Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN dan AKUNTANSI
Jl. S. Supriadi No. 48 Malang

NAMA

: YENY PRATIWI

NIM

: 100404020061

FAKULTAS

: EKONOMI

PRODI

: AKUNTANSI

TUGAS 1

: AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1

ANGKATAN

: 2010/2011

JAWABAN
PENGERTIAN FIRMA
Firma (dari bahasa Belanda venootschap onder firma, secara harfiah yaitu perserikatan
dagang antara beberapa perusahaan) atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk badan
usaha untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih disebut Firma dengan memakai
nama bersama atau satu nama yang digunakan bersama untuk memperluas usahanya. Menurut
Manulang (1975) persekutuan dengan firma adalah persekutuan untuk menjalankan perusahaan
dengan memakai nama bersama. Jadi ada beberapa orang yang bersekutu untuk menjalankan
suatu perusahaan. Nama perusahaan seperti umumnya adalah nama dari salah seorang sekutu.
Dalam firma semua anggota bertanggung jawab sepenuhnya baik sendiri maupun bersama
terhadap utang-utang perusahaan kepada pihak lain. Bila perusahaan mengalami kerugian akan
ditanggung bersama, bila perlu dengan seluruh kekayaan pribadi mereka. Firma dapat dibentuk
oleh 2 orang atau lebih yang semuanya belum memiliki usaha. Pemiliki firma terdiri dari

beberapa orang yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan menyerahkan kekayaan
pribadi sesuai yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan.
Firma bukan merupakan badan usaha yang berbadan hukum karena : Tidak ada
pemisahan harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi sekutusekutu, setiap sekutu
bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan. Tidak ada keharusan pengesahan akta
pendirian oleh Menteri Kehakiman dan HAM Firma berakhir apabila jangka waktu yang
ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir. Tujuan dari firma adalah untuk memperluas
usaha dan menambah modal agar lebih kuat dan mampu bersaing perusahaan yang lain. Firma
juga biasa disebut Persekutuan ( Partnership ), sebab perusahaan yang berbentuk firma memang
didirikan oleh orang-orang atau sekutu-sekutu sebagai pemilik dari firma. Dengan demikian
pemilik firma biasa disebut anggota atau sekutu atau partner.
Perusahaan dengan berbentuk firma bisa dijumpai pada berbagai jenis perusahaan.
Seperti perusahaan penerbitan, perusahaan perdagangan, perusahaan jasa, juga kantor-kantor
konsultan hukum, dan akuntansi politik.
Ciri-Ciri Firma
Secara umum, ciri-ciri dan sifat Firma yang dapat kita lihat yaitu:
a.

Anggota firma biasanya sudah saling mengenal dan saling mempercayai.

b.

Perjanjian firma dapat dilakukan di hadapan notaris maupun di bawah tangan.

c.

Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha.

d.

Adanya tanggung jawab dan resiko kerugian yang tidak terbatas.

e.

Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi dengan harta
pribadi.

f.

Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin.

g.

Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin anggota yang lainnya.

h.

keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup.

i.

seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma.

j.

pendiriannya tidak memelukan akte pendirian.

k.

mudah memperoleh kredit usaha.


TERBENTUKNYA FIRMA
Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Persekutuan Firma adalah
persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan memakai nama
bersama.Menurut pendapat lain,Persekutuan Firma adalah setiap perusahaan yang didirikan
untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama atau Firma sebagai nama yang
dipakai untuk berdagang bersama-sama. Persekutuan Firma merupakan bagian dari persekutuan
perdata, maka dasar hukum persekutuan firma terdapat pada Pasal 16 sampai dengan Pasal 35
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan pasal-pasal lainnya dalam Kitab UndangUndang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang terkait. Dalam Pasal 22 KUHD disebutkan bahwa
persekutuan firma harus didirikan dengan akta otentik tanpa adanya kemungkinan untuk
disangkalkan kepada pihak ketiga bila akta itu tidak ada. Pasal 23 KUHD dan Pasal 28 KUHD
menyebutkan setelah akta pendirian dibuat, maka harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri dimana firma tersebut berkedudukan dan kemudian akta pendirian tersebut harus
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga menganggap firma
sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam usaha, didirikan untuk jangka
waktu yang tidak terbatas serta semua sekutu berwenang menandatangani berbagai surat untuk
firma ini sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 29 KUHD. Isi ikhtisar resmi akta pendirian
firma dapat dilihat di Pasal 26 KUHD yang harus memuat sebagai berikut:
1. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu firma.
2. Pernyataan firmanya dengan menunjukan apakah persekutuan itu umum ataukah terbatas
pada suatu cabang khusus perusahaan tertentu dan dalam hal terakhir dengan menunjukan
cabang khusus itu.
3. Penunjukan para sekutu yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas nama firma.

