Anda di halaman 1dari 21

Dosen Prodi:

Afdal Ilahi,S.Pd.I.,M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok IV
1. Dzillah Khoirotun Hisan
2. Gustina Siregar
3. Fitrah Mawaddah Lubis
4. Etti Mahlisna Nasution

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN 2022-2023
DAFTAR ISI

Halaman
i. DAFTAR ISI
ii. KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................1
D. Manfaat Penulisan..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................2


A. Konsepsi Hukum Islam..................................................................................2
B. Hukum Islam Merupakan Bagian Dari Islam.................................................3
C. Ruang Lingkup Hukum Islam........................................................................5
D. Tujuan Hukum Islam .....................................................................................7
E. Sumber Hukum Islam.....................................................................................11

BAB III PENUTUP..................................................................................................17


A. Kesimpulan.....................................................................................................17
B. Saran...............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................18
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tidak lupa pula
shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada keharibaan junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang-benderang. Adapun makalah yang akan dibahas yaitu dengan judul “Hukum
Islam”. Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat di
harapkan guna penyempurnaan makalah ini dan sebagai bahan acuan untuk kedepannya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen prodi mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yakni, bapak Afdal Ilahi,S.Pd.I.,M.Pd  atas ketersediaan menuntun
penulis dalam penulisan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah ikut
berpartisipasi dalam penyusunan dan pengumpulan data makalah ini. Tanpa bantuan dan
dukungan dari teman-teman semua maka makalah ini tidak akan terselesaikan dengan
tepat waktu.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jika kita berbicara tentang hukum, yang terlintas dalam pikiran kita adalah
peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia
dalam suatu masyarakat, yang dibuat dan ditegakkan oleh penguasa atau manusia
itu sendiri seperti hukum adat, hukum pidana dan sebagainya.
Berbeda dengan sistem hukum yang lain, hukum Islam tidak hanya
merupakan hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di suatu
tempat pada suatu massa tetapi dasarnya ditetapkan oleh Allah melalui wahyunya
yang terdapat dalam Al-Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai
rasulnya melalui sunnah beliau yang terhimpun dalam kitab hadits. Dasar inilah
yang membedakan hukum Islam secara fundamental dengan hukum yang lain. 
Adapun konsepsi hukum Islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan
oleh Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan
manusia lain dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan
manusia lain dalam bermasyarakat, dan hubungan manusia dengan benda serta alam
sekitarnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Konsepsi hukum dalam islam?
2. Apa Hukum Islam merupakan bagian dari islam?
3. Bagaimana ruang lingkup hukum Islam?
4. Apa tujuan dari adanya Hukum Islam?
5. Apa sajakah sumber Hukum Islam?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ruang lingkup hukum Islam sebagai bagian dari Agama Islam
di Indonesia
2. Agar tatanan hukum di Indonesia bisa didasarkan atas syariat islam.
3. Untuk memperjelas dan memberikan pemahaman pentingnya hukum islam.

D. Manfaat Penulisan
Sebagai bahan yang dapat memberikan suatu wacana bagi kita agar dapat
mengenal berbagai macam landasan hukum yang berkaitan dengan Syari’at Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsepsi Hukum Islam


Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur
tingkah laku manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarkat maupun peraturana atau norma yang dibuat
dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Bentuknya bisa berupa hukum
yang tidak tertulis, seperti hukum adat, bisa juga berupa hukum tertulis dalam
peraturan perundangan-undangan. Hukum sengaja dibuat oleh manusia untuk
mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan harta benda.
Sedangkan hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian
dari agama Islam. Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya
ditetapkan oleh Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia
dengan manusia dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia
dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri,
hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia
dengan benda alam sekitarnya.
Pengertian hukum islam menurut beberapa tokoh, dapat diartikan sebagai berikut. 
1. Abdul Ghani Abdullah 
Menurut Abdul Ghani Abdullah dalam bukunya yang diterbitkan di Gema Insani
Press mengungkapkan bahwa hukum islam sebagai hukum yang bersumber dan
menjadi bagian dari agama islam. Ia pun juga menyebutkan bahwa konsepsi
hukum islam sebagai dasar dan kerangka hukum yang ditetapkan oleh Allah. 
Hukum islam menurut Abdul Ghani Abdullah, tidak hanya mengatur antara
manusia dengan Tuhannya saja. tetapi juga mengatur hubungan antara manusia
dengan manusia. Juga mengatur antara hubungan manusia dengan alam semesta.
2. Amir Syarifuddin 
Beda lagi dengan pendapat Amir Syarifuddin, hukum islam menurutnya
sebagai perangkat peraturan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah
laku manusia mukalaf yang diakui dan diyakini. 
3. Eva Iryani
Hukum islam menurut Eva Iryani adalah syariat islam yang berisi sistem
kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rosul
mengenai tingkah laku orang yang sudah dapat dibebani kewajiban, yang
diakui dan diyakini, yang mengikat semua pemeluknya.  Eva Iryani menjelaskan
bahwa tingkah laku yang dimaksud adalah mengacu pada segala perilaku dan
sikap Rasulullah. Disebutkan pula syariat diambil berdasarkan pada istilah yang
merunut pada hukum-hukum yang diperintahkan Allah Swt untuk umat-Nya
dengan amaliyah. 

