Anda di halaman 1dari 29

8.

SIFAT DAN FUNGSI HAN


A. SIFAT HAN :
1. PERATURAN HAN Faktor Historis : HAN tumbuh secara Sektoral,
TDK SERAGAM Pembuat peraturan TIDAK pada satu lembaga
2. SULIT DIKODIFI-
KASIKAN
Sulit ≠ Tdk Bisa, Banyak Neg sdh melakukan
3. MEREMBES KE SEGALA Mengikuti Perkembangan Konsep
ASPEK KEHIDUPAN Negara (campur tangan Negara)
Pemerintah dengan wewenang
4. PEKA THD PERKEM-
publiknya memiliki kewajiban
BANGAN POLITIK
menetapkan kebijakan negara
5. SIFAT NORMA (Umum - Abstrak); (Umum- Konkrit)
HUKUMNYA (Individual - Abstrak); (Individual-
Konkrit).
Ad 1. PERATURAN HAN TIDAK SERAGAM

HAN mrp Wewenang


Bidang Hukum Masing-
Membuat
paling Muda, masing lem-
Peraturan
shg Pertum- baga memiliki
Tdk Terletak
buhannya kepentingan
pada satu
Sektoral yg tdk sama
lembaga

Perlu dila-
Doelmatigheid Beleidregels
kukan tindak-
en (Peraturan
an/keputusan
Doeltreffendheid Kebijaksanaan)
segera
Ad 2. Sulit Dikodifikasikan Krn Sektoral maka Menyebar. Negara yg sdh punya :

Negara Kontinental Negara Anglo Saxon

Germany (1976) Verwaltungsverfahrengesetz Amerika Serikat Administrative


(Federal Administrative Pro- Procedure Act
cedure Act) (USA) (1946)
Austria (1925
modified count- Allgemeines Verwaltungs- California (1946) Administrative
verfahrensgesetz Procedure Act
less times” and
thoroughly 1991)
Denmark (1985) Administrative Procedure Act Administrative
; Forvaltningsloven (lov nr. Michigan (1969) Procedures Act of
571 af 19 December 1985) 1969 No. 306

Sweden (1986) The Administrative


Procedure Act Australia (1977) Administra-tive
Decisions Act
Lanjutan NEGARA KONTINENTAL
Portugal (1991) Administrative Procedural Code
Netherlands (1993) General Administrative Law Act (GALA)/Algemene Wet Bestuursrecht –
(AWB)
Spain (1992) Act No 30/1992 of 26 November, The Legal Regime of Public Administra-
tions and The Common Administra-tive Procedure Act
Poland (1960 amended Code of Administrative Procedure Act
in 1980 and 1998)
Czech Republic (1967 Act No. 500/2004 Act on Administrative Procedure
amended several
times especially
during the 1990s-2004)
Greece (1999) Administrative Procedure Code
Lithuania (1999) Law on Public Administration and Law on Administrative Proceedings
Estonia (2002) Administrative Procedure Act
Finland (2004) Administrative Procedure Act

Indonesia (2014) UU No.30/2014 Tentang Administrasi Pemerintahan (?)


Dan lain-lain.
Komponen Dasar Hukum Administrasi Umum Untuk Kodifikasi

(1)
Hukum Untuk
Penyelenggaraan
Pemerintahan

(2) (3)
Hukum Oleh Hukum Terha-
Pemerintah dap Pemerintah
a. Hukum untuk Penyelenggaraan Pemerintahan :
1) Hak Untuk Mengurus Oleh Pemerintah (het recht voor het besturen door
de overdheid);

2) Hukum untuk Pemerintah : Standardisasi / Penormaan Tindakan Pemerin-


tah (recht voor het bestuur : normering van het bestuursoptreden)

Bidang 1) dan 2) tsb menyangkut Norma Tentang Wewenang Pemerintahan :


a). Sumber wewenang: Atribusi, Delegasi dan Mandat.
b). Asas penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan asas Negara Hukum.
Asas dasarnya adalah asas legalitas (rechtmatigheid van bestuur).
c). Diskresi
d). Prosedur Penggunaan Wewenang.
b. Hukum Oleh Pemerintah
Menyangkut hal-hal sbb :

1) Syarat-syarat sahnya keputusan yang meliputi Wewenang,


Prosedur dan Substansi.

2) Parameter untuk menguji keabsahan Keputusan Pemerintahan


adalah Peraturan perundang-undangan dan Asas-asas Umum
Pemerintahan yang Baik (bandingkan ketentuan Pasal 53 ayat 2
UU No. 5 th. 1986 jo. UU No. 9 th. 2004).