4. Saat mulai berlakunya persekutuan dan saat berakhirnya.


5. Dan selanjutnya, pada umumnya bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai
untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para sekutu.
Pada umumnya Persekutuan Firma disebut juga sebagai perusahaan yang tidak berbadan hukum
karena firma telah memenuhi syarat/unsur materiil namun syarat/unsur formalnya berupa
pengesahan atau pengakuan dari Negara berupa peraturan perundang-undangan belum ada. Hal
inilah yang menyebabkan Persekutuan Firma bukan merupakan persekutuan yang berbadan
hukum.

POSISI BENTUK HUKUM dan KOMPOSISI MODAL


Firma harus didirikan dengan akta otentik yang dibuat di muka notaris. Akta Pendirian Firma
harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan Firma yang bersangkutan. Setelah itu akta pendirian harus diumumkan dalam Berita
Negara atau Tambahan Berita Negara. Tetapi karena Firma bukan merupakan badan hukum,
maka akta pendirian Firma tidak memerlukan pengesahan dari Departemen Kehakiman RI.
Pendirian, pengaturan dan pembubaran Firma diatur di dalam Kitab UndangUndang Hukum
Dagang (KUHD) (Wetboek van Koophandel voor Indonesie) S.1847-23. Hukum mengenai
Firma terdapat dalam bagian 2 dalam KUHD dengan judul Perseroan Firma Dan Perseroan
Dengan Cara meminjamkan Uang Atau Disebut Perseroan Komanditer yang dimulai dari pasal
16 sampai 35.
Persekutuan Firma disebut juga sebagai perusahaan yang tidak berbadan hukum karena
Firma telah memenuhi syarat/unsur materiil namun syarat/unsur formalnya berupa pengesahan
atau pengakuan dari Negara berupa peraturan perundang-undangan belum ada. Hal inilah yang
menyebabkan Persekutuan Firma bukan merupakan persekutuan yang berbadan hukum.
Suatu persekutuan berdiri dan beropersi berdasarkan suatu akte pendirian yang mengikat
para sekutunya. Jika terjadi perubahan komposisi dari sekutu tersebut maka otomatis perjanjian
atau ikatan tersebut menjadi tidak berlaku. Dengan demikian persekutuan mengubah akte
pendiriannya dengan cara membentuk akte pendirian yang baru. Perubahan akte ini merupakan
implikasi dari sifat limited life dari suatu persekutuan. Kondisi pembuatan akte pendirian baru ini
disebut dengan dissolution, sedangkan jika persekutuan tersebut menghentikan kegiatan

operasinya dan membagikan semua aktiva persekutuan kepada para sekutunya disebut dengan
likuidasi. Pada prinsipnya pembubaran akan menyebabkan suatu perubahan akte pendirian dari
suatu persekutuan, tanpa adanya penghentian kegiatan operasional dari persekutuan tersebut.
Sedangkan proses likuidasi merupakan kegiatan yang menyebabkan persekutuan tersebut akan
berhenti melakukan kegiatan operasionalnya karena masing-masing sekutu bermaksud untuk
membubarkan diri dan membagi sisa aktiva persekutuan pada masing-masing sekutu sesuai
dengan komposisi modal masing-masing.
PERLAKUAN AKUNTANSI pada FIRMA mulai pembentukan hingga pembubaran
Ekuitas adalah hak residual (sisa) atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajibannya. Oleh karena itu, komponen ekuitas terdiri atas setoran pemilik yang disebut
modal dan laba rugi bersih yang diperoleh perusahaan. Akuntansi ekuitas pada dasarnya
menyangkut perlakuan akuntansi terhadap setoran modal pemilik dan perlakuan akuntansi
terhadap laba atau rugi bersih yang diperoleh perusahaan.
Modal (penyertaan) sekutu firma bisa disetorkan dalam bentuk uang tunai (kas), bendabenda non kas, atau dalam bentuk kekayaan bersih apabila sekutu firma yang bersangkutan
sebelumnya telah menjalankan usaha, dalam hal setoran modal dalam bentuk benda-benda non
kas atau dalam bentuk kekayaan bersih perusahaan yang sudah berjalan, nilai setoran harus
mendapat persetujuan lebih dulu dari sekutu firma yang lain. Sebagai ilustrasi, berikut ini
beberapa contoh pencatatan transaksi penerimaan setoran modal sekutu firma.
Contoh 1:
Pada tanggal 1 Mei 2009 Anton, Neni, dan Rika membentuk persekutuan firma dengan nama
Firma ANEKA. Sebagai penyertaannya, Anton menyerahkan tanah senilai Rp 70.000.000,00
dan gedung senilai Rp 40.000.000,00. Neni menyerahkan kas senilai Rp 80.000.000,00, dan
Rika menyerahkan kendaraan senilai Rp 60.000.000,00.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat setoran modal sekutu firma, adalah sebagai berikut:
1 Mei

Kas

Rp 80.000.000,00

Tanah

Rp 70.000.000,00

Gedung

Rp 40.000.000,00

Kendaraan

Rp 60.000.000,00

Modal Anton

Rp 110.000.000,00

Modal Neni

Rp 80.000.000,00

Modal Rika

Rp 60.000.000,00

Contoh 2:
Adi pemilik toko MAJU dan Sita pemilik toko LANCAR pada tanggal 1 April 2009
menggabungkan perusahaannya dalam bentuk persekutuan firma dengan nama Firma
SUKSES. Sebagai penyertaan,

masing-masing

menyerahkan

aktiva

dan kewajiban

perusahaannya. Neraca Toko MAJU dan Toko LANCAR per 31 Maret 2009 adalah sebagai
berikut:
Toko MAJU
NERACA
Per 31 Maret 2009
AKTIVA

KEWAJIBAN & EKUITAS

Kas

10.000.000

Hutang Bank

7.000.000

Persediaan

6.000.000

Modal Adi

15.000.000

Peralatan Toko

8.000.000

Akumulasi Penyusutan

(2.000.000)

Total Aktiva

22.000.000

Total Kewajiban & Ekuitas

22.000.000

Toko LANCAR
NERACA

Per 31 Maret 2009


AKTIVA

KEWAJIBAN & EKUITAS

Kas

6.000.000

Hutang Dagang

12.000.000

Piutang Dagang

2.000.000

Modal Sita

26.000.000

Persediaan

14.000.000

Kendaraan

20.000.000

Total Kewajiban & Ekuitas

38.000.000

Akumulasi Penyusutan (4.000.000)


Total Aktiva

38.000.000

Hasil penilaian atas aktiva dan kewajiban masing-masing sekutu firma, adalah sebagai berikut:
a. Aktiva dan kewajiban Toko MAJU
1) Persediaan barang disetujui dengan harga Rp 5.000.000,00
2) Peralatan toko disetujui dengan nilai Rp 7.500.000,00
b. Aktiva dan Kewajiban Toko LANCAR
1) Piutang ditaksir tidak dapat ditagih sebesar Rp 500.000,00
2) Persediaan barang dinilai seharga Rp 15.000.000,00
3) Kendaraan dinilai seharga Rp 17.500.000,00

Jurnal yang diperlukan Firma SUKSES untuk mencatat penerimaan setoran modal
sekutu firma tergantung dari apakah firma menggunakan buku-buku baru (baik buku-buku
Toko MAJU maupun buku-buku Toko LANCAR tidak digunakan sebagai buku-buku firma),
atau menggunakan buku-buku salah satu sekutu firma.
Apabila firma menggunakan buku-buku baru, jurnal untuk mencatat aktiva dan kewajiban baik
yang diterima dari sekutu Adi maupun dari sekutu Sita, adalah sebagai berikut:
1 Mei

Kas

Rp 16.000.000,00

Piutang Dagang

Rp 2.000.000,00

Persediaan

Rp 20.000.000,00

Peralatan Toko

Rp 7.500.000,00

Kendaraan

Rp 17.500.000,00

Cadangan Kerugian Piutang

Rp

500.000,00

Hutang Dagang

Rp 12.000.000,00

Hutang Bank

Rp

Modal Adi

Rp 15.500.000,00

Modal Sita

Rp 28.000.000,00

7.000.000,00

Neraca sesaat setelah pembentukan firma SUKSES tampak sebagai berikut:


Firma SUKSES
NERACA
Per 1 April 2009
AKTIVA

KEWAJIBAN & EKUITAS

Kas

16.000.000

Hutang Dagang

12.000.000

Piutang Dagang

2.000.000

Hutang Bank

7.000.000

Cadg. Kerug. Piutang

(500.000)

Modal Adi

15.500.000

Persediaan

20.000.000

Modal Sita

28.000.000

Peralatan Toko

7.500.000

Kendaraan

17.500.000

Total Aktiva

62.500.000.000

Total Kewajiban & Ekuitas

62.500.000

Dalam hal firma menggunakan / melanjutkan buku-buku perusahaan salah satu sekutu, aktiva
dan kewajiban sebagai setoran modal sekutu yang bersangkutan sudah tercatat sehingga catatan
yang harus dibuat firma sehubungan dengan setoran modal sekutu adalah :

a.

Jurnal untuk mencatat perubahan saldo akun-akun buku besar yang dilanjutkan
penggunaannya disesuaikan dengan nilai yang disepakati.

b.

Jurnal untuk mencatat penerimaan aktiva dan kewajiban sebagai setoran modal
sekutu yang lain.

Jika pada contoh di atas Firma SUKSES melanjutkan buku-buku perusahaan Adi (Toko MAJU)
untuk mencatat kegiatan usahanya, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
a.

Jurnal pada buku-buku perusahaan Adi


1) Mencatat penurunan nilai persediaan dari 6.000.000 menjadi 5.000.000
Modal Adi
Persediaan

1.000.000
1.000.000

2) Mencatat kenaikan nilai peralatan toko dari nilai buku 6.000.000 menjadi 7.500.000
Peralatan toko
Modal Adi

1.500.000
1.500.000

Atau
Akum. Penyusutan Peralatn Toko
Modal Adi
b.

1.500.000
1.500.000

Jurnal untuk mencatat setoran modal Sita

Aktiva dan kewajiban Toko LANCAR yang disepakati sebagai setoran modal sekutu Sita,
seluruhnya belum dicatat, oleh karena itu dicatat sebagai berikut:
1 April

Kas

Rp 6.000.000,00

Piutang Dagang

Rp 2.000.000,00

Persediaan

Rp 15.000.000,00

Kendaraan

Rp 17.500.000,00

Cadg. Kerug. Piutang

Rp

500.000,00

Hutang Dagang

Rp 12.000.000,00

Modal Sita

Rp 28.000.000,00

Neraca pada tanggal 1 April 2009 sesaat setelah pembentukan firma, jika firma melanjutkan
buku-buku perusahaan Adi, adalah sebagai berikut:

Firma SUKSES
NERACA
Per 1 April 2009
AKTIVA

KEWAJIBAN & EKUITAS

Kas

16.000.000

Hutang Dagang

12.000.000

Piutang Dagang

2.000.000

Hutang Bank

7.000.000

Cadg. Kerug. Piutang

(500.000)

Modal Adi

15.500.000

Persediaan

20.000.000

Modal Sita

28.000.000

Peralatan Toko

8.000.000

Akum. Penyst.

