Anda di halaman 1dari 16

Persekutuan Perdata

Ernu Widodo
Persekutuan Perdata (Burgerlijk Maatschap)
(HMN Purwosutjipto 2002, h.16)
1. Persekutuan Perdata adalah suatu perjanjian,
dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan
diri untuk memasukkan sesuatu kedalam
persekutuan dengan maksud untuk membagi
keuntungan atau kemanfaatan(Pasal 1618 KUH
Perdata).
2. Persekutuan Perdata adalah perkumpulan yang
mempunyai dua unsur tambahan yaitu pemasukan
dan pembagian keuntungan atau kemanfaatan
(ibid, h.17)
Karakteristik Persekutuan Perdata

1. Bersifat personal hubungan antar sekutunya.


2. Bersifat tidak mutlak dalam memenuhi unsur terang-
terangan dan terus-menerus.
3. Dapat menjalankan perusahaan atau pekerjaan tetap
(Pasal 1623 KUH Perdata)
4. Perjanjian pendiriannya bersifat konsensuil sehingga
berlaku pada saat itu (Pasal 1618) atau sejak saat
ditentukan dalam perjanjian (Pasal 1624). Tidak ada
ketentuan untuk pendaftaran dan pengumuman.
5. Persyaratan lain adanya unsur mutlak yaitu pemasukan
(inbreng) sebagai perhitungan untuk pembagian
keuntungan atau kemanfaatan. (Pasal 1618, 1619(2),
1625, 1626, 1627 dan 1635 (1) KUH Perdata.
Jenis Persekutuan Perdata
1.Persekutuan Perdata Umum yang pemasukan (inbreng)
terdiri dari seluruh harta kekayaan masing masing sekutu
atau bagian tertentu dari harta kekayaan secara umum
atau tanpa perincian. Persekutuan ini dilarang oleh Pasal
1621 KUH Perdata. Alasannya tidak dapat dilakukan
pembagian secara adil sebagaimana dimaksud Pasal 1633
KUH Perdata). Dikecualikan kalau ditentukan
keuntungan yang dapat dibagi-bagi sebagaimana
dimaksud Pasal 1622 KUH Perdata.
2.Persekutuan Perdata khusus yang menunjukkan bahwa
para sekutu masing-masing menjanjikan pemasukan
benda-benda tertentu atau sebagaian tenaganya (Pasal
1623 KUH Perdata)
Interelasi Para Sekutu

1.Diatur dalam Pasal 1624-1641KUH Perdata


2.Jenis hubungan ini meliputi:
a.Kewajiban pemasukan
b.Asas kepentingan bersama
c.Pemeliharaan atau pengurusan
d.Kedudukan hukum sekutu statuter dengan sekutu
mandater
e.Pengurus bukan sekutu
f. Pembagian tugas antar pengurus
g.Peraturan pemeliharaan atau pengurusan
h.Cara membagi keuntungan atau kerugian
i. Mutasi sekutu dari persekutuan perdata
Kewajiban Pemberian Pemasukan
Pasal 1625 KUH Perdata
1. Sekutu yang menyerahkan pemasukan (inbreng)
harus menjamin dari gugatan pihak ketiga dan cacat
yang tersembunyi.
2. Sekutu dapat memasukkan penggunaan atau
kemanfaatan atas benda sebagai pemasukan
(inbreng) Pasal 1631 ayat (1) dan ayat (2).
3. Sekutu dapat memasukkan uang sebagai pemasukan
(inbreng) Pasal 1626 KUH Perdata
4. Pemasukan sekutu berupa tenaga kerja (Pasal 1627
KUH Perdata)
Asas Kepentingan Bersama
1. Di dalam Pasal 1628 KUH Perdata mengatur sekutu
mengutamakan kepentingan bersama daripada
kepentingan pribadinya.
2. Pasal 1629 KUH Perdata menegaskan kembali setiap
pembayaran dari debitur persekutuan atas piutang
bersama agar dimasukkan ke dalam harta persekutuan
meskipun dengan alasan sebagai pelunasan utang sekutu.
3. Pasal 1630 KUH Perdata mengatur tindakan sekutu yang
merugikan persekutuan sehingga sekutu tersebut
membayar ganti rugi kepada persekutuan.
4. Beberapa Pasal lain meliputi Pasal 1625, 1626, 1632
mengandung asas kepentingan bersama.
Pemasukan (inbreng):
Sebagai Dasar Pembagian Keuntungan dan Kerugian
1. Pada asasnya dalam membagi keuntungan dan kerugian
diantara para sekutu didasarkan pada keseimbangan
pemasukan (inbreng) masing-masing sekutu. Apabila yang
dimasukkan itu berupa tenaga kerja maka akan
dipersamakan dengan pemasukan uang atau benda terkecil
(Pasal 1633 ayat 1 dan ayat 2)
2. Pembagian keuntungan dan kerugian sebaiknya diatur
dalam perjanjian pendirian persekutuan perdata sesuai
dengan kehendak para pendirinya. Namun perjanjian
tersebut tidak boleh mengatur pemberian keuntungan hanya
kepada salah satu sekutu (Pasal 1635 ayat 1). Menurut
undang-undang bahwa diperbolehkan pembebanan seluruh
kerugian kepada salah satu sekutu (Pasal 1635 ayat 2).
Pengurusan Persekutuan
(Pasal 1636-1639 KUH Perdata)

