Disusun oleh :
FAKULTAS SYARIAH
TAHUN 2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transformasi nilai-nilai hukum islam kedalam hukum positif di Indonesia
berawal dari ketidakpastian hukum islam dalam memberlakukan hukum islam di
Indonesia karena Indonesia bukan negara Islam. Perkembangan hukum Islam
secara materil khususnya di Indonesia sangat dibutuhkan untuk dijadikan sebagai
legitimasi dalam berusaha dan bertindak. Sementarapengembangan secara
kelembagaan dibutuhkan untuk lebih memperkokohkedudukan hukum Islam itu
sendiri dalam kaitannya dengan pengembangan hukum Nasional. Hukum islam
sering digunakan dalam berbagai keadaan misalnya dalam hal perceraian,
sengketa ekonomi syariah, dan masih banyak lainnya. Pentingnya transformasi
nilai-nilai hukum ke dalam hukum positif di Indonesia dapat diwujudkan salah
satunya dengan kajian lebih mendalam dari para akademisi di bidang hukum, para
pakar hukum islam, ahli waris islam, dan segenap warga negara Indonesia
khususnya yang beragama islam. Dengan demikian, posisi hukum islam di
Indonesia dulu hingga sekarang di era yang serba digital ini masih menarik
perbincangan, dimana Indonesia bukan negara islam secara konsititusional namun
mayoritas penduduknya adalah muslim. Hasil dari kajian riset ilmiah oleh
Muhammad Julijanto ditemukan bahwa ajaran islam yang menjadi itegral bagi
masyarakat muslim di Indonesia telah menggunakan hukum islam sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dalam memandu kehidupan bermasayarakat dengan
mengedepankan ketentraman, tidak menggangu pemeluk agama lain (non-
muslim) dalam beribadah sesuai apa yang termaktub dalam UU 1945, yang
bertujuan mengedepankan semboyan berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bahwa setiap perkawinan harus dilakukan menurut hukum agama. Kemudian,
disahkannya RUU Peradilan Agama tanggal 29 Desember 1989 oleh DPR
menjadi UU Nomor 7 Tahun 1989 merupakan fenomena khas Orde Baru,
sebagaimana yang terjadi pada tahun 1974 bahwa bila menyangkut inti nilai
Islam, para anggota DPR yang beragama Islam akan mempunyai pendirian yang
sama. Berikutnya adalah ditetapkannya Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang
penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam, berhubung dengan kemajemukan
hukum dalam sistem hukum nasional.
a. Ajaran Islam tentang penaatan hukum. Hal ini dapat di lihat misalnya dalam
Alquran: Q.S./1: 5; Q.S./2 : 179; Q.S./4 : 13-14-49-63-105; Q.S./5 : 44-45-47-48-
49-50; Q.S./ 24 : 51-52.
b. Teori penerimaan autoritas hukum, H.A.R. Gibb dalam bukunya, The Modern
Trends of Islam, menyatakan bahwa kalau orang Islam telah menerima Islam
sebagai agamanya, maka ia menerima autoritas hukum Islam terhadap dirinya.
c. Teori receptie in complexu, Teori yang mengatakan bahwa hukum yang berlaku
bagi rakyat pribumi adalah hukum agamanya. Teori ini dikemukakan oleh Mr.
Lodewijk Williem Cristian Van Den Berg (1845- 1927).
d. Teori receptie, Teori ini menyatakan bahwa hukum yang berlaku bagi rakyat
jajahan (pribumi) adalah hukum adat. Hukum Islam menjadi hukum kalau telah
diterima oleh masyarakat sebagai hukum adat. Teori ini muncul karena keperluan
penjajah yang dipopulerkan oleh Cristian Snouck Hurgronye, kemudian didukung
dan dikembangkan oleh Van Vollenhoven dan Ter Haar.
e. Teori receptie exit, maksudnya adalah bahwa teori receptie harus keluar dari
teori hukum nasional Indonesia karena bertentangan dengan UUD 1945 serta
bertentangan dengan Alquran dan Sunnah Rasul. Teori ini dikembangkan oleh
Hazairin dalam bukunya Tujuh Serangkai Tentang Hukum.
