Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA

HUKUM ISLAM

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD RICHIE PRATAMA (2302210007)

MUHAMMAD ANOKI AL HADDAQ (2302210048)

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufiq dan hidayah. Sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Hukum – Hukum Islam “ dengan baik.

Makalah ini telah saya selesaikan, penulis sebagai manusia biasa


menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab
itu dengan segala kerendahan hati menerima segala Kritik dan Saran yang
membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat


menambah ilmu khazanah.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hukum Islam
2.2 Hal-hal yang termasuk di dalam hukum
2.3 Hukum Islam di Indonesia
2.4 Ruang Lingkup Hukum Islam
2.5 Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan dan Penegakan Hukum
Islam
2.6 Fungsi Hukum Islam Dalam Kehidupan Manusia
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tiap sendi-sendi kehidupan manusia, ada tata aturan yang harus ditaati.
Bila berada dalam masyarakat maka hukum masyarakat harus dijunjung tinggi.
Begitu pula dengan memeluk agama Islam, yaitu agama yang memiliki aturan.
Dan aturan yang pertama kali harus kita pahami adalah aturan Allah. Segala
aturan Ilahi dalam segala bentuk hukum-hukum kehidupan manusia tertuang di
Al-Qur’an, yang dilengkapi penjelasannya dalam hadits Nabi SAW.

Secara sederhana hukum adalah “seperangkat peraturan tentang tingkah


laku manusia yang diakui sekelompok masyarakat, disusun orang-orang yang
diberi wewenang oleh masyarakat itu, berlaku mengikat untuk seluruh
anggotanya”. Bila definisi ini dikaitkan dengan islam atau syara’ maka hukum
islam berarti: “seperangkat paraturan berdasarkan wahyu Allah SWT dan
sunnah Rasulullah SAW tentang tingkah laku manusia yang dikenai hukum
(mukallaf) yang diakui dan diyakini mengikat semua yang beragama islam”.
Maksud kata “seperangkat peraturan” disini adalah peraturan yang dirumuskan
secara rinci dan mempunyai kekuatan yang mengikat, baik di dunia maupun di
akhirat.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Hukum Islam ?
2. Apa saja yang termasuk di dalam Hukum Islam ?
3. Bagaimana Hukum Islam di Indonesia ?
4. Apa tujuan Hukum Islam ?
5. Bagaimana ruang lingkup Hukum Islam ?
6. Apa fungsi Hukum Islam dalam kehidupan masyarakat ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Menjelaskan tentang arti dan makna Hukum Islam.
2. Menjelaskan hal-hal yang termasuk di dalam Hukum Islam.
3. Menjelaskan mengenai Hukum Islam yang ada di Indonesia.
4. Menjelaskan ruang lingkup Hukum Islam.
5. Menjelaskan tujuan Hukum Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Islam

Hukum adalah peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh mereka


yang memiliki kewenangan dalam menentukan hukum. Dan hukum atau aturan-
aturan yang telah ditetapkan tersebut memiliki peran sebagai pedoman atau
landasan bertindak para pelaku dimana hukum tersebut diterapkan. Secara dasar
pengertian Hukum Islam adalah segala aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT dalam mengatur perilaku ummat-Nya. Hukum tersebut berlaku
dalam perilaku manusia ketika berhubungan dengan manusia lainnya, dengan
Allah yakni Hablum Minallah. Ataupun juga dengan hubungannya manusia
dalam memperlakukan lingkungan alam sekitarnya.

2.2 Hal-hal yang termasuk di dalam hukum

Yang dimaksud dengan hal-hal di dalam hukum islam, meliputi


Sumber-sumber Hukum Islam dan Macam-macam Hukum Islam.

1. Sumber-sumber Hukum Islam


Sumber merupakan asal sesuatu, sedangkan sumber Hukum Islam
adalah asal tempat pengambilan Hukum Islam.
a) Al-Qur’an
Sumber Hukum Islam yang pertama adalah Al-Qur’an memuat
kandungan-kandungan yang berisi perintah, larangan, anjuran, kisah
islam, ketentuan, hikmah, dan sebagainya. Al-Qur’an menjelaskan
secara rinci bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupan agar
tercipta masyarakat berakhlak mulia.
b) Al-Hadist

3
Sumber Hukum Islam yang keempat setelah Al-Qur’an, Al-Hadits dan
Ijma’ adalah Qiyas. Qiyas berarti menjelaskan sesuatu yang tidak ada
dalil nashnya. Dalam Al-Quran ataupun hadits dengan cara
membandingan sesuatu yang serupa dengan sesuatu yang hendak di
ketahui Hukumnya tersebut.

