Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HUKUM ISLAM

“Pengantar : Hukum Islam dalam Kurikulum Fakultas Hukum”

Disusun Oleh :
BHASKARA CAHYA SAMPURNA (P)_51

HUKAMA FARI PERDANA (M)_ 52

ALHARINTA ZULLIYA MAYANG SARI (M)_53

JASHINTA PUTRI RAHMADINA (M)_54

BIRGITTA RATIH KUSUMA DEWI (P)_55

KALVIN WAHYU JULIUS (P)_56

IRVAN FADILAH (P)_57

ANDRIYAN TRESNA KUSUMAH (P)_58

DYAH AYU CANDRA MEISAPUTRI (M)_59

HAMASAH TSABITAH (M)_60

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kesempatan serta kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang di tentukan.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Tidak lupa Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di dunia dan akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul :

“Pengantar : Hukum Islam dalam Kurikulum Fakultas Hukum”

Kami selaku penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya
bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila ada kesalahan pada makalah
ini kami sebagai penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Malang, 1 Februari 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara
hukum. Diawali di Yunani sejak abad ke-4 sebelum masehi, sampai saat ini
merambat ke seluruh dunia, konsep negara hukum tetap menjadi satu pemikiran yang
berkembang dengan dinamis. Sekarang, hampir semua negara menyatakan dalam
konstitusinya sebagai negara hukum. Hukum adalah suatu sistem peraturan yang di
dalamnya terdapat norma-norma dan sanksi-sanksi yang bertujuan untuk
mengendalikan perilaku manusia, menjaga ketertiban dan keadilan, serta mencegah
terjadinya kekacauan.

Disamping itu ada konsepsi hukum lain, diantaranya adalah konsepsi hukum
islam. Dasar dan kerangkanya ditetapkan oleh Allah SWT, tidak hanya mengatur
hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat, tetapi juga
hubungan-hubungan lainya, karena manusia yang hidup dalam masyarakat itu
mempunya berbagai hubungan.

Hukum Islam dipelajari di Fakultas Hukum, karena adanya alasan historis,


yuridis, penduduk, konstitusional dan ilmiah. Alasan yang paling mencolok ialah
kurang lebih 80% rata- rata penduduk Indonesia menganut agama Islam dan 20%
lainnya menganut agama Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Terlebih
dari itu, Hukum Islam dipelajari karena masih banyak penduduk Indonesia yang
menganut agama Islam tidak menahu tentang Hukum Islam, terutama dalam hal
hukum waris.

Hukum Islam sebagai salah satu sistem hukum yang juga berlaku di Indonesia
di samping sistem hukum lainnya (Sistem Hukum Adat dan Sistem Hukum
Barat/Eropa) pada dasarnya kedudukannya adalah sama. Ketiga sistem hukum
tersebut adalah relevan dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karma itu diperguruan
tinggi, hukum Islam merupakan salh satu unsur yang mutlak untuk kelengkapan
pengajaran ilmu hukum agar mahasiswa hukum mempunyai pemahaman yang
memadai tentang aspek-aspek hukum islam yang hidup dalam masyarakat serta
merupakan pematapan pemahaman dan pengamalan ilmu bagi para alumninya.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana alasan hukum islam diajarkan di Fakultas Hukum di Indonesia


berdasarkan:

a. Alasan Sejarah

b. Alasan Penduduk

c. Yuridis Normatif

d. Alasan Konstitusional

e. Alasan Ilmiah

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui alasan hukum islam diajarkan di Fakultas Hukum di


Indonesia berdasarkan antara lain Alasan Sejarah, Alasan Penduduk, Yuridis
Normatif, Alasan Konstitusional, dan Alasan Ilmiah.

1.4 Manfaat

Untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai Hukum Islam dan alasan –


alasan Hukum Islam diajarkan di Fakultas Hukum di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana alasan hukum islam diajarkan di Fakultas Hukum di Indonesia.

