Anda di halaman 1dari 10

BAB II.

DIMENSI NORMATIF & LANDASAN HUKUM ADMINISTRASI


I. Pengantar : Peraturan Per-UU-an di bidang Hukum Administrasi (dewasa ini)
A. SEKTORAL KTUN dijumbuhkan dgn
Tidak ada Standard Baku Keputusan Administrasi
menyangkut Istilah di Melampaui Wewenang
bidang Hukum Administrasi, dijumbuhkan dengan pe-
SEKTORAL Asas maupun Konsep nyalahgunaan wewenang
DAN TIDAK
Asas Praesumptio Iustae
NORMATIF Tidak terdapat Sinkronisasi Causa sebagian besar pe-
Asas Hukum Administrasi raturan sektoral tidak me-
nerapkan asas ini
Tidak terdapat Pemahaman Diskresi dijumbuhkan de-
yang sama menyangkut ngan melanggar UU; Pe-
Konsep-konsep dalam nyalahgunaan wewenang
dijumbuhkan dengan Pe-
Hukum Administrasi nyalahgunaan Sarana dan
Kesempatan
Kondisi demikian sangat berpengaruh bagi : Public Service , Penegakan Hukum,
Perlindungan Hukum Bagi Rakyat, dan Usaha Pemberantasan Korupsi

B. TIDAK NORMATIF
CACAT YANG PALING
MENONJOL
UU Memuat Daftar Asas
(Asas bukan norma; UU Kebutuhan
Tidak Normatif : Peratur-an
seharusnya memuat nor-
Per-UU-an yang Tidak akan
ma ; Asas harus dirumus-
Memenuhi Standard sbg kan menjadi Norma). Kodifikasi
Peraturan Per-UU-an, yg Hukum
Aturan yang memuat per- Administrasi
seharusnya memuat Nor-
nyataan (bukan norma).
ma . Umum
Tidak melakukan Perbuat-
an KKN normanya apa ?
(lihat Pasal 5 (4) UU No.28
Tahun 1999)
1. Asas Legalitas dlm Pelaksanaan
Pemerintahan;
II. LANDASAN HAN 2. Perlindungan Hak-hak Asasi
PRINSIP NEGARA 3. Pembagian Kekuasaan Pemerin-
tahan;
HUKUM 4. Pengawasan oleh Pengadilan

1. Kedudukan Badan Perwakilan Rakyat;


PRINSIP 2. Keterbukaan dlm Pemerintahan
DEMOKRASI 3. Peranserta Masyarakat dlm Pemrthn
4. Tidak ada Jabatan Seumur Hidup

1. HAN mrp Instrumen Yuridis untuk


PRINSIP mengarahkan dan mengendalikan
INSTRUMENTAL Masyarakat;
2. Doelmatigheid & Doeltreffendheid
1. KEKUASAAN PEMERINTAHAN DALAM HAN

Legaliteitsbeginsel Specialiteitsbeginsel
(Asas Legalitas) (Asas Spesialitas / Yuridikitas)

Actieve aard van


Bestuur / Sturen (Sifat
Aktif Pemerintahan)
Unsur-Unsur Pembentuk Sifat Aktif Kekuasaan Pemerintahan
(Bestuur/Sturen)
1. Sturen mrp Kegiatan yang Kontinyu. Kekuasaan Pemerintahan dlm mener-
bitkan Izin Mendirikan Bangunan misalnya, tidaklah berhenti dengan diter-
bitkannya Izin & diberikan kpd Pemohon. Kekuasaan Pemerintahan senan-
tiasa MENGAWASI agar Izin tsb digunakan & ditaati.

2. Sturen berkaitan dengan penggunaan Kekuasaan (konsep hukum publik).


Penggunaan Kekuasaan Pemerintahan sbg konsep Hukum Publik, HARUS
berlandaskan Asas Negara Hukum, Asas Demokrasi, dan Asas Instrumental.

3. Sturen menunjukkan lapangan di luar legislatif dan yudisial. Lapangan ini


lebih luas dari sekedar lapangan eksekutif semata.