3) Berkaitan dengan keabsahan keputusan pemerintahan berlaku


asas Praesumptio Iustae Causa / Vermoeden van Rechtmatig-
heid. Atas dasar itu diatur tentang perubahan, pencabutan dan
pembatalan keputusan.
c. Hukum Terhadap Pemerintah
Menyangkut Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Terhadap Tindakan
Pemerintahan.
a. partisipasi rakyat da-
lam penerbitan kepu-
PERLINDUNGAN tusan pemeritahan;
HUKUM b. pendapat pihak yang
berkepentingan;
PREVENTIF
c. hak mengakses do-
PERLINDUNGAN
kumen administrasi
HUKUM

a.Tanggung Jawab :
1) Jabatan (keabsah-
PERLINDUNGAN an Keputusan)
HUKUM 2) Pribadi (Maladmi-
REPRESIF nistrasi)
b. Upaya Hukum
Ad 3. MEREMBES KE SEGALA ASPEK KEHIDUPAN MASYARAKAT
Adanya Pengaruh Perkembangan Konsep Negara

Staatsonthouding Staatsbemoeienis Welfare State


(ketidakhadiran Negara) (intervensi Negara)

membatasi peran negara dan menghendaki negara dan Menjadi landasan kedudukan
pemerintah dalam mencampu- pemerintah aktif dalam dan fungsi pemerintahan
ri kehidupan ekonomi dan so- kehidupan ekonomi dan (bestuursfunctie) oleh Negara
sial masyarakat (Laissez faire) social masyarakat - negara modern (modern-
rechtsstaat) dalam mewujud-
kan Kesejahteraan Rakyat.
Staats in de Rust / Nacht- Staats in Bewegung
wakersstaat (Negara dlm kea- (Negara dlm keadaan
daan diam / Penjaga malam) aktif/bergerak)
Ad 4. Peka Terhadap Perkembangan Politik

Ius
1 2 Constituendum 3
POLITIK POLITIK Kebijakan
Pemerin-
NEGARA HUKUM Ius Constitutum
tah
Ius Operatum

4
6
Mengatur,
5 Mengarahkan, dan
DINAMIKA SOSIAL, POLITIK,
HUKUM, EKONOMI, AGAMA, DLL. Mengendalikan
Masyarakat
Ad 5. Sifat Norma HAN

UMUM
ABSTRAK UU : Sifat Unifikasi,
berlaku Fiksi Hukum
(1)

Izin Gangguan/
Lingkungan INDIVIDUAL INDIVIDUAL
NORMA KONKRIT
ABSTRAK KTUN
HAN
(3) (4)

UMUM
KONKRIT
Rambu-rambu Lalu Lintas
(2)
B. FUNGSI HAN
Normatieve/Legitimerende
Functie
(Fungsi Normatif/
Legitimasi)

Waarborg Functie
Instrumentele Functie
(Fungsi Jaminan/
(Fungsi Instrumental)
Perlindungan)

Mrp Rangkaian 3 Fungsi yang dapat dibedakan, tetapi tidak bisa dipisahkan
1. 1. Normatieve/Legitimerendefunctie (Fungsi Normatif/Legitimasi)
a. Secara konkret, fungsi normatif/legitimasi hukum administrasi tercermin
dalam pembentukan dan pengembangan badan administrasi/pemerintahan,
pemberian wewenang administrasi dan prosedur pengambilan keputusan.

Dalam gagasan negara konstitusional yang demokratis, legitimasi ini


diberikan oleh hukum. Hukum Administrasi mencakup pembentukan
badan-badan administrasi baru untuk keperluan pelaksanaan tugas-tugas
pemerintah baru, pemberian kekuasaan baru atau perubahan yang ada
dan pengaturan prosedur untuk pelaksanaannya.
b.Tindakan administrasi secara substansial (material) juga harus dilegitimasi.
Ini berarti bahwa mereka harus mematuhi aturan hukum tertulis dan tidak
tertulis.
c. Hukum administrasi bertujuan untuk membenarkan seluruh tindakan badan
administrasi dengan menyediakan dasar hukum yang memadai, dan dengan
membakukannya baik secara substantif maupun prosedural melalui aturan
hukum.
2. Instrumentelefunctie (Fungsi Instrumental)
a. Dalam pendekatan instrumental, hukum terutama dilihat sebagai perantara
untuk mencapai Tujuan tertentu. Sasaran (kebijakan) yang ingin dicapai
ditempuh melalui Perumusan Keputusan Pemerintah dengan karakter
Normatif. Ini merupakan instrumen khusus.

