Anda di halaman 1dari 15

HUKUM-HUKUM DALAM ISLAM

Dosen: Dr. Syar I Sumin, M.Ag

Disusun Oleh:

Nindi Clorita. M (1811212008)


Latifa Zapista (1811212010)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Pendidikan Agama Islam yang berjudul “Hukum Islam” ini. Kemudian shalawat beserta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an
dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di program studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Dr. Syar i Sumin, M.Ag selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam
dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah
ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan manfaat positif bagi kita semua.
Amin ...

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………….…...…...……………....1
Daftar Isi……………………………………………………………………………………….2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...………………..…3
1.2 Rumusan Masalah………………………………………….…………...……..…………..4
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………….………...…………...…...4
1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………….……...…………..……..4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hukum Islam ……………………………..………………………..…………4
2.2 Ruang Lingkup Hukum Islam …………………………….……………….….…….……5
2.3 Tujuan Hukum Islam………………………………………………………………………8
2.4 Sumber Hukum Islam……………………………………………………………….…….9
2.5 Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan Hukum di Indonesia ………..14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….…15
3.2 Saran……………………………………………………………………………………...15
3.3 Daftar Pustaka………………………………………….……………………..…….....…16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum adalah komponen yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat, dan pada dasarnya hukum
itu adalah masyarakat itu sendiri. Setiap tingkah laku masyarakat selalu di monitor oleh hukum, baik hukum yang
tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang memiliki penduduk
mayoritas beragama islam, secara sengaja maupun tidak sengaja hal tersebut mempengaruhi terbentuknya suatu
aturan hukum yang berlandaskan atas agama Islam.
Walaupun merupakan bagian integral syari’ah Islam dan memiliki peran signifikan, kompetensi
dasar yang dimiliki hukum Islam. Tidak banyak dipahami secara benar dan mendalam oleh masyarakat,
bahkan oleh kalangan ahli hukum itu sendiri. Sebagian besar kalangan beranggapan, tidak kurang
diantaranya kalangan muslim, menancapkan kesan kejam, incompatible dan off to date dalam konsep
hukum Islam. Ketakutan ini akan semakin jelas adanya apabila mereka membincangkan hukum pidana
Islam, ketentuan pidana potong tangan, rajam, salab dan qisas telah dihilangkan dan sangat bertentangan dengan
nilai-nilai kemanusian.
Pada hakikatnya hukum islam sangat adil (terutama hukum pidana) dan hukumannya pun dapat
menimbulkan efek jera bagi pelaku dan dapat menjadi pelajaran bagi yang lain. Tetapi untuk pelaksanaan
hukuman untuk si pelaku cukup sulit, semisal pidana potong tangan bagi yang mencuri, eksekusi tidak bisa
dilaksanakan sebelum mendatangkan 4 saksi, 4 saksi harus disumpah untuk membuktikan kebenarannya. Jadi
salah apabila ada orang yang mengatakan bahwasanya hukum islam itu sangat kejam dan tidak pantas diterapkan
karena tidak manusiawi. Hal ini disebabkan ia belum memahami benar hukum islam secara menyeluruh. Bila
kita memahami benar prinsip hukum islam, kita akan mengetahui betapa adil dan membawa kemaslahatan bagi
seluruh lapisan masyarakat, karena tidak memandang jabatan atau pangkat sekalipun itu raja apabila bersalah
wajib menerima hukuman sesuai ketentuan yang berlaku.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu hukum islam dan beserta ruang lingkupnya ?


2. Apa tujuan hukum islam dan apa saja manfaatnya ?
3. Berasal dari mana sumber-sumber hukum islam ?
4. Bagaimana dengan hukum islam yang ada di Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan masalah ini selain untuk memenuhi tugas yang dibebankan oleh
Dr. Syar I Sumin, M.Ag selaku dosen pembimbing mata kuliah Agama Islam, dan kami juga akan memberi
gambaran tentang Hukum Islam dan kontribusinya di hukum nasional bagi pembaca atau masyarakat terkhusus
mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Dapat menambah pengetahuan tentang hukum dalam islam


2. Dapat mengetahui tentang apa saja hukum dalam islam
3. Dapat mengetahui ruang lingkup hukum islam
4. Dapat membedakan hukum islam dengan yang lainnya
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Islam

Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku manusia, baik
norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarkat maupun peraturana
atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Bentuknya bisa berupa hukum yang
tidak tertulis, seperti hukum adat, bisa juga berupa hukum tertulis dalam peraturan perundangan-undangan.
Hukum sengaja dibuat oleh manusia untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan harta benda.
Sedangkan hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam. Konsepsi
hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur
hubungan manusia dengan manusia dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam sekitarnya.