2
B. Hukum Islam Merupakan Bagian dari Islam
Islam dalam pengertian sebagai agama islam dalam artian sebagai hukum itu
memiliki suatu letak perbedaan, yaitu dari segi ruang lingkupnya serta dari segi
fungsinya. Oleh karena itu perlu kita pahami terlebih dahulu dimana letak
perbedaan islam sebagai suatu hukum islam sebagai suatu agama. Hukum menurut
kamus Besar Indonesia diartikan sebagai peraturan atau adat, yang secara resmi
dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas atau
bisa juga diartikan sebagai undang-undang, peraturan dan sebagainya yang
bertujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat. Sedanagkan menurut etimologi
kata yang digunakan, istilah hukum berasal dari kata hukm (arab) yang artinya
norma atau kaidah yakni ukuran, tolak ukur, patokn, pedoman yang dipergunakan
untuk menilai tingkah laku masusia dan benda (M.Daud Ali, 2007:44).
Jika kita meninjau hukum dari segi bentuknya makannya hukum itu terbagi
menjadi dua yaitu hukum tertulis seperti undang-undang dan hukum tidak tertulis
seperti hukum adat. Didalam hukum tertulis indonesia yang mengadopsi dari sistem
hukum barat biasanya hanya mengatur tentang kepentingan manusia dalam
kehidapan bermasyarakat saja atau dengan kata lain hukum hanya mengatur
hubungan manusia dengan manusia lain dan manusia dengan benda didalam suatu
masyarakat.
Sedangkan islam itu sendiri seperti yang terdapat dalam al-qur’an berasal
dari kata aslama (mendekatkan diri pada Allah), Salima (menyelamatkan), dan
Salama ( menyelamatkan diri sendiri). Dari ketiga istilah tersebut dapat kita
simpulkan arti islam itu sendiri yaitu menyelamatkan. Untuk mencapai suatu
keselamatan itu maka setiap muslim harus menggunakan akal pikirannya untuk
melaksanakan setiap ajaran islam dengan berlandaskan pada suatu natural atau yang
biasa disebut oleh umat islam dengan sebutan Sunatullah (hukum-hukum tuhan)
yang berasal langsung dari Tuhan. Sunatullah ini yang kemudian diterangkan
didalam al-Qur’an serta Hadits. Dalam perkembangan berikutnya Sunatullah yang
inilah yang akan menjadi sumber dari hukum islam.
Sedangkan islam sebagai suatu agama dapat kita simpulkan sebagai percaya
terhadap Allah yang Esa serta meyakini bahwa Muhammad itu Rasul nya. Agama
islam sebagai wahyu terakhir mengandung suatu ajaran yang merupakan suatu
sistem, terdiri dari akidah (iman, keyakinan), syariat/ syariah ( hukum ) dan akhlak
(moral) yang mengatur segala tingkah laku manusia dalam berbagai hubungan, baik
hubungan dengan tuhannya maupun manusia dengan dirinya sendiri, masyarakat,
benda atau makhluk lainnya.
Dalam hal ini umat islam tidak hanya berarti takut kepada ALLAH akan
tetapi juga aktif dalam kehidupan manusia baik itu antara hubungan manusia itu
dengan dirinya sendiri,dengan orang lain,maupun dengan lingkungan sekitarnya
yang tentu saja didalam pelaksanaannya memerlukan kadar iman dan takwa pada
setiap diri umat islam itu sendiri.Bahkan seorang ilmuan dari Belanda yang bernama
Cristian snouck hurgronje mengatakan bahwa islam a religion of law in the meaning
of the word (islam adalah agama hukum dalam arti kata yang sebenarnya).Karena

3
selain mengatur hubungan manusia dengan pencipta,didalam islam juga
mengajarkan tentang kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia lain dan benda dalam kehidupan masyarakat yang memerlukan
penyelenggaraan negara.
Didalam pelaksanaan hukum islam kita mengenal ada istilah syariat dan
fiqh.Menurut Prof.H.Mohammad Daud Ali,S.H. didalam buku pengantar ilmu
hukum dan tata hukum islam di indonesia.Syariat merupakan norma hukum dasar
yang ditetapkan ALLAH,yang wajib diikuti oleh orang islam berdasarkan iman
yang berkaitan dengan akhlak,baik hubungannya dengan ALLAH maupun dengan
sesama manusia yang dijelaskan lebih rinci oleh nabi Muhammad SAW.Oleh
karena itu syariat inilah yang menjadi nilai utama didalam pelaksanaan ajaran
agama islam.Selain syariat dikenal pula istilah fiqh didalam ajaran agama islam,fiqh
memiliki makna ilmu khusus memahami,mendalami syariat untuk dapat
dirumuskan menjadi kaidah konkret yang dapat dilaksanakan di masyarakat.

Ada beberapa Bagian-Bagian Hukum Islam diantaranya yaitu:


1.   Munakahat
Hukum yang mengatur sesuatau yang berhubunngan dengan perkawinan, perceraian
dan akibat-akibatnya.
2.   Wirasah
Hukum yang mengatur segala masalah yang berhubungan dengan pewaris, ahli
waris, harta warisan daan cara pembagian waarisan.
3.   Muamalat
Hukum yang mengatur masalah kebendaan daan hak-hak atas benda, tata hubungan
manusia dalam persoalan jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, perserikatan
dan lain-lain.
4.   Jinayat
Hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman
baik dalam jarimah hudud atau tindak pidana yang telah ditentukan bentuk dan
batas hukumnya dalam al quran daan sunah nabi maupun dalam jarimah ta’zir atau
perbuatan yang bentuk dan batas hukumnya ditentukan oleh penguasa sebagai
pelajaran bagi pelakunya.
5.   Al-ahkam as-sulthaniyah
Hukum yang mengatur soal-soal yang berhubungan dengan kepala negara,
pemerintahan pusat maupun daerah, tentara, pajak daan sebagainya.
6.   Siyar
Hukum yang mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk
agama dan negara lain.
7.   Mukhassamat
Hukum yang mengatur tentang peradilan, kehakiman, dan hukum acara.
Sistematika hukum islam daapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Al-ahkam asy-syakhsiyah (hukum perorangan)
2) Al-ahkam al-maadaniyah (hukum kebendaan)

4
3) Al-ahkam al-murafaat (hukum acara perdata, pidana, dan peradilan tata usaha)
4) Al ahkam al-dusturiyah (hukum tata negara)
5) Al-ahkam ad-dauliyah (hukum internasional)
6) Al-ahkam al-iqtishadiyah wa-almaliyah (hukum ekonomi dan keuangan)

C. Ruang Lingkup Hukum Islam


Ruang lingkup hukum Islam adalah objek kajian hukum Islam atau bidang-
bidang hukum yang ada di dalam bagian hukum Islam itu sendiri. Seperti halnya di
Indonesia yang memiliki hukum adat. Nah, hukum Islam ini tidaklah membedakan
antara hukum privat dan hukum publik. Hukum Islam ini jelas berbeda dengan
hukum Barat. Hal ini karena di dalam hukum Islam, pada bagian hukum perdata
terdapat segi-segi publik dan untuk hukum publik terdapat segi-segi perdata.
Hukum islam baik dalam pengertian syariat maupun fikih di bagi menjadi
dua bagian besar, yaitu:
1.  Ibadah (mahdhah)
Ibadah adalah tata cara dan upacara yang wajib dilakukan oleh seoraang
muslim dalam menjalankan hubingan kepada Allah, seperti shalat, membayar zakat,
menjalankan ibadah haji. Tata caara dan upacara ini tetap, tidak ditambah-tambah
maupun dikurangi. Ketentuannya telah di atur dengan pasti oleh Allah dan
dijelaskan oleh RasulNya. Dengan demikian tidak mungkin ada proses yang
membawa perubahan dan perombakan secaara asasi mengenai hukum, susunan dan
tata cara beribadah. Yang mungkin berubah hanyalah penggunaan aalat-alat modern
dalam pelaksanaannya.
Ibadah sendiri menjadi aktivitas penting yang dilakukan oleh setiap umat
Islam sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ibadah terbagi lagi
menjadi ibadah khusus dan ibadah umum.
Ibadah khusus adalah ibadah yang dilaksanakan langsung kepada Allah SWT
dan kemudian Rasulullah saw mencontohkannya agar diikuti oleh umat Islam.
Contoh dari ibadah khusus misalnya seperti sholat, zakat, puasa, dan haji.
Sedangkan ibadah umum adalah ibadah yang tata caranya diatur oleh Allah
SWT dan Rasulullah saw. Ibadah ini berkaitan dengan hubungan antara manusia ke
manusia lainnya. Atau manusia dengan alam.

