Anda di halaman 1dari 10

Makalah Hukum Islam dan

Perkembangan Hukum Islam di Indonesia

KELOMPOK IV
1. Berliyanti Putri Maharani (13010123120029)
2. Desi Zakiyatul Afidah (13010123120034)
3. Fadzilatul Falah (13010123120026)
4. Happy Wahyu Febrinasari (13010123120025)

JURUSAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga kami kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Hukum Islam dan
Perkembangan Hukum Islam di Indonesia. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Islam.

Kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang membantu kami
untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini tidak sempurna, akan tetapi
kami membuatnya dengan sebaik mungkin, segala kritik dan saran yang membangun kami
terima dengan tangan terbuka.

Semoga makalah ini dapat memberi informasi kepada banyak orang dan memberi
manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Semarang, 25 Agustus 2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam.
Islam adalah al-din. Istilah al-din hanya ada dalam al-Qur'an. Perkataan al-din dalam bahasa
Indonesia di terjemahkan dengan perkataan agama. Secara konsepsional al-din dan agama
mempunyai konotasi yang sangat berbeda Perkataan agama yang berasal dari bahasa
Sanskerta memiliki konotasi yang sangat erat dengan tradisi dalam agama Hindu dan Budha.
Sedangkan al-din sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an merupakan konsep yang terdiri
dari dua komponen pokok pengaturan hubungan antara manusia dengan Allah dan antara
manusia dengan manusia lain dalam suatu masyarakat atau negara serta antara manusia
dengan lingkungan hidupnya.

Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam.
Jika kita berbicara tentang hukum, yang terlintas dalam fikiran kita adalah peraturan-
peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu
masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat maupun praturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan
ditegakkan oleh penguasa Bentuknya mungkin berupa hukum yang tidak tertulis seperti
hukum adat.

Sejarah pertumbuhan dan perkembangan Hukum Islam mulai zaman Nabi


Muhammad; masa Khulafa al-Rasyidin, masa pembinaan, pengembangan dan pembukuan
Hukum Islam; masa kelesuan dan kebangkitan kembali Hukum Islam. Selain itu akan
dibahas pula sejarah perkembangan dan pertumbuhan Hukum Islam di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
a. Pengertian Hukum Islam dan Syari’at Islam ?
b. Tujuan Hukum Islam
c. Perkembangan Hukum Islam ?
d. Sejarah Perkembangan Hukum Islam ?

C. Tujuan Pembahasan
a. Memahami Pengertian Hukum Islam dan Syari’at Islam ?
b. Memahami Tujuan Hukum Islam ?
c. Memahami Perkembangan Hukum Islam ?
d. Memahami Sejarah Perkembangan Hukum Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HUKUM ISLAM
Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama islam.
Hukum adalah peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku
manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma yang hidup dalam masyarakat
maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh
penguasa. Bentuknya berupa hukum tidak tertulis seperti hukum adat juga berupa hukum
tertulis dalam peraturan perundang-undangan hukum barat. Hukum barat ini sengaja dibuat
oleh manusia untuk mengatur kepentingan manusia sendiri dalam masyarakat tertentu.
Disamping itu masih ada konsepsi hukum lain yakni hukum islam. Dalam konsepsi hukum
islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah SWT.

Untuk memahami hukum islam dengan baik dan benar seseorang harus memahami
beberapa istilah yang berkenaan dengan hukum islam. Dalam pembahasan kerangka dasar
agama islam disebutkan bahwa komponen kedua agama islam adalah syariat yang terdiri dari
dua bagian yakni ibadah dan mu’amalah. Adapun ilmu yang membahas tentang syariat
disebut dengan ilmu fikih.

