Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Tata
Hukum Indonesia
Oleh:
FAKULTAS SYARI’AH
2019
KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat lindunganNya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini adalah bagian dari proses akademik dalam rangka
mengikuti pendidikan pada Program Sarjana Hukum Tata Negara dalam mata
kuliah Pengantar Tata Hukum Indonesia.
Penyusun
ABSTRACT
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum pada masa sekarang dan hukum pada masa lampau merupakan satu
kesatuan dan berhubungan erat, sambung menyambung atau tak terputus-putus.
Oleh karena itu kita hanya dapat mengerti hukum pada masa kini dengan
mempelajari sejarah.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertiam sejarah
2. Untuk mengetahui sistem hukum di Indonesia pada fase Pra Kolonial
3. Untuk mengetahui sistem hukum di Indonesia pada fase Kolonial
4. Untuk mengetahui sistem hukum di Indonesia pada fase Kemerdekaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sejarah
Secara etimologi kata sejarah berasal dari bahasa Arab (شجرة: šajaratun)
yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh () تاريخ.
Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu
atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia
yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi
history, yang berarti masa lalu manusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata sejarah berarti asal-usul
(keturunan) silsilah; kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pd masa
lampau; riwayat; tambo: cerita –; pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan
kejadian yg benar-benar terjadi dalam masa lampau; ilmu sejarah. Sedangkan di
kawasan orang-orang yang berbahasa Melayu (termasuk Indonesia) secara
sederhana kata “sejarah” itu diartikan sebagai cerita dan cerita masa lalu yang di
kenal dengan sebutan legenda, babad, kisah, hikayat, dan sebagainya yang
kebenaranya belum tentu tanpa bukti-bukti sebagai hasil penelitian.
Sejarah Hukum
Sejarah hukum adalah salah satu bidang studi hukum, yang mempelajari
perkembangan dan asal-usul system hukum dalam suatu masyarakat tertentu, dan
memperbandingkan antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan
waktu. Pemikiran tentang Sejarah hukum pertama kali dipelopori oleh Friedrich
Carl Von Savigny. Dalam studi ini, hukum dilihat sebagai suatu bagian yang tak
terpisahkan dengan sejarah bangsa, oleh karenanya hukum berubah menurut
waktu dan tempatnya. Dan apabila hukum itu dikatakan tumbuh maka dapat
diartikan bahwa system hukum yang sekarang senantiasa berhubungan dengan
system hukum dimasa lalu.
Ada banyak keuntungan dalam mempelajari sejarah hukum salah satunya
menambah pengetahuan kita mengenai suatu system lembaga atau pengaturan
hukum teretentu. Disamping itu dalam perananya sejarah hukum juga berusaha
mengenali dan memahami secara sistematis proses-proses terbentuknya hukum,
factor-faktor yang menyebabkan dan sebagainya dan memberikan tambahan
pengetahuan yang berharga untuk memahami fenomena hukum dalam
masyarakat.
C. Fase Kolonial
Sistem hukum pada hukum adat, tidak memadai untuk memaksakan rakyat
menaati peraturan-peraturan;
Hukum adat kalanya tidak mampu menyelesaikan suatu perkara, karena
persoalan alat-alat bukti;
adanya tindakan-tindakan tertentu yang menurut hukum adat bukan
merupakan kejahatan, sedangkan menurut hukum positif merupakan
tindakan pidana yang harus diberikan suatu sanksi
D. Fase Kemerdekaan
Penyakit lama orde baru, yaitu KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme)
masih kokoh mengakar pada masa pasca orde baru, bahkan kian luas
jangkauannya.Selain itu, kemampuan perangkat hukum pun dinilai belum
memadai untuk dapat menjerat para pelaku semacam itu. Aparat penegak
hukum seperti polisi, jaksa, dan hakim (kini ditambah advokat) dilihat masih
belum mampu mengartikulasikan tuntutan permbaruan hukum, hal ini dapat
dilihat dari ketidakmampuan Kejaksaan Agung meneruskan proses peradilan
mantan Presiden Soeharto, peradilan pelanggaran HAM, serta peradilan para
konglomerat hitam.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam sejarah sistem hukum di Indonesia pada masa kerajaan sebelum VOC
datang adalah menggunakan hukum adat sebagai hukum positip di tiap-tiap
daerah nusantara Indonesia yang ditaati dan dilaksanakan sebagai suatu adat
kebiasaan, yang secara turun temurun dihormati oleh masyarakat sebagai
tradisi bangsa indonesia.
2. Bahwa seiring dengan penjajahan Belanda, lambat laun Pemerintahan Hindia
Belanda menggeser hukum adat sedikit demi sedikit digantikan dengan
sistem hukum kodifikasi hukum Barat yang secara efektif berlaku sejak tahun
1848. Sejak tahun 1848, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Perdata dan Acara Pidana berdasarkan pada pola Belanda berlaku bagi
penduduk Belanda di Indonesia.
3. Bahwa Pada masa penjajahan Jepangpun hukum kolonial Belanda masih
digunakan karena Jepang tidak sempat mengeluarkan berbagai peraturan
perundang-undangan karena masa menjajah hanya 31/2 (tiga setengah) tahun
kecuali Undang-Undang Nomor 1 tahun 1942 yang berisi pemberlakuan
berbagai peraturan perundangan yang ada pada zaman Hindia Belanda.
4. Jadi pada era orde lama, Indonesia menggunakan hukum Tiban yaitu hukum
yang serta merta berlaku pada saat Indonesia merdeka. Oleh karena pada saat
itu Indonesia belum memiliki atau merumuskan hukum, sehingga dipastikan
bahwa produk hukumnya cenderung represif.Selanjutnya pada masa orde
baru, pemerintah memfokuskan perhatiannya pada aspek pembangunan
ekonomi.Pengurutan hukum juga menjadi agenda yang begitu penting dalam
hal ini UUD 1945, UU/Perpu, dan lain sebagainya.Sedangkan pada era
reformasi, wewenang presiden dikurangi serta ditelanjangi. Dimana setiap
kali mengangkat pejabat Negara dalam hal ini Panglima, Kapolri, Jaksa
Agung dan lain sebagainya mesti harus Fit and proper Test oleh lembaga
legislatif, dengan tujuan agar supaya gaya kepemimpinan otoriter pada masa
era orde baru tidak terulang kembali. Sehingga wewenang Presiden disatu sisi
tidak otonom.
DAFTAR PUSTAKA