2.   Muamalah (ghairu mahdhah)


Adalah ketetapan Allah yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia
walaupun ketetapan tersebut terbatas pada pokok-pokok saja. Untuk bidang
kemasyarakatan atau muamalah ini sifatnya adalah terbuka untuk nantinya bisa
dikembangkan dengan jalan berijtihad. Berbeda dengan bidang ibadah sebelumnya
yang tidak bisa dilakukan perubahan. Namun bidang muamalah ini justru bisa
dilakukan perubahan ke arah yang lebih modern seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini.

5
Bidang muamalah yang memiliki sifat umum ini pada hakikatnya semua akad
diperbolehkan untuk dilakukan, kecuali jika ada dalil yang membatalkan atau pun
melarang hal tersebut.
Hukum yang berhubungan dengan kemasyarakata atau muamalah ini
misalnya saja berupa munakahat, wirasah, muamalah dalam arti khusus, jinayat, al-
ahkam al-sulthoniyyah, siyar, dan mukhasamat.

Lalu dari kalangan para ulama juga membagi ruang lingkup hukum Islam
menjadi dua sebagai berikut:

1) Ahkam Al-Ibadat
Ruang lingkup hukum Islam berupa Ahkam Al-Ibadat adalah ketentuan atau
hukum yang di dalamnya mengatur tentang hubungan manusia dengan Tuhan.
Nah, dalam Ahkam Al-Ibadat ini terbagi lagi menjadi dua yang terdiri dari
Ibadah Mahdlah dan Ibadah Ghair Mahdlah.

2) Ahkam Al-Mu'amalat
Ruang lingkum hukum Islam berupa Ahkam Al-Mu’amalat adalah ketentuan
atau hukum yang mengatur tentang hubungan antara manusia. Di mana hal ini
terbagi menjadi lima sebagai berikut:
a. Ahkam Al-Ahwal Al-Syahsiyat (Hukum orang dan keluarga)
Hukum ini membahas mengenai seseorang atau subyek umum dan hukum
keluarga, misalnya saja perkawinan.
b. Ahkam Al-Madaniyat (Hukum benda)
Hukum ini membahas mengenai hal yang berhubungan dengan benda. Misalnya
saja seperti jual-beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, penyelesaian harta
warisan atau pun hukum warisan.
c. Al-Ahkam Al-Jinayat (Hukum Pidana Islam)
Hukum ini membahas tentang perbuatan yang dilarang atau berupa tindak pidana
dan ancaman atau sanksi bagi orang yang sudah melanggar. 
d. Al-Ahkam Al-Qadla wa Al-Marafa’at (Hukum acara)
Hukum ini membahas tentang acara di peradilan atau disebut juga hukum formil.
Misalnya saja aturan yang berhubungan dengan saksi, pengakuan, dan sumpah.
e. Ahkam Al-Dusturiyah (Hukum tata negara dan perundang-undangan)
Hukum ini membahas tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah politik.
Misalnya saja seperti pengaturan dasar dan sistem negara.

Nah, itulah pengertian dari ruang lingkup hukum Islam dan bidang-bidang yang
ada di dalamnya.. Semoga pembahasan ini bisa membantu sahabat Dream untuk
memahami lebih mudah terkait dengan ruang lingkup hukum Islam.

6
D. Tujuan Hukum Islam
Tujuan hukum Islam sejatinya adalah tujuan Pencipta hukum Islam itu
sendiri. Tujuan hukum Islam adalah arah setiap perilaku dan tindakan manusianya
dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup dengan mentaati serta menghindari apa
yang telah menjadi hukumNya. Dalam FirmanNya Allah tegas memberikan segala
ciptaannya pada manusia itu tidaklah sia-sia. Surah Al-Mu’minun ayat 115 yakni,

َ‫س ْبتُ ْم اَنَّ َما َخلَ ْق ٰن ُك ْم َعبَثًا َّواَنَّ ُك ْم اِلَ ْينَا اَل ت ُْر َج ُع ْون‬
ِ ‫اَفَ َح‬
Artinya: “Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada kami?” (Q.S. Al-Mu’minun: 115)
Allah SWT menurunkan syari’at hukum Islam untuk mengatur kehidupan
manusia, baik selaku pribadi maupun selaku anggota masyarakat. Hukum Islam
melarang perbuatan yang pada dasarnya merusak kehidupan manusia, sekalipun
perbuatan itu disenangi oleh manusia atau sekalipu perbuatan itu dilakukan hanya
oleh seseorang tanpa merugikan orang lain, seperti seorang yang minum-minuman
memabukkan (khamr). Dalam pandangan Islam perbuatan orang itu tetap dilarang,
karena dapat merusak akalnya yang seharusnya ia pelihara, walaupun mereka
membeli minuman tersebut dengan uangnya sendiri dan diminum dirumahnya tanpa
mengganggu orang lain.
Demikian juga perbutan hubungan seksual di luar nikah (zina), perbuatan
tersebut mutlak dilarang siapapun yang melakukanya, walaupun mereka
melakukanya itu dengan suka sama suka, tanpa paksaan dan tidak merugikan orang
lain.
Hal yang sama umpamanya melakukan bunuh diri, membuang jam tanganya
ke laut, atau membakar harta miliknya. Sekalipun perbuatan itu tidak merugikan
orang lain, namum tetap perbuatan tersebut terlarang.
Perbuatan di atas, menurut hukum di luar Islam, bukan suatu yang terlarang,
selama tidak merugikan orang lain, atau merugikan masyarakat. Dengan demikian
Islam adalah agama yang memberi pedoman hidup kepada manusia secara
menyeluruh, meliput segala aspek kehidupannya menuju tercapainya kebahagian
hidup rohani dan jasmani, baik dalam kehidupan individunya maupun dalam
kehidupan masyarakatnya.
Tujuan hukum Islam secara global atau bisa dikategorikan tujuan umumnya
adalah untuk kemaslahatan manusia seluruhnya baik kemaslahatan di dunia fana ini,
maupun kemashlahatan di hari yang baqa (kekal) kelak.
Seperti yang telah disinggung dalam latar belakang pengambilan judul ini,
keberadaan hukum tidak dapat terlepas dengan tujuan dan harapan manusia sebagai
pelaku atau subjek hukum, dan harapan manusia sebagai pelaku hukum disini dapat
kita kategorikan sebagai tujuan khusus diantaranya :
a) Kemashlahatan hidup bagi diri dan orang lain
b) Tegaknya Keadilan
c) Persamaan hak dan kewajiban dalam hokum

7
d) Saling kontrol di dalam kehidupan bermasyarakat
e) Kebebasan berekspresi, berpendapat, bertindak dengan tidak melebihi batas-
batas hukum dan norma sosial.
f) Regenerasi sosial yang positif dan bertanggung jawab.
Asy Syatibi mengatakan bahwa tujuan syariat hukum Islam adalah mencapai
kemashlahatan hambanya, baik di dunia maupun diakhirat. Kemashlahatan
tersebut didasarkan kepada 5 hal mendasar, diantaranya: memelihara agama
(hifzh ad-din), memelihara jiwa (hifzh an-nafs), memelihara akal (hifzh
al-‘aql), memelihara keturunan (hifzh an-nashl), memelihara kekayaan (hifzh
al-mal).
Sementara pengertian memelihara itu sendiri ada dua aspek dasar :
1) Hifzh ad-din min janib al wujud, aspek yang menguatkan unsur-unsurnya dan
mengokohkan landasanya. 
Contohnya : mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat, puasa, dan naik haji.
2) Hifzh ad-din min janib al-adam, aspek yang mengantisipasi agar kelima
tersebut tidak terganggu dan terjaga dengan baik.
Tujuan hukum islam secara umum adalah Dar-ul mafaasidiwajalbul
mashaalihi (mencegah terjadinya kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan). Abu
Ishaq As-Sathibi merumuskan lima tujuan hukum islam:
1. Memelihara agama
Agama adalah sesuatu yang harus dimilki oleh setiap manusia oleh
martabatnyadapat terangkat lebih tinggi dan martabat makhluk lain
danmemenuhi hajat jiwanya. Agama islam memberi perlindungan kepada
pemeluk agam lain untuk menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya.

ْٓ ‫صى بِ ٖه نُ ْو ًحا َّوالَّ ِذ‬


َّ ‫ي اَ ْو َح ْينَٓا اِلَ ْي َك َو َما َو‬
۞ ‫ص ْينَا بِ ٖ ٓه اِ ْب ٰر ِه ْي َم‬ ّ ٰ ‫ش َر َع لَ ُك ْم ِّمنَ ال ِّد ْي ِن َما َو‬ َ
‫شركيْنَ ما تَ ْدعُو ُهم الَي ۗه هّٰللَا‬ ٓ ٰ ‫َو ُم ْو ٰسى َو ِع ْي‬
ُ ِ ْ ِ ْ ْ َ ِ ِ ْ ‫سى اَنْ اَقِ ْي ُموا ال ِّديْنَ َواَل تَتَفَ َّرقُ ْوا ِف ْي ۗ ِه َكبُ َر َعلَى ا ْل ُم‬
ُ ۗ ‫ي اِلَ ْي ِه َمنْ يُّنِ ْي‬
‫ب‬ ْٓ ‫يَ ْجتَبِ ْٓي اِلَ ْي ِه َمنْ يَّش َۤا ُء َويَ ْه ِد‬

Artinya: “Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan
apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu:
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat
berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.
Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. As-
Syura’: 13)

Agama yang disebut dalam ayat ini ialah meng-Esakan Allah swt,
beriman kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta
mentaati segala perintah dan larangan-Nya

8
2. Memelihara jiwa
Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi. Hukum islam wajib memelihara
hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Islam melarang
pembunuhan sebagai penghilangan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana
yang dipergunakan oleh manusia untuk mempertahankan kemaslahatannya
hidupnya (Qs.6:51,17:33)

QS. Al-An’am (6) : 51


َ ‫ش ُر ۡۤوا اِ ٰلی َربِّ ِہمۡ لَ ۡی‬
َ ‫س لَہُمۡ ِّم ۡن د ُۡونِ ٖہ َولِ ٌّی َّو اَل‬
َ‫شفِ ۡی ٌع لَّ َعلَّہُمۡ یَتَّقُ ۡون‬ َ ‫َو اَ ۡن ِذ ۡر بِ ِہ الَّ ِذ ۡینَ یَ َخافُ ۡونَ اَ ۡن یُّ ۡح‬
Artinya: Peringatkanlah dengannya (Alquran) itu kepada orang yang takut akan
dikumpulkan menghadap Tuhannya (pada hari Kiamat), tidak ada bagi mereka
pelindung dan pemberi syafaat (pertolongan) selain Allah, agar
mereka bertakwa.

QS. Al-Isra’ (17) : 33


‫س ۡل ٰطنًا فَاَل يُ ۡس ِرفْ فِّى‬ ‌ِّ ‫س الَّتِ ۡى َح َّر َم هّٰللا ُ اِاَّل بِ ۡال َحـ‬
ُ ‫ق ؕ َو َم ۡن قُتِ َل َم ۡظلُ ۡو ًما فَقَ ۡد َج َع ۡلنَا لِـ َولِيِّ ٖه‬ َ ‫َواَل ت َۡقتُلُوا النَّ ۡف‬
ُ ‫ۡالقَ ۡت ِ‌ل ؕ اِنَّ ٗه َكانَ َم ۡن‬
‫ص ۡو ًرا‬
Artinya: Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah
(membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh
secara zhalim, maka sungguh, Kami telah memberi kekuasaan kepada walinya, tetapi
janganlah walinya itu melampaui batas dalam pembunuhan. Sesungguhnya dia adalah
orang yang mendapat pertolongan.