Hukum syari’at merupakan dasar-dasar hukum yang ditetapkan allah melalui


rasulnya, yang wajib diikuti oleh orang islam berdasarkan iman yang berkaitan dengan
akhlak, baik dalam hubungannya dengan allah maupun dengan sesama manusia dan benda
dalam masyarakat. Syari’at terdapat dalam al-Qur’an dan sunah rasulnya karena norma-
norma yang terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah rasulullah itu masih bersifat umum
terutama dibidang muamalahya.

Syari'at adalah landasan fikih dan syarat pemahaman tentang syari'at. Seseorang yang
akan memahami hukum Islam dengan baik dan benar, harus dapat membedakan mana hukum
Islam yang disebut syari'at dan mana hukum Islam yang disebut dengan fikih. Pada
pokoknya perbedaan antara syari'at Islam dengan fikih Islam adalah sebagai berikut:

1. Syari'at terdapat dalam al-Qur'an dan kitab-kitab hadis. Kalau seseorang berbicara syari'at
yang dimaksud adalah firman Allah dan Sunnah Nabi Muhammad. Sedangkan fikih
terdapat dalam kitab-kitab fikih. Kalau seseorang berbicara tentang fikih, yang dimaksud
adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat tentang syari'at.

2. Syari'at bersifat fundamental, mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dari fikih. Fikih
bersifat Instrumental, ruang lingkupnya terbatas pada apa yang biasanya disebut
perbuatan hukum.
3. Syari'at adalah ketentuan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, karena itu berlaku abadi. Fikih
adalah karya manusia yang dapat berubah atau diubah dari masa ke masa.
4. Syari'at hanya satu, sedangkan fikih lebih dari satu seperti yang terlihat pada aliran-aliran
hukum yang disebut mazhab-mazhab atau mazahib.
5. Syari'at menunjukkan kesatuan, sedangkan fikih menunjukkan keragamannya.
B. TUJUAN HUKUM ISLAM
Tujuan hukum Islam terbagi atas tiga kategori. Pertama, tujuan primer yang disebut
al-dlaruriyyat, yakni tujuan hukum untuk menjamin kelangsungan hidup dan kebutuhan
primernya. Tujuan hukum primer (al-qulliyat al-khams atau Maqoshid al-Syari'ah) ialah:

a. Memelihara agama (hifdz al-din). Dalam hukum Islam dikenal fiqh ibadah, yang berisi
aturan hubungan manusia dengan Tuhan dan kewajiban berjihad mempertahankan
agama;
b. Memelihara jiwa (hifdz al-nafs). Tujuan ini tampak dalam seperangkat aturan Ilahi
dalam bidang hukum pidana (Fiqh Jinayah);
c. Memelihara akal (hifdz al-'aql). Aturan yang tampak jelas pada beberapa hukum khamar
(larangan minuman keras);
d. Memelihara keturunan dan kehormatan (hifdz al-'irdl). Aturan yang bertujuan
memelihara keturunan dan kehormatan antara lain dalam hukum perkawinan dan
kewarisan dengan segala aspeknya; dan
e. Memelihara harta (hifdz al-mal), prinsip dalam hukum Islam ialah segala yang di langit
dan di bumi adalah milik Allah dan manusia hanya memiliki hak relatif sehingga dalam
hak yang dimiliki manusia terdapat hak orang lain seperti ketentuan zakat yang
diwajibkan untuk dikeluarkan dari harta tertentu.

C. PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM


Tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhan hukum islam itu dibagi kedalam lima
masa diantaranya:

1. Masa Nabi Muhammad SAW (610m – 632m)


Pada waktu masyarakat Arab dalam keadaan yang memprihatinkan dilihat dari
akhlak dan moralnya Tiga tahun sebelum Muhammad menerima wahyu, beliau sering
menyendiri di gua Hira' selama bulan Ramadlan. Ketika beliau mencapai umur 40 tahun,
yakni pada tahun 610 Masehi, beliau menerima wahyu pertama. Pada waktu itu beliau
ditetapkan sebagai Rasul atau utusan Allah.