Sifat Hukum Islam


 Rabbaniyyah
Sumber syariat/hukum dari Allah, artinya musyarri (pembuat syariat) adalah Allah bukan manusia. Jika
manusia pembuat syariat, maka akan terbawah dengan rasa sabyektif, kelompoisme, dan keinginan-keinginan
duniawi.
 Insaniyyah
Hukum Islam menghargai eksistensi manusia sebagai keturunan Adam pada posisi yang sama, tidak ada
perbedaan dalam strata sosial, hukum, politik, ekonomi, sosial-kemasyarakatan. Yang membedakan satu dengan
yang lain adalah taqwa.
 Syumul
Bahwa hukum Islam shalih li kulli zaman wa makan dan Hukum Islam meliputi seluruh aspek hidup
manusia, mulai dari manusia tidur s.d bangun lagi, baik sebagai abdullah/ individu maupun khalifatullah/kolektif
4
 Wasathiyyah
Hukum Islam memperhatihan aspek al-tawazun/keseimbangan. Qardawi menyatakan yang dimaksud
dengan keseimbangan yaitu, hukum Islam tidak mengabaikan meletakkan aspek ruhiyah (spritual) dan maddiyah
(materi), fardiyah dan jamaiyah, waqiiyah (kontekstual) dan mitsaliyah (idealisme), tsabat (tetap) dan taghayyur
(perubahan).
 Waqiiyyah
Bahwa hukum Islam tidak mengabaikan konteks sebagai sebuah sunnatullah sepanjang tidak bertentangan
dengan jiwa dan ruh syariat Allah.
Contoh, pada dasarnya sholat harus pada waktunya, akan tetapi konteksnya musafir bisa di di jamak.
 Tatawwur
Hukum Islam selalu dinamis dan berdialog dengan perkembangan zaman dan teknologi, akan tetapi
hukum Islam selalau konsisten pada nilai-nilai syariat.
 Tsabat
Hukum Islam konsisten dalam menjaga nilai-nilai Ilahiyah dalam kondisi dan suasana yang musykil
sekalipun.
 Wadhu
Mashadir (sumber hukumnya jelas) Karena sumber hukumnya jelas, maka falsafah nadzariyah ( kajian
teoritis/ushul/qaidah fiqhiyah jelas) dan falsafah tasyri (kerangkah operasuonalnya jelas). Tujuannya jelas yaitu,
pengabdian hanya kepada Allah semata, menciptakan tatanan min al-zdulamat ilaa al-nuur dalam berbagai
bidang, salaman fi al-dunya wa-alakhirat.

2.2 Ruang Lingkup Hukum Islam


Hukum islam baik dalam pengertian syari’at atau fikih dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Badah
Badah adalah aktifitas seorang mukmin yang bersifat vertikal (hablu min Allah) secara ritual yang tata
cara dan pelaksanaannya telah diatur dengan rinci oleh Allah dan Rasulnya (dalam Hadits), yaitu shalat, zakat dan
haji. Sifatnya tetap, tidak dapat dirubah atau dirombak secara asasi mengenai hukum, susunan, cara, dan tata
ibadah itu sendiri, yang mungkin berubah hanyalah sarana penunjang dan alat-alat modern dalam
pelaksanaannya.
5
2. Mu’amalah
Mu’amalah adalah ketetapan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan lainnya yang terbatas pada
aturan-aturan pokok, dan tidak seluruhnya diatur secara rinci sebagai ibadah. Oleh karena itu sifatnya terbuka
untuk dikembangkan melalui ijtihad manusia yang memenuhi syarat untuk melakukan usaha itu.
Hukum islam tidak membedakan dengan tajam antara hukum perdata dengan hukum publik seperti halnya
dalam hukum barat. Karena menurut hukum islam pada hukum perdata ada segi-segi publik, dan pada hukum
publik ada segi-segi perdatanya.