3. Memelihara akal
Islam mewajibkan seseorang untuk memlihara akalnya, karena akal mempunyai
peranan sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Seseorang tidak
akan dapat menjalankan hukum islam dengan baik dan benar tanpa
mempergunakan akal sehat. (QS.5:90)
QS. Al-Ma’idah (5) : 90
ْ َ‫ش ْي ٰط ِن ف‬
‫اجتَنِبُ ْوهُ لَ َعلَّ ُك ْم‬ ٌ ‫اب َوااْل َ ْزاَل ُم ِر ْج‬
َّ ‫س ِّمنْ َع َم ِل ال‬ ُ ‫ص‬ ِ ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ا ْل َخ ْم ُر َوا ْل َم ْي‬
َ ‫س ُر َوااْل َ ْن‬
َ‫تُ ْفلِ ُح ْون‬
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban
untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan
termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu
beruntung.
4. Memelihara keturunan
Dalam hukum islam memlihara keturunan adalah hal yang sangat penting.
Karena itu, meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang sah menurut
ketentuan Yang ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan dilarang melakukan
perzinahaan. (Qs.4:23)

9
QS. An-Nisa (4) : 23
ٰ ُ ‫ت ااْل َ ِخ َو َب ٰن‬ ُ ‫ُح ِّر َم ْت َعلَ ْي ُك ْم ا ُ َّم ٰه ُت ُك ْم َو َب ٰن ُت ُك ْم َواَ َخ ٰو ُت ُك ْم َو َع ٰ ّم ُت ُك ْم َو ٰخ ٰل ُت ُك ْم َو َب ٰن‬
‫ت َوا ُ َّم ٰه ُت ُك ُم الّت ِْٓي‬
ِ ‫ت ااْل ُ ْخ‬
ٰ ٰ
‫س ۤا ِٕى ُك ُم الّت ِْي‬
َ ‫ِس ۤا ِٕى ُك ْم َو َر َب ۤا ِٕى ُب ُك ُم الّت ِْي ف ِْي ُح ُج ْو ِر ُك ْم ِّمنْ ِّن‬ َ ‫تن‬ ُ ‫ضا َع ِة َوا ُ َّم ٰه‬ َّ َ‫ض ْع َن ُك ْم َواَ َخ ٰو ُت ُك ْم ِّمن‬
َ ‫الر‬ َ ‫اَ ْر‬
ۖ
ْ‫صاَل بِ ُك ۙ ْم َواَن‬ ْ َ‫دَخ ْل ُت ْم بِ ِهنَّ َفاَل ُج َنا َح َعلَ ْي ُك ْم ۖ َو َحاَل ۤ ِٕىل ُ اَ ْب َن ۤا ِٕى ُك ُم الَّ ِذ ْينَ مِنْ ا‬ َ ‫د ََخ ْل ُت ْم بِ ِهنَّ َفاِنْ لَّ ْم َت ُك ْو ُن ْوا‬
‫هّٰللا‬
‫ف ۗ اِنَّ َ َكانَ َغفُ ْو ًرا َّر ِح ْي ًما‬ َ َ‫سل‬ َ ْ‫َت ْج َم ُع ْوا َب ْينَ ااْل ُ ْخ َت ْي ِن ِااَّل َما َقد‬
Artinya:
Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-
saudaramu yang perempuan, saudara-saudara ayahmu yang perempuan, saudara-
saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu
yang menyusui kamu, saudara-saudara perempuanmu sesusuan, ibu-ibu istrimu
(mertua), anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu
dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu
(dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu (menikahinya), (dan diharamkan
bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan (diharamkan) mengumpulkan
(dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada
masa lampau. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

5. Memelihara Harta Benda dan Kehormatan


Sejatinya memang harta benda itu milik Allah, namun Islam juga mengakui hak
pribadi seseorang. Manusia terkadang tamak terhadap harta benda, mendapatkan
harta benda itu dengan jalan apapun, maka dari itu Allah mengatur mengenai
muamalat seperti jual-beli, sewa menyewa, gadai, melarang penipuan, riba dan
sebagainya. Maka dari itu Allah berfirman dalam Al Quran surah Al Baqarah
188:

‫س بِااْل ِ ْث ِم َواَ ْنتُ ْم‬ ِ ‫اط ِل َوتُ ْدلُ ْوا بِ َهٓا اِلَى ا ْل ُح َّك ِام لِتَْأ ُكلُ ْوا فَ ِر ْيقًا ِّمنْ اَ ْم َو‬
ِ ‫ال النَّا‬ ِ َ‫َواَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِا ْلب‬
َ‫تَ ْعلَ ُم ْون‬
Artinya: “dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.”

Lima tujuan syari’at diatas difokuskan menjadi tiga peringkat kebutuhan


berdasarkan skala prioritas masing-masing, yaitu:
1) Kebutuhan Dharuriyah
Kebutuhan dharuriyah atau kebutuhan utama, yang menjadi skala prioritas
yang paling essensial, yakni kelima tujuan syariat itu sendiri memelihara
agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan, dan
memelihara harta.

10
2) Kebutuhan Hajjiyah
Kebutuhan hajjiyah ditujukan untuk menghilangkan kesulitan di dalam
pelaksanaannya, karena hukum Islam tidak menghendaki kesulitan yang
tidak wajar.  
3) Kebutuhan Tahsiniyah
Kebutuhan tahsiniyah ditujukan untuk mengendalikan kehidupan manusia
agar selalu harmoni, serasi dan penuh dengan nilai-nilai estetika sehingga
terjaminlah manusia oleh perilaku atau akhlaqnya yang terpuji.

E. Sumber Hukum Islam


Kata sumber dalam hukum fiqih adalah terjemah dari lafadz Mashaadir,
lafadz tersebut terdapat dalam sebagian literatur kontemporer sebagai ganti dari
sebutan dalil atau lengkapnya “ al-adillah syar’iyyah-al islāmiyyah.
Kata sumber” dalam artian ini hanya dapat digunakan untuk Al Quran dan
sunnah (Hadis), karena memang keduanya merupakan wadah yang dapat ditimba
hukum syara. Tim Asatidz Rumah Fiqih Indonesia, Ustaz Isnan Ansory dilansir dari
laman Rumah Fiqih menjelaskan, hukum-hukum Islam adalah ajaran yang dibangun
atas argumentasi dan landasan yang jelas dan kokoh. 
Terbentuknya hukum Islam tidaklah semata olah akal manusia, namun di
dalamnya terbangun sinergitas antara kehendak langit dan pengetahuan akal
manusia. Di mana kedua hal tersebut merupakan bagian dari hidayah atau petunjuk
yang Allah berikan kepada manusia sebagai bekal dalam menjalani kehidupannya di
dunia.
Sebagai ajaran yang memiliki landasan dan dasar, para ulama sepakat bahwa
dasar pokok dari ajaran Islam adalah al-Qur’an. Di mana istilah dasar ini, kemudian
lebih dikenal dengan istilah dalil. Dan dalil yang menjadi dasar hukum Islam
disebut dengan dalil syar’iy. Secara Bahasa, dalil syar’iy (‫ )الدليل الشرعي‬terdiri dari
dua kata yaitu dalil (‫ )دليل‬dan syar’iy (‫)شرعي‬. Secara etimologis, dalil berasal dari
bahasa Arab yang bermakna petunjuk atas sesuatu yang hendak dituju (al-mursyid
ila al-mathlub).
Di dalam hukum islam rujukan-rujukan dan dalil telah ditentukan
sedemikian rupa oleh syariat, mulai dari sumber yang pokok maupun yang bersifat
alternatif. Sumber tertib hukum Islam ini secara umumnya dapat dipahami dalam
firman Allah dalam QS. An-nisa: 59:

