariat

Hewan yang digunakan sebagai bahan


produk wajib disembelih sesuai dengan
syariat dan memenuhi kaidah kesejahteraan
hewan serta kesehatan masyarakat veteriner

Bahan yang berasal dari tumbuhan pada dasarnya


halal, kecuali yang memabukkan dan/atau
membahayakan kesehatan bagi orang yang
mengonsumsinya.

Bahan yang berasal dari mikroba dan bahan yang


dihasilkan melalui proses kimiawi, proses biologi,
UU 33 tahun 2014 atau proses rekayasa genetik diharamkan jika
Pasal 17-20 proses pertumbuhan dan/atau pembuatannya
tercampur, terkandung, dan/atau terkontaminasi
dengan bahan yang diharamkan.
P E R UB AH AN ALUR P R O S E S D AN
W AKTU S E R TIF IKAS I H ALAL
BEFORE AFTER
SERTIFIKAT
HALAL

PROSEDUR PENGAJUAN SERTIFIKASI HALAL


KOMISI FATWA
MUI

SIHALAL
PENDAFTARAN

LPH
PENDAF- PELAKU PELAKU
TARAN
USAHA USAHA

Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal


Kementerian Agama Republik Indonesia
TEMPAT LAYANAN SERTIFIKASI HALAL
(saat ini)

MAJELIS ULAMA SATGAS HALAL


INDONESIA (MUI) 34 DAERAH DI
PROPINSI LEMBAGA PEMERIKSA
34 PROPINSI (KANWIL
HALAL (LPPOM MUI)
KEMENAG) DAN
34 PROPINSI
KEMENAG KAB/KOTA
(on going process)
KANTOR MUI
PUSAT DI
JAKARTA KANTOR PUSAT
LPPOM-MUI DI
BOGOR
KANTOR PUSAT BPJPH
DI JAKARTA
KEMENTERIAN AGAMA
• Mengajukan dokumen lengkap melalui e-mail
sertifikasihalal@kemenag.go.id
LAYANAN SERTIFIKASI HALAL • Formulir dapat diunduh di:
http://halal.go.id/infopenting
ERA ADAPTASI BARU
Layanan sertifikasi halal tetap dibuka melalui:
E-mail: sertifikasihalal@kemenag.go.id Dokumen disatukan dalam 1 (satu) file dengan
Whatsapp: 0811 1171 019 format PDF, maksimal 8 Mb.

Kode pengiriman: Nama perusahaan_Pendaftaran


SH_tanggal pengiriman.
Contoh:
PT. Sakura_Pendaftaran SH_19032020
Penjaminan Kehalalan Produk
Kegiatan yang secara sadar untuk tetap mengikuti semua persyaratan, aturan dan kegiatan produksi serta
pengawasannya agar secara konsisten mempertahankan kehalalan semua produk yang dihasilkan

SISTEM PRODUKSI/ STANDAR OPERATING SISTEM/MANAJEMEN


BAHAN PROSES PRODUK PROCEDURE (SOP) JAMINAN HALAL (SJH/MH)

Menggunakan bahan- Menggunakan fasilitas, Setiap aktivitas Selalu disiplin


bahan yang halal (hewani/ sumber daya dan kritis yang dalam menjalankan
nabati) peralatan khusus untuk memengaruhi Sistem Jaminan/
Bahan baku, tambahan, dan produk halal kehalalan harus Manajemen Halal
penolong
dilengkapi SOP
5 RUKUN HALAL (Arkan al-Halal)
BLANGKO SERTIFIKAT HALAL
numerator
logo garuda dengan
polymas emboss

security paper

invisible fiber
3 warna

tulisan ’asli’ vertikal


tulisan ’bpjph’ vertikal

watermark gambar
garuda menyebar di
seluruh kertas
CONTOH SERTIFIKAT HALAL YANG DIKELUARKAN BPJPH
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai