Anda di halaman 1dari 4

Badan Usaha dalam Kegiatan Bisnis dan Para Pembantunya

Dalam tatanan hukum bisnis di Indonesia terdapat tiga jenis badan usaha, yaitu badan
usaha swasta, badan usaha milik negara, dan koperasi.

A. Perusahaan (Badan Usaha)


Perusahaan adalah istilah perekonomian yang dikenal dalam KUHD dan peraturan
lain diluar KUHD. Banyak pendapat yang menjelaskan pengertian perusahaan, Menteri
Kehakiman Nederland (Minister van Justitie Nederland) menafsirkan sebagai berikut
“Barulah dapat dikatakan adanya perusahaan apabila pihak yang berkepentingan
bertindak secara tidak terputus-putus, terang-terangan serta di dalam kedudukan tertentu
memperoleh laba bagi dirinya sendiri.”
Molenggraaf merumuskan sebagai berikut “Barulah dikatakan perusahaan jika terus-
menerus bertindak keluar untuk memperoleh penghasilan dengan mempergunakan atau
menyerahkan barang-barang atau mengadakan perjanjian perdagangan.” Kemudian diberi
tambahan oleh Polak bahwa perusahaan juga harus melakukan pembukuan.
Menurut pasal 1 UU No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, “Perusahaan
adalah setiap bentuk badan usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus didirikan,
bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia dengan tujuan
memperoleh laba/kuntungan.”
Dari pengertian di atas, terdapat dua unsur pokok yang terkandung dalam suatu
perusahaan, yaitu :
 Bentuk badan usaha yang menjalankan setiap jenis usaha, baik berupa suatu
persekutuan atau badan usaha yang didirikan, bekerja dan berkedudukan di
Indonesia
 Jenis usaha yang berupa kegiatan dalam bidang bisnis, yang dijalankan secara
terus-menerus utuk mencari keuntungan.
Dengan demikian, suatu perusahaan harus mempunyai unsur-unsur diantaranya:
a) Terus-menerus atau tidak terputus-putus;
b) Secara terang-terangan;
c) Dalam kualitas tertentu;
d) Megadakan perjanjian;
e) Pembukuan.
Perusahaan sebagai wahana perekonomian, telah diatur dalam KUHPerdata,
KUHDagang dan peraturan perundang-undangan Indonesia dengan berbagai bentuk
hukum. Bentuk-bentuk hukum badan usaha tersebut adalah:
1. Persekutuan Perdata
Secara umum badan usaha itu ada karena adanya pengaturan persekutuan perdata
dalam KUHPerdata. Itulah sebabnya, KUHPerdata disebut lex generlis (hokum
umum) dari KUHD.
Menurut RT.Sutandya R.Hadikusuma dan Sumantoro (1991:13) “Persekutuan
perdata adalah suatu persekutuan yang dibentuk atas suatu perjanjian, dimana
dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu (inbreng) ke
dalam pesekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan.”
Berdasarkan pengertian di atas, persekutuan perdata pada dasarnya:
a. Adanya pemasukan sesuatu (inbreng) ke dalam perusahaan pemasukan tersebut
dapat berupa:
1) Uang;
2) Barang atau apa saja yang layak bagi pemasukan, misalnya rumah/gedung,
peengkapan kantor, mobil angkutan, dan sebagainya;
3) Tenaga, baik fisik atau pikiran.
b. Adanya pembagian keuntungan/kemanfaatan
Tata cara pembagian keuntungan ini ditentukan sndiri oleh pihak yang
mendirikan persekutuan. Jika perjanjian tata cara pembagian keuntungan ini tidak
diatur, maka beerlaku ketentuan yang diatur dalam pasal 1633 sampa dengan
pasal 1635 KUHPerdata, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pembagian harus dilakukan menurut harga atau nilai dari pemasukan masing-
masing sekutu
2) Semua sekutu yang hanya memasukan tenaganya saja hanya akan
mendapatkan keuntungan yang sama rata, kecuali ditentukan lain.
3) Bagi sekutu yang hanya memasukkan tenaganya saja, keuntngannya
dipersamakan dengan sekutu yang memasukkan uang atau barang yang
terkecil nilainya. Namun ditentang HMN.Poerwosutjipto (1995:31) karena
tidak adil dan bertentangan dengan asas perikemanusiaan dan keadilan social.
Menurut beliau, tenaga kerja ini merupakan factor yang menonjol dalam
bidang produksi. Oleh karena itu, ukuran untuk menilai tenaga kerja yang
diberikan sebagai pemasukan adalah hasil karya tersebut terhadap kemajuan
pesekutuan, khususnya sampai dimana tenaga kerja itu bepengaruh pada
keuntungan yang didapat.
2. Persekutuan Firma
Firma adalah suatu jenis persekutuan perdata yang khusus didirikan untuk
menjalankan perusahaan dengan nama bersama. Pesekutuan jenis ini diatur dalam
pasal 16 sampai dengan pasal 35 KUHD, dan mengandung unsur-unsur berikut.
a. Menjalankan usaha bersama
Menjalankan usaha bersama atau menjalankan perusahaan merupakan unsur
mutlak dari suatu firma. Oleh karena itu, semua ketentuan yang diwajibkan
untuk perusahaan berlaku juga bagi firma. Misalnya ketentuan melakukan
pembukuan.
b. Dengan nama bersama atau firma
Nama tersebut adalah nama dari mereka yang ikut serta dalam firma. Contoh:
1) Menggunakan nama seorang sekutu, misalnya Fa.Haldun;
2) Menggunakan nama seorang sekutu dengan tambahan yang menunjukkan
anggota dari sekutunya, missalnya Fa.Haldun and Brothers artinya
persekutuan ini beranggotakan Haldun dan keluarganya;
3) Menggunakan himpunan nama semua sekutunya dengan singkatan,
misalnya Fa.Asmi (singkatan dari Abdul, Solehudin, Mukti, Indra).
Kadangkala nama bersama ini dapat menunjukkan nama suatu usaha
dalam bidang tertentu, atau nama lain yang disepakati para sekutunya.
Misalnya Fa.Permata Indah (karena bisnis yang diusahakannya permata).
c. Tanggung jawab sekutu secara pribadi atau keseluruhan
Maksudnya adalah disamping harta kekayaan firma, harta kekayaan pribadi
masing-masing pendiri juga dapat dipergunakan untuk memenuhi kewajiban-
kewajiban firma terhadap pihak ketiga.
Tata cara pendirian firma terdiri dari tiga prosedur, yaitu:
a. Pendirian
Pendirian suatu firma harus dilakukan secara autentik (pasal 22 KUHD)
dengan membuat suatu perjanjian secara tetulis yang menunjukkan
kesepakatan dintara para pendirinya untuk mendirikan suatu badan usaha
yang membentuk firma. Perjanjian autentik inilah yang disebut dengan
Akta Pendirian Firma.
b. Pendaftaran
Setelah pembuatan akta pendirian, akta tersebut harus didaftarkan kepada
Kepaniteraan Pengadilan Negeri dalam wilayah firma tersebut didirikan
(pasal 23 KUHD). Hal-hal yang perlu didaftarkan adalah:
1) Akta pendirian;
2) Ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut, yang isinya antara lain:
a) Nama, pekerjaan serta tempat tinggal para sekutu;
b) Penetapan nama firma yang dipergunakan;
c) Nama-nama sekutu yang tidak diberi kuasa untuk menandatangani
perjanjian (bagi) firma dengan pihak ketiga;
d) Saat dimulai dan berakhirnya persekutuan (firma)
3) Pengumuman
Selanjutnya, ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut harus
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia (pasal 28
KUHD). Kewajiban mengumumkan ini disertai dengan sanksi apabila
para pendiri melalaikan kewajiban trsebut, persekutuan firma yang
didirikan akan dianggap sebagai persekutuan perdata biasa yang
bersifat umum.
3. Persekutuan Komanditer
Persekutuan komanditer atau biasa disebut CV (Comanditaire Venootschaaf)
yang diatur dalam pasal 19 sampai dengan pasal 21 KUHD, yang terletak ditengah
pengaturan firma. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan persekutuan komanditer
adalah suatu firma yang mempunyai satu atau beberapa orang sekutu komanditer.
Persekutuan komaditer mempunyai dua macam sekutu yaitu sebagai berikut:
a. Sekutu komplementer, yaitu sekutu yang ikut aktif dalam mengurus persekutuan.
b. Sekutu komanditer, yaitu sekutu yang pasif, tidak ikut dalam mengurus
persekutuan.