‫سو َل َوُأ ۟ولِى ٱَأْل ْم ِر ِمن ُك ْم ۖ فَِإن تَ ٰنَزَ ْعتُ ْم فِى ش َْى ٍء‬ ‫ٰيََٓأ ُّي َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا َأ ِطي ُع ۟ـ‬
۟ ‫وا ٱهَّلل َ َوَأ ِطي ُع‬
ُ ‫وا ٱل َّر‬
‫سنُ تَْأ ِوياًل‬ ٰ
َ ‫سو ِل ِإن ُكنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِٱهَّلل ِ َوٱ ْليَ ْو ِم ٱ ْل َءا ِخ ِر ۚ َذلِكَ َخ ْي ٌر َوَأ ْح‬ ُ ‫فَ ُردُّوهُ ِإلَى ٱهَّلل ِ َوٱل َّر‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-nisa: 59)
11
Dari ayat tersebut, dapat diperoleh pemahaman bahwa umat islam dalam
menjalankan hukum agamanya harus didasarkan urutan:
1. Selalu menataati Allah dan mengindahkan seluruh ketentuan yang berlaku
dalam alquran.
2. Menaati Rasulullah dengan memahami seluruh sunnah-sunnahnya
3. Menaati ulil amri (lembaga yang menguasai urusan umat islam).
4. Mengenbalikan kepada alquran dan sunah jika terjadi perbedaan dalam
menetapkan hokum
Hukum islam ada 4 yakni Al-Qur'an, Hadis, Ijma', Qiyas.
1. Al-Qur'an
Al Quran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tulisannya berbahasa Arab dengan perantaraan Malaikat Jibril. Al Quran juga
merupakan hujjah atau argumentasi kuat bagi Nabi Muhammad SAW dalam
menyampaikan risalah kerasulan dan pedoman hidup bagi manusia serta hukum-
hukum yang wajib dilaksanakan. Hal ini untuk mewujudkan kebahagian hidup di
dunia dan akhirat serta untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pengertian Al-Quran Menurut Para Ahli

Menurut para ahli, definisi Al-Qur’an adalah sebagai berikut.


a) Muhammad A. Summa (1997)
Al-Qur’an adalah kitab suci ini memuat aturan-aturan yang sangat jelas
tentang kehidupan manusia, baik dari segi lahiriyah maupun batiniyah
b) Abu Faiz (2014)
Menurutnya, beberapa keutamaan yang akan diperoleh oleh para pecinta Al-
Qur’an ini diantaranya, memperoleh pahala yang sangat besar, selalu bersama
para malaikat yang mulia, menghapus dosa dan keburukan, membersihkan
hati serta menentramkan jiwa.
c) Muhammad Ali ash-Shabumi
Definisi Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang paling mulia dan
diturunkan Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril, yang ditulis
dalam bentuk mushaf-mushaf dan disampaikan secara mutawatir..
d) Syekh Muhammad Khudari Beik
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia yang harus dipahami isinya
dan diamalkan, dengan jalan atau penyampaian kepada mutawatir, yang
ditulis dengan awal surat Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Nas
e) Dr. Subhi as-Salih
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat terbesar Nabi
Muhammad SAW, dengan ditulis dalam bentuk mushaf dan diriwayatkan
dengan jalan mutawatir (berangsur-angsur), serta bagi siapa yang
membacanya adalah ibadah dan merupakan pahala.

12
f) Al Qur’an Secara Bahasa (Etimologi)
Dari segi bahasa atau etimologi, istilah Al Qur’an berasal dari Bahasa Arab,
yakni merupakan suatu jamak (banyak) dari masdar fi’il, yaitu qara’a -
yaqra’u-qur’anan yang artinya adalah “bacaan” atau lebih mudahnya “sesuatu
yang dibaca berulang-ulang”.
g) Al Qur’an Secara Terminologi
Dalam pandangan Islam, Al Qur’an adalah Kitab Suci Seseorang yang
menganut Agama Islam yang di dalam bentuknya, berisi firman (kalam) Allah
SWT yang diturunkan Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat, dengan
disampaikan dengan jalan mutawatir dan bagi yang membacanya adalah
Ibadah

Dari pengertian Al-Qur’an menurut para ahli diatas, dapatlah dikatakan jika
setiap orang, masyarakat khususnya umat Islam harus senantiasa atau selalu
mempertahankan, menyebarluaskan dan mengaplikasikan pengetahuan mengenai
Al-Qur’an. Alasannya karena Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang paling
sempurna. Al-Quran adalah kalamullah, atau kalimat Allah SWT dan berasal dari
sisi Allah SWT.

Allah SWT berfirman,


ٌ ‫ۤال ٰر ۗ ِك ٰت‬
ِّ ُ‫ب اُ ْح ِك َمتْ ٰا ٰيت ُٗه ثُ َّم ف‬
‫صلَتْ ِمنْ لَّدُنْ َح ِك ْي ٍم َخبِ ْي ۙ ٍر‬
Artinya:
“Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta
dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Tahu.” (QS. Hud: 1).