Tiga tahun kemudian, Malaikat Jibril membawa perintah Allah untuk


menyebarluaskan wahyu yang diterimanya kepada umat manusia, terutama bagi umat
Islam. Dalam masa kurang dari 23 tahun yang relatif singkat, Nabi Muhammad telah
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, membangun suatu agama dalam arti kata
yang seluas-luasnya, membina suatu umat yang kemudian menjadi suatu bangsa serta
mendirikan suatu masyarakat politik atau negara, serta meletakkan dasar-dasar budaya
yang kemudian menjadi budaya Islam Oleh karena itu kedudukannya sangat penting,
terutama bagi umat Islam Melalui wahyunya.

Yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah wahyu-wahyu Tuhan Di antara


wahyu-wahyu itu terdapat ayat-ayat hukum sebagai berikut:
1. Hukum Keluarga yang terdiri dari hukum perkawinan dan kewarisan sebanyak 70 ayat.
2. Hukum perdata lainnya, di antaranya hukum perjanjian (perikatan) terdapat 70 ayat.
3. Mengenai hukum ekonomi keuangan termasuk hukum dagang terdiri dari 10 ayat.
4. Hukum pidana terdiri dari 30 ayat.
5. Hukum tata negara tedapat 10 ayat.
6. Hukum internasional terdapat 25 ayat.
7. Hukum acara dan peradilan

2. Masa Khulafa Al Rasyidin (632M-662M)


Hukum Islam sahabat mulai dilakukan dengan ijtihad, karena setelah Rasulullah
SAW wafat, kepemimpinan berpindah kepada Khulafa al-Rasıdın. Sebagai akibat
meluasnya wilayah Islam, para sahabat menemukan berbagai peristiwa yang belum
pernah terjadi pada masa Rasul.

Di wilayah taklukannya, antara lain Syam, Irak, Mesir, Persia dan lain-lain, para
sahabat menemukan berbagai peraturan yang belum mereka kenal, banyak tradisi dan
adat-istiadat yang jauh berbeda dengan yang ada di Jazirah Arab, serta peristiwa-
peristiwa baru yang belum pernah dijumpai di Mekah atau Madinah. Menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi mereka menggunakan utihad, yakni berusaha sungguh-
sungguh dengan mempergunakan segenap kemampuan yang ada dilakukan oleh orang
(ahli hukum) yang memenuhi syarat untuk mendapatkan garis hukum yang belum jelas
atau tidak ada ketentuannya di dalam al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah. Sikap ini
menunjukkan bahwa penafsiran terhadap al-Qur'an diambil dari hasil consensus yang
lazim disebut dengan ijma'.

3. Masa Pembinaan, Pengembangan Dan Pembukuan Hukum Islam (Abad VII-XM).


Periode Pembinaan, Pengembangan dan Pembukuan Hukum Fikih Islam perlu
difahami dan dikaji dengan baik, karena dalam periode inilah hukum Islam ini
dikembangkan lebih lanjut.Di masa inilah (1) lahir para ahli hukum Islam yang
menemukan dan merumuskan garis- garis hukum fikih Islam; (2) muncul berbagai teori
hukum yang masih dianut dan dipergunakan oleh umat Islam sampai sekarang.

Adapun faktor-faktor yang mendorong orang menetapkan hukum dan


merumuskan garis-garis hukum adalah Wilayah Islam sudah sangat luas. Di dalam
wilayah yang sangat luas ini tinggal berbagai suku bangsa dengan asal-usul, adat-istiadat.
cara hidup dan kepentingan-kepentingan yang berbeda.Keadaan inilah yang mendorong
para ahli hukum untuk mengkaji dan mempelajari sumber- sumber hukum Islam untuk
ditarik garis-garis hukum dari dalamnya, menentukan kaidah kaidah atau norma bagi
suatu perbuatan tertentu guna memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam
masyarakat.

