Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“Eksistensi dan Fungsi Sumber Hukum Islam Dalam Legislasi Hukum di


Indonesia”

DISUSUN OLEH

Adhani Arfianitasari

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum merupakan seperangkat aturan, norma, ataupun kaidah yang ditetapkan oleh
negara atau yang berasal dari gejala-gejala aktifitas kehidupan masyarakat. Hukum selalu
menyertai kehidupan masyarakat di manapun berada, karena hukum akan menghasilkan suatu
kedaaan yang diinginkan bersama, seperti; kedamaian, kepastian, ketertiban, perlindungan
dan keadilan. Hukum adalah wujud keterikatan manusia dengan keadaan yang
melingkupinya, tanpa hukum, kehidupan manusia akan kacau/chaos dan akan berlaku homo
homini lupus, yakni manusia merupakan serigala bagi manusia lain, yang diwujudkan sebagai
hubungan manusia yang saling merugikan dan saling memakan hak antara satu dengan yang
lain.

Pengaruh perkembangan hukum Islam di Indonesia muncul sejak agama Islam hadir
di Indonesia pada abad ke XIII M. Kajian tentang pengaruh hukum Islam di Indonesia dapat
dijadikan strategi yang tepat dalam mendekatkan dan mensosialisasikan bangsa ini dengan
hukum Islam. Pada awal penerapan hukum Islam, selalu diwarnai dengan benturan tradisi
yang berlaku di masyarakat di Indonesia. Namun, dengan nilai dan asas ajaran Islam yang
rahmatallil’alamin, hukum Islam mudah diterapkan dan menyatu dalam aktifitas kehidupan
masyarakat.

Hukum Islam selalu berkembang seiring dengan munculnya kesadaran bagi umat
Islam untuk menjalankan atau mentaati hukum Islam seperti yang diperintahkan dalam Al-
Qur’an- Al-Hadist dan Ijtihad. Dengan demikian hukum Islam menjadi kebutuhan hukum
umat Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah eksistensi hukum islam dalam legislasi hukum di Indonesia ?
2. Bagaimanakah fungsi sumber hukum islam dalam legislasi hukum di Indonesia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui eksistensi hukum islam dalam legislasi hukum di Indonesia
2. Untuk mengetahui fungsi sumber hukum islam dalam legislasi hukum di Indonesia
BAB 11

PEMBAHASAN

A. Eksistensi Hukum Islam dalam legislasi hukum di Indonesia

Sejarah perkembangan hukum Islam di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sejarah
perkembangan Islam itu sendiri. Hukum Islam merupakan bagian yang penting, jika tidak
disebut yang terpenting, dalam Islam. Hukum Islam adalah representasi pemikiran Islam,
manifestasi yang paling khas dari pandangan hidup Islam dan intisari dari Islam itu sendiri.
Hukum Islam masuk di Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Islam di negara ini.
Terdapat tiga teori tentang masuknya Islam ke Nusantara, yaitu teori Gujarat (India), teori
Mekkah (Arab), dan teori Persia. Ketiga teori ini mencoba memberikan jawaban tentang
permasalahan masuknya Islam ke Nusantara berkenaan dengan waktu masuknya, asal negara
yang menjadi perantara, atau sumber pengambilan ajaran Islam dan pelaku penyebarannya.
Teori pertama mengatakan bahwa awal penyebaran Islam di Indonesia pada abad ke-13 M.
Tempat asalnya Gujarat dan pelakunya adalah para pedagang India yang telah memeluk
agama Islam. Teori kedua lebih cenderung mengatakan bahwa penyebarannya terjadi pada
abad ke-7 M. Dalam teori ini terdapat dua pendapat tentang asal negara dari mana Islam
masuk. Satu pendapat mengatakan, berasal dari Gujarat, dan yang lain mengatakan, berasal
dari Timur Tengah, yaitu Mesir dan Mekkah, dan pelaku penyebarannya adalah pedagang
Arab. Teori ketiga berpendapat bahwa Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Persia,
singgah di Gujarat, dan terjadi pada abad ke-13.

Pemaparan teori-teori masuknya Islam ke Indonesia sebagaimana tersebut di atas tidak


dimaksudkan untuk mengulang polemik tentang persoalan tersebut, tetapi sekadar ingin
menggambarkan bahwa hukum Islam yang merupakan bagian terpenting dari agama Islam
telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia dan telah menjadi sebuah norma yang
mengatur kehidupan mereka.