Keberadaan Al-Quran tidak hanya sebagai kitab suci bagi agama Islam saja.
Tetapi juga dijadikan sebagai sumber hukum Islam yang pokok atau yang paling
utama. Seperti yang diketahui bahwa Alquran berisi ayat-ayat suci yang menjadi
pedoman hidup bagi umat Islam. Ayat-ayat tersebut tidak hanya sekedar dibaca
saja, tetapi juga berusaha untuk bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara
malaikat Jibril. Alquran yang berbahasa Arab adalah sebagai kalam Allah SWT
yang tidak akan pernah bisa dibuat oleh manusia untuk dijadikan tandingannya.
Oleh karena itulah, Alquran dijadikan sebagai sumber hukum Islam yang utama
daripada lainnya.
Sebagaimana firman Allah SWT yang tercantum dalam surat Al-Isra ayat
88, Allah SWT berfirman:

ُ ‫س َوا ْل ِجنُّ ع َٰلٓى اَنْ يَّْأت ُْوا بِ ِم ْث ِل ٰه َذا ا ْلقُ ْر ٰا ِن اَل يَْأت ُْونَ بِ ِم ْثلِ ٖه َولَ ْو َكانَ بَ ْع‬
‫ض ُه ْم‬ ُ ‫ت ااْل ِ ْن‬
ِ ‫اجتَ َم َع‬ ْ ‫قُ ْل لَّ ِٕى ِن‬
‫ض ظَ ِه ْي ًرا‬ٍ ‫لِبَ ْع‬

13
Artinya: “Katakanlah, Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa (dengan) Al-Quran ini, mereka tidak akan dapat membuat
yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain”.

Sebagai sumber hukum Islam, ada beberapa hal yang disampaikan secara
rinci dalam Al-Quran dan ada juga yang disampaikan secara umum. Misalnya saja
terkait dengan ibadah yang dijelaskan secara rinci. Sedangkan untuk masalah yang
lainnya tidaklah dijelaskan dengan rinci. Oleh karena itu, dibutuhkanlah sumber
hukum Islam lainnya sebagai pendukung agar nantinya Al-Quran bisa diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadi pedoman ketika muncul suatu
permasalahan.
2. Hadits
Sumber hukum Islam yang kedua adalah hadits. Melalui hadits inilah
yang akan memberikan penjelasan lebih lanjut dari apa yang tercantum di Al-
Quran. Hadits adalah satu dari 4 sumber hukum Islam yang disepakati para
ulama. Hadits menjadi rujukan bagi umat muslim untuk menjelaskan hukum-
hukum yang terdapat dalam Al-Quran.
Dikutip dari buku Memahami Ilmu Hadits oleh Asep Herdi, secara
etimologis hadits dimaknai sebagai jadid, qorib, dan khabar. Jadid adalah lawan
dari qadim yang artinya yang baru. Sedangkan qarib artinya yang dekat, yang
belum lama terjadi. Sementara itu, khabar artinya warta yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada yang lainnya.
Sedangkan pengertian hadits secara terminologi adalah sabda, perbuatan,
dan persetujuan dari Rasulullah SAW.
Sedangkan secara bahasa, hadis berarti perkataan, percakapan, berbicara.
Definisi hadits dikategorikan menjadi tiga, yaitu perkataan nabi (qauliyah),
perbuatan nabi (fi’liyah), dan segala keadaan nabi (ahwaliyah). Sebagian ulama
seperti at-Thiby berpendapat bahwa hadits melengkapi sabda, perbuatan, dan
taqrir nabi. Hadits juga melengkapi perkataan, perbuatan, dan taqrir para sahabat
dan Tabi’in.
Pada dasarnya, Al-Quran dan hadits tidaklah bisa dipisahkan, tetapi
saling melengkapi. Oleh karena itu, keduanya selama ini telah menjadi pedoman
bagi masyarakat, terutama umat Muslim. Jika umat Muslim menjadikan Al-
Quran sebagai sumber hukum Islam dan ternyata masih belum menemukan titik
terang dari suatu permasalahan, maka hadits akan menjadi pedoman yang
berikutnya setelah Al-Quran. Jadi, hadits dapat dikatakan sebagai sumber hukum
Islam yang kedua setelah Al-Quran.
Berikut adalah firman Allah SWT yang menjelaskan agar selalu menaati
Rasulullah saw sebagaimana tercantum dalam Q.S Ali Imran ayat 32 yang
berbunyi
٣٢- َ‫س ْو َل ۚ فَاِنْ ت ََولَّ ْوا فَاِنَّ هّٰللا َ اَل يُ ِح ُّب ا ْل ٰكفِ ِريْن‬ ‫هّٰللا‬
ُ ‫قُ ْل اَ ِط ْي ُعوا َ َوال َّر‬
Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu
berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir."

14
Al Hadits sebagai sumber hukum yang kedua berfungsi sebagai penguat,
sebagai pemberi keterangan, sebagai pentakhshis keumuman, dan membuat
hukum baru yang ketentuannya tidak ada di dalam Al Quran. Hukum-hukum
yang ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW ada kalanya atas petunjuk
(ilham) dari Allah SWT, dan adakalanya berasal dari ijtihad.

3. Ijma
Imam Syafi'i memandang ijma sebagai sumber hukum setelah Al Quran dan
sunah Rasul. Dalam moraref atau portal akademik Kementerian Agama bertajuk
Pandangan Imam Syafi'i tentang Ijma sebagai Sumber Penetapan Hukum Islam
dan Relevansinya dengan perkembangan Hukum Islam Dewasa Ini karya Sitty
Fauzia Tunai, Ijma' adalah salah satu metode dalam menetapkan hukum atas
segala permasalahan yang tidak didapatkan di dalam Al-Quran dan Sunnah.
Sumber hukum Islam ini melihat berbagai masalah yang timbul di era
globalisasi dan teknologi modern. Jumhur ulama ushul fiqh yang lain seperti Abu
Zahra dan Wahab Khallaf, merumuskan ijma dengan kesepakatan atau konsensus
para mujtahid dari umat Muhammad pada suatu masa setelah wafatnya
Rasulullah SAW terhadap suatu hukum syara' mengenai suatu kasus atau
peristiwa. Ijma dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu ijma sharih dan ijma
sukuti. Ijma sharih atau lafzhi adalah kesepakatan para mujtahid baik melalui
pendapat maupun perbuatan terhadap hukum masalah tertentu. Ijma sharih ini
juga sangat langka terjadi, bahkan jangankan yang dilakukan dalam suatu
majelis, pertemuan tidak dalam forum pun sulit dilakukan.
Bentuk ijma yang kedua dalah ijma sukuti yaitu kesepakatan ulama
melalui cara seorang mujtahid atau lebih mengemukakan pendapatanya tentang
hukum satu masalah dalam masa tertentu kemudian pendapat itu tersebar luas
serta diketahui orang banyak. Tidak ada seorangpun di antara mujtahid lain yang
menggungkapkan perbedaan pendapat atau menyanggah pendapat itu setelah
meneliti pendapat itu.