Pada periode inilah muncul para mujtahid yang sampai sekarang masih
berpengaruh dan pendapatnya diikuti oleh umat Islam diberbagai belahan dunia. Mereka
itu di antaranya adalah:

1. Imam Abu Hanifah


la lahir di Kufah pada tahun 80 H. dan wafat di Bagdad pada tahun 150 H
Sebagaimana. ulama lain, sumber syari'at bagi Abu Hanifah adalah al-Qur'an dan al-
Sunnah, akan tetapi ia tidak mudah menerima hadis yang diterimanya. lahannya
menerima hadis yang diriwayatkan oleh jama'ah dari jama'ah, atau hadist yang disepakati
oleh fuqaha' di suatu negeri dan diamalkan; atau hadist ahad yang diriwayatkan dari
sahabat dalam jumlah yang banyak (tetapi tidak mutawatir) yang tidak
dipertentangkan.Abu Hanifah dikenal sebagai imam ahlu al-ra'yu, dalam menghadapi nas
al-Qur'an dan al-Sunnah, ia selalu menangkap pesan di balik nas.

2. Malik bin Anas.


Ia lahir pada tahun 93 H dan wafat pada tahun 179 H. Malik bin Anas tinggal di
Madinah dan tidak pernah kemana-mana kecuali beribadah haji ke Mekkah. Seperti
imam-imam yang lain, Imam Malik menempatkan al-Qur'an sebagai sumber hukum
pertama, kemudian al hadist sedapat mungkin hadist yang mutawatir atau masyhur.

3. Muhammad Idris Al-Syafi'i.


la lahir di Ghazah atai Asqalan pada tahun 150 H. la berguru kepada Imam Malik
di Madinah. Kesetiaannya kepada Imam Malik ditunjukkan dengan nyantri di tempat
sang guru hingga sang guru wafat pada tahun 179 H. Imam Syafi'i pernah juga berguru
kepada murid-murid Abu Hanifah.

4. Ahmad bin Hanbal.


Ahmad bin Hanbal lahir di Bagdad pada tahun 164 H. Ia tinggal di Bagdad
sampai akhir hayatnya yakni tahun 231 H. Negeri-negeri yang pernah ia kunjung untuk
belajar antara lain adalah Basrah, Mekkah, Madinah, Syam dan Yaman. la pernah pula
berguru kepada Imam Syafi'i tatkala ia berada di Bagdad dan iapun menjadi murid Imam
Syafi'i yang terpenting, bahkan ia menjadi mujtahid mandiri.

4. Masa Kelesuan Pemikiran Hukum Islam (Abad 10-11-19 M).


Sejak abad keempat Hijriyah atau abad kesepuluh dan kesebelas Masehi, ilmu
hukum Islam mulai berhenti berkembang Keadaan terjadi pada akhir pemerintahan
Kekhalifahan Asbbasiyah. Pada masa ini para ahli hukum Islam hanya membatasi diri
mempelajari pikiran pikiran para ahli sebelumnya yang sudah dituangkan ke dalam buku
buku berbagai mazhab. Sejak itu mulailah gejala untuk mengikuti sap pendapat para ahli
sebelumnya (taqlid).

5. Masa Kebangkitan Kembali Hukum Islam (Abad Ke-19 sampai sekarang).


Setelah mengalami kelesuan dan kemunduran dalam beberapa abad, pemikiran
Islam bangkit lagi. Kebangkitan kembali pemikiran hukum Islam ini sebagai reaksi
terhadap sikap taqlid yang telah tatan-catata munculnya gerakan Salafiyah yang
menginginkan kembali kepada membawa kemunduran hukum Islam. Keadaan ini
ditandai dengan kemurnian ajaran Islam, yakni kembali kepada al-Qur'an dan al-Sunnah.
D. SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA
Hukum Islam yang berlaku di Indonesia ada yang berlaku secan normatif dan ada yang
berlaku secara yuridis formal. Secara normatif adalah bagian dari hukum Islam yang
mempunyai sanks kemasyarakatan apabila norma-normanya dilanggar. Hukum Islam yang
berlaku secara normatif di Indonesia antara lain berkenaan dengan pelaksanaan ibadah salat,
puasa, haji dan lain-lain. Adapun hukum Islam yang berlaku secara yuridis formal adalah
bagian hukum Islam yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda
dalam masyarakat. Bagian hukum Islam ini menjadi hukum positif berdasarkan atau karena
ditunjuk oleh peraturan perundang-undangan, seperti misalnya hukum perkawinan, hukum
kewarisan. hukum wakaf yang telah dikompilasikan, hukum zakat dan sebagainya.

