Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

"TRANSFORMASI HUKUM ISLAM KE HUKUM POSITIF"

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah hukum islam

Disusun oleh :

Alis Musrifah 214110304002

Nur Fajri Lukman Hakim 214110304023

Roro Niken Tunjicha 214110304013

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF.K.H.SAIFUDDIN ZUHRI

TAHUN 2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Transformasi nilai-nilai hukum islam kedalam hukum positif di Indonesia
berawal dari ketidakpastian hukum islam dalam memberlakukan hukum islam di
Indonesia karena Indonesia bukan negara Islam. Perkembangan hukum Islam
secara materil khususnya di Indonesia sangat dibutuhkan untuk dijadikan sebagai
legitimasi dalam berusaha dan bertindak. Sementarapengembangan secara
kelembagaan dibutuhkan untuk lebih memperkokohkedudukan hukum Islam itu
sendiri dalam kaitannya dengan pengembangan hukum Nasional. Hukum islam
sering digunakan dalam berbagai keadaan misalnya dalam hal perceraian,
sengketa ekonomi syariah, dan masih banyak lainnya. Pentingnya transformasi
nilai-nilai hukum ke dalam hukum positif di Indonesia dapat diwujudkan salah
satunya dengan kajian lebih mendalam dari para akademisi di bidang hukum, para
pakar hukum islam, ahli waris islam, dan segenap warga negara Indonesia
khususnya yang beragama islam. Dengan demikian, posisi hukum islam di
Indonesia dulu hingga sekarang di era yang serba digital ini masih menarik
perbincangan, dimana Indonesia bukan negara islam secara konsititusional namun
mayoritas penduduknya adalah muslim. Hasil dari kajian riset ilmiah oleh
Muhammad Julijanto ditemukan bahwa ajaran islam yang menjadi itegral bagi
masyarakat muslim di Indonesia telah menggunakan hukum islam sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dalam memandu kehidupan bermasayarakat dengan
mengedepankan ketentraman, tidak menggangu pemeluk agama lain (non-
muslim) dalam beribadah sesuai apa yang termaktub dalam UU 1945, yang
bertujuan mengedepankan semboyan berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Berlakunya Hukum Islam Setelah Kemerdekaan

Negara Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.


Namun dengan kenyataan itu tidak sendirinya Indonesia dapat disebut sebagai
negara Islam dan pengakuan terhadap Piagam Jakarta pun tidak berarti telah
terbentuk negara Islam. Pengakuan terhadap Piagam Jakarta dalam dektrit
Presiden RI 1959 dapat diartikan bahwa hukum Islam berlaku bagi pemeluk-
pemeluknya. Sejarah pembentukan lembaga hukum Islam di Indonesia telah
mengalami banyak tantangan. Hal ini disebabkan banyaknya pihak yang
menghawatirkan jika hukum Islam itu benar-benar ditegakkan. Kekhawatiran
yang sengaja direkayasa ini dimulai sejak zaman kolonial Belanda. Pemerintah
kolonial masa itu memandang lembaga hukum Islam sebagai lembaga yang
berpotensi menjadi penghalang bagi kepentingan kolonialisme. Pandangan ini
terwariskan pada sebagian masyarakat Indonesia pasca kemerdekaan, termasuk
sebagian ahli hukum yang menganggap hukum Islam sebagai penghalang
pembangunan. Oleh karena itu, berbagai cara mereka lakukan yang pada intinya
ingin menghapus berlakunya nilai-nilai hukum Islam dan menghindarkan hukum
Islam menjadi hukum positif di Indonesia.