Salah satu alasan yang paling mencolok hukum islam dipelajari di Fakultas
Hukum Indonesia ialah kurang lebih 80% rata- rata penduduk Indonesia menganut
agama Islam dan 20% lainnya menganut agama Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan
Konghucu. Terlebih dari itu, Hukum Islam dipelajari karena masih banyak penduduk
Indonesia yang menganut agama Islam tidak menahu tentang Hukum Islam, terutama
dalam hal hukum waris. Selain itu juga, terdapat alasan-alasan hukum islam diajarkan
di Fakultas Hukum menurut Mohammad Daud Ali yaitu dengan membedakan
menjadi beberapa alasan. Beberapa alasan itu antara lain alasan sejarah (historis),
alasan penduduk, alasan konstitusional, alasan yuridis, dan alasan ilmiah. Penjelasan
secara singkat mengenai alasan-alasan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Alasan Sejarah

Bila membahas mengenai sejarah maka akan berkaitan pada segala


sesuatu yang sudah lampau. Lampau di sini dibatasi sampai pada zaman
kolonial Belanda yang pada waktu itu materi Hukum Islam juga dipelajari
pada sekolah tinggi hukum, baik yang ada di Batavia maupun di negeri
Belanda sendiri. Bahwa pada zaman Belanda materi hukum Islam dikenal
dengan istilah Mohamedaansch Recht.

Istilah Mohamedaansch Recht, Mohammedanism, ataupun


Mohammedan Law merupakan istilah-istilah tidak tepat sebab ada perbedaan
hukum Islam dengan aliran hukum umum. Perbedaanya dimana pada aliran
hukum umum, pencetus suatu mazhab hukum biasanya diabadikan ke dalam
aliran yang ia cetuskan. Perbedaan utama di sini yang menunjukkan
ketidaktepatan istilah Mohamedaansch Recht Mohammedanism, ataupun
Mohammedan Law, yakni karena hukum Islam adalah hukum yang bersumber
dari agama Islam yang berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Berbeda
juga pada agama-agama lain, agama Islam bukanlah agama yang didasarkan
pada pribadi penyebarnya, namun pada Allah sendiri. Sehingga Hukum Islam
bukan berasal dari Nabi Muhammad selaku utusan-Nya. Nabi Muhammad
semata-mata adalah penyampai hukum Tuhan yang nanti dikenal dengan
syariah. Dalam menyampaikan hukum Tuhan tersebut, Beliau melakukan
interpretasi-interpretasi sehingga apa yang menjadi kehendak Tuhan dapat
diimplementasikan dalam realitas kehidupan manusia.

b. Alasan Penduduk

Alasan penduduk intinya terkait dengan fakta bahwa Islam merupakan


agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia. Menurut sensus
(tahun 1980) 88,09% penduduk Indonesia mengaku beragama Islam. Karena
penduduk Indonesia ini mayoritas agamanya adalah agama Islam, maka sejak
dulu para pegawai, pejabat pemerintahan, dan ataupun para pemimpin yang
akan bekerja di Indonesia selalu dibekali dengan pengetahuan keislaman, baik
mengenai lembaganya maupun mengenai hukumnya yang tumbuh dan
berkembang di dalam masyarakat Muslim Indonesia. Hal ini pula yang
mendorong salah satu ahli hukum Belanda Christian van Den Berg
mencetuskan teori receptio in compelxu. Inti dari teori tersebut, yakni bahwa
hukum mengikuti agama yang dianut oleh setiap pemeluk agama. Artinya,
bahwa apabila seseorang beragama Islam, maka hukum Islam menjadi hukum
yang akan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Sebagai perbandingan berikut ini disajikan dalam sebuah tabel


negaranegara yang masuk dalam kategori negara Islam dimana Indonesia
menempati urutan pertama dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.
Negara Jumlah Penduduk (dalam juta) Muslim Bergama Islam.
c. Yuridis Normatif

Alasan secara yuridis ini dibedakan menjadi 2 (dua), yakni alasan


secara normatif dan alasan secara formal yuridis. Normatif berarti mengacu
pada berlakunya hukum Islam didasarkan pada keyakinan atau keimanan
masing- masing pemeluknya. Hukum islam yang berlaku secara normatif di
Indonesia, banyak sekali. Di antaranya pelaksaannya ibadah salat, puasa, haji,
bahkan akan keinstafan haram dan halalnya sesuatu. Keinstafan haram dan
halalnya sesuatu menjadi sumber kesadaran hukum bangsa Indonesia yang
beragama Islam untuk tidak melakukan kejahatan terutama yang berkenaan
dengan kejahatan perzinaan, pencurian, riba, dan sebagainya. Dipatuhi
tidaknya hukum Islam yang berlaku secara normatif dalam masyarakat muslim
ini tergantung pada kesadaran iman umat Islam itu sendiri.

