Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Masykuri Abdillah, M.A.
Dr. Khamami, M.A.
Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1
Pada makalah ini, penulis memfokuskan pada permasalahan:
C. Tujuan Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ulil Absiroh, dkk, “Sejarah Pemahaman 350 Tahun di Indonesia Dijajah
Belanda”, artikel diakses pada 14 April 2021 dari
https://media.neliti.com/media/publications/205480-sejarah-pemahaman-350-tahun-
indonesia-di.pdf
3
mendirikan Verenidge Osst Indische Compgnie atau yang disingkat VOC,
atas inisiasi Maurits dan Johan Van Olden Barnavelt. VOC pertama kali
membuka kantor dagangnya di Banten pada tahun 1602 dan dikepalai
oleh Francois Wittert2.
4
pemangku kebijakan kerajaan Islam menempatkan hukum Islam sebagai
hukum negara. Sebagai contoh, untuk menyelesaikan perkara perkawinan
dan warisan, para raja mengangkat ulama-ulama untuk menyelesaikan
permasalah itu.
5
penerimaan hukum Islam secara menyeluruh oleh umat Islam. Teori ini
memperlihatkan kepada kita, sebuah proses negoisasi yang dilakukan
oleh Belanda terhadap penduduk pribumi, yang dipengaruhi sosio-
historis saat itu6.
6
Akibatnya, hukum Islam baru bisa diakui dan diterapkan, jika hukum
tersebut sudah dikehendaki dan diterima oleh hukum adat. Snouck
membangun paradigma ini dengan dalih, bahwa hukum yang berlaku di
Nusantara bukanlah hukum Islam, akan tetapi hukum adat yang bisa
mempengaruhi hukum Islam itu sendiri8.
8
Fitra Mulyawan dan Dora Tiara, “Karakteristik Hukum Islam Pada Zaman
Penjajahan Belanda dan Jepang”, dalam Unes Law Review, vol.3, No. 2, Desember
2020, h. 119.
9
Rohidin, Pengantar Hukum Islam: Dari Semenanjung Arabia hingga
Indonesia, (Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books, 2016) h. 173
7
pemerintah kolinal Belanda berusuaha menghidupkan kembali lembaga-
lembaga adat kuno, sehingga bisa menyaingi dan menekan Peradilan
Agama10.
10
Fitra Mulyawan dan Dora Tiara, “Karakteristik Hukum Islam Pada
Zaman...”, h. 120.
8
priesters), pada tahun 1760, lahirlah sebuah kompendium yang biasanya
disebut sebagai Kompendium Freijr, dan diberi judul Compendium der
voornaamste Mohammedannshe wetten en gewoonten nopens erfenisen,
huwelijken en echtscheidingen (Undang-Undang Pokok Hukum Islam
dan Adat tentang Kewarisan, Perkawinan, dan Perceraian
11
Abd. Somad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum
Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia, 2017), h. 224
9
Mahkamah Islam Tinggi dalam sidangnya yang pertama secara
terbuka pada 7 Maret 1938 di Jl. Cikini 8 Jakata, yang diketuai oleh KRH
Muhammad Isa dari Serang. Mahkamah tidak dapat mendatangkan
pihak-pihak atau saksi-saki tetapi berkuasa memerintahkan Pengadilan
Agama yang bersangkutan untuk memeriksa lagi pihak-pihak dan saksi-
saksi menurut petunjuk dari mahkamah.
Pada tahun 1808, saat di mana perkara perkara antara orang Islam
masih di selesaikan oleh pengadilan negeri, gubernur Jenderal Daendels
mengeluarkan peraturan terhadap hukum Islam di daerah Jawa tertentu.
Peraturan tersebut mengaskan bahwa kepala masjid (penghulu) wajib
bertindak sebagai penasehat pengadilan negeri dalam perkara antara
orang Islam. selain itu, kedudukan para penghulu sebagai tenaga ahli
hukum Islam dalam susunan pengadilan yang dibentuk, ditetapkan
sebagai penasehat dalam menyelasikan masalah12.
10
dengan situasi Hindia Belanda. Akan tetapi, Scholten justru mendapati
pribumi Islam yang sangat teguh dengan hukum Islam. Akhirnya, komisi
ini memberikan rekomendasi kepada pemeritahan kolonial Belanda, agar
para pribumi dibiarkan menggunakan hukum agama dan istiadat
mereka13.
13
Ahmad Azhar Basyir, “Hukum Islam di Indonesia dari Masa ke Masa”.
14
Muhammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Hukum Islam di Indonesia, cet. Ke.XXIII, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2019), h.
240.
11
beragam Islam yang telah berlangsung sejak zaman pemerintahan
kerajaan-kerajaan Islam.
15
Jajat Burhanudin, Islam dan Arus Sejarah Indonesia, (Jakarta: Prenada
Media, 2017), h. 257
12
pemberlakuan Staatsblasd 1937 No. 116, kewenangan pengadilan agama
di wilayaha Jawa dan Madura terhadap kewarisan dicabut dan dialihkan
ke pengadilan negeri16.