4
f. Teori receptie a contrario. Teori ini menyatakan bahwa hukum yang berlaku
bagi rakyat adalah hukum agamanya; hukum adapt baru berlaku kalau tidak
bertentangan dengan hukum agama. Teori ini dikembangkan oleh Sayuti Thalib
dan merupakan kelanjutan dari teori receptie exit yang dikemukakan oleh
Hazairin.
Nilai-nilai islam jika ditinjau dari sisi hermeneutika terkait transformasi hukum
islam ke dalam sistem hukum nasional maka yang terjadi adalah menjadikan
mashlahah dalam beragama islam, bernegara dan bersosisialisasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Artinya dengan pendekatan hermenetika hukum maka
pentransformasian nilai-nilai hukum islam di Indonesia dapat diwujudkan melalui
konsep mashlahah diniyyah yang ada pada agama Islam, dimanapun dan
kapanpun hukum islam ditegakkan yang terpenting adalah nilai kemashlahatan
harus terjaga demi menjadikan keutuhan NKRI yang sudah final.Dalam hal
pembentukan nilai-nilai hukum islam sebagai transformasi kedalam hukum
nasional telah terjadi potensialitas yang tinggi dalam proses transformasi nilai dan
asas serta kaidah hukum islam ke dalam hukum nasional.Warga negara Indonesia
perlu diberi pemahaman tentang konsep negara dalam menjalankan aturan di
negara ini, maka dalam hal ini potensi yang didapat dalam transformasi nilai, asas,
dan kaidah hukum yang sudah dilakukan oleh pemerintah harus ditingkatkan
kembali. Misalnya, dengan memberikan percontoh kepada masyarakat muslim
melalui sikap keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan bagi pemeluknya masing-
masing.Yang selanjutnya adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat
akan pentingnya masyarakat yang demokratis dan berkeadaban, dan ketiga adalah
memberikan pemahaman kepada masyarakat di seluruh Indonesia untuk selalu
memiliki kompetensi dan keterampilan yang unggul sesuai keahlian masing-
masing, sehingga terjalinlah semangat nasionalism serta solidaritas antar umat
beragama secara universal. Inilah sebagai bentuk dari upaya masyarakat dalam
5
rangka mentransformasikan nilai-nilai hukum islam kedalam hukum nasional
dengan cara menjadikan negara Indoneisa sebagai negara yang berketuhanan yang
maha esa, bukan negara islam.
6
perkawinan, maka lakukanlah dengan mengacu peraturan yang ada pada UU
perkawinan.
7
BAB III
KESIMPULAN
8
hukum Islam dalam hukum nasional merupakan perjuangan eksistensi. Dalam
konteks Indonesia, eksistensi hukum Islam dalam penerapannya menjadi hukum
positif dapat dilakukan hanya sebatas yang ada berkaitannya dengan hukum
private yakni dalam hal ber-muamalah. Namun, seluruh upaya untuk lebih
menerapkan hukum Islam di Indonesia patut diapresiasi dengan baik, dengan
tidak menutup kemungkinan adanya halangan serta rintangan dan juga tantangan
yang datang dari segala penjuru dalam menolak eksistensi hukum Islam ke arah
yang lebih baik lagi melalui berbagai (Kompilasi hukum islam, kodifikasi hukum
islam, unifikasi hukum islam, yang dimanifestasikan ke dalam hukum nasional.
Mentransformasikan nilai-nilai Islam ke dalam hukum positif nasional berarti
mengintegrasikan Islam dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Deni Adnan Bumaeri, dkk, 2021 “Transformasi Nilai Hukum Islam
terhadap Hukum Positif di Indonesia”, Vol.3, Nomor 2, Amnesti : Jurnal Hukum