Sistematika hukum Islam seperti dibawah ini :


1. Al-ahkam al- syahshiyah (hukum perorangan/keluarga) Hukum ini mencakup masalah perkawinan, waris.
Yang berkaitan dengan hukum ini berjumlah 70 ayat,
2. Al-ahkum al- madaniyah (hukum perdata). Hukum ini berkaitan dengan transaksi jual beli, perburuhan,
utang-piutang, jaminan, gadai. Ayat yang berkaitan dengan masalah ini berjumlah 70 ayat,
3. Al-ahkam al-jinayah (hukum pidana) Hukum ini berkaitan dengan pelanggaran dan kejahatan. Ayat yang
berkaitan berjumlah 30 ayat,
4. Al-ahkam al-murafa’ah (hukum tata acara), hukum ini berkaitan dengan peradilan, persaksian, pembuktian
sumpah, Ayat yang berkenaan berjumlah 13 ayat,
5. Al-ahkam al-dusturiyah (hukum tata negara) Hukum ini berkaitan dengan sistem pemerintahan dan prinsip-
prinsip pengaturannya. Ayat yang berhubungan berjumlah 10 ayat,
6. Al-ahkam al-dauliyah (hukum internasional) Hukum ini berkenaan dengan hubungan antar negara, kerja sama
dan perdamaian. Ayat yang berkaitan berjumlah 25 ayat,
7. Al-ahkam al-iqtashadiyah wal amaliyah (hukum perekonomian dan keuangan) Hukum ini berkenaan dengan
pendapatan negara, baitul maal, dan pendistribusiannya pada masyarakat. Ayat yang berhubungan berjumlah
10 ayat.

Apabila bidang-bidang hukum islam tersebut disusun menurut sistematika hukum barat yang
membedakan hukum publik dan hukum perdata, susunan mu’amalah dalam arti luas seperti dibawah ini :

1. Munakahat, ialah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan,
perceraian serta akibat-akibatnya
2. Waratsah(Faroid), mengatur segala masalah yang berhubungan pewaris, ahli waris, dan harta
peninggalan, serta pembagian warisan
3. Mu’amalat dalam arti khusus ialah hukum yang mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda,
jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, perseroan
4. Jinayat, mengatur perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman baik dalam jarimah hudud,
qishos, ataupun ta’zir
5. Al-ahkam as-sultaniyah, mengatur mengenai kepala negara, pemerintahan, baik pemerintahan pusat
maupun daerah, pajak
6. Syiar, mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk agama dan negara lain
7. Muhashanat, menganut tentang perdilan, kehakiman dan hukum acara

2.3 Tujuan Hukum Islam


Secara umum, para pakar hukum Islam, merumuskan bahwa tujuan hukum Islam adalah kebahagiaan
hidup manusia dengan jalan mengambil segala yang bermanfaat dan mencegah atau menolak segala yang
mudarat --dan yang membawa pada mudarat--. Dengan kata lain, tujuan hukum dalam Islam adalah untuk
memberikan kemasalahatan hidup bagi manusia, baik rohani maupun jasmani, individu dan sosial. Kemaslahatan
itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia saja, tetapi juga untuk kehidupan di akhirat kelak. Muhammad Abû
Zahrah dalam kaitan ini menegaskan bahwa tujuan hakiki hukum Islam adalah kemaslahatan. Tak satupun hukum
yang disyariatkan dalam al-Qur`an maupun sunnah kecuali di dalamnya terdapat kemaslahatan.

7
Berikut 5 tujuan hukum islam :

1. Pemeliharaan Agama
Hal tersebut merupakan tujuan utama dalam hukum Islam sebab agama merupakan pedoman hidup
manusia yang memiliki komponen akidah, sariah dan akhlak maka hukum Islam wajib melindungi agama yang
dianut seseorang dan menjamin kemerdekan seseorang untuk beribadah menurut keyakinan agamanya. Hal ini
disebutkan dalam Q.S. Al-Baqarah : 256
2. Pemeliharaan Jiwa
Hukum islam wajib memlihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya dan hukum
islam melarang pembunuhan (surat 17 ayat 33)

3. Pemeliharaan Akal
Dengan mempergunakan akalnya menusia dapat berpikir tentang Allah, alam semesta dan dirinya
sehingga manusia dapat mengembangkan IPTEK, oleh sebab itu hukum islam melarang meminum minuman
yang memabukan atau Khamar (Q.S : 5 ayat 90) dan menghukum setiap perbuatan yang merusak akal manusia.