Pada masa kesultanan Islam, hukum Islam menjadi acuan penting dalam menyelesaikan
kasus-kasus hukum yang timbul di tengah-tengah masyarakat. Karya Nuruddin Ar-Raniri
yang hidup pada abad ke-17 di Aceh dengan judul Shirathul Mustaqim (Jalan Lurus)
merupakan kitab hukum Islam yang pertama yang disebarkan ke seluruh Indonesia untuk
menjadi acuan hukum umat Islam. Oleh Syekh Arsyad Banjar yang menjadi mufti di
Banjarmasin, kitab ini diperluas dan diperpanjang uraiannya dan dijadikan acuan dalam
menyelesaikan sengketa antarorang Islam di daerah kesultanan Banjar. Di daerah kesultanan
Palembang dan Banten diterbitkan pula beberapa kitab hukum Islam sebagai acuan normatif
dalam menyelesaikan kasus-kasus hukum yang terjadi. Hukum Islam juga diberlakukan di
kerajaan-kerajaan Demak, Jepara, Tuban, Gersik, Ampel, dan Mataram. Dengan demikian,
dapatlah dipahami bahwa sebelum Belanda mengukuhkan kekuasaannya di Indonesia, hukum
Islam telah mempunyai kedudukan tersendiri dalam masyarakat. Sebagai hukum yang berdiri
sendiri, hukum Islam telah ada dan berlaku di dalam kehidupan masyarakat Indonesia,
tumbuh dan berkembang di samping hukum adat. Pada masa penjajahan Belanda,
perkembangan hukum Islam di Indonesia dapat dilihat dalam dua bentuk. Pertama, adanya
toleransi pihak Belanda melalui VOC yang memberikan ruang agak luas bagi perkembangan
hukum Islam; bahkan dapat dikatakan bahwa VOC turut membantu menyusun suatu
Compendium yang memuat hukum perkawinan dan hukum kewarisan Islam dan berlaku di
kalangan umat Islam. Kedua, adanya upaya intervensi Belanda terhadap hukum Islam dengan
menghadapkannya pada hukum adat.

Pernyataan di atas menggambarkan pasang surut politik hukum Belanda terhadap hukum
Islam sebagai pengaruh teori-teori yang muncul saat itu, seperti teori Receptie in Complexu.
Teori ini digagas oleh Solomon Keyzer yang kemudian dikuatkan oleh Christian Van den
Berg (1845-1927). Menurut teori ini, hukum mengikuti agama yang dianut seseorang. Jika
orang itu memeluk agama Islam, maka hukum Islam-lah yang berlaku baginya.8 Dalam
bukunya Muhammadansch Recht, Van Den Berg menyatakan bahwa hukum Islam
diperlukan bagi orang-orang Islam bumiputra walaupun dengan sedikit penyimpangan-
penyimpangan. Teori inilah yang mempengaruhi sikap akomodatif VOC terhadap hukum
Islam sehingga mereka tidak menganggapnya sebagai sebuah ancaman yang harus ditakuti.
Dan berdasarkan teori ini pula Van den Berg mengusulkan agar dibentuk Pengadilan Agama
di Indonesia. Usul ini direspons oleh pemerintah kolonial dengan dikeluarkannya Stbl.1882
No.152 yang diberlakukan di Jawa dan Madura. Hakim yang bekerja di Pengadilan Agama
direkrut dari penghulu yang sekaligus menjadi penasihat Landraad dalam menyelesaikan
suatu perkara

Sikap akomodatif seperti yang tersebut di atas tidak berlangsung lama karena pemerintah
kolonial Belanda dipengaruhi oleh teori Receptie yang dikembangkan oleh Chrestian Snouck
Hurgronje (1857-1936), yang selanjutnya disistemisasikan secara ilmiah oleh Van Vollen
Hoven dan Ter Harr. Teori ini didasarkan kepada hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hurgronje di Aceh. Menurutnya, yang berlaku dan berpengaruh bagi orang Aceh yang
mayoritas beragama Islam bukanlah hukum Islam. Dan hukum Islam baru memiliki kekuatan
hukum apabila telah benar-benar diterima oleh hukum adat. Jadi, hukum adat-lah yang
menentukan berlaku-tidak berlakunya hukum Islam.10 Sebagai akibat teori ini, maka
perkembangan hukum Islam mengalami hambatan karena pemerintah kolonial Belanda
mengeluarkan kebijakan baru yang membatasi kewenangan Pengadilan Agama dengan
mengeluarkan Stbl. 1937 No. 116 dan 610.11 Teori Receptie ini cukup berpengaruh di
Indonesia sampai kurun waktu tahun 1970. Tetapi, setelah Indonesia merdeka dan UUD 45
berlaku sebagai dasar negara, sekalipun tanpa memuat tujuh kata dalam Piagam Jakarta,
maka teori Receptie di atas dinyatakan tidak berlaku lagi dan kehilangan dasar hukumnya.
Selanjutnya, hukum Islam berlaku bagi bangsa Indonesia yang beragama Islam sesuai dengan
ketentuan pasal 29 UUD 1945.

