Anda di halaman 1dari 9

SISTEM

TRANSFORMASI
HUKUM KELUARGA
ISLAM

IBNU AQIEL 50123001


PENDAHULUAN
Perubahan sosial dalam masyarakat merupakan ciri yang melekat pada masyarakat, karena masyarakat
mengalami perubahan sosial akibat faktor perkembangan zaman. Karenanya perubahan ini perlu direspon
oleh hukum Islam, yang pada gilirannya hukum Islam diharapkan memiliki kemampuan fungsi social control
(alat kontrol social) dan social engineering (alat rekayasa social). Hukum Islam akan selalu berkembang dan
berubah sesuai dengan perkembangan ruang dan waktu yang melingkupinya, termasuk juga hukum keluarga.

Hukum keluarga merupakan hukum yang paling kuat dipraktekkan dalam sejarah Islam, namun hal ini
tidak berarti ia terhindar dari tuntutan perubahan dalam menghadapi masalah yang muncul dari
perkembangan zaman. Masalah itu muncul bukan hanya karena tuntutan perubahan zaman, tapi juga karena
adanya upaya unifikasi, kodifikasi dan legislasi atau qanunisasi hukum Islam di sejumlah negara-negara
Muslim akibat dari pengaruh civil law system. Masalah itu tidak hanya menuntut solusi tapi juga reformasi
dan transformasi.
01 02
PENGERTIAN TRANSFORMASI HUKUM
KELUARGA

03 04
KONSEP TRANSFORMASI TUJUAN TRANSFORMASI
HUKUM KELUARGA ISLAM DI HUKUM KELUARGA ISLAM
INDONESIA
PENGERTIAN
Secara etimologis, transformasi berarti perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya),
Secara terminologis, transformasi adalah usaha mengadakan perubahan secara berangsur-angsur
tidak drastis dan revolusioner terhadap sesuatu yang telah ada menjadi sesuatu yang baru.

Apabila dikaitkan dengan hukum, maka transformasi hukum adalah penyesuaian hukum dengan
kebutuhan masyarakat yang bertujuan untuk menerapkan hukum yang normatif menjadi hukum
nasional dalam tata hukum Indonesia.

Maksud transformasi hukum Islam ke dalam hukum nasional di sini, yaitu perubahan rupa,
bentuk (sifat) atau mengalihkan hukum Islam (diubah, dialihkan dan disumbangkan) kepada
hukum nasional, sehingga hukum Islam itu tidak saja milik orang Islam, tetapi hukum Islam itu
milik nasional akibatnya menjadi hukum nasional.
TRANSFORMASI HUKUM KELUARGA
ISLAM
o Metode konvensional (extra-doctrinal reform) o Metode kontemporer (intra-doctrinal reform)

Penerapan metode konvensional para ulama Pembaharuan hukum keluarga Islam yang
berijtihad dan menerapkan pandangan hukumnya dilaksanakan dengan usaha mengkombinasikan
dengan mencatat ayat Al-Qur’an dan sunnah berbagai teori dari berbagai aliran mazhab
Nabi. Pembaharuan yang tidak lagi merujuk dalam Islam, memilih pemahaman gagasan lain
pada konsep fiqih konvensional, tetapi dengan diluar dari mazhab yang diikuti
melakukan reinterpretasi terhadap ayat Al-
Qur’an dan sunnah.
INTRA DOCTRINAL REFORM

a. Takhayyur (memilih pandangan salah satu ulama fiqh),


b. Talfiq (mengkombinasikan beberapa ulama fiqh dalam menetapkan hukum suatu
masalah),

c. Takhshish al-qadla yaitu negara dapat mengambil kebijakan prosedural untuk


memberikan wewenang kepada peradilan agar tidak menerapkan ketentuan hukum
keluarga dalam situasi tertentu, tanpa berusaha untuk merubah substansi hukum Islam
tersebut,
d. Siyasah syar’iyah yaitu kebijakan penguasa menerapkan peraturan yang bermanfaat
dan tidak bertentangan dengan syariat).
Konsep Transformasi Hukum Keluarga di Indonesia
Model transformasi hukum keluarga islam ke dalam hukum nasional dapat dibagi menjadi tiga yakni
substantive progressive, normative adaptive, dan symbolic attributive.

Substantive /progressive adalah Transformasi disebut substantive apabila substansi hukum Islam yakni
keadilan, kemaslahatan dan adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia sudah diakomodir dalam
system hukum nasional.

Normative (adaptive) adalah Transformsi hukum Islam ke dalam hukum nasional terjadi manakala norma-
norma yang terkandung dalam hukum Islam juga diakomodir dan dijadikan norma hukum nasional.

Attributive or symbolic adalah transformasi hukum islam secara simbolis atau atributif, hukum Islam telah
berubah menjadi hukum nasional jika atribut atau simbol hukum Islam seperti syariah, al-adl (adil), hikmah
(kebijaksanaan), zakat, wakaf dan sebagainya ditampung dalam hukum nasional.
Tujuan Transformasi Hukum Keluarga
o Agar mampu menjawab kemajuan dunia modern serta semangat perubahan zaman. Gagasan
maupun teori fiqih klasik dianggap kurang sanggup merespons persoalan persoalan kontemporer
yang berhubungan dengan hukum keluarga Islam.

o Untuk mengangkat kedudukan kaum perempuan dalam segala aspek kehidupan dan hukum
keluarga termasuk hukum waris.

o Untuk unifikasi atau penyeragaman hukum. Usaha unifikasi hukum ini dilakukan karena
masyarakatnya menganut bermacam-macam mazhab atau bahkan pemahaman agama yang
berbeda-beda
KESIMPULAN
Hukum Islam akan selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan ruang
dan waktu yang melingkupinya. Metode pembaruan hukumm keluarga islam secara garis
besar dibagi menjadi dua, yaitu metode konvensional atau extra-doctrinal reform dan
metode kontemporer atau intra-dictrial reform. Di Indonesia sendiri mengambil tipe
pembaharuan yang bersifat adaptif melalui unifikasi mazhab serta melakukan reformasi
doktrin secara internal atau metode kontemporer (intra doctrinal reform). Undang-Undang
Perkawinan dan KHI menjadi bukti nyata transformasi atau pembaruan hukum keluarga.

Anda mungkin juga menyukai