4. Pemeliharaan Keturunan
Agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelangsungan keturunan dapat diteruskan maka pemeliharaan
keturunan wajib dilaksanakan dan hal tersebut tercermin dalam hubungan darah menjadi syarat untuk dapat
saling mewarisi (Q.S : 4 ayat 11)

5. Pemeliharaan Harta
Harta merupakan pemberian Tuhan kepada manusia dengan tujuan agar dapat mempertahankan hidup dan
kelangsungan hidupnya, oleh karena itu hukum islam melindungi manusia untuk mempertahankan harta, yaitu
meliputi : melindungi kepentingan harta seseorang masyarakat dan negara dari penipuan (QS 4:29), penggelapan
(QS.4:58), perampaan (QS.5:33), pencurian (QS.5:38), peralihan harat seseorang setelah meninggal dunia
(waris), peralihan harta sebelum meninggal dunia (wakaf atau hibah), kejahatan-kejahatan harta orang lain baik
perdata maupun pidana. Jadi hukum islam ditetapkan Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu
sendiri, baik bersifat primer, sekunder, maupun tersier (dloruri, haaji, tahsini).
8
2.4 Sumber Hukum Islam

Sumber hukum islam adalah asal (tempat pengambilan) hukum Islam. Sumber hukum islam disebut juga
dengan istilah dalil hukum islam atau pokok hukum islam atau dasar hukum islam. Dilihat dari sumbernya-
sumber hukumnya, sumber hukum islam merupakan konsepsi hukum islam yang berorientasi kepada agama
dengan dasar doktrin keyakinan dalam membentuk kesadaran hukum manusia untuk melaksanakan syari’at,
sumber hukumnya merupakan satu kesatuan yang berasal dari hanya firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad.

Al Quran berasal dari kata Qara’a yang artinya membaca, membaca dengan bersuara. Seingga makna Al
Qur’an berarti buku yang dibaca atau buku yang mestinya dibaca atau bila dihubungkan dengan kepercayaan
Islam berarti buku yang selamanya akan tetap dibaca.
Menurut istilah Qur’an berarti kumpulan wahyu Allah yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW selama
menjalankan kenabiannya memalui malaikat Jibril untuk disebarluaskan kepada umat manusia. Adapun wahyu
yang pertaman turun ialah Surat Al Alaq, dan sebagai ayat terakhir ialah Surat Al Maidah ayat ke 3.
Menurut Prof. Mahmud Shaltout bahwa Al-Quran adalah sumber hukum bukanlah kitab hukum atau lebih
tepatnya bukan kitab undang-undang dalam pengertian biasa. Sebagai sumber hukum ayat-ayat Al-Quran tidaklah
menentukan syariat sampai pada bagian kecil yang mengatur muamalat usaha manusia:

Dasar-dasar pembinaan Hukum Islam menurut Qur’an:


Berlandaskan 3 hal, yaitu:
a. Memberikan keringanan
Dinyatakan dalam firman Allah: “Tuhan tidak memberati manusia melainkan sekedar kemampuannya”.
Jika kita perhatikan maka pemberian keringanan tersebut ternyata memiliki beberapa bentuk:
1. Penghapusan sama sekali
2. Pengurangan
3. Penundaan waktu pelaksanaan
4. Penggantian dengan kewajiban yang lain.
9
b. Berangsur-angsur
Mengingat adanya faktor-faktor kebiasaan yang telah mendarah daging pada masyarakat serta tidak
senangnya manusia untuk menghadapi perpindahan kebiasaan yang berlaku bagi mereka kepada aturan-
aturan baru yang masih asing baginya dengan mendadak, maka peraturan di dalam Al-Qur’an tidak
diturunkan/diundangkan sekaligus tetapi sedikit demi sedikit menurut peristiwa yang menghendaki
adanya peraturan tersebut.
Sifat berangsur-angsur itu melalui beberapa proses:
1. Membiarkan apa yang ada sebab untuk semetara waktu masih dipandang perlu, kemudian setelah dirasa
banyak kerugian baru dilarang.
Contoh: pengangkatan anak kaitannya dengan warisan.
2. Mengutarakan secara global.
Kemudian dijelaskan secara terperinci.
Contoh: mengenai dikemukakannya dasar untuk berperang, kemudian diatur pula mengenai pembagian
harta rampasan perang.
3. Setingkat demi setingkat.
Misalnya : larangan meminum minuman keras.