Dalam KUHD tidak ada pengaturan khusus mengenai tata cara pendirian
persekutuan komanditer, tetapi mengingat bahwa persekutuaan ini juga merupakan
suatu firma dalam bentuk khusus, ketentuan pasal 22 KUHD tentang pendirian firma
ini dapat diberlakukan, yaitu dengan pembuatan suatu akta pendirian yang disahkan
oleh notaris, kemudian didaftarkan ke Kepanteraan Pengadilan Negeri setempat, dan
diuumumkan dalam Tambahan Berita Negara. Di dalam akta pendiriannya itu harus
dimuat anggaran dasar yang menentukan:

a. Nama yang dipergunakan dan tempat kedudukannya;


b. Maksud dan tujuan didirikannya persekutuan;
c. Tanggal berdiri dan berakhirnya persekutuan;
d. Modal persekutuan;
e. Siapa sekutu komplementer dan sekutu komanditer;
f. Hak dan kewajiban serta tanggung jawab masing-masing sekutu; dan
g. Pembagian untung dan rugi persekutan

Meskipun tempat pengaturan persekutuan komanditer ini terletak di antara


pengaturan firma, namun antara kedua persekutuan ini mempunyai beberapa
perbedaan, yaitu sebagai berikut:

a. Syarat pembentukan dan pendirian firma diatur dalam KUHD, sedangkan


persekutuan komanditer tidak diatur secara jelas.
b. Dalam persekutuan komanditer terdapat dua jenis sekutu yang berbeda fugsi,
tugas, dan tanggung jawabnya, sedamgkan firma hanya mempunyai satu
macam sekutu.
c. Tanggung jawab sekutu dalam firma adalah tanggung jawab pribadi untuk
keseluruhan. Sementara, persekutuan komanditer tergantung dari siapa
sekutunya. Untuk sekutu komplementer, tanggung jawabnya adalah pribadi
untuk keseluruhan, sedangkan sekutu komanditer tanggung jawabnya terbatas
pada modal yang dimasukkannya dalam persekutuan.
d. Pailitnya suatu firma mengakibatkan juga semua sekutu dinyatakan pailit,
sedangkan pailitnya persekutuan komanditer hanya mengakibatkan sekutu
komplementer ikut dinyatakan pailit, sedaangkan sekutu komanditer tidak.

Anda mungkin juga menyukai