(500.000)

Kendaraan

17.500.000

Total Aktiva

62.500.000.000

Total Kewajiban & Ekuitas

62.500.000

Pencatatan Transaksi Pengambilan Pribadi sekutu Firma


Dalam buku besar firma disediakan akun Prive untuk masing-masing sekutu firma. Akun
tersebut berfungsi sebagai tempat menampung pengambilan pribadi sekutu firma (diluar
penarikan modal) yang dilakukan dalam suatu periode. Dengan demikian kewajiban keuangan
sekutu firma sehubungan dengan pengambilan pribadi yang dilakukan dalam suatu periode,
tampak dalam akun Prive setiap sekutu. Pengambilan pribadi sekutu firma dicatat debet pada
akun Prive sekutu yang bersangkutan dan dicatat kredit pada akun Kas atau akun yang terkait.
Pada akhir periode saldo akun prive sekutu firma dipindahkan ke dalam akun modal masingmasing.

Pencatatan Keluarnya Sekutu Firma

Seorang sekutu firma keluar dari persekutuan, apabila sekutu yang bersangkutan
menyatakan mengundurkan diri dan menarik semua yang menjadi haknya. Bisa juga sekutu yang
bersangkutan menjual semua yang menjadi haknya kepada sekutu yang lain atau kepada sekutu
baru. Dalam hal sekutu firma mengundurkan diri dan menarik semua yang menjadi haknya ,
saldo semua akun buku besar yang terkait dengan sekutu yang bersangkutan dihilangkan dari
pembukuan firma.
Contoh: dalam buku besar firma MULYA pada tanggal 25 Januari 2009, akun Modal Dina
menunjukkan saldo sebesar Rp 20.000.000,00 dan akun Prive Dina debet Rp 5.000.000,00. Pada
tanggal 25 Januari 2009 Dina menyatakan mengundurkan diri dari persekutuan. Semua yang
menjadi hak dan kewajibannya diselesaikan melalui kas.
Jurnal untuk mencatat keluarnya Dina dari Firma MULYA, adalah:
25 Jan Modal Dina

Rp 20.000.000,00

Prive Dina

Rp 5.000.000,00

Kas

Rp 15.000.000,00

Dalam hal jumlah yang dibayarkan firma di atas jumlah yang menjadi hak sekutu yang
keluar, kelebihannya bisa diperlakukan sebagai bonus dan dibebankan kepada modal sekutu
yang lain. Bisa juga diperlakukan sebagai goodwill.
Contoh 1:
Sekutu Firma ASTINA beranggotakan Asih dengan modal Rp 90.000.000,00, Tiko dengan modal
Rp 60.000.000,00 dan Nanda dengan modal 70.000.000,00. Pada tanggal 4 Mei 2009, Nanda
keluar dari persekutuan dibayar uang tunai sebesar Rp 80.000.000,00. Kelebihan dari jumlah
yang menjadi hak sekutu Nanda diperlakukan sebagai bonus dan dibebankan kepada Asih dan
Tiko berdasarkan perbandingan modal modal, yaitu 3 : 2.
Jurnal yang dibuat Firma ASTINA untuk mencatat keluarnya Namda adalah:
4 Mei

Modal Nanda

Rp
70.000.000,00

Modal Asih

Rp
6.000.000,00

Modal Tiko

Rp
4.000.000,00

Kas

Rp 80.000.000,00

Contoh 2:
Apabila Firma ASTINA memperlakukan kelebihan jumlah yang dibayarkan dari jumlah yang
menjadi hak Nanda sebagai goodwill, jurnal yang dibuat untuk mencatat keluarnya Nanda
adalah:
4 Mei

Modal Nanda

Rp 70.000.000,00

Goodwill

Rp 10.000.000,00

Kas

Rp
80.000.000,00

Apabila hak Nanda dibeli oleh sekutu baru misalnya oleh Budi dengan harga Rp
75.000.000,00, pencatatan yang dilakukan firma adalah pemindahan saldo akun modal sekutu
Nanda ke dalam akun modal sekutu Budi. Sementara pembayaran oleh Budi kepada Nanda
merupakan transaksi pribadi antara Nanda dan Budi (tidak dicatat oleh firma). Jurnal yang dibuat
firma adalah sebagai berikut:
4 Mei