Sedangkan formal yuridis berarti bahwa berlakunya hukum Islam


dikarenakan materi hukum Islam menjadi materi muatan peraturan perundang-
undangan atau ditunjuk berlakunya oleh suatu peraturan perundang-undangan.
Yang terakhir ini penulis berikan contoh, seperti diundangkannya Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Undang-Undang Nomor
41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat, serta di bidang ekonomi berupa Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara dan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan antara lain melalui Pasal 2 ayat (1),
yakni bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Ini menunjukkan apabila
orang Islam hendak melakukan perbuatan hukum bernama perkawinan, maka
padanya berlaku hukum Perkawinan Islam sebagaimana tertuang antara lain
dalam fikih munakahat. Undang-Undang Wakaf, Undang-Undang Zakat tidak
bisa dipungkiri bahwa secara substantif mendasarkan pada hukum Islam.
Adapun eksistensi hukum Islam di bidang ekonomi ditunjukkan oleh Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, antara lain
sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 angka 12, yakni ketika mendefinisikan
Prinsip Syariah, sebagai prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

Oleh karena itu, orang yang akan menjadi penegak atau pelaksana
hukum dalam masyarakat Islam Indonesia, harus mempelajari Hukum Islam,
dan perngkat penegakan hukum tersebut, agar berhasil dalam melaksanakan
tugasnya kelak di tengah-tengah masyarakat muslim.

d. Alasan Konstisional

Alasan Konstisional ini berdasar pada pernyataan UUD 1945. Dalam


Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa Negara (Republik Indonesia)
berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa. Maka tafsiran ayat tersebut hanya
mungkin sebagai berikut:

a) Dalam negara Republik Indonesia, tidak boleh terjadi atau berlaku sesuat
yang bertentangan dengan kaidah-kaidah Islam bagi umat Islam, atau
bertentangan dengan kaidah-kaidah agama Nasrani bagi umat Nasrani atau
bertentangan dengan kaidah-kaidah agama Hindu bagi orang-orang Hindu
Bali, atau yang bertentangan dengan kesusilaan Budha bagi orang-orang
Budha;

b) Negara Republik Indonesia wajib menjalankan syariat Islam bagi orang


Islam, syariat Nasrani bagi orang Nasrani, dan syariat Hindu bagi orang
Bali, sekedar menjalankan syariat tersebut memerlukan perantaraan
kekuasaan Negara;

c) Syariat yang tidak memerlukan bantuan kekuasaan Negara untuk


menjalankannya, dan karena itu dapat sendiri dijalankan oleh setiap
pemeluk agama yang bersangkutan, menjadi kewajiban pribadi terhadap
Allah bagi setiap orang itu, yang dijalankannya sendiri menurut agamanya
masing-masing (Hazairin, 1973 : 18).

Dengan bahasa sederhana Tafsir lain yang dapat diberikan, yakni


bahwa negara dalam produk hukum yang dikeluarkannya harus selaras dengan
nilai-nilai agama dan secara a contrario dapat ditafsirkan bahwa negara tidak
diperbolehkan mengeluarkan hukum atau peraturan perundang-undangan yang
bertentangan dengan nilai-nilai agama yang dianut oleh penduduk. Dengan
demikian, hukum Islam tentu saja menjadi sumber dalam pembangunan sistem
hukum nasional. Ini juga mendapatkan pengakuan oleh Badan Pembinaan
Hukum Nasional yang intinya menyebutkan bahwa Hukum Barat (Belanda),
Hukum Adat, dan Hukum Islam merupakan sumber bagi pembangunan hukum
nasional.

e. Alasan ilmiah

Alasan Ilmiah sebagai salah satu alasan Hukum Islam ada di dalam
KurikulumFakultas Hukum dengan dikaitkan dengan teori-teori berlakunya
Hukum Islam diIndonesia pada zaman Hindia Belanda adalah :

a) Teori Penerimaan Otoritas Hukum

Teori ini dikemukakan oleh HAR Gibb dalam bukunya yang berjudul ”The
Modern Trends of Islam”. Teori tersebut mengatakan bahwa orang Islam
yang telah menerima Islam sebagai agamanya, maka ia menerima otoritas
hukum Islam terhadap dirinya. Secara sosiologis orang-orang yang sudah
beragama Islam, menerima otoritas hukum Islam, taat kepada hukum
Islam. Tingkatan ketaatan tiap manusia muslim berbeda-beda, tergantung
ketaqwaanya masing-masing kepada Allah SWT.

