Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

HUKUM ISLAM, HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DARI PERSPEKTIF


ISLAM

Dosen Pengampu : Mudzakir, S.Ag., M.Pd.I

Disusun oleh Kelas 01GSDM002 Kelompok 12:

Della Putri Sakinah (231012400142)


Oktavani Cahyaningtias (231012400150)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAMULANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih Yang Maha


Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Pendidikan Agama Islam dengan judul ”Hukum Islam, hak asasi manusia dan
demokrasi dari perspektif Islam”

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung


bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Agama Islam yaitu Bapak Mudzakir, S.Ag, M.Pd.I Serta
semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini

Kami menyadari sepenuhya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
di karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Tangerang Selatan, 1 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………...…………………….…… i

DAFTAR ISI ……………………………..………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN…………………..………………………. 1

1.1 Latar Belakang …………………………………………...………………….. 1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………...….. 2
1.3 Tujuan ......................................…………………………………………..… . 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………... 3

2.1 Pengertian Hukum Islam ………………………………………………….… 3

2.2. Sumber Hukum-hukum Islam………………………………………………. 3

2.3 Macam-macam Hukum Islam……………………………………………….. 5

2.4 Hak Asasi Manusia …………………………………………………………. 5

2.5 Demokrasi dari Perspektif dalam Islam ……………………………………. 6

BAB III PENUTUP ………………………………………………. 8

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….... 8

3.2 Saran …………………………………………………………………..…… 8


DAFTAR PUSTAKA …………………………………………..… 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Posisi hukum Islam di tengah-tengah hukum sekuler masih menjadi


selalu dipersoalkan, ditentang atau diperjuangkan. Secara konseptual
hukum Islam dianggap sebagai hukum yang ideal oleh umat Islam.
Kendatipun demikian, hukum Islam terbelah menjadi dua; pertama ada
yang penerapannya lebih kontekstual dan ada pula yang lebih bersifat
tidak kontekstual. Oleh karena itu, formulasi hukum Islam ada yang lebih
memprioritaskan faktor-faktor sosiologis dan ada pula yang lebih tekstual.
Di samping itu, ada yang menghendaki penerapannya secara struktural
melalui apa yang disebut negara Islam dan ada yang menghendaki melalui
proses penyadaran masyarakat. Hal demikian terjadi di beberapa negara
mayoritas umat Islam, termasuk di Indonesia.

Hubungan antara kelompok pertama dan kelompok kedua terjadi


secara dialektis. Hubungan tersebut mewarnai proses-proses sosial, politik,
ekonomi dan budaya di masyarakat. Dalam suatu negara yang demokratis
seperti Indonesia hubungan tersebut muncul dan dapat disaksikan secara
terbuka. Tetapi secara kasar dapat dikatakan bahwa hukum sekuler (baca:
hukum positif) tetap established dan pendukungnya masih mayoritas, baik
di tingkat parlemen maupun dalam masyarakat. Berdasarkan kenyataan ini
maka muncul persoalan: Apakah hukum Islam hakikatnya tidak lebih baik
dari hukum positif? Atau, apakah hukum Islam memang lebih ideal
daripada hukum positif tetapi secara eksplisit ia tidak diberlakukan karena
alasan mengakomodir kelompok non-Islam? Atau apakah hukum positif
dapat dikatakan sudah islami?

Jika pertanyaan yang kedua lebih mungkin dari pada pertanyaan yang
kedua dan yang ketiga, mengapa umat Islam tidak mampu memasukkan

1
substansi hukum Islam ke dalam perundang undangan yang ada di negeri
ini. Atau, mengapa umat

1
Islam tidak mampu mengembangkan hukum Islam secara kultural,
baik melalui lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan
pesantren?
Persoalan-persoalan tersebut penting dibahas, karenapersoalan hukum Islam dan
hukum sekuler akan terus bergulir. Karena kenyataannya kelompok-kelompok.
yang terus mewacanakan dan berjuang untuk menerapkan hukum Islam juga terus
bergulir. Disamping menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut, tulisan ini akan
memfokuskan perhatiannya untuk menjawab persoalan utama, yaitu: bagaimana
hukum yang ada di Indonesia mampu mensejahterakan rakyat kendatipun tidak
berlabel Islam dalam negara demokrasi?