2. Macam-macam Hukum Islam


Berikut ini adalah macam-macam Hukum Islam:
a) Wajib
Wajib adalah sesuatu perbuatan yang jika dikerjakan akan
mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan diberi siksa. Contoh
dari perbuatan yang memiliki hukum wajib adalah shalat lima waktu,
memakai hijab bagi perempuan, puasa, melaksanakan ibadah haji bagi
yang mampu, menghormati orang non muslim dan banyak lagi .
b) Sunnah
Sunnah ialah sesuatu perbuatan yang dituntut agama untuk dikerjakan
tetapi tuntutannya tidak sampai ke tingkatan wajib atau sederhananya
perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika
ditinggalkan tidak akan mendapatkan siksaan atau hukuman. Contoh
dari perbuatan yang memiliki hukum sunnah ialah shalat yang
dikerjakan sebelum atau sesudah shalat fardhu.
c) Haram
Haram ialah sesuatu perbuatan yang jika dikejakan pasti akan
mendapatkan siksaan dan jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala.
Contoh perbuatan yang memiliki hukum haram adalah berbuat zina,
minum alkohol, bermain judi, mencuri, korupsi dan banyak lagi.

4
d) Makruh
Makruh adalah suatu perbuatan yang dirasakan jika meninggalkannya
itu lebih baik dari pada mengerjakannya.
e) Mubah
Mubah adalah suatu perbuatan yang diperbolehkan oleh agama antara
mengerjakannya atau meninggalkannya.

2.3 Hukum Islam di Indonesia

Hukum Islam telah ada di kepulauan Indonesia sejak orang Islam datang
dan bermukim di nusantara ini.Islam telah masuk ke Indonesia pada abad
pertama Hijriah atau pada abad ketujuh, kedelapan Masehi. Pendapat lain
mengatakan bahwa Islam baru sampai ke Nusantara ini pada abad ke 13 Masehi
(P.A.Hoesein Djajadiningrat, 1961:119). Hukum islam diikuti dan dilaksanakan
juga oleh para pemeluk agama islam dalam kerajaan-kerajaan Demak, Jepara,
Tuban, Gresik, Ngampel dan kemudian Mataram. Ini dapat dibuktikan dari
karya para pujangga yang hidup di masa itu.Di antara karya tersebut dapat
disebut misalnya Sajinatul Hukum (Moh.Koesnoe, 1982:2).

Bahwa sebelum Belanda mengukuhkan kekuasaannya di Indonesia, hukum


Islam sebagai hukum yang berdiri sendiri telah ada dalam masyarakat, tumbuh
dan berkembang di samping kebiasaan atau adat penduduk yang mendiami
kepulauan Nusantara ini. Menurut Soebardi, terdapat bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa Islam berakar dalam kesadaran penduduk kepulauan
Nusantara.

5
2.4 Ruang Lingkup Hukum Islam

Hukum islam baik dalam pengertian syaariatr maupun fikih di bagi


menjadi dua bagian besar, yaitu:

1. Ibadah (Mahdhah)

Ibadah adalah tata cara dan upacara yang wajib dilakukan oleh seorang
muslim dalam menjalankan hubungan Allah, seperti shalat, membayar
zakat, menjalankan ibadah haji. Tata cara dan upacara ini tetap, tidak
ditambah-tambah maupun dikurangi. Ketentuannya telah di atur
dengan pasti oleh Allah dan dijelaskan oleh Rasul Nya. Dengan
demikian tidak mungkin ada proses yang membawa perubahan dan
perombakan secara asasi mengenai hokum, susunan dan tata cara
beribadah. Yang mungkin berubah hanyalah penggunaan alat-alat
modern dalam pelaksanaanya.

2. Muamalah (ghairu mahdhah)

Adalah ketetapan Allah yang berhubungan dengan kehidupan sosial


manusia walaupun ketetapan tersebut terbatas pada pokok-pokok saja.
Karena itu sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui ijtihad
manusia yang memenuhi syarat melakukan usaha itu.

3. Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum islam secara umum adalah Dar-ul mafaasidiwajalbul


mashaalihi (mencegah terjadinya kerusakan dan mendatangkan
kemaslahatan). Abu Ishaq As-Sathibi merumuskan lima tujuan hukum
islam:

6
1. Memelihara agama Agama adalah sesuatu yang harus dimilki oleh
setiap manusia oleh martabatnyadapat terangkat lebih tinggi dan
martabat makhluk lain danmemenuhi hajat jiwanya. Agama islam
memberi perlindungan kepada pemeluk agam lain untuk menjalankan
agama sesuai dengan keyakinannya.