1. Pengurusan tersebut melalui dua cara (Pasal 1636 KUH


Perdata): melalui akta pendirian (sekutu statuter) dan melalui
akta khusus (sekutu mandater)
2. Para pendiri persekutuan mengatur pengurusan dalam akta
pendirian atau perjanjian khusus. Menurut Pasal 1639 KUH
Perdata sub 1 yaitu para sekutu saling memberikan kuasa
kepada yang lainnya. Pemberian kuasa ini tidak boleh
membatasi tindak pengurusan masing-masing sekutu kecuali
dapat menimbulkan kerugian bagi persekutuan (sub 1). Pasal
1639 sub 2 dan 3 menurut Sukardono hanya mengatur
penggunaan inbreng saja.
3. Pengurusan yang dilakukan bukan sekutu dengan
pertimbangan kemampuan manajerialnya melalui akta
pendirian atau akta khusus.
Kedudukan Hukum Para Sekutu
1. Pasal 1636 mengatur sekutu mandater dengan itikad baik dalam menjalankan
urusannya. Kuasa tersebut dapat ditarik kembali dengan melalui akta dengan
alasan yang sah.
2. Pasal 1637 KUH Perdata menentukan manakala tidak ditentukan pembagian
tugas kepengurusan maka masing –masing sekutu diperbolehkan melakukan
kepengurusan.
3. Pasal 1638 KUH perdata mengatur keikutsertaan dan persetujuan masing-
masing sekutu untuk melakukan kepengurusan.
4. Pasal 1641 KUH Perdata menentukan masuknya pihak ketiga atas
persetujuan salah satu sekutu hanya sampai pada bagian sekutu tersebut dari
seluruh modal persekutuan. Molengraaf menyebut sebagai
ondermaatschaaf, maatschaap antara sekutu dengan pihak ketiga yang
dimasukkannya. Sebagai sekutu penuh apabila mendapat persetujuan dari
para sekutu yang lainnya. Hal ini merupakan refleksi dari asas kepribadian.
Namun dalam perkembangannya pergantian sekutu tidak membutuhkan
persetujuan para sekutu lainnya. Hal ini dibutuhkan keterbukaan persekutuan
dengan melakukan pendaftaran dan pengumunan sehingga dapat diketahui
pihak ketiga.
Pengurusan (Beheer)Pengurusandan Penguasaan
Penguasaan (beschikkingsdaad)
dalam Persekutuan Perdata
1. Menurut Pitlo bahwa 1. Menurut Pitlo, Perbuatan
Perbuatan yang biasa yang secara umum untuk
dilakukan untuk mengurus perubahan-perubahan
persekutuan perdata dalam persekutuan.
2. Perbuatan pengurus tidak 2. Perbuatan penguasaan
memerlukan persetujuan membutuhkan persetujuan
lebih dulu dari para sekutu para sekutu lainnya
3. Para sekutu 3. Para sekutu
bertanggungjawab atas bertanggungjawab atas
pengurusan penguasaan
Pertanggungjawaban Para Sekutu
dalam Persekutuan Perdata