B. Fungsi Sumber Hukum Islam di Indonesia

Secara umum bahwa tujuan hukum Islam sering dirumuskan sebagai kebahagiaan hidup
manusia di dunia dan di akhirat kelak. Hal itu dengan jalan mengambil segala yang
bermanfaat dan mencegah ataupun menolak yang mudarat yaitu sesuatu hal yang tidak
berguna bagi hidup dan kehidupan. Dengan kata lain bahwa tujuan hukum Islam memiliki
makna lain yaitu bagi kemaslahatan hidup manusia, baik rohani ataupun jasmani, individual
dan sosial. Adapun Sumber-sumber hukum islam dibawah ini
1. Al Qur’an
Sumber hukum Islam yang pertama adalah Alquran, kitab suci umat Islam yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Alquran berisi petunjuk
bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya agar tercipta masyarakat yang
berakhlak mulia.
Adapun hukum-hukum yang terkandung dalam Alquran mengutip jurnal Perbandingan
Sumber Hukum Islam oleh Siska Lis Sulistiani (2017) adalah:

• Hukum I'tiqadiyyah: hukum yang berhubungan dengan keimanan kepada Allah SWT,
kepada Malaikat, kepada Kitab-kitab, para Rasul Allah, dan kepada hari akhir.
• Hukum Khuluqiyyah: hukum yang berhubungan dengan akhlak. Manusia wajib
berperilaku baik dan menjauhi perilaku yang buruk.
• Hukum Amaliyah: berhubungan dengan perbuatan manusia yang berkaitan dengan
ibadah dan muamalah dalam arti luas.

2. Hadist

Hadits adalah segala sesuatu yang berlandaskan pada Rasulullah SAW, baik berupa
perkataan, sifat, perbuatan, dan diamnya beliau. Keabsahan hadits sebagai sumber hukum
diterangkan dalam beberapa ayat Alquran, salah satunya surat Al Hasyr ayat 7 yang artinya.

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah…” (QS. Al Hasyr: 7). Ayat ini menekankan bahwa umat Islam
harus mengikuti hal-hal yang dicontohkan Rasulullah SAW dan menjadikannya suri tauladan.

fungsi-fungsi hadits antara lain:

• Menegaskan kembali keterangan atau perintah yang terdapat di dalam Alquran.


• Menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat Alquran yang datang secara global. Dalam
hal ini kaitannya ada tiga hal, yaitu menafsirkan serta memperinci ayat-ayat yang
bersifat umum; mengkhususkan ayat-ayat yang bersifat umum; dan memberi batasan
terhadap ayat bersifat mutlak.
• Menetapkan hukum-hukum yang tidak ditetapkan oleh Alquran.

3. Ijma

Bila terdapat persoalan baru yang keterangannya tidak dijelaskan dalam Alquran dan As
Sunnah, ijma-lah yang menjadi rujukannya. Yang dimaksud ijma adalah kesepakatan ulama
mujtahid pada satu masa setelah zaman Rasulullah atas sebuah perkara dalam agama. Contoh
ijma para sahabat Nabi adalah kakek mendapatkan bagian 1/6 dari harta warisan bersama
anak-laki-laki apabila tidak terdapat bapak.

Contoh lainnya mengutip buku Fikih Madrasah Aliyah Kelas XII yang disusun Mundzier
Suparta dan Djedjen Zainuddin (2016) yakni dikumpulkan dan dibukukannya nash Alquran.
Ide ini berasal dari Umar bin Khattab. Abu Bakar Ash-Shiddiq kemudian mengumpulkan
para ulama. Terjadi perdebatan karena hal tersebut tidak diperintahkan oleh Rasulullah SAW.
Tetapi pada akhirnya para ulama bersepakat untuk mengumpulkan dan membukukan Alquran
4. Qiyas

Qiyas artinya menetapkan hukum dengan cara mencari padanan suatu masalah yang
hendak diketahui hukumnya dengan hal yang telah diatur dalam Alquran dan Hadits. Dasar
hukum Qiyas terdapat dalam surat Al-Hasyr ayat 2 yang berbunyi. “Maka ambillah (kejadian
itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan!”. Salah satu
contoh qiyas adalah diharamkannya setiap minuman yang memabukkan. Hukumnya
disamakan dengan khamr (arak).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kedudukan atau eksistensi hukum Islam di Indonesia adalah diakui sebagai hukum
yang hidup di masyarakat, dijadikan pedoman untuk ditaati dan dipedomani oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia, salah satu sub sistem hukum nasional, dan sebagai hukum yang
menyeimbangkan hukum nasional dengan etika dan moral. Kedudukan hukum Islam di
Indonesia sangat kuat dan layak menjadi bahan pertimbangan dalam pembentukan hukum
nasional, karena membantu pembentukan politik hukum nasional untuk mencapai cita-cita
dan tujuan negara sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD NRI 1945.

B. Saran

Umat Islam harus pandai dan cerdas dalam mengambil peran pada program dan proses
legeslasi nasional. Apabila tidak mungkin secara formal, dapatmemperjuangkan hukum Islam
melalui kultural dan struktural dengan menumbuhkan sikap toleransi. Perjuangan penting dari
hukum Islam adalah mengimplementasikan nilai- nilai substansif ajaran hukum Islam dalam
ranah kehidupan berbangsa dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA

Ismiyanti. (2008). DIPONEGORO LAW REVIEW. PENGARUH SISTEM HUKUM


ISLAM TERHADAP, 296-299

Siroj, H. A (2018). At-Turas, Volume V,. EKSISTENSI HUKUM ISLAM, 100-109

https://kumparan.com/berita-hari-ini/sumber-sumber-hukum-islam-dan-fungsinya-
1vdLuftQVAW/full

Anda mungkin juga menyukai