2. Memelihara jiwa Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi. Hukum


islam wajib memelihara hak manusia untuk hidup dan
mempertahankan kehidupannya. Islam melarang pembunuhan sebagai
penghilangan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang
dipergunakan oleh manusia untuk mempertahankan kemaslahatannya
hidupnya (Qs.6:51,17:33)

3. Memelihara akal Islam mewajibkan seseorang untuk memlihara


akalnya, karena akal mempunyai peranan sangat penting dalam hidup
dan kehidupan manusia. Seseorang tidak akan dapat menjalankan
hukum islam dengan baik dan benar tanpa mempergunakan akal sehat.
(QS.5:90)

4. Memelihara keturunan Dalam hukum islam memlihara keturunan


adalah hal yang sangat penting. Karena itu, meneruskan keturunan
harus melalui perkawinan yang sah menurut ketentuan Yang ada dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah dan dilarang melakukan perzinahaan.
(Qs.4:23)

5. Memelihara harta Menurut ajaran islam harta merupakan pemberian


Allah kepada manusia untuk kelangsungan hidup mereka. Untuk itu
manusia sebagai khalifah di bumi dilindungi haknya untuk
memperoleh harta dengan cara-cara yang halal, sah menurut hukum
dan benar menurut aturan moral. Jadi huku slam ditetapkan oleh Allah

7
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri, baik yang
bersifat primer, sekunder, maupun tersier (dloruri, haaji, dan tahsini)

2.5 Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan dan Penegakan Hukum


Islam

Hukum islam ada dua sifat, yaitu:

1. Al- tsabat (stabil), hukum islam sebagai wahyu akan tetap dan tidak
berubah sepanjang masa.

2. At-tathawwur (berkembang), hukum islam tidak kaku dalam berbagai


kondisi dan situasi sosial.

Dilihat dari sketsa historis, hukum islam masuk ke indonesia bersama


masuknya islam ke Indonesia pada abad ke 1 hijriyah atau 7/8 masehi.
Sedangkan hukum barat baru diperkenalkan VOC awal abad 17 masehi.
Sebalum islam masuk Indonesia, rakyat Indonesia menganut hukum adat yang
bermacam-macam sistemnya dan sangat majemuk sifatnya. Namun setelah
islam datang dan menjadi agama resmi di berbagai kerajaan nusantara, maka
hukum islam pun munjadi hukum resmi kerajaan-kerajaan tersebut dan tersebar
menjadi hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Secara yuridis formal, keberadaan negara kesatuan Indonesia adalah


diawali pada saat proklamasi 17 Agustus 1945.Pada tanggal 18 Agustus 1945
kemudian diakui berlakunya Undang-Undang Dasar 1945. Pada saat itulah
keinginan para pemimpin islam untuk kembali menjalankan hukum islam bagi
umat islam berkobar. Dalam pembentukan hukum islam di indonesia, kesadaran
berhukum islam untuk pertama kali pada zaman kemerdekaan adalah di dalam
Piagam Jakarta 22 juni 1945 , yang di dalam dasar ketuhanan diikuti dengan
pernyataan“dengan kewajibanmenjalankan syariat islam bagi pemeluk-
pemeluknya”. Tetapi dengan pertimbangan untuk persatuan dan kesatuan

8
bangsa Indonesia akhirnya mengalami perubahan pada tanggal 18 Agustus 1945
yang rumusan sila pertamanya menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”

Meskipun demikian, dalam berbagai macam peraturan perundang-


undangan, hukum islam telah benar-benar memperoleh tempat yang wajar
secara kontitusional yuridis.

Dengan demikian kontribusi umat islam dalam petrumusan dan penegakan


hukum sangat besar. Adapun upaya yang harus dilakukan untuk penegakan
hukum dalam praktek bermasyarakat dan bernegara yaitu melalui proses
kultural dan dakwah. Apabila islam telah menjadikan suatu keebijakan sebagai
kultur dalam masyarakat, maka sebagai konsekuensinyahukum harus
ditegakkan. Bila perlu “law inforcement” dalam penegakkan hukum islam
dengan hukum positif yaitu melalui perjuangan legislasi. Sehingga dalam
perjaalananya suatu ketentuan yang wajib menurut islam menjadi wajib pula
menurut perundangan.