c. Memelihara kemaslahatan
Tidak terdapat perbedaan pendapat dari semua ahli hukum islam bahwa syariat islam itu berdiri di
atas ketentuan dan tujuan untuk memelihara kemaslahatan manusia dan memperbaiki tingkah laku serta
kepentingan mereka di dunia dan akherat. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau sewaktu-waktu
didatangkan aturan hukum dan dilain waktu diadakan perubahan-perubahan karena keadaan menghendaki
demikian.
Misalnya: pada zaman rasul talag tiga yang diucapkan sekaligus dahulu dianggap sebagai talaq satu,
tetapi pada jaman Umar talaq tiga yang diucapkan sekaligus sebagai talaq tiga juga sesuai dengan
ucapannya. Ini dimaksudkan agar laki-laki tidak dengan mudah, tergesa-gesa mengucapkan talaq tanpa
memikirkan akibatnya.

10
Ciri-ciri khas pembentukan hukum dalam Al-Qur’an antara lain sebagai berikut:
 Ayat-ayat al-Qur’an lebih cenderung untuk memberi patokan-patokan umum
 daripada memasuki persoalan sampi detailnya
 Ayat-ayat menunjukkan adanya (beban) kewajiban bagi manusia tidak perbah bersifat
memberatkan.
 Sebagai patokan ditetapkan kaidah
 Dugaan atau sangkaan tidak boleh dijadikan dasar penetapan hukum
 Ayat-ayat yang berhubungan dengan penetapan hukum tidak pernah meninggalkan
masyarakat sebagai bahan pertimbangan
 Penerapan hukum khususnya hukum pidana dan yang bersifat perubahan hukum tidak mempunyai
daya surut.
 Hadist atau Sunnah
Hadist menurut logat berarti: kabar, berita atau hal yang diberikan turun-temurun. Hadist menurut
istilah dalam agama berarti: berita turun-temurun tentang perkataan, perbuatan Nabi atau kebiasaan nabi ataupun
hal-hal yang diketahuinya terjadi diantara sahabat tetapi dibiarkannya. Sunnah menurut logat berarti jalan atau
tabiat atau kebiasaan. Sunnah menurut istilah ialah jalan yang ditempuh atau kebiasaan yang dipakai atau
diperintahkan oleh Nabi.

Sunnah ada tiga macam:


1. Sunnah Qauliah
Ialah berupa perkataan Nabi mengenai suruhan, larangan atau mengenai sesuatu keputusan.
2. Sunnah Fi’liah
Ialah mengenai perbuatan, sikap atau tindakan Nabi.
3. Sunnah Taqririyah
Ialah perkataan atau perbuatan salah seorang sahabat di hadapan Nabi atau diketahui oleh Nabi tetapi dibiarkan.
Perlu ditegas an pula bahwa ada ucapan-ucapan Nabi yang bukan merupakan sunnah dan juga bukan
merupakan bagian dari Qur’an yang disebut hadist Qudsi. Hadist Qudsi merupakan hadist suci yang isinya
berasal dari Tuhan, disampaikan dengan kata-kata Nabi sendiri. Hadist ini merupakan dasar kehidupan spiritual
Islam.
11
Kedudukan hadist dalam pembinaan hukum:
Mentafsirkan ayat-ayat Qur’an dan menerangkan makna/artinya Contoh Surat Al Anam ayat 82:”orang-
orang yang beriman dan tidak mencampuri mereka dengan kedholiman…”. Arti kedholiman disini ialah sifat
sirik.Menjelaskan dan memberikan keterangan pada ayat-ayat yang MUJMAL atau yang belum terang. Contoh
Surat Al Kausar ayat 2: “Maka dirikanlah sembahyang sholat karena Tuhannmu…”
Mentachshiskan atau mengkhususkan ayat-ayat bersifat umum. Misalnya ayat mengenai warisan. Hal ini
kemudian dijelaskan dalam hadist bahwa warisan itu hanyalah dijalankan dengan syarat persesuaian agama, tidak
terjadi pembunuhan dan perbudakan.
Mentaqyidkan atau memberi pembatasan bagi ayat-ayat yang mutlak. Misalnya ayat mengenai pemotongan
tangan bagi pencuri laki-laki dan perempuan. Kemudian nabi memberikan nisab atau minimal pencurian dan
syarat-syarat pemotongan.
Menerangkan makna yang dimaksud dari suatu nas yang muktamil (menurut lahirnya boleh ditafsirkan
dengan berbagai tafsiran) Sunnah/hadist membuat berbagai macam hukum baru yang tidak disinggung Al-
Qur’an.