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Hukum Islam?


2. Apa saja sumber Hukum Islam
3. Macam-macam Hukum Islam
4. Apa itu Hak Asasi Manusia?
5. Apa itu Demokrasi dari perspektif dalam Islam?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tentang Hukum Islam


2. Mengetahui sumber Hukum Islam
3. Mengetahui macam-macam Hukum Islam
4. 2. Mengetahui Hak Asasi Manusia

Mengetahui Demokrasi dalam Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Islam

Pengertian hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaidahkaidah


yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah
laku mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan
diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluknya. Dan hal ini mengacu pada apa
yang telah dilakukan oleh Rasul untuk melaksanakannya secara total. Syariat
menurut istilah berarti hukum-hukum yang diperintahkan Allah Swt untuk
umatNya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan dengan
kepercayaan (aqidah) maupun yang berhubungan dengan amaliyah. Syariat Islam
menurut bahasa berarti jalan yang dilalui umat manusia untuk menuju kepada
Allah Ta’ala. Dan ternyata islam bukanlah hanya sebuah agama yang
mengajarkan tentang bagaimana menjalankan ibadah kepada Tuhannya saja.
Keberadaan aturan atau sistem ketentuan Allah swt untuk mengatur hubungan
manusia dengan Allah Ta’ala dan hubungan manusia dengan sesamanya. Aturan
tersebut bersumber pada seluruh ajaran Islam, khususnya Al-Quran dan Hadits.
Definisi hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh Allah
untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi SAW, baik hukum yang
berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang
berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan oleh umat Muslim
semuanya.

2.2 Sumber Hukum-hukum Islam

Hukum Islam bukan hanya sebuah teori saja namun adalah sebuah aturan-aturan
untuk diterapkan di dalam sendi kehidupan manusia. Karena banyak ditemui
permasalahan-permasalahan, umumnya dalam bidang agama yang sering kali membuat
pemikiran umat Muslim yang cenderung kepada perbedaan. Untuk itulah diperlukan
sumber hukum Islam sebagai solusinya, yaitu sebagai berikut:

3
1. Al-Quran
Sumber hukum Islam yang pertama adalah Al-Quran, sebuah kitab suci umat
Muslim yang diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW
melalui Malaikat Jibril. Al-Quran memuat kandungan-kandungan yang berisi
perintah, larangan, anjuran, kisah Islam, ketentuan, hikmah dan sebagainya. Al-
Quran menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya manusia menjalani
kehidupannya agar tercipta masyarakat yang ber akhlak mulia. Maka dari itulah,
ayatayat Al-Quran menjadi landasan utama untuk menetapkan suatu syariat.
2. Al-Hadist
Sumber hukum Islam yang kedua adalah Al-Hadist, yakni segala sesuatu yang
berlandaskan pada Rasulullah SAW. Baik berupa perkataan, perilaku, diamnya
beliau. Di dalam Al-Hadist terkandung aturan-aturan yang merinci segala aturan
yang masih global dalam Alquran. Kata hadits yang mengalami perluasan makna
sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka dapat berarti segala perkataan
(sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Rasulullah SAW yang
dijadikan ketetapan ataupun hukum Islam.
3. Ijma
Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman Rasulullah
atas sebuah perkara dalam agama dan ijma yang dapat dipertanggung jawabkan
adalah yang terjadi di zaman sahabat, tabiin (setelah sahabat), dan tabi’ut tabiin
(setelah tabiin). Karena setelah zaman mereka para ulama telah berpencar dan
jumlahnya banyak, dan perselisihan semakin banyak, sehingga tak dapat
dipastikan bahwa semua ulama telah bersepakat.
4. Qiyas
Sumber hukum Islam yang keempat setelah Al-Quran, Al-Hadits dan ijma’
adalah qiyas. Qiyas berarti menjelaskan sesuatu yang tidak ada dalil nashnya
dalam Al quran ataupun hadis dengan cara membandingkan sesuatu yang serupa
dengan sesuatu yang hendak diketahui hukumnya tersebut. Artinya jika suatu
nash telah menunjukkan hukum mengenai suatu kasus dalam agama Islam dan
telah diketahui melalui salah satu metode untuk mengetahui permasalahan hukum
tersebut, kemudian ada kasus lainnya yang sama dengan kasus yang ada nashnya
itu dalam suatu hal itu juga, maka hukum kasus tersebut disamakan dengan
hukum kasus yang ada nashnya.