Dalam membicarakan hukum Islam di Indonesia, kajian mengenai perkembangan hukum


Islam di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa masa, yakni:

1. Masa sebelum pemerintah kolonial Belanda menguasai sepenuhnya tanah air kita:
Sejak Islam datang sampai berakhirnya VOC
Islam telah masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah. Dalam proses
Islamisasi kepulauan Indonesia yang dilakukan oleh para saudagar melalui perdagangan
dan perkawinan peranan hukum Islam sangat besar.

Di samping itu, di kasultanan kemudian dijadikan pegangan dalam menyelesaikan


sengketa antara umat Palembang dan Banten, terbit pula beberapa kitab hukum Islam
yang ditulis oleh Syekh Abdu Samad dan Syekh Nawawi al-Bantani. Kitab tersebut
dijadikan pegangan umat Islam dalam menyelesaikan berbagai masalah yang mereka
hadapi.

Dari pernyataan diatas jelas bahwa sebelum Pemerintah Belanda mengukuhkan


kekuasaannya di Indonesia, hukum Islam sebagai hukum yang berdiri sendiri sudah
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat wan berdampingan dengan kekuasaan-
kebiasaan yang ada dalam masyarakat.

2. Masa Penjajahan Belanda: 1800-1945 dan Masa Penjajahan Jepang 1942-1945


Pada masa Daendels (1800-1811) perubahan belum nampak, karena pada waktu
itu masih ada pendapat bahwa hukum Islam adalah hukum asli orang pribumi. Dengan
demikian, Daendels mengeluarkan peraturan bahwa orang Jawa tidak boleh diganggu dan
hak-hak penghulu untuk agama memutus perkara perkawinan dan kewarisan harus diakui
oleh alat kekuasaan pemerintah Belanda. Pada waktu Inggris datang yakni pada masa
Thomas S Raffles pelaksanaan hukum Islam juga tidak berubah, dan ia menyatakan
bahwa hukum yang berlaku di kalangan rakyat adalah hukum Islam.

Pada umumnya orang Belanda menginginkan hilangnya pengaruh hukum Islam


dari sebagian masyarakat Islam di Indonesia dengan berbagai cara misalnya melalui
Kristenisasi. Mereka berpendapat bahwa orang Islam di Jawa akan mudah dikristenkan
dibandingkan dengan umat Islam di negara lain.
Pada masa pendudukan Jepang tidak ada perubahan beran terhadap pengadilan
agama. Semua peraturan perundang-undang yang berasal dari Pemerintah Belanda tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan. Peradilan Agama juga tetap dipertahankan tanpa
adany perubahan. Hanya saja perlu dicatat bahwa selama masa penduduka Jepang, ada
beberapa tokoh nasionalis Islam yang menghendaki aga kedudukan pengadilan agama
lebih dikukuhkan dan wewenangnya untuk menyelesaikan sengketa kewarisan antara
umat Islam dikembalikan seperti sebelum 1 April 1937.

Dan dari pernyataan diatas jelas bahwa Peradilan Agama walaupun tidak
mengalami perubahan, akan tetapi sedikit terancam pula pada masa pendudukan Jepang
dari pihak-pihak yang ingin menghapuskan keberadaan pengadilan agama

3. Masa Indonesia Merdeka 1945-1974


Setelah Indonesia merdeka, atas usul Menteri Agama yang disetujui oleh Menteri
Kehakiman, pemerintah menyerahka Mahkamah Islam Tinggi dari Kementerian
Kehakiman kepada Kementerian Agama melalui Penetapan Pemerintah Nomor 5/SD
tanggal 25 Maret 1946.