Ro’yu Adalah akal pikiran yang memenuhi syarat untuk berusaha, berpikir dengan seluruh kemampuan
yang ada padanya memahami kaidah-kaidah hukum yang fundamental yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun
dalam Hadist dan merumuskan menjadi garis-garis hukum yang dapat dilaksanakan pada kasus tertentu.
Yang berupa:
1. Qiyas
Adalah menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya di dalam al-Qur’an dan Sunnah
dengan hal (lain) yang hukumnya disebut dalam Qur’an dan Sunnah karena persamaan illat (penyebabnya).
Pendapat lain mengatakan bahwa qiyas ialah menetapkan suatu hukum dari masalah baru yang belum
pernah disebutkan hukumnya dengan memperhatikan masalah lama yang sudah ada hukumnya yang mempunyai
kesamaan pada segi alasan dari masalah baru tersebut. Dalam ilmu hukum qiyas disebut dengan analogi.
Contoh : larangan meminum khamar dengan menetapkan bahwa semua minuman keras, apapun namanya,
dilarang diminum dan diperjualbelikan untuk umum.

12
2. Ijma’
Adalah persetujuan atau kesesuaian pendapat antara para ahli mengenai suatu masalah pada suatu tempat
di suatu masa. Pendapat lain mengatakan bahwa idjma ialah kebulatan pendapat para ulama besar pada suatu
masa dalam merumuskan suatu yang baru sebagai hukum islam. Konsesus Idjma ada dua yaitu:
Idjma qauli kalau konsesus para ulama itu dilakukan secara aktif dengan lisan terhadap pendapat
seseorang ulama atau sejumlah ulama tentang perumusan hukum baru yang telah diketahui umum.
Idjma sukuti kalau konsensus terhadap hukum baru dilakukan secara diam (tidak memberi tanggapan).
Contoh: di Indonesia ijmak mengenai kebolehan beriteri lebih dari seorang berdasarkan ayat Qu’an Surat An-
Nisa.
3. Marsalih Al Mursalah
Adalah cara menentukan hukum sesuatu hal yang tidak terdapat ketetuannya baik dalam Qu’an maupun
Hadist, berdasarkan pertimbangan kemaslahatan masyarakat atau kepentingan umum. Misalnya pemungutan
pajak penghasilan untuk dalam rangka untuk pemerataan pendapatan dan pemeliharaan fasilitas umum.
4. Istihsan
Cara menetukan hukum dengan jalan menyimpang dari ketentuan yang ada demi keadilan dan
kepentingan sosial.
Contoh: pencabutan hak milik seseorang atas tanah untuk pelebaran jalan, pembuatan irigasi dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan sosial.
5. Urf atau adat istiadat
Adat istiadat ini tentu saja yang berkenaan dengan soal muammalat. Sepanjang adat istiadat itu tidak
bertentang dengan ketentuan dalam Qur’an dan Hadist serta tidak melanggar asas-asas hukum Islam di bidang
muammalat, maka menurut kaidah hukum islam yang menyatakan “adat dapat dikukuhkan menjadi hukum”
(al-‘adatu muhakkamah).
Dasarnya:
 Dalam Qur’an: “Apa yang dilihat oleh orang Islam baik, maka baik bagi Allah juga”.
 Dalam Hadist: “…Nabi menyuruh mereka berbuat baik dan melarang berbuat mungkar”.
13
Syarat-syarat Urf sebagai sumber Hukum:
 Urf harus berlaku terus menerus atau kebanyakan berlaku
 Urf yang dijadikan sebagai sumber hukum bagi suatu tindakan harus terdapat pada waktu diadakannya
tindakan tersebut.
 Tidak ada penegasan (nas) yang berlawanan denga urf
 Pemakaian urf tidak akan mengakibatkan dikesampingkannya nas yang pasti dari syari’at.
 Hukum Adat baru boleh berlaku kalau kaidah-kaidahnya tidak ditentukkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul, tetapi tidak bertentangan dengan keduanya, sehingga tidak memungkinkan timbulnya konflik antar
sumber-sumber hukum itu.