4
2.3 Macam-Macam Hukum Islam

1. Wajib
Wajib adalah sesuatu perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala
dan jika ditinggalkan akan diberi siksa. Contoh dari perbuatan yang memiliki
hukum wajib adalah shalat lima waktu, memakai hijab bagi perempuan, puasa,
melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu, menghormati orang non muslim dan
banyak lagi.
2. Sunnah
Sunnah ialah sesuatu perbuatan yang dituntut agama untuk dikerjakan tetapi
tuntutannya tidak sampai ke tingkatan wajib atau sederhananya perbuatan yang
jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak akan
mendapatkan siksaan atau hukuman. Contoh dari perbuatan yang memiliki
hukum sunnah ialah shalat yang dikerjakan sebelum/sesudah shalat fardhu,
membaca shalawat Nabi, mengeluarkan sedekah dan sebagainya.
3. Haram Haram ialah sesuatu perbuatan yang jika dikejakan pasti akan
mendapatkan siksaan dan jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala.
Contoh perbuatan yang memiliki hukum haram adalah berbuat zina, minum
alkohol, bermain judi, mencuri, korupsi dan banyak lagi.
4. Makruh
Makruh adalah suatu perbuatan yang dirasakan jika meninggalkannya itu
lebih baik dari pada mengerjakannya. Contoh dari perbuatan makruh ini
adalah makan bawang, merokok dan sebagainya.
5. Mubah
Mubah adalah suatu perbuatan yang diperbolehkan oleh agama antara
mengerjakannya atau meninggalkannya. Contoh dari mubah adalah olahraga,
menjalankan bisnis, sarapan dan sebagainya.

2.4 Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia (HAM) populer sejak dilahirkannya Universal


Declaration of Human Rights pada tanggal 10 Desember 1948. Namun
sebenarnya, sebelum itu telah lahir piagampiagam lain yang berisi tentang
kebebasan manusia, di antaranya: Bill of Rights pada tahun 1689, Declaration of

5
Independence di Amerika serikat pada tahun 1789, Declaration of Rights of men
and Citi Zenship, sebagai hasil karya

5
Konstituante Prancis (Declaration de detroit de l’ homme et du cetoyen). Pada
tahun 1791 deklarasi tersebut dituangkan kata demi kata ke dalam konstitusi
revolusioner di Prancis. Pada tahun 1936 Uni Sovyet menyebutkan dalam
konstitusinya tentang hak-hak asasi tersebut. Kelahiran piagam-piagam Hak Asasi
Manusia (HAM) di Barat tersebut dilatarbelakangi karena tidak berdayanya
manusia, disebabkan oleh adanya kekuasaan multak penguasa, yang disokong
kalangan gereja.

HAM menurut Islam berprinsip menjunjung tinggi martabat manusia,


seperti yang dinyatakan surat Al-Isra’ ayat 70, AnNaml: 33, dan Al-Maidah: 32.
Di samping itu HAM menurut Islam juga menghendaki adanya persamaan,
kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan beragam dan jaminan sosial.
Prinsip persamaan mengacu pada surat AlHujurat: 13 dan Al-Ahqaf: 19. Prinsip
kebebasan menyatakan pendapat adalah kebebasan yang dibimbing ajaran Allah,
yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasul. Manusia bebas berbicara dan berprilaku
sesuai dengan ajaran Allah. Kebebasan menyatakan pendapat merupakan
perwujudan dari instruksi Allah. Sementara itu, prinsip kebebasan beragama
mengacu pada surat Al-Baqarah: 256, AlYufithar: 21, Al-Muthaffin: 22, Al-Qaf:
45, dan Yunus: 108).

2.5 Demokrasi dari Perspektif dalam Islam

Dalam konsep demokrasi modern, kedaulatan rakyat merupakan inti dari


demokrasi, sedang demokrasi Islam meyakini bahwa kedaulatan Allahlah yang
menjadi inti dari demokrasi. Kedaulatan mutlak menentukan pemilihan khalifah,
yaitu yang memberikan kerangka kerja seorang khalifah. Konsep demikianlah
yang dikembangkan para cendekiawan belakangan ini dalam mengembangkan
teori politik yang dapat dianggap demokratis.