Modal Nanda
Modal Budi

Rp 70.000.000,00
Rp 70.000.000,00

Pencatatan Masuknya Sekutu Baru


Dalam persekutuan kadang terjadi penambahan atau penggantian anggota, misal dengan
tujuan penambahan modal atau alasan lainnya. Masuknya sekutu baru ke dalam persekutuan
firma dapat dilakukan dengan cara:
a. Pembelian semua atau sebagian dari hak (modal) sekutu lama
Masuknya sekutu baru melalui pembelian hak (modal) sekutu lama, tidak mengakibatkan
penambahan pada aktiva firma, namun hanya mengakibatkan pemindahan modal dari
modal sekutu lama menjadi modal sekutu baru.
Misalnya, Firma MEGAH beranggotakan Meli dengan modal Rp 60.000.000,00 dan Galih
Rp 40.000.000,00. Pada tanggal 2 Juni 2009, Susi masuk menjadi sekutu baru dengan
membeli 25% hak atas firma. Akibat transaksi ini adalah:
Susi menjadi sekutu baru dalam Firma MEGAH dengan modal sebesar:
25% x (Rp 60.000.000,00 + Rp 40.000.000,00) = Rp 25.000.000,00

Modal sekutu Meli berkurang sebesar 25% x Rp 60.000.000,00 = Rp 15.000.000,00,


dan modal sekutu Galih berkurang 25% x Rp 40.000.000,00 = Rp 10.000.000,00
Jurnal yang dibuat untuk mencatat masuknya Susi adalah:
2 Juni

Modal Meli

Rp 15.000.000,00

Modal Galih

Rp 10.000.000,00

Modal Susi

Rp 25.000.000,00

Bagaimana susunan modal Firma MEGAH setelah masuknya Susi?

b. Penyerahan aktiva sebagai setoran modal


Masuknya sekutu baru dengan cara menyerahkan aktiva mengakibatkan penambahan
aktiva firma yang diimbangi dengan penambahan ekuitas. Apabila nilai aktiva yang
diserahkan sekutu baru lebih besar dari jumlah yang disepakati sebagai modal sekutu yang
bersangkutan, kelebihannya bias diperlakukan sebagai bonus untuk sekutu lama atau sebagai
goodwill.
Contoh 1:
Susunan modal Firma SANTOSA pada tanggal 31 Maret 2009 terdiri dari modal Tuti Rp
90.000.000,00 dan modal Aditya Rp 60.000.000,00. Pada tanggal 6 April 2009, Bagas masuk
menjadi sekutu firma dengan modal yang disetujui sebesar Rp 20% dari modal firma. Sebagai
setoran modalnya Bagas menyerahkan uang tunai sebesar Rp 50.000.000,00.
Jumlah modal firma setelah masuknya Bagas adalah:

Rp 200.000.000,00

Modal Bagas yang disetujui (20%):

Rp 40.000.000,00

Jumlah yang disetorkan Bagas:

Rp 50.000.000,00

Kelebihan setoran yang diperlakukan sebagai bonus:

Rp 10.000.000,00

Bonus dialokasikan kepada Tuti dan Aditya dengan perbandingan 3:2, sehingga jurnal untuk
mencatat masuknya Bagas adalah sebagai berikut:

6 April

Kas

Rp 50.000.000,00

Modal Tuti

Rp 6.000.000,00

Modal Aditya

Rp 4.000.000,00

Modal Bagas

Rp 40.000.000,00

Bagaimana susunan modal Firma SANTOSA setelah masuknya Bagas?