Tuntutan pembaharuan hukum cukup dirasakan tekanannya baik secara materil


maupun secara kelembagaan mengingat dasar negara Republik ini memberikan
jaminan bagi pemeluk agama di negeri ini untuk menjalankan ajaran agamanya
dengan sebaik-baiknya seiring dengan pesatnya pembangunan baik dalam bidang
ilmu dan teknologi yang membawa pengaruh terhadap sikap dan cara hidup
bangsa Indonesia. Selanjutnya memberikan dampak terhadap praktek kehidupan
beragama yang menuntut pembaharuan-pembaharuan hukum Islam. Setelah
Indonesia merdeka keberadaan hukum Islam semakin nyata, Pada tahun 1974
Undang-Undang Nomor 1 tentang perkawinan ditetapkan yang menegaskan

3
bahwa setiap perkawinan harus dilakukan menurut hukum agama. Kemudian,
disahkannya RUU Peradilan Agama tanggal 29 Desember 1989 oleh DPR
menjadi UU Nomor 7 Tahun 1989 merupakan fenomena khas Orde Baru,
sebagaimana yang terjadi pada tahun 1974 bahwa bila menyangkut inti nilai
Islam, para anggota DPR yang beragama Islam akan mempunyai pendirian yang
sama. Berikutnya adalah ditetapkannya Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang
penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam, berhubung dengan kemajemukan
hukum dalam sistem hukum nasional.

2. Teori - Teori tentang Berlakunya Hukum Islam di Indonesia

a. Ajaran Islam tentang penaatan hukum. Hal ini dapat di lihat misalnya dalam
Alquran: Q.S./1: 5; Q.S./2 : 179; Q.S./4 : 13-14-49-63-105; Q.S./5 : 44-45-47-48-
49-50; Q.S./ 24 : 51-52.
b. Teori penerimaan autoritas hukum, H.A.R. Gibb dalam bukunya, The Modern
Trends of Islam, menyatakan bahwa kalau orang Islam telah menerima Islam
sebagai agamanya, maka ia menerima autoritas hukum Islam terhadap dirinya.
c. Teori receptie in complexu, Teori yang mengatakan bahwa hukum yang berlaku
bagi rakyat pribumi adalah hukum agamanya. Teori ini dikemukakan oleh Mr.
Lodewijk Williem Cristian Van Den Berg (1845- 1927).
d. Teori receptie, Teori ini menyatakan bahwa hukum yang berlaku bagi rakyat
jajahan (pribumi) adalah hukum adat. Hukum Islam menjadi hukum kalau telah
diterima oleh masyarakat sebagai hukum adat. Teori ini muncul karena keperluan
penjajah yang dipopulerkan oleh Cristian Snouck Hurgronye, kemudian didukung
dan dikembangkan oleh Van Vollenhoven dan Ter Haar.
e. Teori receptie exit, maksudnya adalah bahwa teori receptie harus keluar dari
teori hukum nasional Indonesia karena bertentangan dengan UUD 1945 serta
bertentangan dengan Alquran dan Sunnah Rasul. Teori ini dikembangkan oleh
Hazairin dalam bukunya Tujuh Serangkai Tentang Hukum.

4
f. Teori receptie a contrario. Teori ini menyatakan bahwa hukum yang berlaku
bagi rakyat adalah hukum agamanya; hukum adapt baru berlaku kalau tidak
bertentangan dengan hukum agama. Teori ini dikembangkan oleh Sayuti Thalib
dan merupakan kelanjutan dari teori receptie exit yang dikemukakan oleh
Hazairin.

