Materi : Urgensitas Pembaruan Fiqih & Pandangan Tokoh
Tentang Pembaruan Hukum Islam
Ahmad Syauqibik Al Ghifari Fahma (19220193)
Hukum Ekonomi Syari’ah ( HES B ) URGENSITAS PEMBARUAN FIQIH Fiqih ialah merupakan salah satu bidang dalam syari’at islam yang mengatur tentang persoalan hukum islam dari berbagai aspek kehidupan manusia, baik itu pribadi, bermasyarakat, maupun dengan tuhannya. pembaruan fiqih tentunya perlu memperhatikan pada aspek-aspek sosiokultural, seperti contohnya urgensi pembaruan fiqih yang terjadi di Indonesia ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pertama kuatnya anggapan bahwa taqlid masih cukup untuk menjawab persoalan-persoalan kontemporer. Kedua hukum islam di indonesia dalam kontek sosial politik masa kini selalu mengundang polemik berada pada titik tengah antara paradigma agama dan paradigma negara. Ketiga persepsi sebagian masyarakat yang mengidentikkan fiqih sebagai hasil kerja intelektual agama yang kebenarannya relatif dengan syariat islam. PANDANGAN TOKOH TENTANG PEMBARUAN HUKUM ISLAM Pandangan dari para tokoh tentang pembaruan hukum islam ini berbeda-beda, 1. Abdul Manan berpendapat bahwa ada 3 dimensi yang harus diperhatikan jika melakukan pembaruan hukum islam, pertama merubah nilai-nilai yang terkandung dalam fiqih yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi, situasi supaya sesuai dengan keadaan zaman. Kedua pembaruan dalam cara penerapannya, dalam hal ini abdul manan meberikan contoh dalam kecenderungan mengutamakan penerapan fatwa atau syarah ulama yang sudah tidak relevan lagi dengan konteks zaman. Ketiga pembaruan pada kaidah (aturan) yang sesuai dengan keadaan kondisi situasi & dilegalisasi olehinstansi yang berwewenang sehingga mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. 2. Hasbi Ash-Shiddieqy merupakan salah satu tokoh fiqih indonesia berpendapat menurut beliau maslahat merupakan prinsip yang harus dikedepankan dalam penetapan suatu hukum, agar dapat memberikan nilai kemaslahatan bagi pemakainya. Adapun fiqih di indonesia yang diinginkan oleh hasbi yakni fiqih yang ditetapkan yang sesuai dengan kepribadian indonesia, atas dasar tersebut hasbi menginginkan bahwa proses perumusan hukum islam hendaknya memperhatikan kondisi objektif & aspek-aspek atau pranata sosial kehidupan masyarakat indonesia.