Contoh 2:
Susunan modal Firma MELATI pada tanggal 31 Juni 2009, terdiri dari modal Tedi sebesar Rp
120.000.000,00 dan modal Lani Rp 60.000.000,00. Pada tanggal 2 Juli 2009, Bowo masuk
menjadi sekutu firma dengan menyerahkan uang tunai sebesar Rp 90.000.000,00. Jumlah
tersebut disetujui untuk penyertaan sebesar Rp 30% dari modal firma yang baru. Kelebihan
dari kekayaan bersih firma yang baru diperlakukan sebagai goodwill dan dialokasikan kepada
sekutu lama berdasarkan perbandingan modal.
Goodwill yang timbul dihitung sebagai berikut:
Modal firma yang ditetapkan dengan masuknya Bowo:
100/30 x Rp 90.000.000,00 = Rp 300.000.000,00
Kekayaan bersih (modal riil) setelah Bowo masuk menjadi sekutu: Rp 270.000.000,00.
Nilai goodwill yang diperhitungkan: Rp 300.000.000,00 Rp 270.000.000,00 = Rp
30.000.000,00.
Selanjutnya, goodwill dialokasikan kepada sekutu Tedi dan Lani dengan perbandingan 2:1,
sehingga jurnal yang dibuat untuk mencatat masuknya Bowo adalah sebagai berikut:
2 Juli

Kas

Rp 90.000.000,00

Goodwill

Rp 30.000.000,00

Modal Tedi

Rp 20.000.000,00

Modal Lani

Rp 10.000.000,00

Modal Bowo

Rp 90.000.000,00

Bagaimana susunan modal Firma MELATI setelah masuknya Bowo?


Pembagian dan Pencatatan Laba Rugi Firma
Laba atau rugi yang diperoleh firma dibagikan kepada para sekutu berdasarkan
ketentuan yang tercantum di dalam persetujuan persekutuan firma. Pencatatan pembagian laba
dilakukan dengan mendebet akun Ikhtisar Laba Rugi dan mengkredit akun modal masingmasing sekutu sebesar jumlah bagian labanya. Beberapa cara yang dapat digunakan sebagai
ketentuan dalam pembagian laba rugi firma adalah:
a.

Pembagian laba berdasarkan perbandingan modal sekutu firma


Dengan cara ini, besarnya bagian laba atau rugi tergantung besarnya modal masing-masing
sekutu. Laba atau rugi dapat dibagi dengan perbandingan modal awal periode, modal akhir
periode, atau modal rata-rata.

b.

Pembagian laba dengan memperhitungkan bunga investasi sekutu firma


Adakalanya firma memberikan bunga atas investasi para sekutu, sehingga dalam
pembagian laba atau rugi diperhitungkan terlebih dahulu bunga untuk investasi masingmasing sekutu, baru kemudian sisanya dibagi dengan perbandingan modal.

c.

Pembagian laba dengan memperhitungkan gaji sekutu firma


Dalam hal firma memperhitungkan gaji para sekutu, laba yang dibagikan dihitung dari laba
bersih setelah dikurangi dengan jumlah gaji sekutu.

Pencatatan Transaksi Pembubaran Firma (Likuidasi)


Pembubaran (likuidasi) firma merupakan pembatalan persetujuan persekutuan firma,
dan sekaligus penghentian kegiatan usaha. Oleh karena itu, apabila suatu firma dilikuidasi,
pembukuan firma harus ditutup lebih dulu. Akun-akun pendapatan dan beban harus ditutup,
sehingga dalam buku besar hanya akun-akun neraca yang masih memiliki saldo. Selanjutnya
semua aktiva non kas dijadikan uang tunai dan semua utang firma dibayar. Apabila semua
utang telah dibayar dan kas masih memiliki saldo, baru dibagikan kepada para sekutu.
Laba atau rugi yang timbul dalam proses likuidasi firma, secara langsung dialokasikan
kepada akun modal sekutu firma berdasarkan ketentuan pembagian laba.Salah satu

contohnya, misalnya pada tanggal 2 Mei 2009 aktiva berupa kendaraan senilai Rp
40.000.000,00 laku dijual dengan harga Rp 35.000.000,00, sehingga mengalami kerugian
sebesar Rp 5.000.000,00. Rugi tersebut dialokasikan ke akun modal sekutu, misalnya dengan
perbandingan 3:2, sehingga jurnal untuk mencatat transaksi tersebut, adalah:
2 Mei

Kas

Rp 35.000.000,00

Modal A

Rp

3.000.000,00

Modal B

Rp

2.000.000,00

Kendaraan

Rp 40.000.000,00

Anda mungkin juga menyukai