b. Badan Administrasi diharuskan untuk mengambil keputusan dan mengambil


tindakan yang dianggap perlu untuk melindungi kepentingan publik.

c.Tugas-tugas pemerintah ini telah berkembang menjadi intervensi/ campur


tangan pemerintah yang sangat luas dan beragam sejak abad ke-20 (Sbg
Antitesa thd doktrin Laissez Faire, Laissez Passer (Aller Passer) - Biarkan
berbuat, biarkan terjadi). Doktrin Ekonomi Liberal, segala kegiatan
Ekonomi diserahkan ke Pasar dengan Campur tangan Pemerintah seminimal
mungkin.
3. Waarborgfunctie (Fungsi Jaminan/Perlindungan)
a. Melalui standarisasi hukum administrasi, posisi hukum warga negara ketika
berhadapan dengan pemerintah harus terjamin (hukum administrasi
substansial dan hukum administrasi prosedural/formal).

b. Jaminan yang paling penting bagi warga negara adalah hak dan prosedur
umum dan khusus yang diberikan oleh hukum administrasi : aturan hukum
khusus, dilengkapi dengan materi umum dan jaminan formal dari Hukum
Administrasi Umum dan Prinsip-prinsip pemerintahan yang tidak tertulis.

c. Prinsip-prinsip tsb telah dielaborasi pada hukum positif dalam prinsip-prinsip


umum administrasi yang baik, yang berisi bahan dan perlindungan prosedural
yang dengannya tindakan administratif yang sebenarnya dapat diuji untuk
legitimasi. Prinsip Demokrasi juga harus dinyatakan dalam jaminan hukum
secara lebih konkret seperti partisipasi publik dan publisitas.
9. SUMBER HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Sumber Hukum : “Segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan hukum yang bersifat
mengikat dan memaksa, yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi
yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya”.

Segala sesuatu yaitu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hukum, faktor-
faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara formil dan dari mana
hukum itu dapat di temukan, dari mana asal mulanya hukum dll.

Sumber Hukum Materiil : Sumber Hukum Formil :


Sumber yang Menentukan Isi Kaidah Hu- Sumber yang menentukan Cara Pembentuk-
kum, menyangkut hal Konkrit Tindakan Ma- an dan Bentuknya, sehingga Kaidah Hukum
nusia yang sesuai dengan Apa yang Diang- menjadi Berlaku Umum.
gap Seharusnya
Istilah Sumber Hukum Sering Dipergunakan Dalam Beberapa Arti :

a) Sebagai Asas Hukum : yaitu suatu yang merupakan Permulaan Hukum,


misal kehendak Tuhan, akal manusia dan jiwa bangsa.

b) Menunjukan Bahan Hukum Terdahulu : yaitu yang memberi bahan-bahan


kepada hukum yang sekarang berlaku.

c) Memberi Kekuatan berlaku secara formil sebagai peraturan hukum : misal


Penguasa, Masyarakat.

d) Sebagai Sumber dari mana Hukum itu dapat Diketahui : misal UU

e) Sebagai Sumber Terbentuknya Hukum/ Sumber yang Menimbulkan


Hukum.
SUMBER HUKUM MATERIIL
Faktor-faktor yang Menentukan :

HISTORIS
UU dan sistem hukum tertulis yang berlaku pada
masa lampau di suatu tempat, Dokumen-dokumen,
surat-surat serta keterangan lain dari masa lampau.

FILOSOFIS (Idiel) KEMASYARAKATAN


a) Untuk menciptakan Keadilan (Sosiologis, Antropologis, Ekonomis,
maka hal-hal yang secara filo- SUMBER Agama)
sofis dianggap Adil dijadikan HUKUM Menyoroti lembaga-lembaga sosial
sebagai sumber; MATERIIL sehingga dapat diketahui apa yang
b) Mendorong Orang tunduk pada dirasakan sebagai hukum oleh lem-
Hukum (kekuasaan penguasa baga-lembaga itu.
dan Kesadaran Hukum Masya-
rakat).
SUMBER HUKUM FORMIL

Sumber Hukum Formil adalah Bahan Sumber Hukum Materiil yang SUDAH DIBENTUK mela-
lui Proses Tertentu, sehingga menjadi Berlaku Umum dan ditaati berlakunya oleh Umum.

