IMPERIALISME (1800-1942) 1. Sonia Puspa Rini (21302025) 2. Zillanatus Valindayu A (21302057) 3. Moh. Sayfudin (21302062) 4. Nisa’ Fadhilah (21302084) 5. Alrath Shahnaz Putri Az-zahra (22302049) RUMUSAN MASALAH • Bagaimana pengaruh pemerintahan kolonial Belanda terhadap perkembangan hukum Islam di Indonesia pada masa imperialisme Belanda? • Bagaimana corak hukum yang dapat ditemukan dalam bagian hukum Indonesia pada masa imperialisme Belanda? • Bagaimana teori-teori yang berkembang mengenai penerapan hukum Islam di Indonesia pada masa penjajahan Belanda, yaitu teori receptie in complexu, teori receptie, dan teori teceptie a contrario? Pengaruh pemerintahan kolonial Belanda terhadap perkembangan hukum Islam di Indonesia pada masa imperialisme Belanda. Pemerintahan kolonial Belanda memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan hukum Islam di Indonesia pada masa imperialisme Belanda. Pada masa itu, Belanda menerapkan sistem hukum barat modern dan mengubah hukum adat menjadi hukum barat. Hal ini berdampak pada hukum Islam di Indonesia, di mana hukum Islam menjadi terpinggirkan dan tidak diakui secara resmi oleh pemerintah kolonial. Dampak Kolonialisme di bidang politik Daendels atau Raffles sudah meletakkan dasar pemerintahan yang modern. Para Bupati dijadikan pegawai negeri dan digaji, padahal menurut adat istiadat kedudukan bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat Bupati dijadikan alat kekuasaan pemerintah kolonial. Pamong praja yang dahulu berdasarkan garis keturunan sekarang menjadi sistem kepegawaian. Pemerintahan kolonial Belanda mempengaruhi perkembangan hukum Islam di Indonesia pada masa imperialisme Belanda dengan beberapa cara. a.Pertama, Belanda menerapkan sistem hukum barat modern dan mengubah hukum adat menjadi hukum barat, sehingga hukum Islam menjadi terpinggirkan dan tidak diakui secara resmi oleh pemerintah kolonial. b. Kedua, Belanda memperkenalkan sistem pendidikan modern yang tidak memperhatikan pendidikan agama, termasuk pendidikan Islam. c. Ketiga, dampak kolonialisme dan imperialisme Belanda di bidang politik, ekonomi, dan sosial-budaya juga berdampak pada perkembangan hukum Islam di Indonesia. Meskipun demikian, hukum Islam tetap bertahan dan berkembang di Indonesia melalui Lembaga-lembaga keagamaan seperti pesantren dan majelis taklim CORAK HUKUM DALAM HUKUM ISLAM PADA MASA IMPERIALISME BELANDA MPERIALISME BELANDA Hukum Islam di Indonesia senantiasa terlibat pergumulan dan ketegangan dalam memposisikan relasi antara hukum Islam dan hukum adat yang merupakan politik penjajah Belanda di Indonesia. rkembangan hukum Islam dan adat berbeda setelah Belanda datang ke Indonesia yang semula bertujuan berdagang dan mencari rempah-rempah akan tetapi tujuan tersebut berubah ingin menguasai Indonesia dengan salah satu cara membentuk sebuah badan hukum yaitu persatuan pedagang-pedagang Belanda dengan nama VOC pada mulanya sampai akhir abad ke-19 M Belanda menguntungkan posisi hukum Islam dengan dikeluarkan Staatsblad No.152 tahun 1882 yang mengatur dan mengakui keberadaan peradilan agama di Jawa dan Madura. Teori tersebut yang mana orang Islam di Indonesia telah melakukan resepsi hukum Islam dalam keseluruhannya sebagai satu kesatuan sehingga hukum Islam ditempatkan sejajar dengan sistem hukum lainnya. Adapun perubahan orientasi krisis bagi hukum Islam dimulai ketika munculnya teori Receptie di mana hukum yang berlaku bagi umat Islam adalah hukum adat mereka masing-masing dengan persyaratan hukum Islam dapat berlaku apabila telah di resepsi oleh hukum adat sehingga hukum adat lah yang menentukan ada tidaknya hukum Islam Teori-Teori yang berkembang mengenai penerapan hukum islam di Indonesia a. Periode penerimaan hokum Islam secara penuh (Teori Receptio in Complexu) Dimana hukum islam diberlakukan sepenuhnya oleh orang-orang Islam sebagai pegangan dalam kehidupan beragama. Sebelum belanda datang ke Indonesia, hokum Islam telah banyak juga didirikan Lembaga-lembaga peradilan agama dengan berbagai nama yang ada. Lembaga peradilan agama ini didirikan ditengah-tengah kerajaan atau kesultanan dalam rangka membantu dalam penyelesaian masalah yang ada hubungannya dengan hokum Islam, dimana waktu itu hokum perkawinan dan hokum kewarisan Islam telah menjadi hokum yang hidup dan berlaku di Indonesia. Oleh sebab itu tidaklah heran kalau badan Peradilan Agama telah secara tetap dan mantap dapat menyelesaikan perkara perkawinan dan kewarisan orang Islam. b. Periode penerimaan hokum Islam oleh Hukum Adat (Teori Receptie) Periode penerimaan hokum Islam oleh hokum adat. Yang dikenal dengan teori Receptie, adalah periode dimana hokum Islam baru diberlakukan apabila dikehendaki atau diterima oleh hokum adat. Sehingga dapat dikatakan bahwa teori ini menentang teori yang telah berlaku sebelumnya, yaitu teori Receptie In Complexu. Teori ini dikemukakan oleh Christian Snouck Hurgranje (1857- 1936). Yakni penasihat pemerintah Hindia Belanda dalam Urusan Islam dan bukan dan bumi Putera. Teori-Teori yang berkembang mengenai penerapan hukum islam di Indonesia c. Receptio A Contario Theorie Teori Receptio A Contrario adalah kebalikan dari teori resepsi. Teori ini oleh Hazairin dan Sayuti Thalib sebagai pematah teori receptive. Dikatakan sebagai pematah, karena teori ini menyatakan pendapat yang sama sekali berlawanan arah dengan teori receptive Christin Hurgronje. Pada teori ini justru hokum adat-lah yang berada dibawah hokum Islam dan harus sejiwa dengan hokum Islam, sehingga hokum adat baru dapat berlaku jika telah dilegalisasi ileh Hukum Islam. Sayuti Thalib menyatakan bahwa dalam hukum perkawinan dan kewarisan bagi umat Islam berlaku hukum Islam. Pada masa kesimpulan Belanda, pengaruh imperialisme pemerintahan kolonial Belanda terhadap perkembangan hukum Islam di Indonesia sangat signifikan. Terdapat tiga corak hukum yang dapat ditemui dalam bagian hukum Indonesia, yaitu hukum Islam, hukum adat, dan hukum kolonial. Pada konferensi departemen kehakiman di Salatiga tahun 1950, Hazairin menyatakan bahwa hukum Islam yang berlaku di Indonesia tidak berdasarkan pada hukum adat, karena setiap hukum yang ada di Indonesia, baik hukum Islam maupun hukum adat, berlaku berdasarkan sokongan perundang-undangan yang ada di Indonesia Terimaaa kasih