4. Sturen senantiasa diarahkan kepada suatu TUJUAN (Doelgericht / Terarah).


BENTUK KEKUASAAN PEMERINTAHAN
(VORM VAN BESTUURSBEVOEGDHEID)

KEKUASAAN BEBAS
KEKUASAAN TERIKAT
(VRIJ BEVOEGDHEID)
(GEBONDEN BEVOEGDHEID)
DASAR : PRINSIP DISCRETIO-
DASAR : PRINSIP LEGALITAS
NARY POWER (SPESIALITAS)

Kebebasan
Kebebasan Mempertim-
Kebebasan Interpretasi Kebijaksanaan /
bangkan
(Interpretatievrijheid) Kebebasan Mengambil
(Beoordelingsvrijheid)
Kebijakan (Beleidsvrijheid)
KATEGORI SEMPIT
KATEGORI ANTARA
KATEGORI LUAS
Kebebasan Kebijaksanaan / Mengambil Kebijakan (Beleidsvrijheid) : Ada Kebebasan
Kebijaksanaan Bila Peraturan Perundang-undangan Memberikan Wewenang Tertentu
Kepada Organ Pemerintahan, untuk melakukan Inventarisasi dan memperhatikan berbagai
Kepentingan. Sedangkan Organ Pemerintah BEBAS Untuk Tidak Melakukannya, Meskipun
Syarat-Syarat Bagi Penggunaannya Secara Sah dipenuhi). Umumnya dalam Peraturan Per-
UU-an dirumuskan dengan kata DAPAT. Kategori Luas

Kebebasan Mempertimbangkan (Beoordelingsvrijheid) : Kebebasan Mempertimbangkan


ada, Sejauh menurut UU Diberikan Dua Alternatif Wewenang terhadap Syarat² tertentu
yang untuk Pelaksanaannya Dapat Dipilih oleh Organ Pemerintah. Atau dalam suatu Peris-
tiwa Konkrit dimana untuk Pemenuhan terhadap Syarat² itu ada Pertimbangan dari Organ
Pemerintah. Kategori Antara

Kebebasan Interpretasi (Interpretatievrijheid): Kebebasan yang dimiliki Organ Pemerintah


untuk Menafsirkan UU. UU yang telah Jelas Batasannya, Tidak ada Interpretasi. Kate-
gori Sempit
Contoh Dalam Rumusan Peraturan Per-UU-an :
1. Dalam hal pemegang Izin tidak memenuhi kewajiban-kewajiban dalam kepu-
tusan ini, Izin dapat dicabut. Kebebasan Kebijaksanaan

2. Demi ketertiban umum Gubernur dapat melarang penggunaan bahasa asing


dalam reklame. Kebebasan Interpretasi / Penilaian

3. Rumusan Norma Samar (Vaguenorm) :


“Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini, akan ditetapkan kemudian”.

Rumusan diatas menunjukkan ketidakjelasan. Hal-hal apa yang belum diatur ?


Akan ditetapkan kemudian juga tdk jelas, syarat-syarat apa dan apa batasan-
nya. Bertentangan dengan Asas Kepastian Hukum & Asas Vermoeden

van Rechtmatigheid / Praesumptio Iustae Causa.

Seyogyanya Rumusan seperti di atas ditinggalkan & tidak


2. SUSUNAN ORGANISASI PEMERINTAHAN

Dalam HAN : Pemerintahan Dipahami Sebagai Pemerintahan Umum

Badan/Instansi Pemerintahan Umum yang Badan/Lembaga yang dibentuk Diluar


Bertanggungjawab atas Garis Kebijaksanaan Struktur UUD (Auxiliary Bodies)
Politik Umum dan Pelaksanaannya

Dibentuk dengan UU, Perpres, Perda,


Disebutkan dalam UUD & Per-UU-an PerGub/Perbup/Perwal
Pusat/Daerah

Yayasan Pemerintah, BUMN/BUMD, Swasta dengan Pengendalian oleh


Pemerintah (UU,Perpres, dll)

Pendekatan : Yuridis Pemerintahan, baik Secara Struktural maupun Fungsional


Pembedaan Wewenang yang Bersifat Hukum Publik
dan Hukum Privat

PENDEKATAN Pembedaan Surat Keputusan Pembentukan Badan


YURIDIS yang Bersifat Hukum Publik dan Hukum Privat
PEMERINTAHAN

Pembedaan antara Para pegawai dan Pejabat Negara


(atas dasar Dekonsentrasi dan Desentralisasi)

Tentang Susunan Pemerintahan menurut UUD, silahkan Baca UUD 1945 pasca Perubahan

Anda mungkin juga menyukai