Disusun oleh:
Aryabimo-()
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kita dapat berkumpul pada kesempatan ini. Kami sebagai
penulis dengan ini menyampaikan sebuah makalah yang membahas tentang topik
“Modernisasi Islam Dan Manfaatnya”.
1. Bapak Prof. Dr. Oksidelfa Yant S.H., M.H., Dekan Fakultas Hukum Universitas
Pamulang
2. Bapak Dr. Taufik KurrohmanS.H.I., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Pamulang.
3. Bapak Serena Ghean Niagara S.H.,M.H.,Dosen pengampu mata kuliah Pendidikan
Agama yang telah banyak memberikan arahan dalam proses penyelesaian makalah
ini.
Makalah ini disusun sebagai bentuk penjabaran dari hasil penelitian atau pandangan
saya terkait dengan topik yang akan dibahas.Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena itu sangat diharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaannya makalah ini.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Tangerang Selatan,2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................2
ABSTRAK..................................................................................4
BAB I...........................................................................................6
Pendahuluan.................................................................................6
BAB II.........................................................................................8
Pembahasan.................................................................................8
1. Periode Kolonial......................................................................8
2. Periode Orde Lama..................................................................9
3. Periode Orde Baru.................................................................11
4. Periode Reformasi.................................................................12
BAB III.....................................................................................14
Kesimpulan................................................................................14
Daftar Pustaka.........................................................................15
ABSTRAK
Sistem hukum Indonesia telah mengalami perjalanan panjang yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor sejarah, budaya, dan perkembangan politik di wilayah ini. Sejak masa
pra-kolonial hingga saat ini, sistem hukum Indonesia telah mengalami transformasi
yang signifikan.
Pada masa pra-kolonial, Indonesia terdiri dari berbagai kerajaan dan negara-negara
kepulauan yang masing-masing memiliki sistem hukumnya sendiri. Sistem hukum
pada masa ini didasarkan pada prinsip-prinsip hukum adat dan adat istiadat yang
berlaku di setiap wilayah. Hukum adat ini bertumpu pada nilai-nilai kehidupan
masyarakat setempat dan diatur oleh para pemimpin adat atau raja-raja.
Pendahuluan
Sejarah hukum Indonesia memiliki akar yang kuat dan panjang yang melibatkan
berbagai periode dan perubahan yang terjadi dalam wilayah yang kaya budaya ini.
Dalam perkembangannya, hukum Indonesia terpengaruh oleh berbagai sistem
hukum, mulai dari hukum adat tradisional hingga pengaruh hukum kolonial Belanda
dan sistem hukum modern yang diterapkan setelah kemerdekaan.
Namun, perubahan politik yang bersejarah terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945,
ketika Indonesia meraih kemerdekaannya dari penjajahan Belanda. Setelah
kemerdekaan, Indonesia memulai pembentukan tatanan hukumnya sendiri. Proses
ini ditandai dengan pembentukan undang-undang dan konstitusi nasional yang
mencerminkan nilai-nilai keadilan, demokrasi, dan kedaulatan rakyat.
Sejak itu, hukum Indonesia terus mengalami perkembangan dan penyesuaian sesuai
dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh bangsa ini. Di era modern,
Indonesia memiliki sistem hukum yang berdasarkan pada konstitusi, peraturan
perundang-undangan, dan lembaga-lembaga peradilan yang independen.
RUMUSAN MASALAH
Pembahasan
1. Periode Kolonial
Pada masa tersebut, hukum di Indonesia secara umum dirancang dan diterapkan
untuk memenuhi kepentingan ekonomi kolonial Belanda. Sistem hukum yang
didasarkan pada kepentingan ekonomi kolonial tersebut menguntungkan Belanda
dan memperkuat dominasi serta kontrol mereka atas sumber daya dan produksi di
wilayah jajahan.
Beberapa aspek perubahan hukum yang terjadi selama masa kolonial termasuk
pengenalan hukum adat (hukum adat Belanda) yang menggantikan sistem hukum
tradisional yang ada sebelumnya, pendirian pengadilan-pengadilan Belanda yang
diperuntukkan bagi masyarakat Eropa dan pribumi dengan perbedaan perlakuan
yang signifikan, serta adopsi dan penyebaran hukum sipil Belanda yang
mencerminkan kepentingan dan nilai-nilai hukum Eropa
Dalam konteks ekonomi, tatanan hukum kolonial mendukung praktik monopoli dan
eksploitasi ekonomi oleh Belanda, yang menghambat kemajuan ekonomi dan
kepentingan ekonomi pribumi. Pada saat yang sama, hukum kolonial juga
memberikan keistimewaan dan perlindungan hukum kepada warga Belanda dan
pemilik modal Belanda di Indonesia.
Orde Lama mengacu pada periode sejarah Indonesia sebelum Orde Baru, yang
dimulai dari kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 hingga jatuhnya Presiden
Sukarno pada tahun 1966. Selama Orde Lama, Indonesia mengalami perubahan dan
perkembangan dalam sistem hukum yang mencerminkan perjuangan negara baru
yang sedang berkembang.