Dalam teori tersebut tercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan
rakyat, tekanan pada kesamaan derajat manusia, dan kewajiban rakyat sebagai
pengemban pemerintah. Penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka

6
konseptual Islam, banyak memberikan perhatian pada beberapa aspek khusus dari
ranah sosial dan politik. Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang

6
mengukuhkan konsep-konsep Islami yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah
(syura’), persetujuan (ijma’), dan penilaian interpretatif yang mandiri (ijtihat).
Seperti banyak konsep dalam tradisi politik Barat, istilah-istilah ini tidak selalu
dikaitkan dengan pranata demokrasi dan mempunyai banyak konteks dalam
wacana muslim dewasa ini. Namun, lepas dari konteks dan pemakaian lainnya,
istilah-istilah ini sangat penting dalam perdebatan dmenyangkut dalam
demokratisasi dikalangan masyarakat muslim perlunya musyawarah merupakan
konsekuensi politik krkhalifaan manusia.

Masalah musyawarah dengan jelas juga disebutkan dalam al-Qur’an surat


Asyyuua: 38, yang isinya berupa perintah kepada para pemimpin dalam
kedudukan apa pun untuk menyelesaikan urusan mereka yang dipimpinnya
dengan cara bermusyawarah. Dengan demikian, tidak akan terjadi kesewenang-
wenangan dari seorang pemimpin terhadap rakyat yang dipimpinnya. Oleh karena
itu, perwakilan rakyat dalam sebuah negara Islam tercermin terutama dalam
doktrin musyawarah (syura). Dalam bidang politik, umat Islam mendelegasikan
kekuasaan mereka kepada penguasa dan pendapat mereka harus diperhatikan
dalam menangani masalah negara.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari paparan di atas dapat dijelaskan beberapa hal penting. Pertama, dalam
Hukum Islam, terkandung nilai alasan, maksud, tujuan dan keefektifan hukuman-
hukuman tersebut. Hukuman bukanlah dijatuhkan secara kejam oleh seseorang pada
orang lain tanpa adanya dasar tersebut. Hukuman dalam Islam memiliki landasan yang
sangat kokoh, yaitu al-Quran dan Sunnah Nabi saw. juga, bukan berdasarkan
dugaandugaan manusia semata mengenai hal-hal yang dirasa adil. Ini menunjukkan
kepastian hukum juga jelas dalam Hukum Islam. Kedua, dunia Islam memiliki ciri khas
dan keunikan sendiri. Masing-masing negara Muslim memiliki perbedaan dalam
penerapan Hukum Islam, meskipun begitu, dengan tujuan yang sama, yakni penegakan
HAM. Negara Islam merujuk pada suatu bentuk pemerintahan di mana seluruh perlakuan
dari seluruh aspek usaha manusia dan hukum menjadi subjek Hukum Islam, yaitu syariah.
Kegagalan negaranegara di dunia Islam untuk membentuk suatu pemerintahan yang
demokratis, karena kaum revivalis Muslim punya kelemahan dalam komitmen mereka
terhadap pluralisme demokrasi.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran


sebagai berikut :
1. Sebagai umat Islam hendaknya memahami hukum Islam dengan baik, karena
hukum ini mengatur berbagai kehidupan umat manusia untuk mencapai
kemaslahatan.
2. Setiap manusia hendaknya menjungjung tinggi Hak Asasi Manusia, karena hak
ini sebagai dasar yang melekat pada diri tiap manusia.
3. Dalam mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh, baik dibidang hukum,
hak dan kewajiban asasi manusia, serta kehidupan berdemokrasi hendaknya
berdasarkan prinsip-prinsip yang diajarkan Islam.

8
8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/30824070/
MAKALAH_HUKUM_ISLAM_HAK_ASASI_MANUSIA_DAN_DEMOKRASI_DA
LAM_ISLAM

Al-Qānūn. (2009). HAM dan Demokrasi dalam Dunia Islam.

al-qur'an, s. (2010). Hukum Islam dan Demokrasi: Antara Ditentang dan Diperjuangkan.

Jambi, J. I. (2017). Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia .

Anda mungkin juga menyukai