4. Qiyas
Sumber hukum Islam selanjutnya yakni qiyas (analogi). Qiyas adalah
bentuk sistematis dan yang telah berkembang fari ra'yu yang memainkan peran
yang amat penting. Sebelumnya dalam kerangka teori hukum Islam Al- Syafi'i,
qiyas menduduki tempat terakhir karena ia memandang qiyas lebih lemah dari
pada ijma.
Secara umum, qiyas ini terbagi menjadi tiga. Ada qiyas illat yang terbagi
lagi menjadi jenis lainnya berupa qiyas jali dan qiyas khafi. Lalu yang kedua
adalah qiyas dalalah, dan yang ketiga adalah qiyas shabah.
Dikutip dari buku Ushul Fiqih oleh Amrullah Hayatudin, qiyas terdiri
dari empat rukun dan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Antara lain
sebagai berikut:
a) Ashl

15
Ashl adalah kasus lama yang sudah ada ketetapan hukumnya baik
dalam nash maupun ijma. Ashl sering disebut sebagai musyabbah bih atau
yang diserupai dan maqis ‘alaih atau tempat meng-qiyas-kan. Dalam arti
sederhana, ashl adalah kasus yang akan digunakan sebagai ukuran atau
pembanding.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi ashl untuk dapat
dijadikan qiyas. Ashl harus memiliki hukum yang bersifat tetap. Ketetapan
hukum tersebut harus berdasar pada jalur sam’isyar’i bukan aqli. Jalur ini
juga digunakan untuk mengetahui illat pada ashal. Selain itu, ketetapan
hukum pada ashal harus bukan berdasarkan qiyas, melainkan karena nash
atau ijma. Ashl juga tidak diperbolehkan keluar dari aturan-aturan qiyas.
b) Far’u
Far’u adalah kasus yang akan dicari hukumnya atau disamakan dengan kasus
yang sudah ada hukumnya. Beberapa syarat yang menjadikan far’u dapat
ditetapkan dalam qiyas antara lain far’u belum memiliki hukum yang
ditetapkan berdasarkan nash atau ijma, harus ditemukan illat ashl pada far’u
dengan kadar sempurna dan tidak boleh kurang dari kadar illat yang terdapat
pada ashl.
c) Hukum Ashl
Hukum ashl adalah hukum syara yang ditetapkan oleh nash dan dikehendaki
untuk menetapkan hukum terhadap far’u.
d) Illat
Secara bahasa, illat dapat diartikan sebagai hujjah atau alasan. Illat menjadi
landasan dalam hukum ashl. Dalam pengertian lain, illat disebut juga dengan
kemaslahatan yang diperhatikan syara. Illat inilah yang menjadi salah satu
pertimbangan dalam melakukan qiyas.

Jadi, dalam menjalani kehidupan ini, umat Islam harus mengikuti hal-hal apa
yang boleh dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam Al-Quran.
Hal ini karena Al-Quran merupakan sumber hukum Islam tertinggi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

16
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hukum islam yakni ilmu tentang hukum dalam agama islam. Hukum islam
sebagai sistem hukum yang bersumber dari Din al Islam sebagai suatu sistem
hukum dan suatu disiplin ilmu, hukum islam mempunyai dan
mengembangkan istilah-istilahnya sendiri sebagaimana disiplin ilmu yang
lain. Istilah hukum islam merupakan istilah khas Indonesia.
2. Arti dari tujuan hukum Islam adalah arah setiap perilaku dan tindakan
manusianya dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup dengan mentaati serta
menghindari apa yang telah menjadi hukum-Nya.
3. Tujuan Hukum Islam yakni untuk kemaslahatan manusia seluruhnya baik
kemaslahatan di dunia fana ini, maupun kemashlahatan di hari yang baqa
(kekal) kelak
Secara umum hukum Islam berorientasi pada perlindungan terhadap agama,
jiwa, akal, keturunan dan harta. Artinya hukum Islam bertujuan pada pemeliharaan
agama, menjamin, menjaga dan memelihara kehidupan dan jiwa, memelihara
kemurnian akal sehat dan menjaga ketertiban keturunan manusia serta menjaga hak
milik harta kekayaan untuk kemaslahatan hidup umat manusia.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Sebagai umat Islam hendaknya memahami hukum Islam dengan baik, karena
hukum ini mengatur berbagai kehidupan umat manusia untuk mencapai
kemaslahatan.
2. Setiap manusia hendaknya menjungjung tinggi Hak Asasi Manusia, karena hak ini
sebagai dasar yang melekat pada diri tiap manusia.
3. Dalam mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh, baik dibidang hukum, hak
dan kewajiban asasi manusia, serta kehidupan berdemokrasi hendaknya berdasarkan
prinsip-prinsip yang diajarkan Islam.

DAFTAR PUSTAKA

17
Abdul Ghani Abdullah, Pengantar Komopilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum
Indonesia Jakarta, Gema Insani Press, 1994.
Dahlan Idhamy, Karakteristik Hukum Islam, Jakarta, Media Sarana Press, 1987
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi
Umum, Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001.
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta :
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004.
Hasby Asy-Shidiqiy, Falsafah Hukum Islam, Yogyakarta Bulan Bintang 1975.
Ilyas, Muhtarom. Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2009
Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia
2004.
Ali, Mohammad Daud, Hukum Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1998.
Arifin, Miftahul & Faishal Haq, Ushul Fiqh, Surabaya: Citra Media, 1997.
Muslehuddin, Muhammad, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis,
Yogyakarta,: PT. Tiara Wacana Yogya, 1997.
Praja, Juhaya S., Filsafat Hukum Islam, Bandung : LPPM Universitas Islam,
1998.Qur’an In Word.
Rasjidi, M., Hukum Islam dan Pelaksanaanya dalam Sejarah, Jakarta: Bulan
Bintang, 1976.
Saebani, Beni Ahmad, Filasafat Hukum Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Syah, Ismail Muhammad, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Radar Jaya Offset,
2004.
Usman, Suparman, Hukum Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002.
http://blumewahabi.wordpress.com/2007/06/12/hukum-islam-di-indonesia-dulu-
dan-sekarang-2/
http://kwalitaspemuda.com/pengertian-hukum-islam-tujuan-dan-sumbernya/
http://darusnal.blogspot.com/2009/10/hukum-islam.html
http://sovasakina.blogspot.com/2012/06/makalah-hukum-islam.html

18

Anda mungkin juga menyukai