2.6 Fungsi Hukum Islam Dalam Kehidupan Manusia

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri manusia
membutuhkan pertolongan satu sama lain dan memerlukan organisasi dalam
memperoleh kemajuan dan dinamika kehidupannya. Setiap individu dan
kelompok sosial memiliki kepentingan. Namun demikan kepentingan itu tidak
selalu sama satu saama lain, bahkan mungkin bertentangan. Hal itu
mengandung potensi terjanya benturan dan konflik.Maka hal itu membutuhkan
aturan main.Agar kepentingan individu dapat dicapai secara adil, maka
dibutuhkan penegakan aturan main tersebut. Aturan main itulah yang kemudian
disebut dengan hukum islam yang dan menjadi pedoman setiap pemeluknya.

9
Dalam hal ini hukum islam memiliki tiga orientasi, yaitu:

a. Mendidik indiividu (tahdzib al-fardi) untuk selalu menjadi sumber


kebaikan,

b. Menegakkan keadilan (iqamat al-‘adl),

c. Merealisasikan kemashlahatan (al-mashlahah).

Orientasi tersebut tidak hanya bermanfaat bagi manusia dalam jangka


pendek dalam kehidupan duniawi tetapi juga harus menjamin kebahagiaan
kehidupan di akhirat yang kekal abadi, baik yang berupa hukum-hukum
untuk menggapai kebaikan dan kesempurnaan hidup (jalbu al manafi’),
maupun pencegahan kejahatan dankerusakan dalam kehidupan (dar’u al-
mafasid). Begitu juga yang berkaitan dengan kepentingan hubungan antara
Allah dengan makhluknya maupun kepentingan orientasi hukum itu
sendiri. Sedangkan fungsi hukum islam dirumuskan dalam empat fungsi,
yaitu:

1. Fungsi ibadah Dalam adz-Dzariyat: 56, Allah berfirman:"Dan tidak aku


ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu". Maka
dengan daalil ini fungsi ibadah tampak palilng menonjol dibandingkan
dengan fungsi lainnya.

2. Fungsi amr makruf naahi munkar (perintah kebaikan dan peencegahan


kemungkaran). Maka setiap hukum islam bahkan ritual dan spiritual pun
berorientasi membentuk mannusia yang yang dapat menjadi teladan
kebaikan dan pencegah kemungkaran.

3. Fungsi zawajir (penjeraan) Adanya sanksi dalam hukum islam yang


bukan hanya sanksi hukuman dunia, tetapi juga dengan ancaman siksa
akhirat dimaksudkan agar manusia dapat jera dan takut melakukan
kejahatan.

10
4. Fungsi tandzim wa ishlah al-ummah (organisasi dan rehabilitasi
masyarakat) Ketentuan hukum sanksi tersebut bukan sekedar sebagai batas
ancaman dan untuk menakut-nakuti masyarakat saja, akan tetapi juga
untuk rehaabilitasi dan pengorganisasian umat menjadi leboh baik. Dalam
literatur ilmu hukum hal ini dikenal dengan istilah fungsi enginering social.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut: Secara umum hukum Islam berorientasi pada perlindungan
terhadap agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Artinya hukum Islam bertujuan
pada pemeliharaan agama, menjamin, menjaga dan memelihara kehidupan dan
jiwa, memelihara kemurnian akal sehat dan menjaga ketertiban keturunan
manusia serta menjaga hak milik harta kekayaan untuk kemaslahatan hidup
umat manusia.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran


sebagai berikut:

1. Sebagai umat islam hendaknya memahami hukum islam dengan


baik,karena hukum ini mengatur berbagai kehidupan umat manusia
untuk mencapai kemaslahatan.

2. Setiap manusia hendaknya menjungjung tinggi Hak Asasi Manusia,


karena hak ini sebagai dasar yang melekat pada diri tiap manusia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. G. (1994). Pengantar Kompilasi hukum Islam dalam tata hukum


Indonesia. Gema Insani.

Al-Shiddieqy, M. H. (1975). Falsafah Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Departemen Agama, R. I. (2001). Pendidikan Agama Islam pada perguruan


tinggi umum. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama
Islam.

Djalil, A. B. (2010). Ilmu Ushul fiqih 1 dan 2. Jakarta: kencana.

Idhamy, D. (1987). Karakteristik Hukum Islam. Media Sarana Press.

Wahyudin, D., Ilyas, M., Saifullo, M., & Muhibbin, Z. (2009). Pendidikan
Agama Islam. Jakarta: Grasindo.

Mansoer, H. (2004). Materi Instruksional: Pendidikan agama Islam di


Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktur PTAI Depag RI.

12

Anda mungkin juga menyukai