Konstitusi dasar yang digunakan selama Orde Lama adalah Undang-Undang Dasar
1945. Konstitusi ini menetapkan dasar-dasar negara, hak-hak dan kewajiban warga
negara, serta struktur pemerintahan. Meskipun secara teoritis menjamin prinsip-
prinsip demokrasi dan hak asasi manusia, pelaksanaannya tidak selalu
konsisten.Pada periode Orde Lama menganut sistem hukum campuran yang
terpengaruh oleh hukum kolonial Belanda dan juga hukum adat setempat. Hukum
pidana, perdata, dan administrasi diatur oleh undang-undang yang diadopsi dari
hukum Belanda, seperti KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) dan BW
(Burgerlijk Wetboek). Namun, hukum adat masih berlaku di daerah-daerah pedesaan
dan dalam beberapa kasus diakui oleh pengadilan.
Sistem peradilan Indonesia pada masa Orde Lama terdiri dari pengadilan umum dan
pengadilan agama. Pengadilan umum memutuskan perkara pidana, perdata, dan
administrasi, sedangkan pengadilan agama memutuskan perkara yang berkaitan
dengan hukum keluarga, waris, dan agama. Mahkamah Agung adalah lembaga
peradilan tertinggi yang bertugas memeriksa banding dan kasasi.Penegakan hukum
di Indonesia pada masa Orde Lama dilakukan oleh aparat kepolisian dan militer.
Kepolisian bertanggung jawab atas penegakan hukum umum, sementara militer
terlibat dalam penanganan masalah keamanan dan pertahanan negara. Kedua
lembaga ini memiliki kewenangan yang luas dalam mengatasi ancaman terhadap
keamanan dan stabilitas negara.
Selama Orde Lama, pemerintah menggunakan Undang-Undang Darurat untuk
mengatasi situasi yang dianggap mengancam keamanan negara. Undang-Undang
Darurat memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada pemerintah untuk
mengambil tindakan penangkapan, penahanan, dan pengadilan tanpa prosedur
hukum yang biasa.Sistem hukum Orde Lama juga mencerminkan kepentingan
ekonomi. Pemerintah memberlakukan kebijakan yang mendukung pembangunan
ekonomi nasional, termasuk melalui regulasi tentang investasi, peraturan tenaga
kerja, dan pengaturan sektor ekonomi tertentu. Hukum dan peraturan dibentuk
dengan mempertimbangkan kepentingan ekonomi negara.
Pemerintah Orde Lama juga mengendalikan organisasi politik dengan ketat. Partai
politik yang tidak sejalan dengan pemerintah atau dianggap mengancam stabilitas
politik dibubarkan atau dikecilkan perannya. PKI adalah salah satu partai politik yang
memiliki pengaruh besar dan kemudian dilarang setelah peristiwa Gerakan 30
September 1965.Pemerintah Orde Lama juga melakukan pembatasan yang signifikan
terhadap kebebasan berpendapat dan pers. Terdapat pembatasan terhadap
kebebasan media dalam menyuarakan kritik terhadap pemerintah, dan pers sering
kali ditekan untuk mendukung narasi resmi yang dibangun oleh pemerintah.
Orde Lama di Indonesia, yang berlangsung dari tahun 1945 hingga 1966, melihat
perubahan dan perkembangan dalam sistem hukum. Meskipun konstitusi dasar
mengakui prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia, implementasinya tidak
selalu konsisten. Sistem hukum yang digunakan adalah campuran dari hukum
kolonial Belanda dan hukum adat setempat. Penegakan hukum dilakukan oleh
aparat kepolisian dan militer, dengan Undang-Undang Darurat memberikan
pemerintah kekuasaan yang lebih besar untuk mengatasi ancaman keamanan
negara. Sistem hukum Orde Lama juga mencerminkan kepentingan ekonomi,
sementara pembatasan terhadap kebebasan berpendapat dan pers juga terjadi.
Orde Baru adalah periode dalam sejarah Indonesia yang dimulai pada tahun 1966
setelah jatuhnya Presiden Sukarno dan berlangsung hingga tahun 1998. Selama
masa Orde Baru, kekuasaan politik dipegang oleh Presiden Soeharto, yang
memimpin pemerintahan otoriter dan memiliki pengaruh yang besar dalam
pembentukan sistem hukum.
Pemerintah Orde Baru menekankan stabilitas politik sebagai prioritas utama. Hukum
digunakan sebagai instrumen untuk mengendalikan dan membatasi oposisi politik
serta melindungi kepentingan rezim. Hukum penjagaan keamanan negara (hukum
keamanan negara) diberlakukan untuk menindak kelompok-kelompok yang dianggap
mengancam kestabilan politik.Pemerintah Orde Baru juga menekankan pentingnya
hukum adat dalam menangani konflik sosial dan masyarakat adat. Undang-Undang
No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) diubah
untuk memberikan pengakuan hukum yang lebih besar terhadap hak-hak
masyarakat adat terkait dengan tanah.