b) Teori Receptio in Complexu

Teori ini dikemukakan oleh Prof. Mr. Lodewijk Willem Christiaan


van denBerg, yang mengatakan ”Bahwa bagi orang Islam berlaku penuh
hukum Islam, sebab dia telah memeluk agama Islam, walaupun dalam
pelaksanaanya terdapat penyimpangan-penyimpangan.Van den Berg juga
mengatakan ”Bahwa hukum yang berlaku bagi rakyat pribumi adalah
hukum agamanya.” Serta Van den Berg juga berperan dalam mengubah
Prister Raad & membangun pengadilan-pengadilan agama di berbagai
tempat.Van den Berg di bantu oleh Daendels dan Raffles :
-Daendels mengatakan : Hukum asli nusantara adalah hukum Islam.
-Raffles mengatakan : Hukum yang berlaku di Jawa adalah hukum Islam.

c) Teori Receptie
Teori ini dikemukakan oleh Christian Snouck Hurgronye, kemudian
dikembangkan oleh C. Van Vollenhoven dan Ter Haar Bzn. Teori receptie
mengatakan ”Bahwa hukum yang berlaku bagi rakyat pribumi / jajahan
adalah hukum Adat, hukum Islam berlaku sebagai hukum apabila diterima
sebagai hukum Adat oleh masyarakat adat. Teori ini berpangkal dari
keinginan Snouck Hurgronye agar jangan sampai orang-orang pribumi
(rakyat jajahan) kuat memegang Islam, sebab pada umumnya orang-orang
yang kuat memegang agama Islam dan hukum Islam, tidak mudah
dipengaruhi oleh peradaban barat.

Karena alasan itu pulalah studi hukum Islam dilakukam juga di


berbagai perguruan tinggi di luar negara atau negeri yang penduduknya
beragama Islam. Sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri, namanya dapat
dijumpai dalam daftar Kode Bidang atau Disiplin Ilmu dan Teknologi
UNESCO (LIPI, 1973) di bawah judul Islamic Law dengan nomor kode:
5606.01.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini yaitu untuk memberikan pengetahuan tentang
tujuan mata kuliah hukum islam. Tujuan dari mata kuliah hukum islam ini adalah agar
mahasiswa mengerti dan memahami hukum islam, dapat menyebutkan dan
menjelaskan alasan hukum islam diajarkan di Fakultas Hukum di Indonesia dari segi
alasan Sejarah, Penduduk, Yuridis normatif, Konstitusional, dan Ilmiah.

B. SARAN
Saran dari makalah ini yaitu selaku masyarakat Indonesia yang beragama,
hendaknya kita taat akan hukum yang berlaku di Negara Indonesia. Hal ini
dikarenakan dalam setiap agama, khususnya islam sangat menekankan akan
pentingnya mentaati hukum. Kesadaran hukum harus timbal balik dari diri masing-
masing individu agar tertib hukum dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Tanpa adanya kesadaran hukum, maka aturan-aturan hukum yang dibuat akan
percuma saja. Selaku umat islam adalah kewajiban kita untuk menegakkan Hukum
Islam di Indonesia, agar terciptanya suatu kerukunan hidup antar umat beragama.
DAFTAR PUSTAKA

Daud, Muhammad Ali. 2005. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam
di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Umam, Khotibu. 2015. Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama. Tangerang Selatan:
Universitas terbuka.

Jafar, A. Kumedi. 2012. Teori-Teori Pemberlakuan Hukum Islam di Indonesia.


Ejournal.Radenintan. (Online)
(http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/asas/article/download/1679/1400 , diakses
tanggal 30 Januari 2020)

Indasari, Dewi. Juli 2018. Teori Eksistensi Hukum Islam dan Pengembangannya dalam Tata
Hukum di Indonesia. Jurnal Politeknik Darussalam. (Online)
(http://eprints.polsri.ac.id/5441/2/jurnal%20dewi%20poltek%20darussalam%20juli%
202018%20%28Teori%20Eksistensi%29.pdf , diakses tanggal 30 Januari 2020)

Anda mungkin juga menyukai