Anda di halaman 1dari 6

KLIPING

TUGAS HUKUM PERBURUHAN

PERLINDUNGAN PEKERJA ANAK-ANAK

“Mempekerjakan anak, sebagai pengemis sampai PSK”

OLEH :

PUTERI AMRINA ROSYADA

1810211220109

KELAS D REG A

ANGKATAN 2018

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,

Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan kliping berjudul

“Memperkejakan Anak, Sebagai Pengemis sampai PSK” dengan tema tentang seperti apa

perlindungan terhadap pekerja anak sebenarnya, dalam bentuk maupun isinya yang sangat

sederhana.

Tujuan dibentuknya kliping ini ialah tidak lain untuk memberi pengetahuan lebih

kepada para pembaca sekaligus dalam memenuhi pengumpulan tugas mata kuliah Hukum

Perburuhan dengan Ibu Dr. Yulia Qamariyanti S.H., M.Hum. sebagai dosen pengampu

mata kuliah ini.

Semoga kliping ini bisa memberikan manfaat kita semua. Saya menyadari bahwa

kliping ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak

yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan kliping ini. Apabila

ada kekeliruan kata atau kalimat, kami mohon maaf yang sebesar besarnya.

Banjarmasin, 24 Desember 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3
ISI ................................................................................................................................. 4
PENUTUP .................................................................................................................... 6

3
Mempekerjakan anak, sebagai
pengemis sampai PSK

Aisiyah baru delapan tahun. Anak


perempuan itu salah satu dari sejumlah
anak yang tercokok Dinas Sosial Kota
Semarang, Jawa Tengah, dua hari lalu.

Ia menuturkan, ”Bapak saya sakit-sakitan,


dan ibu bekerja sebagai buruh cuci. Saya
ikut membantu ibu dengan menjadi
pengamen untuk biaya membayar
buku sekolah dan uang saku untuk ke
sekolah.” (h/t SuaraMerdeka.com)
Pekan ini dinsos memang merazia
pengemis dan pengamen. Sebagian
tangkapan adalah anak-anak. Termasuk
Aisiyah yang tepergok petugas di Jalan
Arteri Soekarno Hatta.

| Sandy Nurdiansyah / Beritagar.id

Dua bulan lalu, di Depok, Jawa Barat, polisi mendapati FA, seorang gadis pelajar 15
tahun, dijadikan pekerja seks di warung minuman keras di Taman Jaya, Cipayung.

Si gadis oleh pemilik warung ditawarkan kepada seorang pria. Di warung tersebut ada
sejumlah anak-anak di bawah 18 tahun sebagai pelayan. Polisi menduga yang dijadikan
pekerja seks tak hanya FA (h/t Kompas.com).

Mempekerjakan anak tak hanya terjadi sektor informal yang kacau – misalnya mengamen
dan bekerja di warung miras tak berizin, pakai jasa seks pula, termasuk dalam pengertian
itu. Di pabrik pun bisa terjadi. Celakanya hal itu terungkap setelah pekerja anak
ditemukan mati terbakar akibat sebuah pabrik petasan dan kembang api meledak.

4
Dalam petaka Oktober 2017 di Kosambi, Tangerang, Banten, itu tiga dari 48 korban
meninggal, semuanya pekerja PT Panca Buana Cahaya, adalah anak-anak di bawah
umur (h/t BBC Indonesia).
Dalam catatan Lokadata Beritagar, kejahatan mempekerjakan anak memang meningkat.
Selama 2015-2017 tingkat pertumbuhan kejahatan jenis itu tumbuh 14,34 persen.
Kejahatan? Ya. Mempekerjakan anak itu melanggar sejumlah undang-undang. Patokan
seseorang bisa disebut anak, menurut UU Perlindungan Anak, adalah jika dia berusia di
bawah 18 tahun. Lalu Pasal 68 UU Ketenagakerjaan melarang pengusaha
mempekerjakan anak. Usia anak merujuk ke UU Perlindungan Anak.

Maka terhadap kasus pabrik mercon 2017 itu Komisioner KPAI Sitti Hikmawatty berkata,
"Tentu saja hal tersebut sangat melanggar UU no 13 tahun 2003 mengenai ketenaga
kerjaan. Tidak sepantasnya disitu anak-anak bekerja di lokasi yang sangat beresiko
tinggi." (h/t Okezone).
Sebenarnya ada pengecualian soal usia anak. UU Ketenagakerjaan membolehkan
pemberian kerja untuk anak berusia 13 tahun sampai 15 tahun. Tentu ada syaratnya.
Misalnya ada izin tertulis dari orang tua, ada perjanjian kerja pengusaha dengan orang
tua, atau wali, lalu waktu kerja maksimum tiga jam, dan dilakukan pada siang hari namun
tidak mengganggu jam sekolah.

Ancaman maksimum bagi pihak yang mempekerjakan anak, UU Ketenagakerjaan,


adalah dua tahun sampai empat tahun dan atau ditambah denda Rp200 juta sampai
Rp400 juta.
Sedangkan dalam kasus mempekerjakan anak di warung miras tadi, pelaku melanggar
Pasal 76I UU Perlindungan Anak tentang larangan mengeksploitasi secara ekonomi
maupun seksual. Ancaman hukuman maksimum sepuluh tahun penjara dan/atau denda
Rp200 juta.

Sumber : Antyo Rentjoko 25/01/2019 16:41 WIB https://lokadata.id/artikel/mempekerjakan-


anak-sebagai-pengemis-sampai-psk

5
PENUTUP

Dari isi yang sudah saya masukan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya

masih banyak anak-anak dibawah umur (sudut pandang hukum) yang dipekerjakan secara paksa

demi keuntungan masing-masing. Dalam Pasal 68 UU No. 13 tahun 2003 menyebutkan bahwa

pengusaha dilarang mempekerjakan anak. Dan dalam ketentuan undang-undang tersebut, anak

adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 tahun. Berarti 18 tahun adalah usia minimum yang

diperbolehkan pemerintah untuk bekerja. Tetapi, ada beberapa pengecualian untuk

mempekerjakan pekerja anak pada suatu jenis/sifat pekerjaan tertentu, sesuai dengan kelompok

umurnya yakni sebagai berikut:

1. Anak berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun untuk

melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan

fisik, mental dan sosial;

2. Anak berumur antara 15 (lima belas) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun, sudah

dapat dipekerjakan secara normal/umum, hanya saja tidak diperbolehkan dieksploitasi

untuk bekerja pada pekerjaan yang membahayakan. Jenis-jenis pekerjaan yang

membahayakan dapat dilihat dalam Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor KEP-235/MEN/2003 Tahun 2003 tentang Jenis-Jenis Pekerjaan yang

Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak (“Kepmenakertrans 235/2003”).

Anda mungkin juga menyukai