NIM : 171110151
Jur/Smt/Kls : HK/4/D
2. Teori Receptie
Lain halnya dengan teori sebelumnya, teori ini menekankan bahwa hukum Islam tak selamanya
berlaku otomatis bagi pemeluk agama Islam. Hukum Islam berlaku ketika sudah diresepsi atau
direduksi dalam hukum adat. Jadi yang berlaku bagi kelompok atau umat Islam adalah hukum adat.
Teori ini dikemukakan oleh Cornelis van Vollenhoven dan Christian Snouck Hurgronje. Cornelis van
Vollenhoven adalah seorang ahli hukum adat Indonesia, yang diberi gelar sebagai pendasar dan
pencipta, pembuat sistem ilmu hukum adat. Sedangkan Christian Snouck Hurgronje adalah seorang
doktor sastra Semit dan ahli dalam bidang hukum Islam.
Penerapan teori Receptie dimuat dalam pasal 134 ayat 2 IS (Indische Staatregeling), yang berbunyi
sebagai berikut :
Dalam hal terjadi perkara perdata antara sesama orang Islam akan diselesaikan oleh hakim agama
Islam, apabila hukum adat mereka menghendakinya dan sejauh tidak ditentukan lain dengan
sesuatu ordonansi.
5. Teori Eksistensi
Dari dua teori yang muncul setelah masa kemerdekaan Indonesia di atas, maka berkelanjutan
dengan munculnya teori Eksistensi.
Teori Eksistensi adalah teori yang menerangkan tentang adanya hukum Islam dalam hukum
Nasional Indonesia – hukum positif -. Menurut teori ini bentuk eksistensi hukum Islam dalam hukum
nasional itu ialah : (1) Ada, yang dalam arti hukum Islam berada dalam tata hukum nasional sebagai
bagian yang terintegral darinya. (2) Ada, dalam arti lain yaitu kemandiriannya yang diakui
berkekuatan hukum nasional dan sebagai hukum nasional, (3) Ada dalam hukum nasional, dalam
arti norma hukum Islam berfungsi sebagai penyaring bahan-bahan hukum nasional Indonesia, (4)
Ada dalam hukum nasional, dalam arti sebagai bahan utama dan unsur penting hukum nasional
Indonesia.
Berdasarkan teori ini maka keberadaan hukum Islam dalam tata hukum Indonesia merupakan
sebuah kenyataan yang tidak dapt dibantah adanya. Bahkan lebih dari itu, hukum Islam merupakan
bahan utama atau unsur utama hukum nasional.