3. Bentuk-Bentuk Transformasi Hukum Islam kedalam Hukum Positif

Nilai-nilai islam jika ditinjau dari sisi hermeneutika terkait transformasi hukum
islam ke dalam sistem hukum nasional maka yang terjadi adalah menjadikan
mashlahah dalam beragama islam, bernegara dan bersosisialisasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Artinya dengan pendekatan hermenetika hukum maka
pentransformasian nilai-nilai hukum islam di Indonesia dapat diwujudkan melalui
konsep mashlahah diniyyah yang ada pada agama Islam, dimanapun dan
kapanpun hukum islam ditegakkan yang terpenting adalah nilai kemashlahatan
harus terjaga demi menjadikan keutuhan NKRI yang sudah final.Dalam hal
pembentukan nilai-nilai hukum islam sebagai transformasi kedalam hukum
nasional telah terjadi potensialitas yang tinggi dalam proses transformasi nilai dan
asas serta kaidah hukum islam ke dalam hukum nasional.Warga negara Indonesia
perlu diberi pemahaman tentang konsep negara dalam menjalankan aturan di
negara ini, maka dalam hal ini potensi yang didapat dalam transformasi nilai, asas,
dan kaidah hukum yang sudah dilakukan oleh pemerintah harus ditingkatkan
kembali. Misalnya, dengan memberikan percontoh kepada masyarakat muslim
melalui sikap keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan bagi pemeluknya masing-
masing.Yang selanjutnya adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat
akan pentingnya masyarakat yang demokratis dan berkeadaban, dan ketiga adalah
memberikan pemahaman kepada masyarakat di seluruh Indonesia untuk selalu
memiliki kompetensi dan keterampilan yang unggul sesuai keahlian masing-
masing, sehingga terjalinlah semangat nasionalism serta solidaritas antar umat
beragama secara universal. Inilah sebagai bentuk dari upaya masyarakat dalam

5
rangka mentransformasikan nilai-nilai hukum islam kedalam hukum nasional
dengan cara menjadikan negara Indoneisa sebagai negara yang berketuhanan yang
maha esa, bukan negara islam.

4. Tahapan Transformasi Nilai Hukum Islam kedalam Hukum Positif

Fakta sejarah perjalanan hukum di Indonesia mendeskripsikan, bahwa


kehadiran hukum Islam dalam hukum nasional merupakan perjuangan eksistensi.
Teori eksistensi merumuskan keadaan hukum nasional Indonesia masa lalu, masa
kini, dan masa datang, menegaskan bahwa hukum Islam itu ada dalam hukum
nasional Indonesia, baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam konteks
Indonesia, eksistensi hukum Islam dalam penerapannya menjadi hukum positif,
dapat dilakukan hanya sebatas yang ada berkaitannya dengan hukum private yakni
dalam hal ber-muamalah. Sedangkan yang berkaitan dengan hukum publik, Islam
sampai hari ini masih menjadi hukum yang dicita-citakan (baru menjadi
rancangan undang-undang) semisal dengan lahirnya UU perbankan syariah.
Walaupun begitu, seluruh upaya untuk lebih menerapkan hukum Islam di
Indonesia patut diapresiasi dengan baik, dengan tidak menutup kemungkinan
adanya halangan serta rintangan dan juga tantangan yang datang dari segala
penjuru dalam menolak eksistensi hukum Islam ke arah yang lebih baik lagi
melalui berbagai (Kompilasi hukum islam, kodifikasi hukum islam, unifikasi
hukum islam, yang dimanifestasikan ke dalam hukum nasional. Upaya
implementasi hukum islam yang ada di Indonesia dapat dilakukan melalui dua
tahapan. Pertama, dengan jalur iman dan taqwa. Maksudnya ialah para pemeluk
agama Islam melaksanakan kegiatan kegiatan yang ada hubungannya dengan
hukum Islam dilaksanakan secara pribadi sesuai dengan tingkat pemahaman dan
kemampuan serta kualitas keimanan yang dimiliki, begitupun dalam hal
ketaqwaan-nya. Kedua, transformasi nilai-nilai hukum islam dapat dilakukan
dengan mematuhi rambu-rambu peraturan yang telah ada. Contohnya UU

6
perkawinan, maka lakukanlah dengan mengacu peraturan yang ada pada UU
perkawinan.