UU N0.12 Tahun 2011 Tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
 Undang-Undang Pasal 7 Ayat (1) :
 Konvensi  UUD 1945;
HAN   TAP MPR;
Yurisprudensi
INDONESIA  Doktrin  UU / Perpu;
 Traktat  Peraturan Pemerintah;
 Peraturan Presiden;
 Peraturan Daerah Provinsi;
 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal 8 : Peraturan Diluar yang diatur
Pasal 7 di atas, diakui keberadaannya.
SUMBER HUKUM FORMIL HAN DI NEGARA KONTINENTAL DAN ANGLO SAXON
Peraturan Perundang-undangan :
1. Konstitusi/UUD;
2. Kodifikasi (UU);
3. Perundang-undangan Bukan Produk Legislatif (dari
Badan Pemerintah);
4. Peraturan Tertulis (Beleidregels)
NEGARA
KONTINENTAL Hukum Kebiasaan/Konvensi, memiliki peranan dalam Pene-
muan Hukum

Yurisprudensi
Doktrin
Asas Hukum – Khusus di Jerman
Penafsiran UU – Khusus di Jerman
Di Inggris Terikat pada Asas Stare Deci-
sis, Putusan Hakim terdahulu harus di-
ikuti oleh Hakim kemudian dalam mem-
buat Putusan (Case Law). Dalam
perkembangannya Hakim saat ini me-
makai ukuran-ukuran tertentu.

 Yurisprudensi Berfungsi sbg koreksi (penambah) thd


Negara  Statuta Law
common law yang kadang-kadang be-
lum lengkap, jadi tidak di buat untuk
Anglo  Custom mengatur suatu bidang secara menye-
 Reason/Akal
Saxon luruh.
Sehat
Kebiasaan yang sudah berlaku berabad-
abad di Inggris dan merupakan sumber
nilai-nilai. Hakim menggali serta mem-
bentuk norma hukumnya. Custom itu di
Berfungsi sebagai sumber hukum jika sumber hukum yang lain tuangkan dalam Putusan Pengadilan &
tidak memberi penyelesaian terhadap perkara yang di tangani menjadi Common Law.
oleh hakim, artinya tidak didapatkan norma hukum yang mampu
memberi penyelesaian mengenai perkara yang sedang di periksa.
ALIRAN LEGISME
Semua Hukum terdapat dalam UU, sehingga Yurisprudensi kurang Penting.
UU berfungsi secara Primer, sedangkan Yurisprudensi berfungsi secara
Sekunder.

ANGGAPAN ALIRAN FREIE RECHTSBEWEGUNG


PENTINGNYA Dalam melaksanakan tugasnya, Hakim BEBAS untuk melakukannya
YURISPRU- menurut UU atau Tidak. Tugas Hakim adalah melakukan Penciptaan
Hukum (Rechtschepping). Yurisprudensi berfungsi secara Primer,
DENSI SEBA- sedangkan UU berfungsi secara Sekunder.
GAI SUMBER
HUKUM
ALIRAN RECHTSVINDING
Hakim terikat UU tetapi tidak seketat Aliran Legisme, karena Hakim memi-
liki kebebasan tetapi tidak sebebas Aliran Freie Rechtsbewegung. Hakim
memiliki Kebebasan yang Terikat (Gebonden Vrijheid), atau Keterikatan
yang Bebas (Vrije Gebondenheid). Dengan demikian Tugas Hakim
disebutkan melakukan “Rechtsvinding”, yaitu menyelaraskan UU dengan
tuntutan zaman.
Asas-Asas Yurisprudensi

Asas Precedent (Preseden) Asas Bebas


(Anglo Saxon : Inggris, Amerika Serikat) (Kontinental : Jerman, Belanda, Prancis)

Hakim terikat / tidak boleh menyimpang Hakim tidak terikat pada Putusan-putusan
dari Putusan-putusan yang terlebih dahu- Hakim yang lebih tinggi maupun yang se-
lu dari Hakim yang lebih tinggi atau sede- derajat tingkatnya.
rajat tingkatnya. Perkembangan saat ini
memakai ukuran-ukuran tertentu.
Dalam praktik : Pelaksanaan masing-
masing Asas tidak ketat.