1. Masing-masing sekutu diwajibkan memberikan ganti rugi


kepada persekutuan tentang kerugian-kerugian yang diderita
oleh persekutuan yang disebabkan oleh salah seorang sekutu
sedangkan ia tidak boleh memperjumpakan dengan
keuntungan yang diperolehnya dari kegiatan persekutuan
lainnya (Pasal 1630 KUH Perdata)
2. Kewajiban para sekutu atas transaksi yang dilakukan
persekutuan didasarkan pada Pasal 1131 KUH Perdata yang
menentukan segala harta kekayaan baik yang bergerak
maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang
akan ada merupakan jaminan bagi seluruh perikatannya.
Hubungan dengan Pihak Ketiga
1. Berdasarkan Pasal 1642-1644 KUH Perdata Para sekutu
yang saling memberikan kuasa untuk berbuat adalah turut
terikat kepada pihak ketiga meskipun sekutu pemegang
kuasa tidak menyebutkan nama pemberi kuasa melainkan
hanya menyebutkan pengurusannya untuk persekutuan
saja (Van Brakel)
2. Sukardono menambahkan pandangan Van Brakel bahwa
pihak ketiga hanya memandang sekutu yang berbuat itu
saja sebagai pihak lawannya.
3. HMN Purwosutjipto pengertian turut terikat bagi sekutu
yang lain bersifat intern dan tidak terkait dengan pihak
ketiga.(1982:34)
Persekutuan Perdata:
Badan usaha yang tidak berbadan hukum
Pasal 1644 KUH Perdata menentukan suatu syarat
perbuatan sekutu mengikat persekutuan itu hanyalah
mengikat sekutu yang berbuat saja dan tidak
mengikat sekutu yang lain kecuali sekutu-sekutu
yang lain telah memberikan kuasa untuk itu atau
perbuatan sekutu tersebut memberikan kemanfaatan
bagi persekutuan. Dengan pemahaman Pasal 1644
KUH perdata maka dapat disimpulkan persekutuan
adalah bukan badan hukum karena yang
bertanggunggugat tetap sekutu yang melakukan
pengurusan dengan pihak ketiga.
Persekutuan Perdata: Badan usaha yang
memiliki harta tersendiri
Menurut keilmuan hukum dan yurisprudensi,
persekutuan tidak memiliki harta kekayaan
sendiri. Namun dengan putusan H.G.H tanggal 7
Januari 1926 persekutuan perdata memiliki harta
kekayaan sendiri dengan berdasarkan Pasal 1618,
1640, 1641 dan Pasal 1645 KUH Perdata.
Adapun sumber harta kekayaan sendiri meliputi:
Inbreng (Pasal 1619 ayat 2), penagihan inbreng
(Pasal 1626), Penagihan kerugian karena
kesalahan sekutu (Pasal 1630) dan Penagihan
terhadap pihak ketiga (Pasal 1645)
Berakhirnya Persekutuan Perdata
1. Berakhirnya persekutuan perdata diatur dalam Pasal 1646-1652
KUH Perdata.
2. Pasal 1646 KUH Perdata menentukan pembubaran persekutuan
perdata disebabkan:
a. lampaunya waktu untuk mana persekutuan perdata itu
didirikan (Pasal 1646 sub 1);
b. musnahnya barang (Pasal 1646 ayat 2 dan Pasal 1648)
atau telah diselesaikan usaha yang menjadi tugas pokok
persekutuan perdata (Pasal 1646 sub 2 bagian terakhir);
c. kehendak dari sekutu atau para sekutu (Pasal 1649);
d. salah satu sekutu meninggal, dibawah pengampuan atau
dinyatakan pailit (Pasal 1646 sub 4 jo Pasal 1651 KUH
Perdata)

Anda mungkin juga menyukai