5. Konsep Transformasi Nilai-Nilai Islam ke Dalam Hukum Positif

Mentransformasikan nilai-nilai Islam ke dalam hukum positif nasional berarti


mengintegrasikan Islam dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hukum positif nasional yang kering dari dimensi spiritual keagamaan akan
menjadi lebih religius dengan nuansa Islam yang tetap memiliki karakter ke-
Indonesiaan. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama
Islam, akulturasi Islam dengan budaya adat lokal menjadi tata aturan yang dipakai
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga Islam dan budaya adat lokal telah menjadi
satu kesatuan nilai-nilai kehidupan yang ada dalam masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu, nilai-nilai kehidupan tersebut seharusnya menjadi dasar utama dalam
membentuk hukum positif nasional. Transformasi nilai-nilai Islam ke dalam
hukum positif nasional dapat menyatukan hukum yang telah lama terdikotomik
dan sekuler akibat dari sistem hukum peningggalan penjajah Belanda. Meskipun
tidak secara langsung tertulis seperti dalam pemberlakuan hukum syariah,
transformasi nilai-nilai Islam seperti membangun peradaban Islam di suatu negara
yang bukan negara Islam.Hukum yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam akan
terasa hingga pada aplikasi nyata dalam praktek kehiduan, sehingga bukan hanya
sekedar hukum yang bersifat normatif tertulis dalam peraturan perundang-
undangan yang sering dilanggar, tetapi benar-benar dapat diwujudkan dalam
tindakan yang nyata. Indonesia memerlukan transformasi nilai-nilai agama ke
dalam hukum positif nasional untuk menjembatani terputusnya hubungan
integrasi diantara keduanya. Peradaban Islam yang diharapkan dalam kehidupan
bernegara ini dapat tercapai dengan cara-cara yang mampu menjamin
terlaksananya sistem hukum yang lebih baik. Integrasi hukum dengan agama
melalui transformasi nilai-nilai Islam mampu meminilimalisir tendensi
kepentingan yang bersifat pribadi atau kelompok.

7
BAB III

KESIMPULAN

Bentuk-Bentuk Transformasi Hukum Islam kedalam hukum positif jika ditinjau


dari sisi hermeneutika terkait transformasi hukum islam ke dalam sistem hukum
nasional maka yang terjadi adalah menjadikan mashlahah dalam beragama islam,
bernegara dan bersosisialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan
pendekatan hermenetika hukum maka pentransformasian nilai-nilai hukum islam
di Indonesia dapat diwujudkan melalui konsep mashlahah diniyyah yang ada pada
agama Islam, dimanapun dan kapanpun hukum islam ditegakkan yang terpenting
adalah nilai kemashlahatan harus terjaga demi menjadikan keutuhan NKRI yang
sudah final. Dalam hal pembentukan nilai-nilai hukum islam sebagai transformasi
kedalam hukum nasional telah terjadi potensialitas yang tinggi dalam proses
transformasi nilai dan asas serta kaidah hukum islam ke dalam hukum nasional.
Fakta sejarah perjalanan hukum di Indonesia mendeskripsikan, bahwa kehadiran

8
hukum Islam dalam hukum nasional merupakan perjuangan eksistensi. Dalam
konteks Indonesia, eksistensi hukum Islam dalam penerapannya menjadi hukum
positif dapat dilakukan hanya sebatas yang ada berkaitannya dengan hukum
private yakni dalam hal ber-muamalah. Namun, seluruh upaya untuk lebih
menerapkan hukum Islam di Indonesia patut diapresiasi dengan baik, dengan
tidak menutup kemungkinan adanya halangan serta rintangan dan juga tantangan
yang datang dari segala penjuru dalam menolak eksistensi hukum Islam ke arah
yang lebih baik lagi melalui berbagai (Kompilasi hukum islam, kodifikasi hukum
islam, unifikasi hukum islam, yang dimanifestasikan ke dalam hukum nasional.
Mentransformasikan nilai-nilai Islam ke dalam hukum positif nasional berarti
mengintegrasikan Islam dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Yogi Prasetyo, 2020 “Transformasi Nilai-Nilai Islam dalam Hukum Positif”,


Vol.5, Nomor 1, Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum : Al-ahkam

Asep Deni Adnan Bumaeri, dkk, 2021 “Transformasi Nilai Hukum Islam
terhadap Hukum Positif di Indonesia”, Vol.3, Nomor 2, Amnesti : Jurnal Hukum

Darussalam Syamsuddin, 2015 “Transformasi Hukum Islam di Indonesia”, Vol.2,


Nomor 1, Jurnal Al-Qadau

Anda mungkin juga menyukai