Alasan yang mendasari Yurisprudensi : Alasan Praktis & Sependapat, Alasan Psikologis
(mencegah timbulnya pandangan yang kurang baik pada pihak atasan, Alasan Mencegah
Pengeluaran Biaya yang Kurang Perlu, dan Alasan Waktu yang lebih Cepat dlm Mengadili.
To Settle Law Standard Jurisprudence
(Untuk Menciptakan / Menyelesaikan Standar Hukum
Yurisprudensi)

Unified Legal Framework & Unified Legal Opinion


FUNGSI (Membina Terwujudnya Kerangka Hukum yang Sama /
Terpadu & Opini Hukum yang Sama / Terpadu)
YURISPRUDENSI

Legal Certainty Enforcement & Prevent Rulings


from being Disparity
(Menegakkan kepastian hukum & mencegah putusan
menjadi disparitas)
Mencakup Sengketa Yang Berkaitan De-
Klasifikasi ngan Penegakan Hukum Yang Bersifat Na-
Konstitutif sional/Global seperti Hukum Hak Asasi
Manusia (HAM), Hukum Lingkungan.

Klasifikasi Rumusan Norma Memuat Unsur


Nilai Klasifikasi Kepastian Hukum, Kemanfaatan
Konstruktif dan Keadilan Secara Proporsio-
Yurisprudensi nal.

Klasifikasi Berdasarkan Parameter Rasional, Praktis


Sosiatif atau dan Aktual, Maka Dapat Diaplikasikan
Ketertiban Dalam Menegakkan Kepasti-
Efektif an Hukum Dalam Pergaulan Masyarakat.
JENIS
YURISPRUDENSI

Yurisprudensi Yurisprudensi
Tetap Tidak Tetap

Putusan Hakim Yang Berulangkali Diper- Yurisprudensi Yang Belum Menjadi Yurispru-
gunakan Pada Kasus-kasus Yang Sama & densi Tetap, Karena Tidak Selalu Diikuti Oleh
Menjadi Standaard arresten (Penilaian Hakim.
Standar), Yaitu Putusan MA yang Menja-
di Dasar Bagi Pengadilan untuk Me-
ngambil Putusan.
Penggunaan Yurisprudensi Di Indonesia

KARAKTERISTIK SISTEM HUKUM


CIVIL LAW

Hakim Tidak Terikat Pada


Adanya Kodifikasi Hukum Sistem Peradilan Bersifat
Preseden & Undang-undang
Inkuisitorial
Menjadi Sumber Utama

Hakim mempunyai Peranan


Norma yang dirumuskan Hakim bebas Memutus tan-
yang besar dalam mengarah-
harus paralel dengan ke- pa harus berpatokan dengan
kan dan Memutus Perkara.
pentingan perubahan so- putusan-putusan Hakim ter-
Hakim aktif dalam menemu-
sial yang berbeda-beda dahulu. Peraturan Per-UU-an
kan Fakta dan Cermat dalam
dan dinamis. menjadi Rujukan utama.
menilai Alat Bukti.
INDONESIA Tidak Menganut Sistem Precedent/Stare Decisis Tetapi Sistem Bebas
PRECEDENT SYSTEM – (NEGARA ANGLO SAXON)

The Binding Force of Precedent Persuasive Precedent


(Preseden yang Mengikat) (Preseden yang Persuasif)

A precedent that a court must follow. A lower court A precedent that a court may either follow or reject,
as bound by an applicable holding of a higher court in but that is entitled to respect and careful conside-
the same jurisdiction (suatu preseden yang harus ration. (suatu preseden yang oleh pengadilan boleh
diikuti oleh pengadilan. Pengadilan di tingkat bawah diikuti atau menolak, tetapi berhak untuk dihormati
terikat pada putusan pengadilan di atasnya dalam dan digunakan secara hati-hati sebagai pertimbang-
satu yurisdiksi yang sama). an).

Yurisprudensi Mahkamah Agung di Indonesia dapat digolongkan sebagai “Persuasive Pre-


cedent”, Karena itu TIDAK WAJIB diikuti oleh Pengadilan-Pengadilan Negeri atau Tinggi,
Melainkan hanya disarankan untuk diikuti.
UNSUR-UNSUR YURISPRUDENSI
Badan Pembinaan Hukum Nasonal (BPHN) berdasarkan penelitian pada tahun 1994/1995
merumuskan bahwa sebuah putusan dapat dikatakan sebagai yurisprudensi apabila
sekurang-kurangnya memiliki 5 (lima) unsur pokok :

1) Keputusan atas sesuatu peristiwa yang belum jelas pengaturan perundang-undangannya;

2) Keputusan itu merupakan keputusan tetap;

3) Telah berulang kali diputus dengan keputusan yang sama dan dalam kasus yang sama;

4) Memiliki rasa keadilan;

5) Keputusan itu dibenarkan oleh Mahkamah Agung.

Anda mungkin juga menyukai