2.5 Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan Hukum di Indonesia

Nampak jelas setelah indonesia merdeka. Sebagai Hukum yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat, hukum islam telah menjadi bagian dan kehidupan bangsa indonesia yang mayoritas beragama islam.
Kontribusi umat islam dalam perumusan dan penegakan hukum semakin nampak jelas dengan
diundangkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum islam.
a. Undang-undang Nomor 1 Tahun1974 tentang Perkawinan.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.
c. Undang-Undang Nomor Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
d. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.
e. Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
Penegakan hukum islam dalam praktik bermasyarakat dan bernegara memang harus melalui proses, yaitu
proses kultural dan dakwah. Apabila Islam telah memasyarakat (dipahami secara baik), sebagai konsuekuensinya
hukum islam harus ditegakkan melalui perjuangan legalisasi. Didalam negara yang penduduknya mayoritas
muslim, kebebasan mengeluarkan pendapat/berpikir harus ada. Hal ini diperlukan untuk mengembangkan
pemikiran hukum islam yang benar-benar teruji, baik dari segi pemahaman maupun segi pengembangannya.
Dalam ajaran islam ditetapkan bahwa umat islam mempunyai kewajiban untuk mentaati hukum yang telah
ditetapkan Allah. Persoalannya, bagaimanakah sesuatu yang wajib menurut hukum islam menjadi wajib pula
menurut perundang-undangan. Hal ini jelas memerlukan proses dan waktu untuk merealisasikannya.
14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hukum islam adalah hukum yang mengatur segala aspek kehidupan umat muslim, sumber-sumbernya
berasal dari Al-Qur’an, Hadits dan Ro’yu, jelas tidak diragukan lagi, tujuan pun sangat mulia yakni untuk
memberikan kemasalahatan hidup bagi manusia, baik rohani maupun jasmani, individu dan sosial. Kemaslahatan
itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia saja, tetapi juga untuk kehidupan di akhirat kelak
Hukum Islam memiliki banyak kontribusi terhadap hukum nasional Indonesia. Hal itu dapat dilihat,
misalnya, dari produk perundangan yang dibuat pemerintah dan parlemen untuk mengatur kehidupan berbangsa
dan bernegara

3.2 Saran

Hukum islam adalah hukum yang telah ditetapkan Allah, Allah tau yang terbaik buat hamba-hambanya,
dan tujuan pun sangat mulia yakni untuk memberikan kemasalahatan hidup bagi manusia, baik rohani maupun
jasmani, individu dan sosial. Kemaslahatan itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia saja, tetapi juga untuk
kehidupan di akhirat kelak
Jadi tidak ada salahnya kita mengadopsi hukum islam kedalam hukum nasional mengingat penduduk di
Indonesia mayoritas adalah muslim, tetapi dengan catatan tidak menimbulkan perpecahan karena agama di
Indonesia tidak hanya islam, seperti contoh pada jaman Nabi Muhammad, hukum islam ditegakkan walaupun di
Arab agama tidak hanya islam, Nabi tetap melindungi dan memberikan hak-haknya, dan tidak ada pendiskreditan
terhadap pemeluk agama lain. Karena dalam islam tidak ada pemaksaan untuk memeluk agama islam sesuai
firman Allah “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”

15
DAFTAR PUSTAKA

http://darusnal.blogspot.com/2009/10/hukum-islam.html
http://balianzahab.wordpress.com/makalah-hukum/hukum-islam/
http://nuravik.wordpress.com/2010/08/20/sifat-sifat-hukum-islam/
Buku Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi oleh Wahyuddin, Achmad, M.Ilyas, M.Saifulloh,
Z.Muhibbin
Ali, Mohammad Daud.2011.Hukum Islam.Jakarata: PT Rajagrafindo Persada.
16

Anda mungkin juga menyukai