Selama masa Orde Baru, polisi dan militer memiliki peran yang dominan dalam
penegakan hukum dan keamanan. Keamanan nasional diperkuat melalui Undang-
Undang Keamanan Negara, yang memberikan wewenang yang luas kepada aparat
keamanan untuk mengatasi ancaman terhadap negara. Selama Orde Baru, sistem
peradilan diperkuat untuk mendukung kebijakan politik pemerintah. Pengadilan
diperintahkan untuk menjaga kestabilan politik, membatasi kebebasan berbicara dan
berkumpul, serta menindak tegas setiap potensi ancaman terhadap rezim. Pada saat
yang sama, pengadilan juga berperan dalam menegakkan hukum ekonomi,
mengawasi investasi asing, dan menangani kasus korupsi.
Tetapi terdapat hal-hal yang cukup memperhatinkan selama periode Orde Baru,
pemerintah melakukan kontrol yang ketat terhadap media massa dan kebebasan
berpendapat. Pemerintah membatasi kebebasan pers, mengatur izin media, dan
menindak tegas terhadap kritik terhadap pemerintah. Hal ini dilakukan untuk
mempertahankan stabilitas politik dan memperkuat kendali pemerintah atas opini
publik.Terdapat juga pembatasan yang signifikan terhadap hak asasi manusia.
Pemerintah menggunakan berbagai undang-undang untuk membatasi kebebasan
berpendapat, berkumpul, dan berorganisasi. Aktivis politik dan kelompok oposisi
sering kali menjadi target tindakan represif dan penindasan dari aparat keamanan
negara.
4. Periode Reformasi
Periode reformasi adalah fase penting dalam sejarah hukum Indonesia yang dimulai
setelah jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998. Periode ini ditandai oleh
perubahan sosial, politik, dan hukum yang signifikan dalam upaya membangun
negara yang lebih demokratis, adil, dan berkeadilan.
Setelah jatuhnya Orde Baru, pemerintahan transisi dibentuk untuk mengawal proses
reformasi. Pada tahun 1999, MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) mengadakan
Sidang Umum yang menghasilkan empat Amandemen Konstitusi, yang melibatkan
perubahan dalam berbagai aspek hukum dan sistem politik.
Salah satu perubahan penting adalah pengakuan dan perlindungan yang lebih kuat
terhadap hak asasi manusia. Konstitusi mengakui hak-hak dasar, termasuk
kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi, kebebasan beragama, dan hak-hak
individu lainnya. Selain itu, pembentukan Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia) pada tahun 1993 memperkuat perlindungan terhadap pelanggaran hak
asasi manusia.
Selain itu, reformasi hukum juga melibatkan revisi undang-undang yang berkaitan
dengan korupsi, perlindungan lingkungan, hak anak, perlindungan konsumen, dan
lain-lain. Beberapa lembaga penegak hukum seperti Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) dan Ombudsman Republik Indonesia juga didirikan untuk memberantas
korupsi dan melindungi kepentingan publik.
Namun, meskipun telah terjadi kemajuan dalam periode reformasi, tantangan dan
permasalahan dalam sistem hukum Indonesia masih ada. Beberapa masalah yang
dihadapi termasuk lambatnya penegakan hukum, korupsi, akses terbatas terhadap
keadilan, dan ketidaksetaraan dalam perlindungan hukum bagi semua warga negara.
Dan juga,masalah korupsi tetap menjadi ancaman serius bagi pembangunan hukum
di Indonesia. Upaya yang berkelanjutan harus dilakukan untuk memperkuat lembaga
antikorupsi, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola pemerintahan. Langkah-langkah ini
akan membantu mengurangi praktik korupsi, membangun kepercayaan publik, dan
memperkuat keadilan dalam sistem hukum.
Dalam konteks aksesibilitas hukum masih ada kesenjangan akses terhadap keadilan
di Indonesia, terutama bagi masyarakat yang berada di daerah terpencil, miskin, atau
rentan. Diperlukan upaya untuk memperluas akses keadilan, baik melalui
peningkatan akses fisik ke pengadilan maupun dengan mengembangkan alternatif
penyelesaian sengketa yang lebih terjangkau dan efektif, seperti mediasi dan
arbitrase.
Kesimpulan
Dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi informasi, tantangan hukum yang
kompleks muncul, seperti masalah keamanan siber, hak kekayaan intelektual, dan
perlindungan data pribadi. Oleh karena itu, perlu adanya upaya kolaborasi antara
pemerintah, lembaga hukum, akademisi, dan masyarakat sipil untuk menciptakan
sistem hukum yang lebih adil, efektif, dan responsif di masa depan. Dengan
demikian, Indonesia dapat terus memperkuat dasar hukumnya sebagai landasan
yang kokoh bagi pembangunan dan kemajuan negara.
Daftar Pustaka
-Yanri, M. (2021, January 14). Sejarah Singkat Hukum di Indonesia - VIVA. VIVA.
https://www.viva.co.id/amp/vstory/sejarah-vstory/1339718-sejarah-singkat-hukum-
di-indonesia