Untuk menegakkan hukum Islam yang berlaku secara yuridis formal dalam
Negara Republik Indonesia, pada tanggal 8 Desember 1988 Presiden Republik Indonesia
menyampaikan Rancangan Undang Undang Peradilan Agama kepada Dewan Perwakilan
Rakyat untuk dibicarakan dan disetujui sebagai Undng-Undang menggantikan semua
peraturan perundang-undangan, yang tidak sesuai lagi dengan Undang Undang Dasar
1945 dan Undang-undang tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman. Setelah
dibicarakan secara mendalam, pada akhirnya pada hari Kamis, tanggal 14 Desember
1989, Rancangan Undang-undang Peradilan agama itu disetujui DPR menjadi Undang-
undang tentang Peradilan Agama, dan pada tanggal 29 Desember 1989, Undang-undang
tersebut disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, diundangkan pada tanggal yang
sama menjadi Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dalam
Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3400.

Penyelenggaraan hukum disuatu masyarakat dan negara, di samping ditentukan


oleh kesadaran hukum masyarakat dan penegak hukum yang baik dan benar dalam
menjalankan tugasnya, ditentukan pula oleh kejelasan hukumnya. Peraturan Hukum yang
jelas ini selain dan berguna untuk kepastian hukum, juga sangat diperlukan dalam
penegakan keadilan hukum.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama islam.
Hukum adalah peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang bersumber dan menjadi bagian
dari agama islam untuk mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan
atau norma yang hidup dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara
tertentu dan ditegakkan oleh penguasa. Dalam konsepsi hukum islam, dasar dan kerangka
hukumnya ditetapkan oleh Allah SWT.
Hukum syari’at merupakan dasar-dasar hukum yang ditetapkan allah melalui rasulnya,
yang wajib diikuti oleh orang islam berdasarkan iman yang berkaitan dengan akhlak, baik dalam
hubungannya dengan allah maupun dengan sesama manusia dan benda dalam masyarakat.
Syari'at adalah landasan fikih dan syarat adalah pemahaman tentang syari'at.
tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhan hukum Islam itu ke dalam 5 (lima) masa:
(1) masa Nabi Muhammad SAW (610-632 M); (2) Masa Khulafa al-Rasyidin (632 - 662); (3)
Masa Pembinaan, Pengembangan dan Pembukuan (abad VII-X); (5) masa Kelesuan Pemikiran
(abad X- XIX M) dan terakhir Masa Kebangkitan Kembali (abad XIX M sampai sekarang).
Hukum Islam yang berlaku di Indonesia ada yang berlaku secan normatif dan ada yang
berlaku secara yuridis formal, Kajian mengenai perkembangan hukum Islam di Indonesia dapat
dibagi menjadi beberapa masa, yakni: pertama, masa sebelum pemerintahan Kolonial Belanda
sepenuhnya menguasai tanah air kita. Kedua, Masa Penjajahan Belanda: 1800-1945 dan Masa
Penjajahan Jepang 1942-1945. Ketiga, Masa Indonesia Merdeka 1945-1974.

B. KRITIK DAN SARAN


Sebagaimana hakikat seorang manusia, kami sebagai penulis makalah ini tentu masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap bimbingan dan arahan dari dosen maupun
teman-teman sekalian serta penbaca yang lebih luas ilmu dan pengetahuannya. Kami menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna karena kurangnya pemahaman, pengetahuan dan referensi
bacaan. Oleh karena itu, kami harap kritik dan saran terhadap makalah yang sudah kami tulis ini.
Dengan kritik dan saran yang membangun, kami berharap dapat meningkatkan kemampuan dan
pemahaman kami.

Anda mungkin juga menyukai