16
Marzuki, Pengantar Studi Hukum Islam: Prinsip Dasar Memahami
Berbagai Konsep dan Permasalahn Hukum Islam di Indonesia, cet. Ke. II, (Yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2017), h. 307
17
Sahid, Legislasi Hukum..., h. 45
18
Sahid, Legislasi Hukum..., h. 45
13
a) VOC mengeluarkan Statuta Batavia pada tahun tahun 1642.
Ketetapan itu menyatakan bahwa sengketa waris antara orang
pribumi yang bergama Islam, harus diselesaikan dengan
mempergunakan hukum Islam. Untuk menunjang hal tersebut,
VOC memperintahkan D.W. Freijer untuk menyusun
Compendium (buku ringkasan). Buku itu berisi pedoman hukum
perkawinan dan kewarisan Islam, yang telah mengalami revisi
dan penyempurnaan. Panduan ini dinamakan dengan
Compendium Frijier.
b) Penggunaan kitab hukum Mogharraer di Semarang, yang memuat
kaidah-kaidah hukum pidana Islam (Jinayah), pada tahun 1760.
Selain itu, juga dibuat Pepakem Cirebon yang mengatur perkara
perdata dan pidana di wilayah Kesultanan Cirebon, atas usulan
residen Cirebon, Mr P.C. Hosselar.
c) Belanda melalui VOC pada tanggal 25 Mei 1670, mengeluarkan
Resolutie der Indishe Regeering, yang memuat pemberlakuan
hukum waris dan perkawinan Islam pada pengadilan VOC bagi
orang Indonesia19.
d) Gubernur Jendral Herman (1808-1811) menegeluarkan kebijakan
bahwa hukum pribumi Jawa tidak boleh diganggu. Ia juga
meneguhkan hak dan kewajiban penghulu sebagai tenaga ahli
hukum Islam dalam susunan peradilan yang dibentuknya. Mereka
dijadika peasihata dalam suatu perkara20.
19
Andi Herawati, “Perkembangan Hukum Islam..”, h. 52.
20
John Bell, Indonesia Legal History 1602-1848¸ (Syedney: Oughter Press.
1982), h. 97
14
Sebagaimana penjelasan di atas, teori receptie memiliki
karakteristik yang berbeda dengan teori receptio in complexu, sehingga
memengaruhi kebijakan hukum kolonial di dalamnya. Beberapa di
antaranya seperti:
15
1. Proses Masuknya Jepang Ke Indonesia
21
Muhammad Ishak, “Sistem Penjajahan Jepang di Indonesia”, dalam Inovasi,
Vol. 9, No. 1, Maret 2012., h. 3.
22
“Sejarah Pendudukan Jepang (1942-1945)”, artikel diakses pada 12 April
dari
https://sumberbelajar.seamolec.org/Media/Dokumen/59c4c574865eac963be3cd30/31dc
8140a48da99cb0ff0574b04052d7.pdf
16
karena mereka dianggap akan membebaskan bangsa Indonesia dari
belenggu penjajahan bangsa Indonesia23.
23
“Pendudukan Jepang di Indonesia”, artikel diakses pada 12 April 2021 dari
http://eprints.dinus.ac.id/14415/1/[Materi]_pendudukan_jepang_di_indonesia.pdf
24
Rahman Syamsuddin, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2019), Cet-ke 1, h.55
25
Rahman Syamsuddin, Pengantar Hukum Indonesia, h. 56.
17
mengurangi fungsi dan wewenang. Contohnya adalah penggantian nama
Pengadilan Agama menjadi Suuryo Hooin dan Mahkama Islam Tinggi
diganti menjadi Kai Koyo Koota Hooin.
26
Fitra Mulyawan dan Dora Tiara, “Karakteristik Hukum Islam Pada
Zaman...”, h. 122.
27
Fitra Mulyawan dan Dora Tiara, “Karakteristik Hukum Islam Pada
Zaman...”, h. 123.
18
Untuk menggaet dukungan dari masyarakat Islam Indonesia,
pemerintaha kolonial Jepang berusaha menerapkan kebijakan yang
menguntungkan hukum Islam. Salah satunya adalah permasalah
uleebalang (kepala teritorial). Di Aceh dan terutama Sumatera Utara di
mana pengadilan adat dikontrol secara penuh oleh uleebalang dukungan
Belanda sejak perang Aceh 1870-1900. Kelompok ulama dan para
oponen otoritas uleebalang menjadi tulang punggung pendukung
kolompok sentimen pro-Jepang. Prinsip umum yang diterapkan oleh
pemerintahan militer Jepang ini membuat lembaga eksekutif dan
peradilan harus dipisahkan, maka otoritas uleebalang pada pengadilan
adat pun diruntuhkan, walaupun integritas dari otoritas administratif
mereke tetap dipertanahankan.
28
Rohidin, Pengantar..., h, 180.
19
BAB III
PENUTUP
A. Penutup
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Zaelani “Hukum Islam di Indonesia Pada Masa Penajajahan Belanda:
Kebijakan Pemerintahan Kolonial, Teori Receptie in
Complexu, Teori Receptie dan Teori Receptio A Contrario atau
Teori Receptio Exit”. Komunike. vol. 9, No. 1, Juni 2019.
Syamsuddin, Rahman. Pengantar Hukum Indonesia.Cet.ke-1. Jakarta:
Prenadamedia Group. 2019.
22